DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN………………………………………………………. 4
PENGERTIAN……………………………………………….…… …….. 6
INDIKASI……………………………………………..……………..…… 7
PROSEDUR PEMAKAIAN………………………………………………,8
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN…………………………….8
REFERENSI
PENYUSUN
KATA PENGANTAR
Mimin Triyanti
PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Oleh
karena itu, setiap pengguna lalu lintas perlu mengetahui cara memberi
4
R (response)
Periksa tingkat kesadaran korban dengan cara menepuk bahunya secara
perlahan dan mengajukan pertanyaan singkat, seperti “Siapa nama Anda?”
atau “Dapatkah Anda membuka mata?”
Perhatikan apakah korban mampu merespons panggilan atau tidak bisa
memberi respons sama sekali. Jika tidak ada respons, perhatikan apakah
dada atau perut korban bergerak naik-turun.
Penolong juga bisa meletakkan jari di depan lubang hidung korban untuk
memeriksa embusan napasnya. Setelah itu, periksa denyut nadi di bagian
leher atau pergelangan tangan korban untuk memastikan jantungnya tetap
berdetak.
S (shout for help)
Segera hubungi bantuan medis atau rumah sakit terdekat agar korban
dapat diberi pertolongan lanjutan. Saat menghubungi bantuan, berikan
informasi terkait jumlah korban yang mengalami luka dan kondisi korban.
Misalnya, apakah korban mengalami perdarahan hebat atau kesulitan
bernapas,.
Nomor pertolongan darurat yang bisa dihubungi adalah 119 untuk
menghubungi ambulans dan 112 untuk menghubungi polisi.
Sambil menunggu kedatangan petugas medis, bila memungkinkan Anda
dapat melakukan metode ABC untuk menolong korban kecelakaan lalu
lintas. Berikut ini adalah penjelasannya:
A (airway)
Pertolongan ini dilakukan untuk membuka jalan napas korban. Caranya
adalah dengan menempatkan tangan penolong di dahi, kemudian angkat
dagu korban secara perlahan. Langkah ini biasanya digunakan saat korban
tidak memberikan respons atau tidak sadarkan diri.
B (breathing)
Setelah membuka jalan napasnya, pastikan korban benar-benar masih
bernapas. Periksa pernapasannya dengan cara melihat pergerakan naik-
turun dada dan mendengar suara napasnya.
Jika korban tidak sadarkan diri tetapi masih bernapas, miringkan tubuhnya
secara perlahan. Namun, pastikan posisi kepala, leher, dan tulang belakang
tetap lurus. Pantau pernapasan korban hingga petugas medis datang.
C (compression)
Pertolongan selanjutnya yang bisa diberikan adalah melakukan kompresi
dada atau disebut juga dengan CPR. Pertolongan ini dapat dilakukan jika
tanda-tanda pernapasan korban tidak ada atau ketika denyut nadinya
terhenti.
PENGERTIAN :
Alat Penyangga Leher (Cervical Collar)
Cervical Collar adalah alat penyangga leher atau tulang cervical. Alat
ini berfungsi untuk menyangga leher yang bisa digunakan orang dewasa
maupun anak-anak. Alat ini digunakan pada pasien dengan diagnosis
cervical sprain / strain ( yaitu terjadinya cidera pada otot-otot leher atau
ligamen sendi)
Penyangga leher ini dipasang, apa bila terjadi trauma akibat
kecelakaan, baik jatuh dari ketinggian, atau cedera saat olah raga, atau
jatuh karena tabrakan kendaraan. Apa bila pasien ditemukan tergeletak di
lapangan, adanya tanda-tanda benturan pada tengkorak kepala, atau ada
tanda memar pada area kepala dan leher, maka petugas kesehatan
melakukan pertolongan pertama dengan memposisikan tulang belakang
sangat hati-hati, kemudian memasang servikal collar, kemudian melakukan
pemeriksaan lanjut di Rumah Sakit. Apakah ada tulang servikal patah/ retak
atau tidak.
INDIKASI
Fungsi alat penyangga leher (Cervical Collar) ini dipergunakan pada pasien
yang terindikasi mengalami cedera tulang leher akibat kecelakaan dengan
tujuan untuk mengurangi pergerakan yang dapat memperparah kondisi
korban saat dilakukan pertolongan atau pada saat dilakukan evakuasi.
Pada pasien yang mengalami luka trauma pada kepala atau leher yang
dimungkinkan memiliki resiko tinggi untuk cedera tulang belakang, cervical
collar berfungsi sebagai pelindung leher untuk mengurangi pergerakan
tulang servik yang patah, serta bisa juga sebagai alat terapi untuk menyetel
kembali sumsum tulang belakang yang dimungkinkan cedera sehingga rasa
sakit yang diderita pasien bisa berkurang. Bila tidak ditangani dengan tepat
dan cepat, cedera ini dapat diperburuk oleh gerakan pasien yang dapat
menyebabkan kelumpuhan atau kematian.
8
4. Dagu harus ditempatkan dengan benar dan tidak harus keluar dari
kerah
5. Rambut pasien harus di luar penjepit
6. Kulit yang diletakkan di bawah penyangga harus kering dan bersih
untuk menghindari infeksi kulit akibat kulit yang lembap dan tertutup.
7. Pemakai penyangga juga harus menghindari penggunaan lotion /
bedak di area leher
8. Tepi bawah penyangga harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
hanya lapisan yang menyentuh kulit
10
REFERENSI
1. AHA Guidelines Update for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular, Care http://circ.ahajournals.org
2. Ditjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, The
Johanniter Internastonal Assistance. Panduan Pertolongan Pertama,
2009.
3. Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, Kurikulum
Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) Tim
Puskesmas di DTPK, 2011.
4. Kleinman et al, Adult Basic Life Support and Cardiopulmonary
Resuscitation Quality, 2015.
5. PPGD Awam, Sebaiknya Anda Tahu Panduan Orang Awam
Menghadapi Keadaan Gawat darurat Seharihari, 2005.
6. Reichman Erick F, Simon Robert R, Emergency Medicine
Procedure,3rd edition, McGraw- Hills, 2018.
11
PENYUSUN