Anda di halaman 1dari 19

Tugas Kelompok 9:

“AKHLAQ MAHMUDA”

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah:


PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Deden Makbuloh, S.Ag., M.Ag

Disusun oleh :

1. Indi Maulida 2211010099

2. Indri Dwina 2211010100

Program Studi : PAI


Semester: 2

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan


Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
2022 M / 1444 H
Alamat:Jl. Endro Suratmin, Sukarame, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung, Lampung 35131
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberi hidayah,
rahmat, serta karunianya kepada kami sehingga diberi kesempatan untuk menyelesaikan salah
satu tugas pembuatan makalah ini yang kami beri dengan judul “AKHLAQ MAHMUDA”.
Sholawat serta salam kita curahkan kepada Baginda kita Muhammad Saw, Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih yang tak terhingga pada dosen pengampu mata kuliah Teori dan Perilaku
Organisasi yaitu Bapak Prof. Dr. H. Deden Makbuloh, S.Ag., M.Ag, serta teman-teman yang
telah berpartisipasi dan memberikan dukungan sebanyak-banyak nya dalam menyelesaikan
masalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak ketidak
sempurnaan baik dari segi tulis, segi bahasa dan pokok pembahasan.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan dan
pembaca yang bersifat membangun serta semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat untuk memberikan wawasan serta pengetahuan bagi setiap pembaca nya. Amin Ya
Robbal Alamin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandar lampung, Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….……..iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….………..1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….…….1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………….2

C. Tujuan………………………………………………………………………………………2

D. Manfaat……………………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………...….3

A. Pengertian Akhlak Mahmudah …………...…………………………………………...…3

B. Aspek-aspek Akhlak Mahmudah……………………………….………..……….…...….4

C. Ciri-ciri Akhlaq Mahmudah…….…………………………..…..….………….…...…..…5

D. Bentuk-bentuk Perilaku Akhlaq Mahmudah……………………………………………6

E. Faktor Yang Memengaruhi Akhlaq Mahmudah……………………………….………12

F. Proses Pembentukan Akhlaq Mahmudah……………………………………………….13

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………..15

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..15

B. Saran………………………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an dalam
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat atau tabiat.
Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang
melahirkan perbuatan baik dan buruk.
Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam jiwa seseorang,
darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Akhlak
meliputi jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak meliputi
hubungan hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan
berbentuk pergaulan sesama manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul
terhadap semua makhluk (alam semesta). Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah
seperti yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang
terdapat pada dirinya adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah
(contoh teladan) terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
Akhlak yang mulia (husnul hulq) adalah semua sikap yang mencakup kebaikan,
ketaatan dan amal. Pada hakikatnya akhlak adalah sebuah sifat dalam nafs yang
mendorong seseorang untuk melakukan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa berpikir
sebelumnya. Akhlak dibagi dua, mulia dan tercela. Secara global yang dimaksud dengan
akhlak mulia adalah hubungan dan persahabatan yang baik dengan sang pencipta (Allah)
dan ciptaan-Nya. Berakhlak mulia kepada makhluk adalah dengan mengetahui bahwa
mereka adalah rahasia takdir, semua prilaku Akhlak yang mulia (husnul hulq) adalah
semua sikap yang mencakup semua kebaikan, ketaatan, bentuk fisik, rezeki dan ajal
mereka telah ditentukan. Kemudian kita berbuat baik kepada mereka sesuai kemampuan.
Sehingga mereka merasa aman dari gangguan kita dan mencintai kita sesuai pilihan
mereka.
Berakhlak mulia kepada sang pencipta adalah dengan menyibukkan diri melaksanakan
semua yang wajib dan sunnah, serta mengamalkan semua keutamaan. Semua itu dilakukan
dengan kesadaran bahwa dia harus meminta maaf kepada Allah atas semua kekurangannya
dalam beribadah dan bersyukur kepada-Nya atas kebenaran yang dia lakukan secara

1
sempurna. Dia berakhlak dengan akhlak-akhlak Allah ta’ala, selalu berpaling dari selain-
Nya, senantiasa menghadap kepada-Nya dan tak berhenti mengingat-Nya. Sehinga hatinya
berhiaskan cahaya dzikir asrarudz dzat dan berubah menjadi lautan yang bergejolak kerena
hembusan angin kedekatan dengan-Nya. Sifat-sifat yang mulia pun akan menelusuri
semua lorong jiwanya. Pada saat itulah dia telah benar-benar berakhlak mulia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Akhlaq Mahmudah?
2. Apa saja Aspek-aspek dalam Akhlaq Mahmudah?
3. Apa saja ciri-ciri dari Akhlaq Mahmudah?
4. Apa saja Bentuk-bentuk perilaku yang termasuk Akhlaq Mahmudah?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi Akhlaq Mahmudah?
6. Proses apa saja yang Membentuk Akhlaq Mahmudah?

C. Tujuan
1. Memahami dan mengetahui pengertian dari Akhlaq Mahmudah
2. Memahami aspek-aspek Akhlaq Mahmudah
3. Mengetahui ciri-ciri dari Akhlaq Mahmudah
4. Mengetahui Bentuk-bentuk perilaku yang termasuk Akhlaq Mahmudah
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi Akhlaq Mahmudah
6. Mengetahui proses Pembentukan Akhlaq Mahmudah

D. Manfaat
Penulis berharap dengan diketiknya makalah ini dapat berguna bagi para pembaca
dan dapat memahami serta mengimplementasikan dari pentingnya sebuah ilmu tentang
Akhlak Mahmudah dan memanfaatkannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam sebuah bentuk ketaatan kita terhadap Allah SWT.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlaq Mahmudah


Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan bentuk jamak
dari “khuluqun”, atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at atau tingkah laku, watak,
dan perangai. Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli
sebagai berikut1:
a. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan
kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa
pertimbangan.
b. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlaq adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).
Kata mahmudah berasal dari kata ‫ حمد‬yang berarti terpuji. Akhlak mahmudah
adalah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang biasa juga dinamakan
“fadilah” (kelebihan). Imam al- Ghozali menggunakan juga perkataan “mun’jiat” yang
berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan2. Maka pengertian
akhlak mahmudah adalah menghilangkan adat kebiasaan yang tercela yang sudah
digariskan dalam agama islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut,
kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakuakan dengan mencintainya.
Maka dari seseorang haruslah membiasakan untuk berbuat baik dan dalam melakukan
perbuatan itu disertai dengan rasa cinta. Jadi seseorang dalam melakukan itu tidak ada
beban serta ikhlas dalam berbuat.
Akhlak mahmudah adalah sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang
meridhoilah Allah dan mencintailah keluarga dan seluruh manusia dan diantara
kehidupan mereka kepada seorang muslim. Seperti contoh, beribadah kepada Allah,
mencintai-Nya dan mencintai makhluk-Nya karena Dia, dan berbuat baik serta
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah dan memulai berbuat
sholeh dengan niat ikhlas, berbakti kepada kedua orang tua dan lainnya.

1 Nata,abudin, akhlak tasawuf, (jakarta: rajawai pers 2010)


2 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, ( Bandung: CV. Diponegoro, 1983), Cet. II, h. 95

3
Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat- sifat yang baik oleh karena itu, dalam
hal jiwa manusia dapat menelurkan perbuatan- perbuatan lahiriyah. Tingkah laku
dilahirkan oleh tingkah laku batin, sifat dan kelakuan batin yang juga dapat berbolak
balik yang mengakibatkan berbolak – baliknya perbuatan jasmani manusia. Oleh karena
itu tidak tanduk batin itupun dapat berbolak- balik.
Baik dalam bahasa Arab disebut Khoir, dalam bahasa inggris disebut good.
dalam beberapa kamus dan ensiklopedia diperoleh pengertian baik sebagi berikut:
1. Baik berarti sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
2. Baik berarti sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan sebagainya.
3. Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan
memberikan kepuasan
4. Baik berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan
5. Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan
sengan atau bahagia, bila ia dihargai secara positif.
Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimilki
seseorang misalnya sabar, benar dan tawakal, itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan
gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Al-ghazali
menerangkan adanya pokok keutamaan akhlak yang baik, antara lain mencari hikmah,
bersikap berani, bersuci diri, berlaku adil.3
Keutamaan akhlak yang baik juga terdapat dalam hadist Nabi,

َ‫ق‬
ِ ‫نَالخل‬
َِ ‫نَالعب َِدََيوََمََال ِقياََم َِةَ ِمنََحس‬
َِ َ‫ماََ ِمنََشيءََأََثقلََفِىَ ِميزا‬
Artinya:” Tiada sesuatu apapun yang paling berat pada timbangan setiap hamba pada
hari kiamat, selain akhlak yang baik”.
4
B. Aspek-aspek Akhlaq Mahmudah
Secara garis besarnya aspek-aspek akhlak mahmudah terbagi menjadi dua yaitu
taat lahir dan taat batin.
a. Aspek Taat Lahir

3 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Presfektif Al- Qur’an, ( Jakarta: Amzah, 2007), Cet. I, h. 40
4 Amru Khalid, Berakhlak Seindah Rasulullah, (Semarang: Pustaka Nuun, 2007), h. 20

4
Aspek lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan tuhan, termasuk
berbuat baik terhadap sesama manusia dan lingkunagan, dan dikerjakan oleh anggota
lahir. Beberapa perbuatan yang dikatagorikan taat lahir adalah:
1) Taubat, dikategorikan kepada taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku
seseorang. Namun sifat penyesalannya merupakan taat batin. Tobat menurut
para sufi adalah fase awal perjalanan menuju Allah (taqarrub ila Allah)5
2) Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar, perbuatan yang dilakukan kepada munusia
untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.
3) Syukur, berterima kasih terhadap nikmat yang dianugrahkan Allah kepada
manusia dan seluruh makhluknya. 6
b. Taat batin taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan oleh
anggota batin.
1) Tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi,
menanti atau menunggu hasil pekerjaan.
2) Sabar, dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar dalam beribadah, sabar
ketika dilanda malepataka, sabar terhadap kehidupan dunia, sabar terhadap
maksiat, sabar dalam perjuangan. Dasarnya adalah keyakinan bahwa emua yang
dihadapi adalah ujian dan cobaan dari Allah swt.
3) Qanaah, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang dianugrahkan oleh
Allah. Menurut Hamka qana’ah meliputi:
a) Menerima dengan rela dengan apa yang ada
b) Memohon kepada tuhan tambahan yang pantas dan ikhtiar
c) Menerima dengan sabar akan ketentuan tuhan
d) Bertawakal kepada tuhan
e) Tidak tertarik oleh tipu daya6
Taat batin memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan taat lahir, kerena
batin merupakan penggerak dan sebab bagi terciptanya ketaatan lahir. Dengan
terciptanya ketaatan batin (hati dan jiwa) maka pendekatan diri kepada tuhan
(bertaqarrub) melalui perjalanan ruhani akan didapatkan.

C. Ciri-ciri Akhlaq Mahmudah

5 Hamka ,tasawuf modern, (jakarta:yayasan nurul ihsan), hlm. 180


6 Ibid,hlm. 180

5
Adapun beberapa ciri-ciri akhlak mahmudah yang terbagi atas lima bagian
diantaranya yaitu:
a. Kebaikan bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak islam
merupakan kebaikan murni baik individu maupun masyarakat, dalam lingkungan,
keadaan waktu dan tempat.
b. Kebaikan bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang terkandung merupakan kebaikan
seluruh umat manusia disegala zaman dan disemua tempat.
c. Tetap langgeng dan mantap, yaitu kebaikan bersifat tetap tidak berubah oleh
perubahan waktu, tempat kehidupan masyarakat.
d. Kewajiban yang harus dipatuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak islam
merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sangsi hukum tertentu bagi
orang yang tidak melaksanakan.
e. Pengawasan yang bersifat menyeluruh, yaitu kerena akhlak islam bersumber dari
tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia, sehingga
seseorang tidak berani melanggarnya kecuali setelah ragu-ragu dan kemudian
menyesali perbuatan untuk selanjut bertaubat dan tidak melakukan perbuatan salah
lagi.7

D. Bentuk-bentuk Perilaku Akhlaq Mahmudah


Akhlaq mahmudah yaitu segala tingkah laku yang terpuji, dapat disebut juga
dengan akhlaq fadilah, akhlaq yang utama. Al-Ghazali menggunakan istilah munjiyat
yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan8. Akhlaq
karimah (mahmudah) yang utama antara lain: Amanah (jujur, dapat di percaya), Sidqu
(benar) atau jujur, Wafa’ (menempati janji), Adil, Haya’ (malu), Syaja’ah (berani), Al-
Quwwah (kekuatan), Sabar, Kasih sayang, Hemat, Ikhlas, Pemaaf, Tawadlu’
(merendahkan diri), Syukur nikmat, Tawakkal, dan lain-lain.
Dari pembahasan tersebut dapat menjelaskan beberapa pengertian akhlaq
mahmudah yaitu:
1. Ikhlas
Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat dan berusaha agar
sukses sekalipun dengan menanggung resiko atau pengorbanan adalah banyak dan
berbeda-beda. Ada yang dekat dan ada yang rahasia yang tersembunyi di balik dasar

7 Ensiklopedi islam,(Jakarta ; Icthtiar Baru Van Hoeva, t,th),hlm. 102


8 M. Yatimin Abdulloh, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007), h. 38

6
kejiwaan, sehingga pengaruhnya hampir tidak dapat dirasakan oleh pelakunya sendiri
padahal itu sebenarnya inti yang mendorong untuk mengerjakan sesuatu atau
meninggalkannya.
Kebenaran niat dan keikhlasan hati kepada Allah itulah yang akan mengangkat
derajat amal duniawi semata-mata menjadi amal ibadah yang diterima oleh Allah.

)َ‫َاإلنسان‬:َ9(َ‫َوالَشكورا‬
ً ‫انماَنطعمكمَلوَجهَهللاَالَنريدَمنكمَجزا ًء‬
Artinya:“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mendapatkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula ucapan terimah kasih”.

2. Tawadlu’ ( Merendahkan Diri )


Yaitu tidak memandang pada diri sendiri lebih dari orang lainnya, bahkan
memandangnya sama-sama dan tidak menonjolkan diri.

َ‫َفإنَعصوكَفقلَإنّي‬.‫وخفضَجناحكَلمنَاَتبعكَمنَالمؤمنين‬
)‫َالشوعرا‬:َ215-216(َ‫ءَم ّماَتعملون‬
ٌ ‫برى‬
Artinya: “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu,
yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah;
Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”.

3. Adil
Adil adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada
pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada
aniaya, mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali Allah swt.
Firman Allah swt Q.s An-nisa 135:

‫ش َه َد ۤا َء ِ هّلِلِ َولَ ْو َع ٰلٰٓى اَ ْنفُ ِس ُك ْم ا َ ِو ْال َوا ِل َدي ِْن‬ ِ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْوا قَ َّو ِاميْنَ بِ ْال ِقس‬
ُ ‫ْط‬

‫اّلِلُ اَ ْو ٰلى ِب ِه َم ۗا فَ ََل تَتَّ ِبعُوا ْال َه ٰ ٰٓوى اَ ْن تَ ْع ِدلُ ْوا ۚ َوا ِْن تَ ْل ٰٓوا‬
‫اْل ْق َر ِب ْينَ ۚ ا ِْن يَّ ُك ْن َغنِيًّا اَ ْو فَ ِقي ًْرا فَ ه‬
َ ْ ‫َو‬
‫ّٰللا َكانَ ِب َما تَ ْع َملُ ْونَ َخ ِبي ًْرا‬
َ ‫ض ْوا فَا َِّن ه‬ ُ ‫اَ ْو ت ُ ْع ِر‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,

7
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan”. 9
Islam memerintahkan kepada kita agar kita berlaku adil kepada sesama manusia.
Yaitu keadilan seorang muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang
muslim terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta tidak bersekongkol
dengan kebatilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf)
dan memberikan kebenaran kepada yang berhak. sebagaimana firman Allah Q.S Al-
hadid:25.

‫اس ب ْالقس ِْۚط َواَ ْنزَ ْلنَا‬ ُ َّ‫ب َو ْالميْزَ انَ ليَقُ ْو َم الن‬ َ ‫سلَنَا ب ْالبَي ٰنت َواَ ْنزَ ْلنَا َم َع ُه ُم ْالك ٰت‬
ُ ‫س ْلنَا ُر‬
َ ‫لَقَدْ اَ ْر‬
ٌّ ‫ّٰللا قَو‬
‫ي‬ َ ‫ْب ا َّن ه‬ ِۗ ‫سلَهٗ ب ْالغَي‬ ‫س شَد ْيدٌ َّو َمنَاف ُع للنَّاس َوليَ ْعلَ َم ه‬
ُ ‫ّٰللاُ َم ْن يَّ ْن‬
ُ ‫ص ُر ٗه َو ُر‬ ٌ ْ‫ْال َحد ْيدَ فيْه بَأ‬
‫َعزي ٌْز‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab
dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan
Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu)
dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-
rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat
lagi Maha Perkasa”.10
4. Ridho
Ridho adalah prilaku terpuji menerima dengan senang apa yang diberikan Allah
kepadanya, berupa ketentuan yang diberikan kepada manusia. Dalam kehidupan
seseorang ada beberapa hal yang harus menampilkan sikap ridho, menimal empat
macam berikut ini :
1) Ridha terhadap perintah dan larangan Allah Artinya ridha untuk menaati Allah dan
Rasulnya. Pada hikakatnyaseseorang yang mengucapkan dua kalimat syahadat,
dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah islam.

9 Al-Qur’an Dan Terjemahnya,(Madinah Munawwarah:Mujamma’al Malik Fahd Li Thiba’at Al MushHaf Asy-


Syarif,),hlm.1
10 Ibid, hlm. 904

8
2) Ridha terhadap taqdir Allah Ada dua sikap utama bagi sesorang ketika dia tertimpa
sesuatu yang tidak danjurkan ,sedankan sabar adalah keharusan dan kemestian yang
perlu dilakukan oleh seorang muslim.
3) Ridha terhadap perintah orang tua. Ridha terhadap orang tua merupakan salah satu
bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. Kerena keridaan Allah tergantung pada
keridhaan orang tua, sebagaimana firman Allah swt Q.S Lukman:31

‫ّٰللا ليُريَ ُك ْم م ْن ٰا ٰيت ِۗه ا َّن ف ْي ٰذل َك‬


‫ي فى ْالبَحْر بن ْع َمت ه‬ْ ‫اَلَ ْم ت ََر اَ َّن ْالفُ ْل َك تَجْر‬
‫ش ُك ْو ٍر‬
َ ‫َّار‬
ٍ ‫صب‬ َ ‫ت ل ُكل‬ ٍ ‫َ َٰل ٰي‬
Artinya: “Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar
di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat
sabar dan banyak bersyukur”.11
4) Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara Menanati peraturan yang
berlaku merupakan bagian dari ajaran islam dan merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah swt. Karena dengan demikin akan menjamin keteraturan dan
ketertiban sosial.sebagaimana firman Allah Q.S At-taubah:59

‫ّٰللاُ ِم ْن‬
‫سيُؤْ ِت ْينَا ه‬ ‫س ْولُه َوقَالُ ْوا َح ْسبُنَا ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ‫ض ْوا َما ٰٓ ٰا ٰتى ُه ُم ه‬
ُ ‫ّٰللاُ َو َر‬ ُ ‫َولَ ْو اَنَّ ُه ْم َر‬
ِ ‫س ْولُهٰٓ اِنَّا ٰٓ اِلَى ه‬
َ‫ّٰللا ٰر ِغبُ ْون‬ ْ َ‫ف‬
ُ ‫ض ِل ٖه َو َر‬
Artinya: “Dan sekiranya mereka benar-benar ridha dengan apa yang diberikan
kepada mereka oleh Allah dan Rasul-Nya, dan berkata, "Cukuplah Allah
bagi kami, Allah dan Rasul-Nya akan memberikan kepada kami sebagian
dari karunia-Nya. Sesungguhnya kami orang-orang yang berharap
kepada Allah”.11

Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah


ridha terhadap peraturan sekolah, karena sikap demikian, berarti membantu diri
sendiri, orang tua, dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.

11 Ibid, hlm. 657

9
5. Husnuzan
A) Pengertian Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah
su’uzan yang berarti berburuk sangka. Husnuzan adalah cara pandang seseorang
yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki
sikap husnuzan akan mempertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih,
pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Husnuzan
secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a) Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan
ikhlas dalam menjalani hidup.
b) Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis
serta inisiatif
c) Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir
positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.

B) Macam-Macam Husnuzan
a) Husnuzan Kepada Allah
Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat
husnuzan kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas
segala kehendak Allah terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi
pada kita seperti musibah membuat kita secara tidak langsung menganggap
Allah telah tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin sejati semestinya kita
harus senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah
yang terbaik. Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena
musibah, akan tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga membuat dirinya
menyalahkan Allah sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat
dilakukan adalah dengan cara segera menata hati dan perasaan kemudian
meneguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya
mengandung hikmah. Inilah yang disebut sikap husnuzan kepada Allah.
b) Husnuzan terhadap Diri Sendiri
Perilaku husnuzan terhadap diri sendiri artinya adalah berperasangka baik
terhadap kemampuan yang dimilki oleh diri sendiri. Dengan kata lain,
senantiasa percaya diri dan tidak merasa rendah diri di hadapan orang lain.
Orang yang memiliki sikap husnuzan terhadap diri sendiri akan senantiasa
memiliki semangat yang tinggi untuk meraih sukses dalam setiap langkahnya.

10
c) Husnuzan terhadap Sesama Manusia
Husnuzan terhadap sesama manusia artinya adalah berprasangka baik terhadap
sesama dan tidak meragukan kemampuan sesama muslim. Semua orang
dipandang baik sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak
menimbulkan kekacauan dalam pergaulan. Orang yang ber-husnuzan terhadap
sesama manusia dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan
dan disegani lawan. Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan
kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di Sekolah, keluarga, maupun
di lingkungan masyarkat.12
6. Sabar
Sabar yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah, tidak lekas patah
hati, tidak lepas putus asa, tenang, dan lain- lain). Di dalam menghadapi cobaan hidup,
ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu atau pribadi unggul.
Manusia diciptakan dengan disertai sifat tidak sabar dan karenanya ia banyak berbuat
kesalahan. Akan tetapi, agama meminta setiap orang agar bersabar karena Allah.Orang
beriman harus bersabar menunggu keselamatan yang besar yang Allah janjikan.
Kesabaran dibagi menjadi empat kategori:
a. Sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban.
b. Sabar menanggung musibah atau cobaan
c. Sabar menahan penganiayaan orang lain.
d. Sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan.
Kesabaran tidak dapat dipaksakan begitu saja dalam pribadi seseorang,
melainkan ada tiga faktor yang memengaruhi yaitu sebagai berikut:
a. Syajua’ah atau keberanian, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu
jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam
mengerjakan sesuatu. Seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani
b. Al-Quwwah atau kekuatan, yaitu seseorang dapat bersabar terhadap segala sesuatu
jika dalam dirinya cukup tersimpan sejumlah kekuatan. Dari orang yang lemah
kepribadian sukar diharapkan kesabarannya menghadapi sesuatu.
c. Sabar dalam mengerjakan sesuatu, jika seseorang tahu dan sadar apa yang dilakukan.
Ia akan mendapatkan manfaatnya.

12 Nata,dan Abudin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta; Rajawali Pers, 2010)

11
7. Syukur
Yaitu mengangungkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan
kenikmatan kepada kita dalam batas-batas yang tidak menyimpang dari
keridhoannya. Ada juga yang mengatakan bahwa syukur adalah mengenal dan
menyadari bahwa ia mendapatkan kenikmatan.

8. Bersifat Benar ( istiqomah )


Di dalam peribahasa sering disebutkan berani karena benar takut karena salah.
Betapa akhlakul karimah menimbulkan ketenangan batin yang dari sini dapat
melahirkan kebenaran. Rasullullah telah memberikan contoh betapa beraninya
berjuang karena beliau berjalan diatas prinsip- prinsip kebenaran. Benar ialah
memberitahukan ( menyatakan )sesuatu yang sesuai dengan apa – apa yang terjadi,
artinya sesuai dengan kenyataan.
9. Memelihara Amanah
Amanah menurut bahasa ( etimologi ) ialah kesetiaan, ketulusan hati,
kepercayaan ( istiqomah ) atau kejujuran. Kebalikannya adalah khianat. Kianat
adalah salah satu gejala munafik. Betapa pentingnya sifat dan sikap amanah ini
dipertahankan sebagai akhlakul karimah dalam masyarakat, jika sifat dan sikap ini
hilang dari tatanan social umat islam, maka kehancuranlah yang bakal terjadi pada
umat tersebut.

E. Faktor Yang Memengaruhi Akhlaq Mahmudah


Ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuat baik
didalam diri nya, diantaranya:
a. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain.
b. Mengharap pujian atau takut cela
c. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani)
d. Mengharap pahala dan surga
e. Mengharap pujian dan takut azab Allah.
f. Mengharap keridhaan Allah semata.
g. Seseorang yang berbuat kebaikan karena ada yang mempengaruhi tentunya ia akan
mengikuti apa yang ia lakukan dan mematuhi apaa yang dikatakan. Karena
bagaimanapun juga seseorang berkeinginan untuk melakukan yang terbaik dan
mengharap ridho dari Allah swt.

12
F. Proses Pembentukan Akhlaq Mahmudah
Sebenarnya akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah instink (garizah)
yang dibawa manusia sejak lahir. Masalah akhlak adalah pembawaan diri manusia
sendiri, yaitu kecendrungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia,
dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran.
Namun begitu akhlak juga tidak selamanya berasal dari pembawaan diri semata namun
perlu juga proses dan pembentukan agar menjadi maksimal dalam pelaksanaannya
yaitu dengan usaha pembinaan pembentukan kerohanian, pembiasaan dan
pembentukan sikap dan minat. Proses pembentukan akhlak mahmudah dalam
pandangan pengantar studi akhlak terdiri atas tiga dasar pembentukan , yaitu:
a. Pembentukan kerohanian yang luhur
Potensi rohaniah yang ada dalam diri termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu
syahwat, fitrah, kata hati,hati nurani haruslah dibina secara optimal agar benar-benar
dalam pelaksanaannya sesuai dengan ajaran islam. Yaitu menanamkan kepercayaan
diri, diantaranya:
1) Iman kepada Allah
2) Iman kepada malaikat-malaikat-Nya
3) Iman kepada kitab-kitab-Nya
4) Iman kepada rasul-rasul-Nya
5) Iman kepada qadha dan qadar
6) Iman kepada hari kiamat 13
` Dari pernyataan diatas dengan kita percaya pada rukun iman yang telah
disebutkan akan menjadikan kita bertutur kata dan bersikap akan selalu hati-hati dan
penuh pertimbangan . sehingga kita dapat diterima oleh masyarakat lebih-lebih akan
diangkat derajatnya oleh Allah swt. Sebagai hamba terkasih.
b. Pembentukan pembiasaan
Pembiasaan ini sesuai pula dengan salah satu dasar-dasar perkembangan manusia,
pembinaan yang lebih banyak memerlukan tenaga-tenaga yang lebih jasmaniah.
Karena lebih musah dan dapat dilaksanakan dari pada tenaga-tenaga yang bersifat
rohani seperti: sholat, mengucapkan sesuatu (hapalan), puasa dan sebagainya.
Pembentukan pembiasaan ini haruslah diatur secara terus menerus agar menjadi
terbiasa. Kalau kita membiasakan untuk berlaku yang positif maka hasilnya pun juga

13 Hamka.op.cit., hlm .148

13
positif. Namun kalau kita membiasakan untuk yang negatif maka hasilnya juga akan
negatif. Maka dari itu kita selalu berusaha untuk melakukan hal yang positif.
c. Pengertian pembentukan minat yang sikap
Pengertian pembentukan meliputi pembentukan minat dan siakp yang tujuannya
adalah untuk memberi pengertian dan pemahaman tentang aktifitas yang akan
dilaksanakan serta menghayati makna ucapan dalam upaya membangkitkan dan
memupuk minat, agar seseorang terdorong kearah perbuatan positif. Selain itu
pembentukan ini juga ditujukan untuk mewujudkan sikap istiqomah, sikap yang
dibentuk meliputi kecintaan kepada Allah swt dan segala yangberhubungan
dengannya. Dengan adanya pengertian pembentukan ini diharapkan akan
terbentuklah keteguhan sikap dan pandangan positif tentang makna dari lafadz yang
diucapkan akan terbentuk sikap diri yang positif seperti menjauhkan dengki, ,enepati
janji, ikhlas, jujur, suka berkorban, toleran dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP

14
A. Kesimpulan
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan bentukjamak dari
“khuluqun”, atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at atau tingkah laku, watak, dan
perangai. Kata mahmudah berasal dari kata ‫ حمد‬yang berarti terpuji. Maka penegertian
akhlak mahmudah adalah menghilangkan adat kebiasaan yang tercela yang sudah
digariskan dalam agama islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut,
kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakuakan dengan mencintainya.
Ciri-ciri akhlak mahmudah terbagi atas lima bagian diantaranya yaitu: Kebaikan
bersifat mutlak, Kebaikan bersifat menyeluruh, Tetap langgeng dan mantap, Kewajiban
yang harus dipatuhi,dan Pengawasan yang bersifat menyeluruh. Prilaku akhlak mahmudah
sangatlah banyak diantaranya : Ikhlas yaitu kesucian hati dalam melakukan segala sesuatu,
selain itu juga ada Adil adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya
tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa
ada aniaya, mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali Allah swt,
Ridho adalah prilaku terpuji menerima dengan senang apa yang diberikan Allah
kepadanya, berupa ketentuan yang diberikan kepada manusia, dan Husnuzan secara bahasa
berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang berarti berburuk sangka.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik diantaranya :
Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain, Mengharap pujian atau takut cela,
Mengharap pahala dan surga, dan Mengharap keridhaan Allah semata.

B. Saran
Diharapkan pembaca mendapatkan pengetahuan serta pencerahan dari makalah
tentang Akhlaq Mahmudah. Penulis menyadari sekali bahwasannya tulisan yang sederhana
ini masih banyak terdapat kekurangan, semuanya itu dikarenakan keterbatasan ilmu yang
penulis miliki. Oleh karena itu saran serta kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tulisan ini sangat penulis butuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

15
Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Madinah Munawwarah:Mujamma’al Malik Fahd Li

Thiba’at Al Mush-Haf Asy-Syarif.

Asmaraman as. 1994. pengantar studi akhlak. jakarta : raja grafindo persada.

Ensiklopedi islam. (Jakarta ; Icthtiar Baru Van Hoeva).

Hamka . 2015. tasawuf modern. jakarta :Republika penerbit.

Naufal bin muhammad al-aydarus. 2011,akhlak para wali. surabaya : taman ilmu.

Nata. Abudin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawai Pers

Amru Khalid, Berakhlak Seindah Rasulullah, Semarang: Pustaka Nuun, 2007.

Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1983.

M. Yatimin Abdulloh, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Amzah,

2007.

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Presfektif Al- Qur’an, Jakarta: Amzah, 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai