Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SPESIALISASI PSIKOLOGI FORENSIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Klinis

Dosen Pengampu :

Dra. Psi. Mierrina, M.Si.

Disusun Oleh :

Laily Maulidiyah (04020320037)

Maidatus Sholihah (04020320039)

Muhammad Ikhwan S (04020320045)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dra. Psi. Mierrina, M.Si. pada
mata kuliah Psikologi Klinis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Spesialisasi Psikologi Forensik dalam mata kuliah Psikologi Klinis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Psi. Mierrina, M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Klinis yang telah membimbing dan memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 16 September 2022

Penulis
A. Pengertian Psikologi Forensik
Psikologi forensik adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi yang
berhubungan dengan dampak dari faktor afektif, kognitif, dan perilaku pada individu
dengan proses hukum. Hal ini terjadi karena beberapa kekhilafan manusia yang sangat
berpengaruh terhadap berbagai aspek dalah penilaian yang bias, ketergantungan pada
ingatan yang keliru, stereotip dan keputusan yang dianggap tidak adil. Karena adanya
keterkaitan antara psikologi dan hukum, para psikolog sering diminta bantuannya
sebagai saksi ahli dan konsultan ruang sidang.1 Psikologi forensik termasuk bidang
khusus yang relatif baru dalam dunia psikologi. Bahkan, psikologi forensik secara
resmi diakui sebagai bidang khusus oleh American Psychological Association (APA)
pada tahun 2001. Meskipun tergolong baru, bidang ini memiliki akar perkembangan
yang sangat kuat berasal dari Wilhelm Wundt yang merupakan pendiri laboratorium
psikologi pertama di Kota Leipzig, Jerman.2 Aspek yang paling penting dari psikologi
forensik adalah kemampuan melakukan tes di pengadilan, menyediakan informasi
kepada personel legal sehingga dapat dimengerti, reformulasi penemuan psikologi ke
dalam bahasa legal dalam pengadilan. Maka dari itu, ahli psikologi forensik harus
dapat menerjemahkan informasi psikologis ke dalam kerangka legal.
B. Tugas Pokok Psikolog Forensik
Beberapa tugas psikolog forensik:
1. Pada Pelaku kejahatan
a. Interogasi, bertujuan agar pelaku mengakui kesalahannya (Sarjana
Psikologi yg di rekrut oleh kepolisian, polisi yg mendapat pelatihan dari
psikolog forensik, atau psikolog yang diundang oleh kepolisian).
b. Criminal profiling, Psikolog forensik dapat membantu polisi melacak
pelaku dengan menyusun profil kriminal pelaku.. Cth: pelaku sodomi,
yang 85% diprofiling sbg korban dimasa kecilnya.
c. Psikolog forensik juga dapat melakukan asesmen untuk memberikan
gambaran tentang kondisi mental pelaku.
2. Pada korban

1
Baron & Byrne, Psikologi Sosial Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2004) hlm. 217
2
Mardatila, Ani (2021-08-04). "Mengenal Psikologi Forensik, Ini Perannya untuk Memecahkan Kejahatan".
https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-psikologi-forensik-ini-perannya-untuk-memecahkan-kejahatan-
kln.html (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 September 2022
Kasus dengan trauma yang berat menolak untuk menceritakan kejadian
yang dialaminya. Psikolog forensik dapat membantu polisi dalam melakukan
penggalian informasi.
Cth: Pada anak-anak/wanita korban kekerasan dibutuhkan pendekatan khusus
agar korban merasa nyaman dan terbuka.
3. Psikolog forensik dapat melakukan otopsi psikologi
Cth: kasus-kasus pembunuhan yang diikuti bunuh diri oleh pelaku, atau
pelaku bunuh diri yang meninggalkan pesan, membutuhkan pengumpulan data
yang lebih rumit dan banyak pertimbangan Seorang psikolog dapat menyusun
otopsi psikologis berdasarkan sumber bukti tidak langsung yaitu catatan yang
ditinggalkan oleh almarhum, data yang diperoleh dari teman, keluarga korban
atau teman kerja.
Tujuan otopsi psikologi adalah merekonstruksi keadaan emosional,
kepribadian, pikiran, dan gaya hidup almarhum. Otopsi psikologi akan
membantu polisi dalam menyimpulkan kemungkinan korban dibunuh atau
bunuh diri.
4. Pada Saksi
Proses peradilan pidana tergantung pada hasil investigasi terhadap saksi,
karena baik polisi, jaksa dan hakim tidak melihat langsung kejadian perkara.
Penelitian menemukan hakim dan juri di Amerika menaruh kepercayaan 90%
terhadap pernyataan saksi, padahal banyak penelitian yang membuktikan
bahwa kesaksian yang diberikan saksi banyak yang bias.
5. Restukturisasi kognitif
Kesalahan berpikir merupakan penyebab tindakan kejahatan. Pemikiran
yang irrasional dan desktruktif dapat mendorong timbulnya gangguan emosi
dan tingkah laku. Sehingga program psikologi diharapkan lebih diarahkan pada
pendekatan berbasis perspektif kognitif.
6. Pada pengadilan
Peran psikolog forensik dalam peradilan pidana di pengadilan, dapat
sebagai saksi ahli, bagi korban (misal kasus KDRT, kasus dengan korban anak-
anak seperti perkosaan, dan penculikan anak), dan bagi pelaku dengan
permasalahan psikologis. Cth: Mental retarded, pedophilia, dan psikopat.
7. Pada pengadilan
Ada beberapa faktor diluar kepribadian yang turut mempengaruhi
putusan hakim terkait latar belakang terdakwa dan juga saksi: Suku bangsa,
jenis kelamin, kecantikan/ketampanan, usia, status sosial/ekonomi, dan
religiusitas. Psikolog forensik juga dapat bekerja untuk pengacara dalam
memberikan masukan terkait dengan jawaban-jawaban yang harus diberikan
kliennya agar tampak meyakinkan. Sebelum persidangan yang sesungguhnya,
psikolog merancang kalimat, ekspresi dan gaya yang akan ditampilkan
terdakwa agar ybs tidak mendapat hukuman yang berat.
8. Kepolisian
Psikolog forensik dapat memberi pelatihan kepada polisi tentang teknik
interogasi yang menggunakan prinsip psikologi. Teknik lama yang digunakan
polisi adalah dengan melakukan kekerasan fisik, banyak mendapatkan
kecaman karena orang yang tidak bersalah dapat mengakui kesalahan akibat
tidak tahan akan kekerasan fisik yang diterimanya. Melakukan asesmen
terhadap kepangkatan polisi. Asesmen terhadap polisi yang akan diturunkan ke
lapangan (daerah konflik, meredam aksi demonstrasi). Asesmen terhadap
kesiapan seorang polisi yang akan dilengkapi dengan senjata, kaitannya dengan
kejiwaaannya.3
C. Ruang Lingkup Psikologi Terkait Forensik
1) Psikologi perkembangan, psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang
mempengaruhinya. Misalnya berkenaan dengan terjadinya perceraian, pengaturan
hak asuh anak, seperti apa yang akan mendukung perkembangan kesehatan anak,
dan dapatkah seorang anak yang melakukan tindakan pembunuhan benar-benar
memahami sifat dan kondisi tindakannya.
2) Psikologi sosial, psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara
manusia dan kelompok sosial. Dalam hal ini membahas bagaimana polisi yang
melaksanakan interogasi menggunakan prinsip-prinsip koersi dan persuasi untuk
membuat tersangka mengakui tindak kejahatannya, dan apakah dinamika
kelompok dalam suatu masalah dapat memengaruhi keputusan yang diambil
dalam peradilan.

3
Yohanes Kartika Herdiyanto, David Hizkia Tobing, Buku Ajar PSIKOLOGI FORENSIK. (Denpasar, Fakultas
Kedokteran UNIVERSITAS UDAYANA, 2016) hlm. 11-14
3) Psikologi klinis, psikologi klinis adalah bidang ilmu psikologi yang bertujuan
memahami, mencegah, dan mengurangi ketidakmampuan, gangguan dan
ketidaknyamanan yang menimbulkan masalah psikologis dalam penyesuaian dan
perkembangan pribadi manusia. Dalam hal ini membahas cara memutuskan bahwa
seseorang yang menderita gangguan jiwa cukup kompeten untuk menghadapi
proses persidangan, dan seberapa mungkin memprediksi bahwa seseorang yang
menderita gangguan jiwa kelak akan menjadi orang yang berbahaya.
4) Psikologi kognitif, psikologi kognitif adalah satu cabang ilmu psikologi yang
mengkaji proses mental dan pada umumnya membahas mengenai bagaimana cara
berfikir, melihat, daya jangan lupa, serta belajar asal seseorang. Membahas
seberapa akurat kesaksian para saksi mata, dalam kondisi seperti apa saksi mata
mampu mengingat kembali apa yang pernah mereka lihat, dan apakah para saksi
memahami instruksi dengan cara yang sama seperti yang diinginkan oleh para
pengacara dan hakim.4
D. Contoh Kasus
Psikolog forensik berperan penting terhadap korban untuk mengatasi dan
memulihkan traumanya serta berperan membaca motif pelaku terhadap kejahatan yang
dilakukannya. Setelah memahami permasalahan, psikolog bisa mengidentifikasi
masalah secara menyeluruh secara efektif. Psikolog juga bisa memahami korban dan
pelaku. Peran psikolog forensik di Indonesia dalam penegakan hukum sudah dilakukan
sejak lahirnya Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR). Psikolog forensik dibutuhkan
untuk mengungkap kasus kriminal masyarakat khususnya kasus-kasus yang
membutuhkan identifikasi psikologis bagi pelaku maupun korban.
1. Sumanto (2003) pemakan mayat asal Purbalingga. Psikolog menyatakan bahwa
Sumanto menderita gangguan jiwa/psikopat, akhirnya ditempatkan di bangsal
khusus penderita penyakit jiwa. Berdasarkan hasil tes psikologi dan hasil
pemeriksaan tim kedokteran kejiwaan Polda Jatim bahwa Ryan mengalami
gangguan kejiwaan psikopatis (2008). Bunuh diri 1 keluarga di Malang (2010).
5

2. Kasus Ferdi Sambo (2022), dalam hal ini, Reza Indragiri selaku pakar psikologi
forenik menjelaskan bahwa motif Sambo yang diduga merencanakan

4
Ujam Jaenudin, Psikologi Forensik, (Bandung: Pustaka Setia, 2017) hlm. 19
5
Yohanes Kartika Herdiyanto, David Hizkia Tobing, Buku Ajar Psikologi Forensik, (Denpasar: Fakultas
Kedokteran UNIVERSITAS UDAYANA, 2016) hlm. 10
pembunuhan kepada brigadir J memiliki 2 motif, yaitu antara motif emosional
dan instrumental. Bisa jadi hal tersebut dilakukan karena amarah, dendam, sakit
hati, kebencian, cemburu, dan seterusnya. Sebaliknya, jika motif tersebut
instrumental, bisa jadi hal tersebut dilakukan karena adanya rasa keinginan
untuk mendapatkan suatu tujuan.6
E. Simpulan
Psikologi forensik adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi yang
berhubungan dengan dampak dari faktor afektif, kognitif, dan perilaku pada individu
dengan proses hukum. Tugas psikolog forensik dapat dilakukan pada :
a. Pada Pelaku kejahatan
b. Pada korban
c. Psikolog forensik dapat melakukan otopsi psikologi
d. Pada Saksi
e. Restukturisasi kognitif
f. Pada pengadilan
g. Pada pengadilan
h. Kepolisian
Sedangkan ruang lingkup psikologi terkait forensik yaitu:
a. Psikologi perkembangan
b. Psikologi sosial
c. Psikologi klinis
d. Psikologi kognitif

6
Imam Saputro (21-08-2022) "Psikolog Forensik Ungkap 2 Dugaan Penyebab Ferdy Sambo Bunuh Brigadir J,
Singgung Konsorium 303". https://palu.tribunnews.com/amp/2022/08/21/psikolog-forensik-ungkap-2-
dugaan-penyebab-ferdy-sambo-bunuh-brigadir-j-singgung-konsorsium-303?page=2 Diakses tanggal 17
September 2022
DAFTAR PUSTAKA

Baron & Byrne. 2004. Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Mardatila, Ani (2021-08-04). "Mengenal Psikologi Forensik, Ini Perannya untuk


Memecahkan Kejahatan". https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-psikologi-
forensik-ini-perannya-untuk-memecahkan-kejahatan-kln.html (dalam bahasa Inggris).
Diakses tanggal 16 September 2022

Saputro, Imam. (21-08-2022) "Psikolog Forensik Ungkap 2 Dugaan Penyebab Ferdy Sambo
Bunuh Brigadir J, Singgung Konsorium 303".
https://palu.tribunnews.com/amp/2022/08/21/psikolog-forensik-ungkap-2-dugaan-
penyebab-ferdy-sambo-bunuh-brigadir-j-singgung-konsorsium-303?page=2. Diakses
tanggal 17 September 2022

Jaenudin, Ujam. 2017. Psikologi Forensik. Bandung: Pustaka Setia

David Hizkia Tobing, Yohanes Kartika Herdiyanto. 2016. Buku Ajar Psikologi
Forensik. Denpasar: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS UDAYANA

Anda mungkin juga menyukai