Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGAJARAN BAHASA INDONESIA TERPADU

Dosen Pengampu:

Disusun oleh:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MUARA BUNGO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala,


karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
Pengajaran Bahasa Indonesia Terpadu. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi Mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Muara Bungo, 01 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia indonesia terpadu
2. Keterkaitan Materi Pembelajaran Menyimak dan berbicara di kelas
Rendah
3. Keterkaitan Materi Pembelajaran Berbicara dan Membaca di Kelas
Rendah
4. Kerkaitan Materi Pembelajaran Membaca dan Menulis di Kelas Rendah
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
B.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Berbicara mengenai pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu, maka
tidakakan terlepas dari pembicaraan mengenai pendekatan pembelajaran
terpadu. Oleh karena itu, sebelum membahas pembelajaran bahasa Indonesia
secara terpadu, kita bahas terlebih dahulu pendekatan pembelajaran terpadu.
Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan
mempelajari segala peristiwa yang terjadi disekitarnya atau yang dialaminya
sebagai suatu kesatuan yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu
secara parsial (terpisah-pisah). Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar
secara formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai materi
ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka
terkadang mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di
lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan
dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan mengakibatkan
permasalahan yang cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar.
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian mata pelajaran-mata
pelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak, karena
hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artificial atau
pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran
pada satuan pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas-kelas awal, harus
memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar
tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh.Pengemasan pembelajaran harus
dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan
pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-
unsur konseptual baik di dalam maupun antar mata pelajaran akan memberi
peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna
(meaningful learning). Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran
terpadu diyakini sebagai pendekatan. yang berorientasi pada praktik
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.Pembelajaran terpadu secara
efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk
melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan.Dengan
demikian, pembelajaran akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan
pandangan yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan
menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat
diperoleh tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa
melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam
berbagai situasi baru yang semakin beragam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran bahasa Indonesia
terpadu.?
2. Apa yang di maksud dengan keterkaitan materi pembelajaran menyimak
dan berbicara di kelas rendah.?
3. Apa yang di maksud dengan keterkaitan materi pembelajaran berbicara
dan membaca di kelas rendah.?
4. Apa yang di maksud dengan keterkaitan materi pembelajaran membaca
dan menulis di kelas rendah.?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat Pembelajaran bahasa Indonesia terpadu
2. Untuk mengetahui keterkaitan materi pembelajaran menyimak dan
berbicara di kelas rendah
3. Untuk mengetahui keterkaitan materi pembelajaran berbicara dan
membaca di kelas rendah
4. Untuk mengetahui keterkaitan materi pembelajaran membaca dan menulis
di kelas rendah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu


pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu, maka tidak akan terlepas
dari pembicaraan mengenai pendekatan pembelajaran terpadu. Oleh karena itu,
sebelum membahas pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu, kita bahas
terlebih dahulu pendekatan pembelajaran terpadu. Sebelum memasuki bangku
sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang
terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh
(holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah).
Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah
dasar, mereka disuguhi oleh berbagai materi ilmu atau mata pelajaran yang
terpisah satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami kesulitan untuk
memahami fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan alam
sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada
pembelajaran yang memisahkan penyajian antarsatu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius
terutama bagi siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran yang memisahkan secara
tegas penyajian mata pelajaran-mata pelajaran tersebut hanya akan
membuahkan kesulitan bagi setiap anak, karena hanya akan memberikan
pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang
dibuat-buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan
sekolah dasar, terutama untuk kelas-kelas awal, harus memperhatikan
karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai
satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara
tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar
anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
baik di dalam maupun antarmata pelajaran akan memberi peluang bagi
terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful
learning).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini
sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu
menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun
konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, pembelajaran akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang
kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh.
Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi
yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh tidak saja
melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui
kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai situasi baru
yang semakin beragam.
1. Pengertian
Terdapat dua istilah yang secara teoretis memiliki hubungan yang sangat
erat, yaitu integrated curriculum (kurikulum terpadu) dan integrated learning
(pembelajaran terpadu). Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang
menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan,
dan sikap (Wolfinger, 1994:133; Soewignyo, 1996). Rasional pemaduan itu
antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1) Kebanyakan masalah dan pengalaman (termasuk pengalaman belajar)
bersifat interdisipliner, sehingga untuk memahami, mempelajari dan
memecahkannya diperlukan “multi-skill”.
2) Adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam memecahkan
berbagai masalah.
3) Memudahkan anak membuat hubungan antar skemata dan transfer
pemahaman antar konteks.
4) Demi efisiensi; dan
5) Adanya tuntutan keterlibatan anak yang tinggi dalam proses
pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran terpadu banyak dipengaruhi oleh
eksplorasi topik yang ada di dalam kurikulum sehingga anak dapat belajar
menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu
yang bersamaan. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan
sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan
bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Fokus
perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa saat
berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk
keterampilan yang harus dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan
hal tersebut, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:
1) Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat
perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-
gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang
bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya;
2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata
pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam
rentang kemampuan dan perkembangan anak;
3) Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak
secara serempak (simultan);
4) Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata
pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan
lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada
praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses
latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur
intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt,
(termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah
bermakna dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang
berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak. Pelaksanaan pendekatan
pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan
dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema ini
bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi
konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana
untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Jika dibandingkan
dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu tampaknya lebih
menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan
anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
B. Keterkaitan materi pembelajaran menyimak dan berbicara di kelas
rendah
Perbedaan antara mendengar dan menyimak. Dalam bahasa Inggris, pada
kata mendengar adalah to hear, sedangkan pada,kata menyimak adalah to
listen, atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing hearing dan listening.
Don Brown, dalam disertasinya yang berjudul "Auding a Binary Language
Ability" pada Stanford University, 1954, bahwa istilah-istilah hearing dan
listening kedua-duanya terbatas pada makna mendengarkan dan auding, yang
diturunkan dari kata kera neologis to aud, lebih tepat melukiskan, memberikan
keterampilan yang ada sangkut-pautnya dengan para guru. "Auding is to the
ear what reading is to the eyes". Menurut Anderson (Tarigan, 2008: 30) kalau
membaca merupakan proses besar dalam melihat, mengenal, serta
menginterpretasikan atau menafsirkan lambang-lambang tulis, dapatlah kita
membatasi menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan.
Dengan demikian, menyimak bermakna mendengarkan dengan ruh
pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan
sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan komunikasi; perbedaannya
terletak dalam jenis komunikasi menyimak berhubungan dengan komunikasi
lisan, sedangkar membaca berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal
tujuan, keduanya mengandung persamaan yaitu memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, dan memahami makna komunikasi.
Dari uraian di atas dapatlah kita tarik kesimpulan serta kita susun batasan
sebagai berikut: (Tarigan, 2008: 31)
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang- lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan.
1. Tujuan Menyimak
Kalau ada orang bertanya: "Apa fungsi menyimak bagi Anda?", secara
praktis kita dapat memberi jawaban, antara lain: (dalam Tarigan, 2008: 59)
a) Saya menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau
sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi saya.
b) Saya menyimak agar saya menjadi lebih efektif dalam hubungan-
hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat
bekerja, dan dalam kehidupan masyarakat.
c) Saya menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat membuat
keputusan-keputusan yang masuk akal.
d) Menutut Hunt, saya menyimak agar dapat memberikan responsi yang
tepat terhadap segala sesuatu yang saya dengar.
2. Tahap-tahap Menyimak
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada para
siswa sekolah dasar, Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan
tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat
bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai
berikut. (dalam Tarigan, 2008: 31)
1. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan
keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
2. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan
dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar
pembicaraan.
3. Setengah menyimak, karena terganggu oleh kegiatan menunggu
kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa
yang terpendam dalam hati sang anak.
4. Menyimak serapan, karena sang anak keasyikan menyerap atau
mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan
penjaringan pasif yang sesungguhnya.
5. Menyimak sekali-sekali, menyimpan seben tar-sebentar apa yang
disimak; perhatian secara saksama berganti dengan keasyikan lain;
hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya
saja.
6. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi
secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak
memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.
7. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat
komentar ataupun mengajukan pertanyaan.
8. Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan
pikiran sang pembaca.
9. Menyimak secara aktif menurut Strickloand yang terdapat dalam
Dawson, menyimak secara aktif yaitu untuk mendapatkan serta
menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.
Tahap-tahap menyimak ditinjau dari segi perbedaan maksud dan tujuan.
1. Mendengar bunyi kata-kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-
ide yang diekspresikan, misalnya seorang ibu tahu bahwa putrinya
nonberbicara, namun sang ibu tidak memperhatikannya.
2. Menyimak sebentar-sebentar; memperhatikan sang pembicara sebentar-
sebentar; misalnya mendengar suatu ide pada suatu khotbah atau
ceramah, tetapi ide-ide lainnya tidak didengar apalagi didengarkan
3. Setengah menyimak; mengikuti diskusi atau pembicaraan hanya dengan
maksud suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri; misalnya
seseorang yang mendengarkan suatu percakapanhanya untuk mencari
kesempatan untuk mengemukakan kepada hadirin bagaimana cara
beternak ulat sutera.
4. Menyimak secara pasif dengan sedikit responsi yang kelihatan,
misalnya sang anak mengetahui bahwa sang guru mengatakan kepada
seluruh kelas untuk yang kedua kalinya bagaimana cara berjalan di
dalam ruangan agar tidak mengganggu orang lain. Karena sang anak
sudah mengetahui hal itu, penyimakannya bersifat pasif saja, dan
responsinya tidak begitu besar.
5. Menyimak secara sempit, dalam hal ini makna atau penekanan yang
penting pudar dan lenyap karena sang penyimak menyeleksi butir-butir
yang biasa, yang berkenan, ataupun yang sesuai padanya, dan yang
dapat disetujuinya, misalnya seorang anggota Partai Republik
menyimak pembicaraan seorang tokoh dari partai lain. Karena
kesibukannya memilih ide yang diingininya, dia kehilangan ide utama
sang pembicara. Inilah akibat penyimakan yang sempit, ketertutupan
hati seseorang.
6. Menyimak serta membentuk asosiasi-asosiasi dengan butir-butir yang
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang,
misalnya seorang siswa sekolah dasar mendengar bunyi awal kata-kata
Karim, kurang, kaya, karena, kita, dan menghubungkannya dengan
huruf K.
7. Menyimak suatu laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-
unsur penunjang, atau mengikuti petunjuk-petunjuk; menyimak
peraturan-peraturan serta uraian-uraian suatu permainan baru.
8. Menyimak secara kritis; seorang penyimak memperhatikan nilai-nilai
kata emosional dalam suatu iklan advertensi yang disiarkan melalui
radio.
9. Menyimak secara apresiatif dan kreatif menurut Anderson, yakni
dengan responsi mental dan emosional sejati yang matang, misalnya
seorang siswa menyimak gurunya membacakan riwayat perjuangan
seorang pahlawan menentang penjajahan, dan memperoleh
kegembiraan karena dapat mengetahui sifat-sifat pahlawan sejati.
3. Keterampilan Berbicara
Linguis (dalam Tarigan, 2013: 3), berkata bahwa: “speaking is language”.
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan
pada masa tersebutlah kemapuan berbicara atau berujar dipelajari, yang erat
hubungannya dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang
anak melaui kegiatan menyimak dan membaca. Menurut Djago Tarigan
(dalam Djuanda, 2008), berbicara merupakan keterampilan menyampaikan
pesan melalui bahasa lisan. Pesan yang disampaikan oleh pembicara
tersebut tidak disampaikan dalam wujud asli melainkan dalam bentuk bunyi
bahasa, yang kemudian oleh pendengar (penyimak) dialihkan menjadi
bentuk semula.
Sedangkan menurut H.G Tarigan (dalam Djuanda, 2008), berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan.
4. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sudah seharusnya pembicara
memahami makna segala yang ingin dikomunikasikannya. Berbicara untuk
menghibur para pendengar, lebih difokuskan pada kegiatan berbicara untuk
menyenangkan pendengar dengan berbagai cara. Berbicara tentang kisah-
kisah jenaka, humor, atau kisah yang lucu kepada pendengar merupakan
tujuan dengan berbicara menghibur. Biasanya banyak dilakukan oleh
pelawak atau orang yang bisa melucu, yang bertujuan untuk membuat
santai, rileks, dan menyenangkan. Menurut Djuanda (2008: 55), “tujuan
utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi”. Oleh karena itu, agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sudah seharusnya pembicara
memahami terlebih dahulu makna yang ingin dikomunikasikannya. Tujuaan
pengajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif ialah untuk:
1. mengembangkan kompetensi komunikatif siswa, yaitu kemampuan
menggunakan bahasa yang dipelajarinya itu untuk berkomunikasi dalam
berbagai situasi dan konteks.
2. Meningkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang
diperlukan dalam berkomunikasi.
Tujuan utama pembelajaran berbicara di SD adalah melatih siswa dapat
berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai
tujuan tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca atau
menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran berbicara, misalnya
menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang
pernah dibaca atau didengar, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya
jawab berdasarkan bacaan, bermain peran, berpidato.
C. Keterkaitan materi pembelajaran berbicara dan membaca di kelas rendah
Berbicara dan membaca adalah kemampuan mengucapkan bunyi bunyi
artikulasi atau kata kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran,gagasan dan perasaan. Dapat dikatakan bahwa
berbicara merupakan suatusystem tanda tanda yang dapat didengar dan yang
kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia untuk
maksud dan tujuan gagasan atauide yan dikombinasi.

Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam


kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berbicara adalah
suatu keterampilan menyatakan pesan melalui bahasa lisan. Hubungan antar
pesan dan bahasa lisan sangat erat. Pesan yang diterima tidak dalam bentuk
asli, namun masih dalam bentuk bahasa. Seterusnya pendengan akan mencoba
mengalihkan pesan tersebut menjadi bentuk semula. Jadi dapat disimpulkan
bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi bahasa untuk
menyampaikan pesan berupa gagasan, pikiran serta perasaan secara lisan
kepada individu lain Dalam menyampaikan pesan seseorang menggunakan
suatu media ataualat yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa lisan. Seorang yang
akan menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat
memahaminya. Pemberi pesan disebut juga pembicara dan penerima pesan
disebut penyimak atau pendengar.

Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut


berbicara. Dengan rumusan lain dapat dikemukakan bahwa berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.

1. Pembelajaran Berbicara dan Membaca di Kelas Rendah


Metode Ulang Ucap Kegiatan ini dapat dimulai dari kegiatan sederhan
terutama untuk kelas awal SD yaitu dengan menugaskan siswa mengulang
kata yang diucapakan oleh guru.
2. Metode Lihat
UcapSiswa ditugaskan untuk mengucapkan sesuatu kata atau kalimat
yangberhubungan dengan benda yang diperlihatkan oleh guruc.
3. Metode Memberikan Deskripsi
Dengan metode ini siswa diberikan tugas untuk untuk mendeskripsikansuatu
benda yang diperlihatkan oleh guru. Keterampilan yang dilatih
selainkemampuan pokok yaitu mengungkapkan pendapat adalah
megamatibenda, memilih dan mencocokkan sehingga sangat cocok
diterapkan padasiswa kelas awal sampai menengah di Sekolah Dasar.d.
4. Metode Menjawab Pertanyaan
Metode ini sudah sangat umum sehingga dapat diterapkan pada kondisi dan
jenis sembarang bahan ajar. Pertanyaan dapat dikondisikan sedemian
rupaoleh guru untuk merangsang kreatifitas berfikir dan
menyampaikantanggapan terhadap suatu masalah yang diajukan.e.
5. Metode Bertannya
Metode bertanya juga sangat layak digunaka pada sembarang bahan
ajar.Dengan menyajikan bahan ajar telebih dahulu kemudian siswa
ditugaskanuntuk membuat pertanyaan tentang sesuatu yang tidak dipahami
oleh siswaatau bahkan dalam tataran menguji materi ajar itu sendiri. Dengan
bertanyamereka akan mendapat jawaban dan tanggapan tersebut. Tanggapan
dan jawaban tersebut yang diterima oleh siswa akan masuk dalam suatu
kondisi benar dan tidak. Apabila siswa memang dasarnya adalah murni
bertanya maka setelah mendengarkan jawaban/tanggapan dan
menganalisanya akan menanggapi benar atau salah. Dan apabila siswa
bermaksud menguji sudah barang tentu mereka sudah memiliki jawaban dan
hal itu adalah proses berfikir yang selangkah lebih maju. Sehingga siswa ini
tergolong memiliki kecerdasan lebih dan layak mendapatkan penghargaaan
yang lebih pula. Kondisi-kondisi unik lainnya dapat ditemui secara langsung
dilapangan dengan tingkat variasi dan kompleksitas yang lebih tinggi.
6. Metode Pertanyaan Menggali
Metode Pertanyaan MenggaliMetode ini sangat baik digunakan jika kondisi
siswa yang stagnan dandengan rata-rata tingkat pemahaman bahkan IQ
biasa-biasa saja. Karnauntuk mengantarkan mereka kepada suatu
pemahaman yang menjadi tujuanpembelajaran diperlukan langkah-langkah
yang menggiring siswa sehinggasampai pada suatu keadaan paham kepada
tema atau permasalahan yangingin kita sampaikan. Terkadang usaha ini
agak sulit dan membuat kita jengkel karna harus berputar-putar mencari
pengandaian dan logika lain,akan tetapi disinilah letak seni kita sebagai
guru.Akhirnya siswa akan dapatberbicara untuk menyampaikan gagasan, ide
dan pendapat mereka.
D. Keterkaitan materi pembelajaran membaca dan menulis di kelas rendah
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang di tulis. Membaca melibatkan pengenalan symbol yang menyusun sebuah
bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk
mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk
hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor. Sebagian besar
kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di
sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Membaca dapat menjadi sesuatu yang
dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan
pendengar lain yang juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri. Membaca
merupakan kegiatan yang membutuhkan keseimbangan yang baik, dimulai dari
mulai gerakan mata dan pemantapan pemikiran serta kemampuan untuk
menerima informasi dan menelaah informasi tersebut.
Dibutuhkannya keseimbangan yang baik dan akurat agar kita mampu
menerima informasi secara tepat dan mengingat informasi tersebut saat kita
perlukan. Dalam membaca dibutuhkan pula kosentrasi agar kita bisa
menyimpan informasi secara maksimal. Semakin sering kita membaca maka
semakin baik pula kemampuan membaca kita.
Para ahli telah mendefinisikan tentang membaca dan tidak ada criteria
tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling besar. Menurut
Hariss dan Sipay (1980;8) membaca sebagai suatu kegiatan yang memberikan
respon makna secara tepat terhadap lambing verbal yang tercetak atau tertulis.
Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara presepsi
terhadap symbol grafis dan ketrampialn berbahasa serta pengatahuan pembaca.
Dalam interaksi ini, pembaca berusaha mencipatakan kembali makna
sebagaimana makna yang ingin disampaikan oleh penulis dan tulisannya.
Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang
dimaksud oleh penulis.
A. Pengertian Membaca dan Menulis permulaan
Membaca menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang
diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-
kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap
awal anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis
permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih
diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan
melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-
lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang
dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi
tersebut. Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan
kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran
menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-
anak dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau
menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah
struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan
kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada
kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa
tulis melalui lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya. Inilah
kemampuan menulis yang sesungguhnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan.

Berbicara merupakan suatu proses bukan suatu kemampuan, yaitu proses


penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan
(orang lain atau diri sendiri). Kegiatan berbicara selalu diikuti kegiatan
meyimak atau kegiatan menyimak pasti ada dalam kegiatan berbicara. Tujuan
utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, sudah seharusnya pembicara memahami
makna segala yang ingin dikomunikasikannya.

Menurut Djuanda (2008: 77), metode pembelajaran berbicara yang baik


selalu memenuhi berbagai kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan,
pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Agar dapat terwujud
dengan baik proses pembelajaran menyimak dan berbicara yang efektif dikelas
bagi siswa, guru sudah

seharusnya mengetahui teknik-teknik tertentu yang tepat digunakan


dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/
JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-
NOVI_RESMINI/
PEMBELAJARAN_BAHASA_INDONESIA_SECARA_TERPADU.
https://www.academia.edu/36759773/
Pembelajaran_Keterampilan_Bicara_Di_SD
blogspot.com/2019/09/makalah-membaca-menulis-permulaan.

Anda mungkin juga menyukai