Anda di halaman 1dari 11

1

PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT PENYANGGA LEHER


(NECK COLLAR BUATAN SENDIRI)

DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG


2020
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN………………………………………………………. 4
PENGERTIAN……………………………………………….…… …….. 6
INDIKASI……………………………………………..……………..…… 7
PROSEDUR PEMAKAIAN………………………………………………,8
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN…………………………….8
REFERENSI
PENYUSUN

KATA PENGANTAR

Dalam memberikan pedoman pemakaian alat penyangga


leher ( Neck Collar), diperlukan Panduan pemakaian bagi Tim
3

pelayanan Kesehatan di Kota Magelang. Puji syukur kami


panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan pedoman ini. Terima kasih kami ucapkan kepada
semua pihak, DISHUB, SATPOL PP,TP PKK, Semua Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang memberikan dukungan, pendampingan
dan kontribusi dalam penyusunan pedoman ini.
Kami berharap Pedoman Penggunaan alat penyangga leher
ini sebagai acuan dalam penggunaanya sebagai Langkah
pertolongan pertama pada pasien yang mengalami cidera patah
tulang leher sebagai upaya untuk mengurangi mencegah
terjadinya cidera yang lebih parah.
Pelaksana layanan secara lansung dapat mensosialisasikan
ke seluruh Puskesmas, jaringan dan jejaringnya. Selanjutnya
diharapkan Dinas Kesehatan dapat memfasilitasi, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pelayanan dengan tetap mendukung
layanan tersebut. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melindungi dan meridhoi kerja keras Saudara.
Kami menyadari bahwa Pedoman ini belum sempurna, untuk
itu masukan dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
buku ini di masa yang akan datang.

Magelang, Mei 2020

Mimin Triyanti

PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Oleh
karena itu, setiap pengguna lalu lintas perlu mengetahui cara memberi
4

pertolongan pertama pada korban kecelakaan. Pasalnya, pertolongan


sekecil apa pun yang pertolongan yang diberikan bisa menyelamatkan
nyawa orang yang menjadi korban.
Saat melihat kecelakaan lalu lintas, yang pertamakali harus di
lakukan adalah bersikap tenang dan memastikan bahwa diri penolong
dalam keadaan aman terlebih dahulu. Setelah diri penolong aman, kenali
lingkungan sekitar dan perhatikan apakah ada korban yang membutuhkan
pertolongan pertama atau tidak.
Pertolongan pada korban kecelakaan lalu lintas tidak boleh
dilakukan sembarangan, karena pertolongan yang salah berisiko
memperparah cedera atau kondisi korban. Oleh karena itu perlu nya
mengetahui cara tepat dan aman dalam memberikan pertolongan pertama
untuk korban kecelakaan lalu lintas.
Metode pertolongan terhadap korban kecelakaan lalu lintas
umumnya menggunakan prinsip DRSABC, yaitu kepanjangan dari Danger,
Response, Shout, Airway, Breathing, Circulation, tahapan pertolongan
pertama korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan metode DRSABC:
D (danger)
Pastikan penolong berada di lokasi dan kondisi yang tidak berbahaya.
Misalnya, ketika Anda dan korban masih di tengah jalan yang ramai,
cobalah untuk membawa korban ke tepi jalan. Pastikan kendaraan di
sekitarnya telah berhenti sebelum Anda memberikan pertolongan.
Jika posisi kendaraan Anda persis di belakang kendaraan yang mengalami
kecelakaan atau ada kendaraan yang berhenti di belakangnya, mintalah
untuk menyalakan lampu hazard. Ini penting dilakukan guna menghindari
kecelakaan susulan.

Ketika mengangkat pasien, lakukan secara hati-hati dan sebisa mungkin


jangan banyak menekuk atau menggeser leher korban guna mencegah
terjadinya cedera leher atau saraf tulang belakang di bagian leher.
5

R (response)
Periksa tingkat kesadaran korban dengan cara menepuk bahunya secara
perlahan dan mengajukan pertanyaan singkat, seperti “Siapa nama Anda?”
atau “Dapatkah Anda membuka mata?”
Perhatikan apakah korban mampu merespons panggilan atau tidak bisa
memberi respons sama sekali. Jika tidak ada respons, perhatikan apakah
dada atau perut korban bergerak naik-turun.
Penolong juga bisa meletakkan jari di depan lubang hidung korban untuk
memeriksa embusan napasnya. Setelah itu, periksa denyut nadi di bagian
leher atau pergelangan tangan korban untuk memastikan jantungnya tetap
berdetak.
S (shout for help)
Segera hubungi bantuan medis atau rumah sakit terdekat agar korban
dapat diberi pertolongan lanjutan. Saat menghubungi bantuan, berikan
informasi terkait jumlah korban yang mengalami luka dan kondisi korban.
Misalnya, apakah korban mengalami perdarahan hebat atau kesulitan
bernapas,.
Nomor pertolongan darurat yang bisa dihubungi adalah 119 untuk
menghubungi ambulans dan 112 untuk menghubungi polisi.
Sambil menunggu kedatangan petugas medis, bila memungkinkan Anda
dapat melakukan metode ABC untuk menolong korban kecelakaan lalu
lintas. Berikut ini adalah penjelasannya:
A (airway)
Pertolongan ini dilakukan untuk membuka jalan napas korban. Caranya
adalah dengan menempatkan tangan penolong di dahi, kemudian angkat
dagu korban secara perlahan. Langkah ini biasanya digunakan saat korban
tidak memberikan respons atau tidak sadarkan diri.

Pada posisi ini harus diperhatikan apakah ada kemungkinan korban


mengalami cedera tulang leher, bila ada kemungkinan tersebut tidak boleh
melakukan pembebasan jalan nafas dengan mengangkat dagu ataupun
menekan dahi, dan di sinilah pentinfnya penggunaan Neck Collar
6

B (breathing)
Setelah membuka jalan napasnya, pastikan korban benar-benar masih
bernapas. Periksa pernapasannya dengan cara melihat pergerakan naik-
turun dada dan mendengar suara napasnya.
Jika korban tidak sadarkan diri tetapi masih bernapas, miringkan tubuhnya
secara perlahan. Namun, pastikan posisi kepala, leher, dan tulang belakang
tetap lurus. Pantau pernapasan korban hingga petugas medis datang.
C (compression)
Pertolongan selanjutnya yang bisa diberikan adalah melakukan kompresi
dada atau disebut juga dengan CPR. Pertolongan ini dapat dilakukan jika
tanda-tanda pernapasan korban tidak ada atau ketika denyut nadinya
terhenti.

PENGERTIAN :
Alat Penyangga Leher (Cervical Collar)
Cervical Collar adalah alat penyangga leher atau tulang cervical. Alat
ini berfungsi untuk menyangga leher yang bisa digunakan orang dewasa
maupun anak-anak. Alat ini digunakan pada pasien dengan diagnosis
cervical sprain / strain ( yaitu terjadinya cidera pada otot-otot leher atau
ligamen sendi)
Penyangga leher ini dipasang, apa bila terjadi trauma akibat
kecelakaan, baik jatuh dari ketinggian, atau cedera saat olah raga, atau
jatuh karena tabrakan kendaraan. Apa bila pasien ditemukan tergeletak di
lapangan, adanya tanda-tanda benturan pada tengkorak kepala, atau ada
tanda memar pada area kepala dan leher, maka petugas kesehatan
melakukan pertolongan pertama dengan memposisikan tulang belakang
sangat hati-hati, kemudian memasang servikal collar, kemudian melakukan
pemeriksaan lanjut di Rumah Sakit. Apakah ada tulang servikal patah/ retak
atau tidak.

Tujuan penggunaan cervical collar


1. Mengurangi pergerakan leher yang berlebihan selama proses
pemulihan
2. Mencegah pergerakan tulang servik yang patah
7

3. Mencegah bertambahnya cedera tulang belakang


4. Mengurangi rasa sakit

INDIKASI
Fungsi alat penyangga leher (Cervical Collar) ini dipergunakan pada pasien
yang terindikasi mengalami cedera tulang leher akibat kecelakaan dengan
tujuan untuk mengurangi pergerakan yang dapat memperparah kondisi
korban saat dilakukan pertolongan atau pada saat dilakukan evakuasi.
Pada pasien yang mengalami luka trauma pada kepala atau leher yang
dimungkinkan memiliki resiko tinggi untuk cedera tulang belakang, cervical
collar berfungsi sebagai pelindung leher untuk mengurangi pergerakan
tulang servik yang patah, serta bisa juga sebagai alat terapi untuk menyetel
kembali sumsum tulang belakang yang dimungkinkan cedera sehingga rasa
sakit yang diderita pasien bisa berkurang. Bila tidak ditangani dengan tepat
dan cepat, cedera ini dapat diperburuk oleh gerakan pasien yang dapat
menyebabkan kelumpuhan atau kematian.
8

PROSEDUR PEMASANGAN ALAT PENYANGGA LEHER (CERVICAL


COLLAR)
1. Pastikan bila sebelumnya petugas telah menggunakan masker dan
sarung tangan
2. Pegang kepala pasien dengan cara satu tangan memegang bagian
kanan kepala mulai dari mandibula (rahang bawah) ke arah
temporal, demikian juga untuk bagian sebelah kiri dengan tangan
yang lain dengan cara yang sama.
3. Selanjutnya masukkan cervical collar yang bertekuk tepat pada dagu
secara perlahan.
4. Letakkan bagian belakang cervical collar ke leher belakang hingga
sedikit melewati leher.
5. Rekatkan kedua sisi cervical collar satu sama lain

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar.
2. Sesuaikan cervical collar dengan ukuran leher pasien
3. Untuk tim medis, sebaiknya catat seluruh tindakan yang dilakukan
dan bagaimana respon dari pasien.
9

4. Dagu harus ditempatkan dengan benar dan tidak harus keluar dari
kerah
5. Rambut pasien harus di luar penjepit
6. Kulit yang diletakkan di bawah penyangga harus kering dan bersih
untuk menghindari infeksi kulit akibat kulit yang lembap dan tertutup.
7. Pemakai penyangga juga harus menghindari penggunaan lotion /
bedak di area leher
8. Tepi bawah penyangga harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
hanya lapisan yang menyentuh kulit
10

REFERENSI
1. AHA Guidelines Update for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular, Care http://circ.ahajournals.org
2. Ditjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, The
Johanniter Internastonal Assistance. Panduan Pertolongan Pertama,
2009.
3. Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, Kurikulum
Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) Tim
Puskesmas di DTPK, 2011.
4. Kleinman et al, Adult Basic Life Support and Cardiopulmonary
Resuscitation Quality, 2015.
5. PPGD Awam, Sebaiknya Anda Tahu Panduan Orang Awam
Menghadapi Keadaan Gawat darurat Seharihari, 2005.
6. Reichman Erick F, Simon Robert R, Emergency Medicine
Procedure,3rd edition, McGraw- Hills, 2018.
11

PENYUSUN

Pengarah : Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang


Penulis : Mimin Triyanti, S.Kep,Ners,M.Kes.,M.H
Tim Penyusun : Staf seksi pelayanan Kesehatan
Tim PSC 119

Anda mungkin juga menyukai