Anda di halaman 1dari 111

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PERSALINAN


FISIOLOGIS PADA Ny. A. DI PMB LEJAR
KOTA MALANG

Oleh :

SRILEJARING TIYAS

NIM. 202108112

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN

HOLISTIK PERSALINAN FISIOLOGIS PADA Ny. A” di PMB Lejar

disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada:

Hari/tanggal: Jumat, 1 April 2022

Malang, 1 April 2022

Mahasiswa

Srilejaring Tiyas

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Dwi Ertiana, SST, S.Keb. Bd, MPH Kalprina Todingan,S.Tr.Keb

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena limpahan berkat dan rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik yang berjudul “Praktik Asuhan

Kebidanan Holistik Persalinan Fisiologis pada Ny. A. di PMB Lejar Kota

Malang”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas stase

4 (Laporan Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis) pada Pendidikan Profesi

Bidan STIKES Karya Husada Kediri.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Malang, Maret 2022

Srilejaring Tiyas

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................3
1.3 Manfaat............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
2.1 Persalinan 5
2.2 Analisa Jurnal 55
2.3 Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan 61
BAB 3 TINJAUAN KASUS..............................................................................69
3.1 Data Subjektif................................................................................................69
3.2 Data Objektif..................................................................................................72
3.3 Analisa Data...................................................................................................76
3.4 Penatalaksanaan.............................................................................................76
BAB 4 PEMBAHASAN.....................................................................................86
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................88
5.1 KESIMPULAN..............................................................................................88
5.2 SARAN..........................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................90
LAMPIRAN.......................................................................................................91

iv
DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Penapisan Ibu Bersalin ...........................................................53

2. Tabel 2.2 Derajat laserasi / Robekan Perineum.......................................54

v
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Bidang Hodge......................................................................15

2. Gambar 2.2 Pendataran dan pembukaan servik.......................................50

3. Gambar 2.3 Penurunan kepala janin.......................................................51

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiram Dokumentasi foto kegiatan...................................................91

2. Lampiran Dokumen data pendukung.......................................................92

3. Lampiran Leaflet.....................................................................................98

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam

kehidupan wanita. Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap

wanita, dengan belum adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan

dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan. Keadaan ini sering

terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014).

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan

sendiri)

(Sulistyowati & Nugraheny, 2013). Proses persalinan dipengaruhi tiga

faktor berupa passage(jalan lahir), passanger (janin), power (kekuatan).

Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia) apabila ketiga

faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang

mempengaruhi proses persalinan yaitu psikologis dan penolong (Rohanidkk,

2011). Pada ibu yang pertama kali menjalani proses persalinan akan takut,

cemas, khawatir yang berakibat pada peningkatan nyeri selama proses

persalinan dan dapat menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancar

(Wijaya dkk, 2014). Sehingga dalam suatu persalinan seorang istri

membutuhkan dukungan fisik maupun psikis agar dapat meringankan kondisi

psikologis ibu yang tidak stabil, peran suami sangat dibutuhkan selama proses

1
2

persalinan.

Peran seorang suami dalam proses persalinan sering dihiraukan, salah

satunya dikarenakan faktor adat istiadat dan kebijakan rumah sakit yang

kurang mendukung (Gebrehiwotet al, 2012). Proses persalinan merupakan

suatu keadaan yang menegangkan, seorang ibu membutuhkan dukungan yang

kuat, salah satunya adalah dukungan dari seorang suami. Hal ini

diperlihatkan dalam jurnal penelitian tentang pengalaman ibu yang

didampingi suami saat proses persalinan. Manfaat kehadiran suami selama

proses persalinan menurut persepsi ibu yaitu suami dapat memberikan

perasaan tenang serta menguatkan psikis ibu karena suami dianggap dapat

memberikan dukungan dan semangat, menambah kedekatan emosi suami-

istri karena suami menyaksikan perjuangan ibu dalam melahirkan buah hati

mereka, suami selalu ada saat dibutuhkan, ibu merasa nyaman dan ada energi

lebih ketika suami mendampingi. Ibu merasa tidak sendiri ketika melahirkan

dikarenakan ada yang mendampingi, memberikan dukungan serta

memberikan semangat (Astuti dkk, 2012).

Beberapa penelitian membuktikan adanya pengaruh positif tehadap

pendampingan suami selama proses persalinan istri yang dapat dilihat dari

proses kelancaran persalinan (Wijaya dkk, 2015). Hal tersebut menjadikan

ibu menjai tenang, tidak merasa cemas sehingga persalinan dapat berjalan

dengan lancar dan cepat. Akan tetapi apabila kurangnya support dan tidak

adanya pendampingan suami selama proses persalinan dapat mengakibatkan

berbagai masalah.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada kesempatan kali ini


3

penulis tertarik membahas tentang Asuhan Kebidanan Holistik pada

Persalinan.

1.2 Tujuan

Memberikan asuhan kebidanan holistik pada Persalinan Fisiologis

pada ibu bersalin di wilayah PMB Lejar dengan pendokumentasian SOAP.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Studi kasus ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan

wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan Persalianan

Fisiologis pada Ny.A di PMB Lejar kota Malang.

1.3.2 Manfaat Praktis

1.3.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan

Kebidanan serta referensi bagi mahasiswa dalam memahami

pelaksanaan Asuhan Kebidanan Persalianan Fisiologis pada

Ny.A di PMB Lejar kota Malang.

1.3.2.2 Bagi Penulis

Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara

langsung di lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan

Persalianan Fisiologis pada Ny.A di PMB Lejar kota Malang.


4

1.3.2.3 Bagi Lahan Praktik ( PMB )

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat

mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan

asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif sesuai

standart pelayanan minimal sebagai sumber data untuk

meningkatkan penyuluhan pada ibu bersalin.

1.3.2.4 Bagi Klien

Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif

yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan sesuai

kebutuhan klien, sehingga klien apabila terdapat komplikasi

dapat terdeteksi sedini mungkin.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persalinan

2.1.1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati,

yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri

dengan kelahiran plasenta. Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting

bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk

diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan

kejadian yang sehat. Persalinan dimulai (inpartu) sejak

uterusberkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membukadan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap.Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkanperubahan serviks (Depkes RI, 2008).

Persalinan adalah klimaks dari kehamilan, dimana berbagai

sistem yang tampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam

keharmonisan untuk melahirkan bayi. Persalinan adalah proses

membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir

sedangkan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin (37-42

5
6

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni, 2013). Persalinan adalah

suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina (Tresnawati, 2012).

2.1.2. Jenis – Jenis Persalinan


2.1.2.1 Persalinan spontan atau partus biasa apabila persalinan dengan

presentasi belakang kepala tanpa memakai alat, tanpa melukai

ibu dan bayi atau seluruhnya terjadi atas kekuatan ibu sendiri,

biasanya berlangsung dalam waktu kurang kurang dari 24 jam.

2.1.2.2 Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga

dari pihak lain atau menggunakan peralatan medis.

2.1.2.3 Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan karena rangsangan dari luar.

2.1.3. Macam-macam persalinan menurut umur kehamilan:

2.1.3.1. Partus imaturus adalah persalinan kurang dari 28 minggu

lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 500-1000 gram.

2.1.3.2. Partus prematurus, adalah persalinan dari hasil konsepsi

pada umur kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi

belum cukup bulan, berat janin antara 1000-2500 gram.

2.1.3.3. Partus aterm adalah persalinan pada kehamilan 37-42

minggu, janin matur, berat badan janin diatas 2500 gram.

2.1.3.4. Partus serotinus adalah persalinan yang melampaui umur

hamil 42 minggu pada janin terdapat tanda naturitas.


7

2.1.3.5. Partus presipitatus adalah persalinan yang berlangsung

cepat kurang dari 3 jam.

2.1.3.6. Persalinan (kelahiran) yang tidak dikehendaki atau abortus

adalah terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum

mampu hidup diluar kandungan, umur hamil sebelum 28

minggu dan BB janin kurang dari 1000 gr. (Tresnawati, 2012).

2.1.4. Sebab-Sebab Persalinan


Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum

diketahui secara pasti karena itu masih merupakan teori-teori yang

kompleks. Banyak factor yang memegang peranan penting dan

bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Factor- faktor tersebut adalah

sebagai berikut faktor hormon, struktur uterus, sirkulasi uterus,

pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi (Sulistyawati, 2014).

2.1.5. Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya persalinan adalah:

2.1.5.1. Teori Penurunan Hormon

Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai,

terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone. Progesterone

bekerja sebagai penenang otot- otot polos rahim, jika kadar

progesterone turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh

darah dan menimbulkan his (Sulistyawati, 2014).

2.1.5.2. Teori Plasenta Menjadi Tua

Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam

plasenta mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan

turunnya kadar estrogen dan progesterone yang mengakibatkan


8

tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan

kontraksi uterus (Sulistyawati, 2014).

2.1.5.3. Teori Distensi Rahim

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam

batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi

kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai (Sulistyawati,

2014).

2.1.5.4. Teori Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kenjar hypopisis posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton-hicks. Menurunnya konsentrasi progesterone

karena matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin

meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk

berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai (Sulistyawati,

2014).

2.1.5.5. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka

sebagai salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan

menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan

secara intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada

setiap usia kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya

kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun

darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama


9

proses persalinan (Sulistyawati, 2014).

2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

2.1.6.1. Power (Tenaga / Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan

adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan

aksi dari ligament. Kekuatan primer yang diperlukan dalam

persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya

adalah tenaga meneran ibu. (Rohani, dkk. 2013)

1) His (Kontraksi Uterus)

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada

bulan terakhir kehamilan dan sebelum persalinan dimulai, sudah

ada kontraksi rahim yang disebut his. His dibedakan menjadi 2

yaitu :

a) His pendahuluan atau his palsu

His pendahuluan bersifat tidak teratur dan

menyebabkan nyeri diperut bagian bawah dan lipat paha,

tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang

ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya

kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila berjalan,

bahkan sering berkurang.

His pendahuluan tidak bertambah kuat dengan

majunya waktu, bertentangan dengan his persalinan yang

makin lama makin kuat. His pendahuluan tidak

mempunyai pengaruh pada serviks.


10

b) His persalinan

Walaupun his merupakan suatu kontraksi dari otot-

otot rahim yang fisiologis, akan tetapi bertentangan

dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat nyeri.

Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari

penderita, yang ditentukan oleh kondisi jiwanya.

Kontraksi rahim bersifat otonom, artinya tidak

dipengaruhi oleh kemauan, namun dapat dipengaruhi dari

luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan.

Sifat his yang normal:

1) Kontraksi otot rahim dimulai dari salah satu tanduk

rahim atau cornu

2) Fundal dominan, yaitu kekuatan paling tinggi di fundus

uteri

3) Kekuatannya seperti gerakan meremas isi rahim

4) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke

panjang semula, sehingga terjadi retraksi dan

pembentukan segmen bawah rahim

5) Pada setiap his terjadi perubahan pada serviks yaitu

menipis dan membuka. Hal-hal yang perlu di observasi

pada his persalinan :

1) Frekuensi adalah jumlah his dalam waktu tertentu,

biasanya per 10 menit


11

2) Amplitudo atau intensitas adalah kekuatan his

diukur dalam mmHg. Dalam praktiknya, kekuatan his

hanya dapat diraba secara palpasi.

3) Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung

diukur dengan detik. Misalnya selama 40 detik

4) Datangnya his terjadi sering, teratur atau tidak

5) Interval antara 2 kontraksi adalah masa relaksasi.

Pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10

menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

Karakteristik dan sifat his adalah:

1) His pendahuluan

Tidak teratur dan tidak kuat menyebabkan timbulnya

“show” atau lender darah.

2) His pembukaan

His membuka serviks sampai terjadi pembukaan lengkap

10 cm, his mulai teratur dan lebih kuat dan ibu merasa

sakit.

3) His pengeluaran

His sangat kuat, lebih teratur dan lebih lama sehingga

sangat berguna untuk mempercepat keluarnya janin.

4) His pelepasan plasenta

Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan

plasenta.
12

5) His pengiring

Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (meriang),

menyebabkan pengecilan rahim dalam beberapa jam atau

hari (Rohani, dkk. 2013).

2.1.6.2. Tenaga meneran (kekuatan sekunder)

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah,

tenaga yang mendorong janin keluar selain his terutama

disebabkan oleh kontraksi otot- otot dinding perut yang

mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal.

Tenaga ini serupa dengan tenaga meneran saat BAB,

tetapi jauh lebih kuat lagi. Rupanya, waktu kepala sampai

pada dasar panggul, timbul suatu reflex yang mengakibatkan

pasien menekan diafragmanya ke bawah. Tenaga meneran ini

hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah lengkap dan

paling efektif dari suatu kontraksi rahim.

Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar

panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong

keluar. Ibu ingin meneran, usaha mendorong kebawah

(kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha volunteer yang

sama dengan yang dilakukan saat BAB (meneran). Otot-otot

diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong janin

keluar melalui jalan lahir. Hal ini menyebabkan meningkatnya

tekanan intraabdominal. Tekanan ini menekan uterus pada

semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong janin


13

keluar.

Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi

serviks, tetapi setelah dilatasi serviks, kekuatan ini cukup

penting untuk mendorong janin keluar dari uterus dan vagina.

Apabila dalam persalinan ibu melakukan valsava maneuver

(meneran) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.

Meneran akan menyebabkan ibu lelah dan menimbulkan

trauma serviks (Rohani, dkk. 2013).

2.1.6.3. Passage (Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang

yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus

berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative

kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus

ditentukan sebelum persalinan dimulai.

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras

(tulang-tulang panggul) dan jalan lahir lunak (uterus, otot dasar

panggul, dan perineum).

1) Jalan Lahir Keras (Tulang Panggul)

Tulang panggul tersusun atas 4 tulang yakni 2 buah

tulang Os coxae (tulang pangkal paha) terdiri dari: Os-ilium,

Os-ischium, Os pubis, 1 buah tulang Os sacrum (tulang

kelangkang, 1 buah tulang Os coccyges (tulang ekor)

Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul

menjadi 2 bagian yaitu : pelvis mayor (panggul palsu) yaitu


14

bagian diatas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan

dan pelvis minor (panggul sejati) yang menyerupai suatu

saluran sumbu melengkung kedepan. Bagian ini merupakan

bagian yang menyerupai peranan penting, karena untuk

meramalkan dapat atau tidaknya bayi melewatinya. Pelvis

minor terdiri dari: pintu atas panggul, ruang tengah panggul,

dan pintu bawah panggul (Rohani, dkk. 2013)

Bidang-bidang Hodge adalah sebagai berikut:

a) Bidang Hodge I

Bidang datar yang melalui bagian atau sympisis dan

promontorium yang dibentuk pada lingkaran pintu atas

panggul.

b) Bidang Hodge II

Bidang sejajar dengan bidang hodge I terletak dibawah

sympisis.

c) Bidang Hodge III

Bidang yang sejajar dengan bidang hodge I dan bidang

hodge II terletak setinggi spina isciadika kanan dan kiri.

d) Bidang Hodge IV

Bidang yang sejajar dengan bidang hodge I, II, dan III

terletak setinggi os cocsigis. (Tresnawati, 2012)


15

Gambar 2.1 Bidang Hodge

2) Jalan Lahir Lunak

a) Uterus

(1) Segmen atas uterus

Terdiri atas fundus dan bagian uterus yang

terletak di atas refleksi lipatan vesika uterina

peritoneum. Selama persalinan, segmen ini

memberikan kontraksi yang kuat untuk mendorong

janin keluar.

(2) Segmen bawah uterus

Terletak antara lipatan vesika uterina

peritoneum sebelah atas dan serviks dibawah. Ketika

kontraksi, otot segmen atas meningkatkan frekuensi

dan kekuatannya; pada kehamilan lanjut, segmen


16

bawah uterus berkembang lebih cepat lagi dan teregang

secara radikal untuk memungkinkan turunnya bagian

presentasi janin. Pada saat persalinan, seluruh serviks

menyatu menjadi bagian segmen bawah uterus yang

teregang.

(3) Serviks uteri

Pada kehamilan lanjut, serviks uteri menjadi

lebih lunak dan menjadi lebih pendek karena tergabung

dalam segmen bawah uterus. Pada saat persalinan

karena adanya kontraksi uterus, maka serviks

mengalami penipisan dan pembukaan.

Pada primigravida pembukaan didahului oleh

pendataran serviks, sedangkan pada multigravida

pembukaan serviks dapat terjadi bersamaan dengan

pendataran. Pendataran serviks “obliterasi” adalah

pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm

menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi

hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagai

pendataran (effacement) dan terjadi dari atas

kebawah. Tingkat effacement dinyatakan dalam

persentase dari angka 0% sampai 100%. Dilatasi

serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan

saluran serviks yang terjadi pada awal persalinan.

Diameter meningkat dari sekitar 1 cm sampai 10 cm,


17

jika dilatasi serviks lengkap dan retraksi telah

sempurna, serviks tidak lagi dapat diraba. Dilatasi

serviks lengkap menandai akhir tahap pertama

persalinan.

(4) Otot dasar panggul

Otot dasar panggul terdiri atas otot-otot dan

ligamen yaitu dinding panggul sebelah dalam dan yang

menutupi panggul bawah, yang menutupi panggul

bawah membentuk dasar panggul disebut pelvis.

Jaringan lunak terdiri atas segmen bawah uterus yang

dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina,

dan introitus.

Sebelum persalinan dimulai, uterus terdiri atas

korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan dimulai,

kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah

menjadi dua bagian yaitu bagian atas yang teba, berotot

pasif, dan berdinding tipis yang secara bertahap

menebal dan kapasitas akomodasinya menurun; dan

bagian bawah uterus yang secara bertahap membesar

karena mengakomodasi isi dalam rahim. Suatu cincin

retraksi fisiologis memisahkan kedua segmen ini.

Segmen bawah uterus secara bertahap

membesar karena mengakomodasi isi dalam rahim,

sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas


18

akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri

menyebabkan janin tertekan kebawah, terdorong kearah

serviks. Serviks kemudian menipis dan berdilatasi

secukupnya, sehingga memungkinkan bagian pertama

janin turun memasuki vagina. Sebenarnya, saat turun

serviks ditarik ke atas dan lebih tinggi dari bagian

terendah janin.

(5) Perineum

Perineum adalah jaringan yang terletak

disebelah distal diafragma pelvis. Perineum

mengandung sejumlah otot superfisial, sangat vascular,

dan berisi jaringan lemak. Saat persalinan, otot ini

sering mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan

(Rohani, dkk. 2013).

2.1.6.4. Passanger (Janin dan Plasenta)

Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak di

sepanjang jalan lahir merupakan akibat dari beberapa faktor,

yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi

janin.

Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat

juga dianggap penumpang yang menyertai janin. Namun,

plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran

normal.

Istilah yang dipakai dalam kedudukan janin dalam rahim


19

adalah sebagai berikut:

1) Sikap

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan

sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin

umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang

punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan

bersilang didada.

Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu

dengan yang lainnya. Janin mempunyai postur yang khas

(sikap) saat berada di dalam rahim dikarenakan akibat pola

pertumbuhan janin dan sebagian lagi akibat penyesuaian

janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal,

punggung janin sangat fleksi ke arah dada, dan paha fleksi

kearah sendi lutut, disebut fleksi umum. Tangan disilang di

depan thorax dan tali pusat terletak di antara lengan dan

tungkai (Rohani, dkk. 2013).

2) Letak

Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada pada

sumbu ibu. Letak adalah hubungan antara sumbu panjang

(punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung). Ada 2

macam letak yaitu:

a) Memanjang atau vertical, dimana sumbu panjang janin

paralel dengan sumbu panjang ibu

b) Melintang atau horizontal, dimana sumbu panjang janin


20

membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Letak

memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi

sacrum (Rohani, dkk. 2013).

3) Presentasi

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin

yang ada dibagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi

atau pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, bokong,

bahu dan lain-lain).

Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali

memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir

saat persalinan mencapai aterm (Rohani, dkk. 2013).

4) Posisi

Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah

bagian terbawah janin apakah sebelum sebelah kanan, kiri,

depan, atau belakang kepala (LBK), ubun- ubun kecil kiri

depan (UUK), atau kanan belakang. Posisi ialah hubungan

antara bagian presentasi (oksiput, sacrum, mentum (dagu)

sinsiput, puncak kepala yang defleksi/menengadah) terhadap

4 kuadran panggul ibu. Posisi dinyatakan dengan singkatan

yang terdiri atas huruf pertama masing-masing kata kunci

OAK = posisi Oksipito Anterior Kanan (Rohani, dkk.

2013).

2.1.6.5. Psikologis
21

Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan

dan kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang

kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati,

seolah-olah pada saat itu bener-bener terjadi realitas

“kewanitaan sejati”,yaitu munculnya rasa bangga bisa

melahirkan atau memproduksi anak. Khususnya, rasa lega itu

berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu,

mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa

kehamilannya yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan

yang belum pasti”, sekarang menjadi hal yang nyata. Faktor

psikologis meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual

2) Pengalaman bayi sebelumnya

3) Kebiasaan dari adat istiadat dari masyarakat tertentu

4) Dukungan dari orang dekat pada kehidupan ibu (Rohani,

dkk. 2013).

2.1.6.6. Penolong

Peran dan penolong persalinan adalah mengantisipasi

dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan

janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skill dan

kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan serta

aspek konseling dan pemberian informasi yang jelas dibutuhkan

oleh ibu bersalin untuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan


22

keluarga (Rohani, dkk. 2013).

2.1.7. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan

2.3.1 Perubahan Fisiologis Kala I

1) Uterus

Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium

berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada umumnya.Pada

saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi

berubah ke ukuran lebih pendek secara progresif. Dengan

perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi

dan retraksi maka kavum uterus lama kelamaan menjadi

semakin mengecil. Proses ini merupakan salah satu factor

yang menyebabkan janin turun ke pelvis. Kontraksi uterus

mulai dari fundus dan terus melebar sampai bawah abdomen

dengan dominasi tarikan ke arah fundus (fundal dominan).

Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang dan

sangat kuat pada fundus (Sulistyawati, 2014).

2) Serviks

a) Penipisan serviks (Effacement)

Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan

penipisan serviks. Seiring dengan bertambahnya efektifitas

kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi

lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang

bersifat fundal dominan sehingga seolah-olah serviks


23

tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas

anatara segmen atas dan bawah rahim (retraction ring)

mengikuti arah tarikan ke atas, sehingga seolah-olah batas

ini letaknya bergeser ke atas. Panjangnya serviks pada

akhir kehamilan normal berubah-ubah (dari beberapa

mm– 3 cm). dengan dimulainya persalinan, panjang

serviks berkurang secara teratur sampai menjadi sangat

pendek (hanya beberapa mm) (Sulistyawati, 2014).

b) Dilatasi

Setelah serviks dalam kondisi menipis penuh, maka

tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka

disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas terus- menerus

saat uterus berkontraksi.

Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui

pemeriksaan intravagina. Berdasarkan diameter pembukaan

serviks, proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu:

a. Fase laten, berlangsung selama kurang lebih 8 jam.

Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai

diameter 3 cm.

b. Fase aktif

Dibagi dalam 3 fase :

(1)Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini

menjadi 4 cm
24

(2)Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

(3)Fase deselerasi. Pembukaan lambat kembali, dalam 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm).

pembukaan lengkap berarti bibir serviks dalam keadaan

tak teraba dan diameter lubang serviks adalah 10 cm.

Fase di atas dijumpai pada primigravida. Pada

multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih

cepat untuk setiap fasenya. Kala 1 selesai apabila

pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida

berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada

multigravida kira-kira 7 jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium

uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga

serviks mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri

eksternum membuka. Namun, pada multigravida, ostium

interna dan eksterna serta penipisan dan pendataran

serviks terjadi dalam waktu yang sama (Sulistyawati,

2014).

c) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi,

disertai peningkatan sistolik rata-rata 15-20 mmHg. Dan

diastole rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu di antara


25

kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat sebelum

persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke

posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi

dapat dihindari. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat

semakin meningkatkan tekanan darah (Sulistyawati, 2014).

d) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik

aerob maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kecemasan dan

aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolic terlihat

dari peningkatan suhu badan, denyut nadi, pernafasan curah

jantung, dan cairan yang hilang (Sulistyawati, 2014).

e) Perubahan Suhu

Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan

dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.

Perubahan suhu di anggap normal, bila peningkatan suhu

tidak lebih dari 0,5-1oC yang mencerminkan peningkatan

metabolisme selama persalinan (Sulistyawati, 2014).

f) Perubahan Denyut Nadi

Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai

peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik

puncak sampai frekuensi yang lebih rendah pada frekuensi di

antara kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan


26

hingga mencapai lazim di antara kontraksi. Penurunan yang

mencolok selama kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita

berada pada posisi miring terlentang. Frekuensi denyut nadi

di antara kontraksi sedikit lebih meningkat dibandingkan

selama priode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan

peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan

(Sulistyawati, 2014).

g) Perubahan pernafasan

Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama

persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolism yang

terjadi. Hiperventilasi yang menunjang adalah temuan

abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan

pada ektremitas dan perasaan pusing) (Sulistyawati, 2014).

h) Perubahan Renal (Berkaitan dengan Ginjal)

Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini

dapat diakibatkan karena peningkatan lebih lanjut curah

jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan

laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.

Kandung kemih harus sering dievaluasi setiap 2 jam

untuk mengetahui adanya distensi, juga harus dikosongkan

untuk mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih

yang penuh, yang akan mencegah penurunan bagian

presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat

penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia


27

kandung kemih dan retensi urine selama periode

pascapersalinan (Sulistyawati, 2014).

2.1.7.2. Perubahan Fisiologis Kala II

1) Kontraksi, dorongan otot-otot dinding rahim

Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat

tersendiri. Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan satu-

satunya kontraksi normal muskulus. Kontraksi ini

dikendalikan oleh saraf intrinsik tidak di sadari tidak dapat

di atur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama

kontraksi (Sulistyawati, 2014).

2) Uterus

Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh

ototnya berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his

bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh

otot fundus yang menarik otot bawah rahim ke atas

sehingga menyebabkan pembukaan serviks dan dorongan

janin kebawah secara alami (Sulistyawati, 2014).

3) Serviks

Pada kala II, serviks sudah menipis dan dilatasi

maksimal. Saat dilakukan pemeriksaan dalam, porsio sudah

tak teraba dengan pembukaan 10 cm (Sulistyawati, 2014).

4) Pergeseran organ dasar panggul

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin


28

akan menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti

dengan perineum yang menonjol dan menjadi lebar dengan

anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak pada vulva saat ada his

(Sulistyawati, 2014).

5) Ekspulsi Janin

Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala

janin sudah tidak masuk lagi diluar his. Dengan his serta

kekuatan meneran maksimal, kepala janin dilahirkan

dengan suboksiput di bawah simpisis, kemudian dahi, muka

dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his

mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh

bayi. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira satu

setengah jam sedangkan pada multigravida setengah jam

(Sulistyawati, 2014).

2.1.7.3. Perubahan Fisiologis Kala III


Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya

plasenta atau uri. Partus kala III disebut juga kala uri. Kala III

merupakan periode waktu di mana penyusutan volume rongga

uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengkatan

plasenta. Oleh karena tempat perlekatan menjadi kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta

menjadi berlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding


29

uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah

uterus atau ke dalam vagina. Kala III ini tidak kala pentingnya

dengan kala I dan kala II. Kelalaian dalam memimpin kala III

dapat mengakibatan kematian karena perdarahan. Rata-rata

lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara

maupun multipara. Tempat implantasi plasenta sering pada

dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral.

Sangat jarang terdapat pada fundus uteri.

Dalam kelahiran plasenta, didapat 2 tingkat atau fase yaitu :

1) Pelepasan plasenta

Setelah bayi lahir, uterus masih

mengadakan kontraksi yang mengakibatkan

penciutan kavum uteri, tempat implantasi

plasenta. Hal ini mengakibatkan plasenta lepas

dari tempat implantasinya.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

a) Perubahan bentuk uterus

Bentuk uterus yang semula discoid menjadi globuler

(bundar) akibat dari kontraksi uterus.

b)Semburan darah tiba-tiba

Semburan darah ini disebabkan karena penyumbat

retroplasenter pecah saat plasenta lepas.


30

c) Tali pusat memanjang

Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke segmen uterus

yang lebih bawah atau rongga vagina.

d) Perubahan posisi uterus

Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah rahim,

maka uterus muncul pada rongga abdomen (uterus naik di

rongga rahim).

2) Pengeluaran plasenta

Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah

rahim, kemudian melalui servik, vagina dan keluarkan ke

introitus vagina (Sulistyawati, 2014).

2.1.7.4. Perubahan Fisiologis kala IV

1) Tanda vital

Dalam 2 jam pertama setelah persalinan, tekanan

darah, nadi, dan pernafasan akan berangsur normal. Suhu

pasien biasanya akan mengalami sedikit peningkatan tapi

masih dibawah 380C, hal ini disebabkan oleh kurangnya

cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu

akan berangsur normal ke mbali setelah 2 jam

(Sulistyawati, 2014).

2) Gemetar

Kadang dijumpai pasien pascapersalinan mengalami


31

gemetar, hal ini normal sepanjang suhu kurang dari 380C

dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi lainnya. Gemetar

terjadi karena hilannya ketegangan dan sejumlah energy

selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis

terhadap penurunan volume intraabdominal serta

pergeseran hematologi (Sulistyawati, 2014).

3) Serviks

Bentuk serviks agak menganga seperti corong yang

disebabkan oleh korpus uterus yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga

seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks

berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah

kehitanman karena penuh dengan pembuluh darah,

konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau

perlukaan kecil karena robekan kecil terjadi selama

berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah kembali lagi

ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks yang

berdilatasi 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara

perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan bisa bisa

kedalam rongga rahim setelah dua jam lahir hanya dapat

dimasuki 2 atau 3 jari (Sulistyawati, 2014).

4) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi


32

yang bergerak maju. Pada hari ke-5 pasca melahirkan,

perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya

sekalipun tetap lebih kendur disbanding keadaan sebelum

hamil (Sulistyawati, 2014).

5) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses persalinan,

dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut

kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak

hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur- angsur

akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih

menonjol (Sulistyawati, 2014).

2.1.8. Perubahan Psikologis Ibu Bersalin

2.1.8.1. Perubahan Psikologis pada kala I Fase Laten

Pada fase ini, biasanya ibu merasa lega dan bahagia

karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada

awal persalinan, wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan

khawatir berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena

kontraksi. Biasanya ingin berbicara, perlu ditemani, tidak

tidur, ingin berjalan-jalan, dan menciptakan kontak mata. Pada

wanita yang dapat menyadari bahwa proses ini wajar dan

alami, maka ia akan mudah beradaptasi dengan keadaan

tersebut.
33

2.1.8.2. Perubahan Psikologis pada Kala I Fase Aktif

Pada persalinan stadium dini, ibu dapat tetap makan

dan minum atau tertawa dan mengobrol dengan riang diantara

kontraksi. Begitu persalinan maju, ibu tidak punya keinginan

lagi untuk makan dan mengobrol, menjadi lebih pendiam, dan

bertindak lebih didasari naluri karena bagian primitif otak

mengambil alih.

Saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan

maksimum, rasa khawatir ibu menjadi meningkat. Kontraksi

menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga

ia tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini, ibu akan

menjadi lebih serius, ia menginginkan seseorang untuk

mendampinginya karena merasa takut tidak mampu

beradaptasi dengan kontraksinya.

Pada persalinan yang kuat, ibu biasanya lebih terpusat

dan memilih menarik diri dari pada mengobrol dengan orang

lain, ia digambarkan telah menjadi dirinya sendiri. Ketika

persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilisasi,

memegang sesuatu saat kontraksi, atau berdiri mengangkang

dan menggerakkan pinggulnya. Ketika persalinan ibu semakin

maju, ia akan menutup mata serta pernafasannya berat dan

lebih terkontrol. Ia akan mengerang dan kadang berteriak

selama kontraksi yang nyeri. Ibu terlihat menekuk jari kakinya

ketika kontraksi memuncak.


34

2.1.9. Kebutuhan Dasar Selama persalinan

2.1.9.1. Makan dan Minum

Jika pasien dalam situasi yang memungkinkan untuk

makan, biasanya pasien akan makan sesuai dengan

keinginannya, namun ketika masuk dalam persalinan fase aktif

biasanya ia hanya menginginkan cairan. Tetapi sebagian pasien

ada yang enggan untuk makan atau minum karena khawatir

jika akan muncul dorongan untuk BAB atau BAK.

Penatalaksanaan yang tepat dan bijaksana yang dapat

dilakukan oleh bidan adalah melihat situasi pasien, artinya

cairan dan nutrisi tetap dipertimbangkan untuk diberikan

dengan konsistensi dan jumlah yang logis dan sesuai dengan

kondisi pasien (Sulistyawati, 2014).

2.1.9.2. Posisi dan Ambulasi

Posisi yang nyaman selama persalinan sangat

diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan

rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu proses

penurunan kepala janin sehingga persalinan dapet berjalan

lebih cepat (selama tidak ada kontraindikasi dari pasien)

(Sulistyawati, 2014).

2.1.9.3. Buang Air Kecil

Selama proses persalinan, pasien akan mengalami

poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan


35

eliminasi dapat terpenuhi. Jika pasien masih berada dalam

awal kala I, ambulasi dengan berjalan seperti aktivitas ke toilet

akan membantu penurunan kepala. Jika kondisi pasien tidak

memungkinkan untuk BAK sendiri di toilet, maka tugas bidan

atau keluarga terdekat untuk memfasilitasinya misalnya

menggunakan pispot di tempat tidur (Sulistyawati, 2014).

2.1.9.4. Buang Air Besar

Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika

merasakan dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir

kadang lebih mendominasi dari pada perasaan tidak nyaman,

hal ini terjadi karena pasien tidak tahu mengenai caranya serta

khawatir akan respons orang lain terhadap kebutuhannya ini.

Dalam kondisi ini penting bagi keluarga serta bidan

untuk menunjukkan respons yang positif dalam hal kesiapan

untuk memberikan bantuan dan meyakinkan pasien bahwa ia

tidak perlu merasa risih atau sungkan untuk melakukannya.

Jika upaya ini tidak dilakukan, maka efek yang dirasakan

adalah ia akan merasa rendah diri dan tidak percaya kepada

orang lain serta akan memengaruhi semangatnya untuk

menyelesaikan proses persalinannya (Sulistyawati, 2014).

2.1.9.5. Istirahat

Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan

membuat rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien


36

untuk istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk

menghadapi proses persalinan yang panjang, terutama pada

primipara. Jika pasien benar-benar tidak dapat tidur terlelap

karena sudah mulai merasakan his, minimal upayakan untuk

berbaring di tempat tidur dalam posisi miring ke kiri untuk

beberapa waktu. Posisi ini dikombinasikan dengan aktivitas

dalam ambulasi agar penurunan kepala janin dapat lebih

maksimal (Sulistyawati, 2014).

2.1.9.6. Kehadiran seorang pendamping

Fungsinya hadirnya seseorang pendamping pada saat

persalinan yaitu mengurangi rasa sakit, membantu waktu

persalinan lebih singkat dan menurunkan kemungkinan

persalinan dengan operasi. Kebanyakan ibu bersalin sulit

mengemukakan pertanyaan secara langsung pada penolong

persalinan pada saat bersalin. Kehadiran seorang pendamping

memungkinkan ibu bersalin untuk memiliki rasa percaya diri

lebih besar untuk bertanya secara langsung atau melalui

pendamping tersebut.

Dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping adalah

sebagai berikut :

1. Mengusap keringat

2. Membimbing ibu berjalan

3. Memberikan minum
37

4. Mengubah posisi

5. Memijat punggung kaki atau kepala ibu dan melakukan

tindakannya yang bermanfaat lainnya (Sulistyawati, 2014).

2.1.9.7. Pengurangan Rasa Nyeri

Menurut varney’s midwifery, pendekatan yang dapat di

lakukan untuk mengurangi rasa sakit adalah sebagai berikut :

1. Menghadirkan seorang yang dapat mendukung persalinan

2. Pengaturan posisi

3. Relaksasi dan pengaturan pernafasan

4. Istirahat dan privasi

5. Penjelasan mengenai proses/kemajuan persalinan dan

prosedur tindakan

6. Asuhan tubuh

7. Sentuhan

Penny Simpkin mengemukakan cara untuk mengurangi rasa

sakit dengan cara sebagai berikut :

1) Mengurangi rasa sakit langsung pada sumbernya

2) Memberikan rangsangan alternative yang kuat

3) Mengurangi raksi mental negative, emosional, dan reaksi

ibu terhadap rasa sakit Nyeri dalam persalinan dapat

dikendalikan dengan 2 metode.

Yaitu farmakologis dan nonfarmakologis :

a. Farmakologis
38

Penggunaan obat pereda nyeri merupakan metode yang

paling umum untuk mengontrol rasa sakit. Tetapi pada

kasus persalinan hal ini jarang dilakukan.

b. Nonfarmakologis

(1) Kompres panas

Sebuah studi kecil mengenai kompres panas yang

diletakkan di fundus, menemukan bahwa tindakan ini

akan meningkatkan aktivitas rahim. Kompres panas

meningkatkan suhu kulit local, mengurangi spasme

otot, dan meningkatkan ambang nyeri. Hal yang harus

diperhatikan oleh pendamping persalinan adalah panas

dari alat kompres harus dapat dirasakan senyaman

mungkin oleh ibu karena kemungkinan pada saat

persalinan ibu tidak dapat bereaksi terhadap panas yang

berlebih. Cara pemberian kompres panas adalah

sebagai berikut :

a) Bungkus sumber panas dengan satu atau dua lapis

handuk untuk memastikan sumber tersebut tidak

terlalu panas

b) Letakkan handuk basah hangat, bantalan panas,

kantong pasta silica yang dipanaskan, atau botol air

panas di perut bagian bawah, paha, punggung

bawah, bahu, atau perineum.


39

(2) Kompres dingin

Kompres dingin berguna untuk mengurangi

ketegangan nyeri sendi dan otot, mengurangi

pembengkakan, dan menyejukkan kulit.

Cara pemberian kompres dingin adalah sebagai berikut:

1. Bungkus sumber dingin dengan satu atau dua lapis

handuk untuk memastikan sumber tersebut tidak

terlalu dingin dan menghindari rasa tidak nyaman

mendadak yang akan terjadi jika benda dingin

langsung diletakkan pada kulit dan memungkinkan

toleransi dan rasa sejuk menjadi rasa dingin

2. Letakkan sumber kompres dingin pada punggung

bawah atau perineum (kantong es, kantong jeli, kain

basah yang didinginkan, atau botol plastic beku)

3. Pasang sabuk kantong jeli dipunggung bawah

sehingga memungkinkan ibu dapat bergerak bebas

4. Kompres dingin pada rectum membantu mengurangi

rasa nyeri yang terjadi karena hemoroid

(3) Hidroterapi

Selain mengurangi ketegangan, nyeri otot, dan

nyeri sendi, hidroterapi juga dapat mengurangi efek

gravitasi bersama ketidaknyamanan yang berkaitan

dengan tekanan pada panggul dan struktur lain, tekanan


40

yang merata pada bagian tubuh yang terendam, dan

kehangatan seringkali menghasilkan penurunan nyeri

dan kemajuan persalinan aktif yang lebih cepat.

Jika menggunakan bak mandi, pastikan bahwa air

yang digunakan berkisar antara 37-37,5 0C, karena air

yeng lebih hangat dapat meningkatkan suhu tubuh ibu

dan mengakibatkan takikardi.

Pemantauan janin pada hidroterapi dilakukan

dengan menggunakan Doppler genggam yang kedap

air. Hidroterapi tidak dapat digunakan jika

keseimbangan atau kemampuan berdiri ibu tidak

memadai karena pengaruh obat-obatan atau sebab-

sebab lain, terjadi perdarahan atau gawat janin pada

saat pembukaan lengkap dan tidak ada rencana untuk

melahirkan didalam air, atau jika wanita sudah

mendapatkan anestesi epidural untuk mengatasi nyeri.

(4) Counterpressure

Tekanan yang terus menerus selama kontraksi

dilakukan pada tulang sacrum wanita atau kepalan

salah satu tangan, atau peremasan pada kedua pinggul.

Hal tersebut dapat membantu mengurangi nyeri

punggung yang dirasakan oleh ibu. Belum jelas hal ini

dapat membantu, tetapi penekanan ini sangat

membantu dalam mengurangi nyeri yang dirasakan.


41

Peremasan panggul dapat mengurangi regangan yang

terjadi pada sakro iliaka sehingga mengurangi

tegangan-tegangan yang terjadi akibat penekanan

internal dari kepala janin. Conterpressure tidak dapat

diteruskan jika ibu merasa penekanan ini tidak dapat

menolong dalam mengurangi rasa nyeri yang

dideritanya.

(5) Penekanan lutut

Tekanan langsung melalui tulang paha kea rah

satu atau dua sendi pinggul, melepaskan sendi sakro

iliaka dari ketegangan dan dapt mengurangi nyeri.

Penekanan lutut tidak dapat digunakan jika ibu

mengalami nyeri sendi, peradangan, atau kerusakan

pada lutut, dan ketika ibu mengatakan penekanan lutut

tidak dapat membantu mengurangi nyeri.

Penekanan lutut dilakukan dengan cara sebagai berikut

1) Dengan posisi duduk

Ibu duduk tegak dikursi dengan kaki ditempatkan di

lantai, jika tidak sampai gunakan buku atau

penyangga lain sehingga kaki bisa menapak.

Pendamping atau bidan berlutut didepan ibu sambil

memegang lutut dan menekannya sepanjang


42

kontraksi. Ibu akan merasakan punggung terasa lega

dan nyerinya berkurang

2) Dengan posisi berbaring miring dengan satu atau

dua bantal menyangga lutut Diperlukan 2 orang,

tekanan hanya pada lutut yang terletak dibagian

atas. Ibu menekuk lutut atas dan sendi pinggul

sampai membentuk sudut 90 derajat. Satu orang

menekan sacrum wanita selama kontraksi untuk

menstabilkannya dan yang lainnya menekan lutut

atas lngsung ke arah sendi pinggul wanita.

3) Gerakan

Menggerak-gerakkan tubuh secara berirama

merupakan salah satu cara yang alamiah untuk

mengkoping persalinan dengan baik. Gerakan tubuh

yang berirama adalah berdiri dan berayun pada

sebuah meja, berlutut sambil bergoyang dengan

disangga pasangan, atau dengan bantuan sebuah bola

besar yang mampu menahan beban sampai dengan

136 kg. jika disangga pasangan, maka akan

mengurangi produksi ketokelamin sehingga

meningkatkan perasaan sejahtera (Rohani, dkk.

2013).

2.1.10. Tanda – Tanda Persalinan

a. Tanda Masuk Dalam Persalinan


43

1) Terjadinya his persalinan

a) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan

b) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar

c) Terjadi perubahan pada serviks

d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan

berjalan maka kekuatannya bertambah

2) Pengeluaran Lendir Dan Darah

Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks

yang menimbulkan :

(a)Pendataran dan pembukaan

(b)Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat

pada kanalis servikalis terlepas

(c)Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah

3) Pengeluaran cairan

Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat

pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka

ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam.

Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya

diakhiri dengan tindakan tertentu (Sulistyawati, 2014).

b. Tanda-Tanda Persalinan Setiap Tahapan Kala

1) Kala I
44

Pada kala pembukaan, his belum terlalu kuat, hanya datang

setiap 10-15 menit, dan tidak seberapa kuat atau menimbulkan

kesakitan sehingga tidak begitu mengganggu ibu, dimana ibu

masih bisa berjalan. Tetapi dalam beberapa waktu his semakin

bertambah kuat, yaitu intervalnya menjadi semakin pendek

dimana kontraksi semakin lebih kuat, dan lebih lama. Lama kala

I pada primigravida adalah 12 jam, sedangkan untuk

multigravida 8 jam. (Tando, 2013)

2) Kala II

(a)Ibu merasa ingin meneran seiring dengan bertambahnya

kontraksi. Rasa ingin meneran disebabkan oleh tekanan

kepala janin pada vagina dan rectum, serta tekanan oleh

uterus yang berkontraksi lebih kuat dan lebih sering.

(b)Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan

atau vaginanya. Tekanan di rectum dan vagina disebabkan

oleh daya dorong uterus dan turunnya kepala ke dasar

panggul

(c)Perineum menonjol yang disebabkan oleh penurunan kepala

janin sebagai akibat dari kontraksi yang semakin sering

(d)Vulva-vagina dan sfingter ani membuka. Membukanya

vulva-vagina dan sfingter ani terjadi akibat adanya tahanan

kepala janin pada perineum

(e)Meningkatya pengeluaran lendir bercampur darah. Lendir

bercampur darah ini merupakan lendir yang berasal dari jalan


45

lahir akibat turunnya kepala ke dasar panggul (Rohani, dkk.

2013).

3) Kala III

a) Bentuk uterus berubah menjadi globular dan terjadinya

perubahan tinggi fundus

b) Tali pusat memanjang

c) Semburan darah tiba-tiba (Rohani, dkk. 2013).

4) Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan

berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang

harus dilakukan pada kala IV :

(a) Tingkat kesadaran

(b) Pemeriksaan tanda-tanda persalinan : tekanan darah, nadi,

dan pernafasan.

(c) Kontraksi uterus

(d) Terjadinya perdarahan

Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya

tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Rohani, dkk. 2013).

2.1.11. Tahapan Persalinan

Persalinan dibagi atas 4 tahap. Pada kala I disebut juga kala

pembukaan, kala II disebut juga pengeluaran, kala III disebut juga

kala uri, kala IV adalah 2 jam setelah plasenta keluar.


46

a.) Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah

karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari

pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena

pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10

cm).

Persalinan kala 1 dibagi menjadi 2 fase yaitu :

1) Fase Laten

Pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak

awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

serviks secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung

7-8 jam.

2) Fase Aktif

Pembukaan serviks dari 4 cm sampai 10 cm yang

berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase yaitu:

(a) Fase akselerasi: pembukaan dari 3 cm sampai 4 cm,

berlangsung selama 2 jam

(b) Fase dilatasi: pembukaan dari 4 cm sampai 9 cm berlangsung

cepat yaitu selama 2 jam

(c) Fase deselerasi: pembukaan dari 9 cm sampai 10 cm

berlangsung selama 2 jam Pada fase aktif persalinan,


47

frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau

lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan

pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan pada

multigravida 2 cm/jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium

uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks

akan mendatar dan menipis, kemudian ostium internum

sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum

serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu

yang sama (Rohani, dkk. 2013).

b.) Kala II (Pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi

lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam

pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dengan

interval 2 sampai 3 menit. Dalam kondisi yang normal pada kala

ini kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka pada

saat itu his dirasakan pada tekanan pada otot-otot dasar panggul,

yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan.

Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan

membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama lagi


48

kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his. Dengan

kekuatan his dan mengejan maksimal kepala janin dilahirkan

dengan suboksiput dibawa simfisis dan dahi, muka dan dagu

melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar sebentar, maka

his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi

(Tando, 2013).

c.) Kala III (Kala Uri)

Dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi

lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Plasenta lepas biasanya

dalam waktu 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir spontan dengan

tekanan pada fundus uteri dan keluar yang disertai darah (Tando,

2013).

d.) Kala IV (2 jam setelah plasenta keluar)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama post partum.

Observasi yang harus dilakukan pada kali ini adalah:

a) Tingkat kesadaran ibu

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan

pernafasan

c) Kontraksi uterus
49

d) Jumlah perdarahan, normal jika jumlahnya tidak melebihi 400

sampai 500 cc (Rohani, dkk. 2013).

2.1.12. Mekanisme Persalinan Normal

1. Penurunan Kepala (Engagment)

Sepanjang kala 1 persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus

menyisakan sedikit ruangan didalam uterus sehingga menghasilkan

tekanan pada janin untuk turun.

2. Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang

ringan. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan dari dinding

serviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Setelah sampai dasar

panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi

maksimal.

3. Putaran Paksi Dalam

Selama kontraksi, bagian terdepan akan terdorong kebawah menuju

dasar panggul. Retraksi diafragma otot ini akan menyebabkan

rotasi/putaran paksi dalam. Putaran paksi dalam penting untuk

menyelesaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya

bidang tengah dan pintu bawah panggul.

4. Ekstensi

Setelah crawing terjadi, kepala janin dapat ektensi dan berputar

diregio suboksipital mengitari tulang pubis, maka lahirlah berturut-

turut pada pinggir atas perineum, ubun-ubun kecil, ubun-ubun


50

besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.

5. Putaran Paksi Luar

Setelah kepala lahir, selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala

bayi memutar kembali ke arah punggung bayi untuk

menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi

dalam.

6. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis

dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang.

Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan

bayi lahir searah dengan sumbu jalan lahir.

2.1.13. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam

pelakasanaan, partograf dimulai dari pembukaan 4 cm. Partograf

sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin tanpa menghiraukan

apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. Petugas

harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :

a) Denyut jantung janin setiap 30 menit, kisaran normal DJJ

terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100.

Tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di bawah 120

atau di atas 160

b) Air ketuban : catat warna air ketuban setiap melakukan

pemeriksaan dalam (Vagina)


51

1) U : Ketuban Utuh (Belum pecah)

2) J : Ketuban pecah, air ketuban jernih

3) M : Ketuban pecah, air ketuban bercampur mekonium

4) D : Ketuban pecah, air ketuban bercampur darah

5) K : Ketuban pecah dan tidak ada cairan ketuban/kering

c) Molage (Penyusupan tulang kepala janin)

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai

penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di

bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang- lambang berikut :

1) 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi

2) 1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

3) 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi

masih dapat dipisahkan

4) 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan
52

Gambar 2.2 Pendataran dan pembukaan serviks

d) Pembukaan Serviks (setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x))

e) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks

umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau

presentasi janin. Akan tetapi, kadangkala turunnya bagian

terbawah/ presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan

serviks sebesar 7 cm. kata-kata “Turunnya kepala” dan garis

tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka

pembukaan serviks. Berikan tanda “O” pada garis waktu yang

sesuai.
53

Gambar 2.3 Penurunan Kepala Janin

f) Waktu : waktu yang sudah dijalani sesudah pasien diterima

g) Jam : catat jam

h) Kontraksi : catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

tiap- tiap kontraksi dalam hitungan detik.

(1)Kurang dari 20 detik

(2)Antara 20 dan 40 detik

(3)Lebih dari 40 detik

i) Oksitosin : jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya

oksitosin/volume cairan infus dan dalam tetesan/menit

j) Obat yang diberikan : catat semua obat lain yang diberikan

k) Nadi : catatlah setiap 30 menit dan ditandai dengan sebuah

titik besar (.)

l) Tekanan darah : catatlah setiap 4 jam dan dan ditandai dengan

anak panah

m) Suhu badan : catatlah setiap 2 jam

n) Protein, aseton dan volume urine: catatlah setiap kali ibu

berkemih.

Jika semua temuan melintas kearah kanan dari garis waspada,

petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu


54

dan janin dan segera mencari rujukan. (Rohani, dkk.2013)

Pengenalan dini terhadap masalah dan penyulit pada saat

memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu

waspada terhadap indikasi-indikasi kemungkinan timbulnya

masalah atau penyulit sehingga diperlukan daftar penapisan untuk

ibu yang akan melahirkan untuk pencegahan kegawatdaruratan

dalam pertolongan persalinan agar proses persalinan akan

berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik

terhadap keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan yaitu

antara lain :

Tabel 2.1 Penapisan Ibu Bersalin


NO PENYULIT
1 Riwayat bedah sesar
2 Perdarahan pervagina
3 Kehamilan kurang bulan ( < 37 mg )
4 Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5 Ketuban pecah lama (>24 jam)
6 Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan ( < 37 mg )
7 Ikterus
8 Animea berat
9 Tanda / gejala infeksi
10 Preeklamsia / hipertensi dalam kehamilan
11 Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12 Gawat janin
13 Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin 5/5
14 Presentasi bukan belakang kepala
15 Presentasi majemuk
16 Kehamilan gemeli
17 Tali pusat menumbung
18 Syok
19 Bumil TKI
20 Suami pelayaran
21 Suami atau bumil bertato
22 HIV/AIDS
23 PMS
55

24 Anak mahal
Sumber : (Rohani, dkk. 2013)

Derajat laserasi merupakan klasifikasi dari robekan pada vagina. Pada

derajat 1 tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka dan

pada derajat 2 memerlukan penjahitan dengan anestesi. Berikut macam-

macam derajat laserasi :

Tabel 2.2 Derajat Laserasi

Macam Derajat Laserasi Robekan Derajat Laserasi Ganbar

Terjadi robekan pada


mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum.
Derajat 1

Terjadi robekan pada


mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum
Derajat 2 dan otot perineum

Terjadi robekan pada


mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum
dan otot perineum dan
Derajat 3
otot sfingter ani. Bukan
wewenang bidan maka
rujuk ke rumah sakit.
56

Terjadi robekan
pada mukosa vagina,
komisura posterior, kulit
perineum dan otot
perineum dan otot sfingter
Derajat 4
ani. Bukan wewenang
bidan maka rujuk ke
rumah sakit. Sumber :
(JNPK-KR, 2008)
57

2.2. Analisa Jurnal

1) Erni Hernawati,Belva Metta Ardelia Tahun 2016 Implementasi

Pengurangan Resiko Kecemasan Ibu Bersalin Kala I Melalui Metode

Hypnobirthing Di Klinik Bersalin Gegerkalong Kota Bandung Tahun

2016

Pembahasan

1. Kecemasan Ibu Bersalin Penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti didapatkan hasil dari 16 responden yang bersalin di Klinik

Bersalin Gegerkalong Bandung diketahui bahwa sebagian besar ibu

bersalin mengalami kecemasan. Kecemasan dalam persalinan

adalah suatu sugesti negatif atau kekhawatiran ibu bersalin dan

merasa dirinya terancam pada saat persalinan. Kecemasan pada

persalinan dihubungkan dengan peningkatan rasa nyeri saat

persalinan. Sedikit rasa cemas pada wanita saat persalinan

dianggap normal. Saat rasa takut dan kecemasan meningkat,

ketegangan otot akan meningkat, efektivitas kontraksi uterusakan

berkurang, ketidaknyamanan yang dialami akan meningkat, selain

itu lingkaran cemas dan takut dimulai. Karena rasa kecemasan yang

meningkat maka akan memperlambat kemajuan persalinan (Bobak,

2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rina 2015 di BPM Tri

Rahayu Setyaningsih Sleman Yogyakarta dengan jumlah 30

responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden

mengalami kecemasan dalam persalinan yaitu sebanyak 16

responden (53,3%) dari 30 responden.


58

2. Kecemasan ibu Bersalin kala I yang menggunakan metode

hypnobirthingdan yang tidak menggunakan metode hypnobirthing.

Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil

bahwa ibu bersalin yang menggunakan metode hypnobirthing

sebagian besar tidak mengalami kecemasan yaitu sebesar 62,5% (5

responden) dan 37,5% (3 responden) mengalami kecemasan. Pada

ibu yang tidak menggunakan metode hypnobirthing seluruhnya

mengalami kecemasan. Dengan adanya relaksasi hypnobirthing

maka akan terciptanya persalinan dengan rasa sakit yang minimal

atau bahkan tanpa sakit sehingga menghindari ibu dari rasa

kecemasan. Namun meskipun dengan menggunakan metode

hypnobirthing tidak menutup kemungkinan ibu bersalin masih

dapat merasakan kecemasan karena kecemasan dalam persalinan

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya trauma masa lalu,

dukungan keluarga, kenyamanan tempat persalinan, sarana reaksasi

dan gangguan ketenangan (Kuswandi, 2007). Hypnosis

memampukan seseorang mengatur aktivitas otaknya menuju

frekuensi Alfa, tanpa tertidur. Pada kondisi Alfa, alam bawah sadar

seseorang akan terbuka bagi masukan, konsep, atau sugesti baru

sementara alam sadar manusia tidak dapat menerima masukan atau

sugesti dan merekamnya dengan baik. Secara fisiologi saat pikiran

masuk pada gelombang otak Alfa atau gelombang otak Teta maka

secara otomatis manusia akan menghasilkan hormon endorphin dan

hormon oksitosin alami yang berguna untuk menghilangkan rasa


59

sakit. Dan dalam kondisi terhipnosis maka sistem metabolisme

tubuh menjadi jauh lebih baik dan tubuh bebas dari ketegangan.

Secara psikologis segala self talk negatif atau mengaruh negatif

bisa dihilangkan dengan sugesti positif. Emosi lebih stabil,

perasaan takut, cemas, panik bisa dilenyapkan karena ada

harmonisasi antara pikiran, tubuh dan jiwa (Kuswandi, 2007). Hal

ini didukung oleh penelitian Andriyani, dkk tahun 2013 di

PuskesmasMegangsan, Jetis, dan Tegalrejo Kota Yogyakarta

bahwa tingkat kecemasan ibu bersalin yang menggunakan metode

hypnobirthing lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol

(Sary, 2013).

3. Hubungan metode hypnobirthing terhadap kecemasan ibu bersalin

kala I

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa ibu

bersalin yang menggunakan metode hypnobirthing sebagian besar

tidak mengalami kecemasan sedangkan ibu bersalin yang tidak

menggunakan metode hypnobirthing seluruhnya mengalami

kecemasan dengan ρ=0,007 hasil ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara metode hypnobirthing dengan tingkat kecemasan

ibu bersalin kala I, dan dengan OR=0,000 yang artinya bahwa

metode hypnobirthing dapat mengurangi resiko terjadinya

kecemasan pada ibu bersalin kala I di klinik bersalin Gegerkalong

Kota Bandung tahun 2016. Peranan relaksasi menjadi makin

penting karena banyak ibu merasa takut dan menjadi cemas untuk
60

melakukan persalinan secara normal. Rasa takut dan cemas

biasanya dipicu oleh cerita-cerita tentang sulitnya bersalin, rasa

nyeri yang hebat, atau adanya faktor penyulit atau komplikasi. Rasa

takut dapat memicu terjadinya stres dan kecemasan yang kemudian

tertanam pada alam bawah sadar pikiran dan membuatnya lupa

bahwa persalinan merupakan suatu hal yang paling alami di dunia

(Andriana, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian Yessy tahun

2013 bahwa metode hypnobirthing mampu mereaksasikan semua

otot tubuh sehingga dapat mengkomunikasikan ke semua orgn dan

pikiran dengan seluruh organ tubuh serta bekerja sama dengan otak

yang merupakan pusat pengaur dari semua legiatan tubuh. Metode

hypnobirthing didasarkan pada keyakinan bahwa setiap perempuan

memiliki potensi untuk menjalani proses melahirkan secara alami,

tenang dan nyaman dengan sugesti positif (Sary, 2013).

Kesimpulan

1. Sebagian besar responden di klinik bersalin Gegerkalong Kota

Bandung mengalami kecemasan pada persalinan kala I

2. Sebagian besar yaitu 67,5% ibu bersalin kala I yang pada

kelompok kasus tidak mengalami kecemasan, sedangkan pada

kelompok kontrol 100% mengalami kecemasan.

3. Terdapat hubungan antara metode hypnobirthing dengan

tingkat kecemasan ibu bersalin kala I di klinik bersalin

Gegerkalong Kota Bandung, dan dengan menggunakan metode

hypnobirthing maka dapat mengurangi resiko tingat kecemasan


61

ibu bersalin kala I.

2) Atik Purwandari, Iyam Manueke,Ririn Anggraini tahun 2014 Studi Kasus

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. D.N Dengann Persalinan Normal

Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

Kesimpulan

a. Penerapan manajemen asuhan kebidanan pada persalinan normal

dengan menggunakan tujuh langkah Varney yang di dapat dari data

subjektif dan objektif dengan menginterpretasikan catatan kemajuan

persalinan dan mengenal penyimpangan keadaan normal sehingga

dapat diketahui tindakan selanjutnya seperti masalah ibu merasa

gelisah dan cemas menanti proses persalinannya. Dalam hal ini,

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

b. Berdasarkan pengkajian yang diperoleh sudah diagnosa kebidanan

yaitu pada kala I ditemukan diagnosa kebidanan G1P0A0, umur 25

tahun, hamil 40 minggu, inpartu kala I fase laten, janin intra uterin

tunggal hidup, letak kepala HI-HII, ubun-ubun kecil kanan melintang.

Pada kala II ditemukan diagnosa kebidanan G1P0A0, umur 25 tahun,

hamil 40 minggu, inpartu kala II, janin intra uterin tunggal hidup,

letak kepala HIV, ubun-ubun kecil kanan depan dengan pimpin

persalinan. Pada kala III ditemukan diagnosa kebidanan P1A0, inpartu

kala III dengan melakukan manajemen aktif kala III, dan pada kala IV

ditemukan diagnosa kebidanan P1A0, partus kala IV dengan

mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan. .

Diagnosa potensial yaitu terjadi kala I lama karena fase laten ibu
62

berlangsung sudah 19 jam sedangkan diagnosa potensial di kala II, III,

IV tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

c. Tindakan segera pada kala I yaitu kolaborasi dengan dokter,

sedangkan tindakan segera di kala II, III, IV tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik.

d. Merencanakan Asuhan Kebidanan secara menyeluruh yang

disesuaikan dengan ibu bersalin yaitu observasi setiap 4 jam keadaan

umum, tanda-tanda vital, pembukaan serviks, dan penurunan kepala,

serta observasi setiap 1/2 jam kontraksi uterus, DJJ dan cairan

ketuban,menganjurkan ibu untuk jalan-jalan di ruangan di dampingi

oleh keluarga dan mengajarkan ibu tentang teknik mengejan yang

benar. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik.

e. Melaksanakan Asuhan Kebidanan berdasarkan perencanaan secara

efisien dan mudah di mengerti oleh pasien dan keluarga seperti

anjurkan ibu untuk jalan-jalan di sekitar ruangan di dampingi oleh

keluarga agar kegelisahan dan kecemasan ibu bisa terlewati dan

mengajarkan ibu tentang teknik mengejan yang benar yaitu

denganlutut di tekuk, melingkarkan tangan ke bawah paha sampai

siku, kemudian tarik paha ke arah dada. Dalam hal ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik.

f. Evaluasi pada ibu dengan persalinan normal dari kala I, II, III, dan IV

adalah ibu merasa nyaman dengan tindakan yang telah diberikan dan

ibu memahami sebagian besar dari penjelasan yang telah disampaikan.


63

Pada kasus ini tidak mengalami hambatan, ibu dan bayi dalam

keadaan sehat dan selamat. Proses persalinan berlangsung dengan baik

2.3. Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Dan Kelahiran

Bayi

Lima aspek dasar atau lima benang merah dalam asuhan persalinan

baik normal maupun patologis termasuk bayi baru lahir menurut Depkes

(2008) dalam JNPK-KR (2008) lima benang merah tersebut adalah :

2.3.1 Diperlukan oleh pasien, keputusan ini harus akurat, Membuat Keputusan

Klinik

Membuat keputusan klinik merupakan proses yang sangat penting

untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang komprehensif dan

aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun bagi petugas yang

memberikan pertolongan. Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :

1) Pengumpulan data

2) Interprestasi data untuk mendukung diagnosa atau identifikasi

masalah

3) Menetapan diagnosis atau masalah potensial

4) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

5) Menyusun rencana asuhan atau intervensi

6) Melaksanakan asuhan

7) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi


64

(JNPK-KR, 2008)

2.3.2 Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Banyak penelitian menunjukkan

bahwa ibu-ibu di indonesia tidak mau meminta tenaga terlatih untuk

memberi asuhan persalinan dan melahirkan bayi, sebagian dari mereka

beralasan bahwa penolong terlatih tidak memperhatikan kebutuhan atau

kebudayaan, tradisi keinginan pribadi para ibu dalam persalinan dan

melahirkan bayi.

Berikut ini merupakan asuhan sayang ibu dan sayang bayi dalam

melahirkan :

1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan jaga martabatnya

2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu, sebelum memulai

asuhan

3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya

4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau

khawatir

5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kehawatiran ibu

6) Berikan dukungan besarkan dan tentramkan hatinya lain selama

persalinan

7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga lain

selama persalinan dan kelahiran bayinya


65

8) Ajarkan suami dan anggota keluarga tentang bagaimana mereka

memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan

9) Laksanakan praktik pencegahan infeksi yang baik secara konsisten

10) Hargai privasi ibu

11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan

12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang

ia menginginkannya

13) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak

merugikan kesehatan ibu

14) Hindari tindakan yang berlebihan dan merugikan seperti

episiotomi, pencukuran, dan klisma

15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera mungkin untuk

melakukan kontak kulit ibu-bayi, inisiasi menyusu dini, dan

membangun hubungan fisiologis

16) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama

setelah bayi lahir

17) Siapkan rujukan (bila perlu)

18) Mempersiapkan persalinan dan kelahairan bayi dengan baik dan

mencukupi semua bahan yang diperlukan, siap untuk resusitasi

bayi
66

baru lahir pada setiap kelahiran (JNPK-KR, 2008).

2.3.3 Pencegahan infeksi


a. Tujuan tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan

kesehatan :

1) Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme

2) Menurunkan resiko penularan penyakit yang

mengancam jiwa seperti hepatitis dan

HIV/AIDS

Penolong persalinan dapat terpapar HIV dan hepatitis

melalui :

1) Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung,

mulut, atau melalui diskontinuitas permukaan kulit (luka

lecet yang kecil)

2) Luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang sudah

terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik pada saat

tindakan maupun saat proses dekontaminasi peralatan.

Memakai sarung tangan, mengenakan perlengkapan

perlindungan pribadi (kaca mata, masker, clemek, sepatu

boot atau alas kaki tertutup, dan lain-lain) dapat

melindungi petugas dari percikan yang dapat terkontaminasi

dan penyebaran penyakit. Tindakan-tindakan dalam

pencegahan infeksi antara lain asepsis, antisepsi,

dekontaminasi, mencuci dan membilas, desinfeksi,

desinfeksi tingkat tinggi (DTT), sterilisasi.


67

b. Prinsip-prinsip PI

a. Setiap orang (ibu, bayi, penolong) harus dianggap dapat

menularkan penyakit karena infeksi dapat beruba

asimtomatik.

b. Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi

c. Permukaan benda atau peralatan sekitar kita yang akan dan

telah bersentuhan dengan permukaan kulit, harus dianggap

terkontaminasi hingga setelah digunakan harus diproses

secara benar.

d. Jika tidak diketahui, apakah peralatan benda-benda telah

diproses dengan benar maka semua benda harus dianggap

terkontaminasi.

e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat

dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan

tindakan pencegahan infeksi dengan benar dan konsisiten.

c. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi sebagai berikut :

a. Cuci tangan.

b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung

pribadi lainnya.

c. Menggunakan teknik teknik asepsis atau aseptik.

d. Memproses alat bekas pakai.

e. Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan (termasuk


68

pengelolaan sampah secara benar) (JNPK-KR, 2008).

2.3.4 Pencatatan (Dokumentasi)

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat

keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk

terus-menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan

untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif

dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau

perawatan bagi ibu dan bayi. Partograf adalah bagian terpenting dari

proses pencatatan selama persalinan.

Pencatatan rutin adalah penting karena :

1) Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik

dan mengevaluasi apakah asuhan sudah sesuai dan efektif,

mengidentifikasi kesenjangan asuhan yang diberikan dan

perencanaan peningkatan asuhan.

2) Dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses membuat

keputusan klinik

3) Merupakan catatan permanen tentang asuhan perawatan dan obat

yang diberikan

4) Dapat dibagikan diantara penolong persalinan

5) Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke

kunjungan lain, dari satu penolong ke penolong lain atau dari

seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya


69

6) Dapat digunakan untuk penelitian studi kasus

7) Diperlukan untuk memberi masukan data statistic nasional dan

daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu atau bayi baru

lahir

Aspek penting dalam pencatatan :

1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan

2) Identifikasi penolong

3) Paraf atau tanda tangan penolong pada semua catatan

4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicactat dengan

jelas, dan dapat dibaca

5) Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehinggga selalu siap

tersedia

6) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis, catat semua data, hasil

pemeriksaan, diagnosis, obat-obatan, asuhan dan pastikan setiap

partograf terisis dengan lengkap dan benar, jika tidak dicatat

dianggap bahwa asuhan tersebut tidak dilakukan (JNPK-KR, 2008).

2.3.5 Rujukan

Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan

yang mampu untuk menatalaksanan kasus kegawatdaruratan obstetrik dan

bayi baru lahir seperti :

1) Pembedahan termasuk SC

2) Tranfusi darah
70

3) Persalinan dengan menggunakan ekstraksi vakum atau cunam

4) Pemberian antibiotik IV

5) Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru lahir

Dengan memberikan perawatan BAKSOKUDA yaitu bidan,

alat, keluarga, surat, obat, kendaraan, uang dan darah karena

kemungkinan ibu terjadi perdarahan banyak dan membutuhkan darah

saat berada difasilitas rujukan. (JNPK-KR, 2008).


71
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 04-03-2022

Pukul : 19.00 wib

Tempat : PMB Lejar


Pengkaji : Srilejaring Tiyas

3.1. Data Subjektif


(1) Biodata

Nama istri : Ny. A Nama suami : Tn. F

Umur : 22 Tahun Umur : 23 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa


T : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl.Masjid Arosidin rt

01 rw 05 Genengan Pakisaji.

No. Telp : 0898060xxxx

(2) Keluhan Utama :


Ibu mengatakan perut merasa mules disertai nyeri perut bagian bawah

dan tembus kebagian belakang mulai tanggal 03-03-22 jam 15.00

(3) Riwayat Menstruasi :


a. HPHT : 17-05-2021
b. HPL : 24-02-2022
c. menarche : 13 th
73

d. Siklus : 28 Hari

e. Banyak : 2-3x ganti pembalut

f. Lamanya : 7 hari

g. Disminore : tidak

h. Fluor Albus : tidak

(4) Riwayat Perkawinan

a. Menikah ke 1
b. Usia Menikah : 21 tahun
c. Lama Menikah : 1 tahun

(5) Riwayat Obstetri Yang Lalu


Kehamilan Persalinan Bayi Baru Lahir Nifas KB
Ha Pen Pemeri Temp Status penolo Te Peny Jen BB TB Hidu A La P met La Pe
mil yuk ksa at persali ng mp ulit is p SI ma e ode ma ny
ke it/k periks nan at kel Me n pa uli
om a ber ami net y kai t/k
plik sali n eki ul om
asi n it pli
ka
si
1 HAMIL INI

(6) Riwayat Kehamilan Sekarang


a) Keluhan Pertrimester

Trimester 1 : ANC 2 kali, ibu mengeluh mual muntah dan nafsu makan

menurun. Diberikan terapi Fe, kalk, bc. Dan KIE yang

diberikan yaitu makan sedikit-sedikit tapi sering,

menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang

memiliki bau dan tekstur yang memicu mual muntah, pro

USG.

Trimester 2 : ANC 1 kali, tidak ada keluhan. Diberikan terapi Fe, kalk.
74

Dan KIE yang diberikan yaitu istirahat cukup, dan nutrisi.

Trimester 3 : ANC 6 kali, ibu mengeluh nyeri punggung bagian belakang.

Diberikan terapi Fe, kalk, vit c. Dan KIE yang diberikan

yaitu istirahat cukup, menjelaskan tentang fisiologis

kehamilan trimester 3, tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda

persalinan, ASI Eksklusif, KB

b) Usia kehamilan saat merasakan gerakan janin pertama 17

minggu

c) Penyuluhan-penyuluhan yang pernah

didapat

Perubahan fisiologis kehamilan, nutrisi ibu hamil, istirahat cukup tanda bahaya

kehamilan, senam hamil, tanda-tanda persalinan,tanda persalianan, persiapan

persalianan.

d) Imunisasi TT

TT 5

(7) Riwayat Kesehatan Klien


Ibu tidak pernah dan tidak memiliki penyakit menular (HIV, hepatitis,

TBC), menurun (Hipertensi, DM, Asma, jantung)

(8) Riwayat Kesehatan Keluarga Klien


Keluarga ibu sehat, tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular

(HIV, TBC, Hepatitis) dan menurun (Hipertensi, Diabetes, Asma, Jantung)

(9) Pola Aktifitas sehari-hari


a. Nutrisi : Pola makan teratur 3x sehari dengan porsi normal dan menu

seimbang seperti nasi, ikan, telur, ayam, tempe/tahu, sayuran hijau,

buah dan susu.


75

Minum air putih + 1,6 liter/hari atau 7-8 gelas/hari.

b. Eliminasi : BAK 4-5 x/hr, warna jernih, bau khas urin, tidak terasa sakit.

BAB 1x/hr, warna coklat kekuningan, konsistensi lembek, tidak terasa sakit.

c. Aktifitas sehari-hari : Mandiri, mengerjakan pekerjaan rumah seperti

memasak, mencuci baju, membersihkan rumah

d. Istirahat : tidur siang + 2 jam/hr dari jam 1-2 siang, malam +7-8

jam/hr

e. Pola Seksual : frekuensi berhubungan seksual 1x/minggu, dan tidak

ada keluhan saat berhubungan seksual

f. Personal Hygiene : mandi 2x/hr, keramas 2 hari sekali. Cebok dari

arah depan ke belakang menggunakan air bersih

(10) Keadaan Psikologi Sosial Budaya

a) Kehamilan ini direncanakan : Ya

b) Suami mendukung kehamilan ini : Ya

c) Keluarga mendukung : Ya

d) Kebiasaan/budaya dalam keluarga yang merugikan : Tidak

3.2 Data Objektif

(1)Keadaan Umum

Kesadaran: Composmentis

TTV :

TD : 110/70 mmHg
76

N :80x/menit

Suhu : 36,0oC

RR :20x/menit

BB : 82 kg

LILA : 26 cm

TB : 155 cm

IMT : 34,2

Reflek Patella : +/

Pemeriksaan Panggul
a. Distansia spinarum : tidak terkaji

b. Distansia kristarum : tidak terkaji

c. Konjugata eksterna : tidak terkaji

d. Lingkar panggul : tidak terkaji

(2) Pemeriksaan Fisik

a. Muka : Tidak odema, tidak pucat, tidak ada flek diwajah

b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak memiliki minus

c. Mulut : Tidak sariawan, bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak ada karies

d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena

jugularis, dan tidak ada pembengkakan kelenjar limfe

e. Payudara : Puting susu bersih dan menonjol, kolostrum keluar,

tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal

f. Abdomen : Tidak ada bekas SC, TFU Mc. Donald 30 cm


77

Leopold I : Teraba satu bagian bulat, lunak dan tidak melenting

pada perut ibu bagian atas, TFU 1 jari bawah

proxesus xypoideus

Leopold II : Teraba bagian keras, panjang seperti papan pada

perut ibu sebalah kanan, dan teraba bagian kecil-

kecil atau ekstremitas pada perut bagian sebelah

kiri ibu

Leopold III : Teraba bagian bulat, keras pada perut ibu bagian

bawah, dan tidak dapat digoyangkan

Leopold IV : divergent Perlimaan : 3/5 DJJ : 136x/mnt

HIS : 3x10’.30’’ TBJ : (30-12)x155 = 2790

g. Vulva dan vagina : tidak ada varises vulva/vagina, tidak ada

condyloma, pengeluaran lendir bercampur darah.

h. Anus : tidak ada hemoroid, tidak ada gangguan lain di anus

i. Ekstremitas : Atas: tidak ada oedem, tidak

ada polidaktil/sindaktil

Bawah: tidak ada oedem, tidak ada polidaktil/sindaktil

(3) Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 13-01-2022 Jam : 09.30

Hb : 13,6 gr/dl

Golda : O

Albumin urine : Negatif


78

Reduksi urine : Negatif

HIV : NR

Sifilis : NR

HbSAg: NR

b) Pemeriksaan USG

Tanggal : 08-11-2021

BB : 70 kg Tensi : 100/70 mmhg

HPL : 02-03-2022, TBJ : 580 gr, UK : 23-24 minggu , JK :

Perempuan, Keadaan janin baik, ketuban cukup, placenta di

corpus.

Tanggal : 23-12-21

BB : 78 kg Tensi : 110/70 mmhg

HPL : 01-03-2022, TBJ : 1500 gr, UK : 30 minggu , JK :

Perempuan, Keadaan janin baik, ketuban cukup, placenta di

corpus.

Tanggal : 13-01-2022

BB : 80 kg Tensi : 120/80 mmhg

HPL : 05-03-2022, TBJ : 2000 gr, UK : 32-33 minggu , JK :

Perempuan, Keadaan janin baik, ketuban cukup, placenta di

corpus.

Tanggal : 07-02-2022

BB : 84 kg Tensi : 120/80 mmhg

HPL : 05-03-2022, TBJ : 2700 gr, UK : 36 minggu , JK :

Perempuan, Keadaan janin baik, ketuban cukup, placenta di


79

corpus.

c) Skor KSPR : 2 (skor awal ibu hamil) Risiko ibu hamil

d) Swab : Negatif

e) Vaginal Toucher (VT)

Tanggal : 03-03-2022 (jam 19.00)

pembukaan 3 cm, efficement 50%, kematangan serviks lunak, ketuban

positif, presentasi kepala, denominator UUK, hodge I +, molase 0, tidak ada

bagian kecil janin dan tali pusat yang terkemuka.

3.3 ANALISA DATA


GIP0A0 usia kehamilan 41 minggu dalam persalinan kala I fase laten, janin

tunggal hidup, intrauterin, puki, presentasi kepala, dengan keadaan normal.

3.4 PENATALAKSANAAN
Kala I

Tanggal : 03-03-2022 Jam : 19.30

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah dalam waktu persalinan

yaitu sudah pembukaan 3 cm dan ketubahan belum pecah.TD: 110/70mmHg, N;

80x/menit, R: 20x/menit, S: 36,0℃, DJJ: 136 x/menit, dan secara keseluruhan

kondisi ibu dan janin dalam batas normal

E/ ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan kepada suami atau keluarga untuk memberi dukungan dan

support mental kepada ibu agar semangat dalam menjalani proses persalinan.
80

E/ suami atau keluarga bersedia memberikan dukungan dan support mental

kepada ibu

3. Menganjurkan ibu makan atau minum di sela-sela kontraksi untuk persiapan

menambah energi saat mengejan.

E/ ibu bersedia untuk makan dan minum

4. Melakukan masasse atau pijatan lembut dengan sedikit ditekan atau seperti

mengusap-usap pada titik nyeri (bagian punggung) ibu untuk mengurangi nyeri

karena kontraksi.

E/ masasse sudah dilakukan dan ibu merasa nyeri kontraksi berkurang

5. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan

cara mengambil nafas panjang dari hidung dan dikeluarkan dari mulut,

bermanfaat mengurangi nyeri saat ada kontraksi.

E/ ibu mengerti dan dapat melakukan relaksasi dengan benar

6. Mengobservasi keadaan ibu dan janin tiap 1 jam serta mencatat pada lembar

observasi.

E/ observasi sudah dilakukan dan telah dicatat pada lembar partograf

7. Melakukan asuhan sayang ibu dengan memberikan perhatian dan menyemangati

ibu dalam menghadapi proses persalinan

E/ asuhan sayang ibu sudah dilakukan dan ibu tampak rileks

8. Menyiapkan partus set, resusitasi set, heating set, obat-obatan esensial

(oksitosin, metil ergometrin dan lidocain), tempat yang nyaman, serta

perlengkapan ibu dan bayi

E/ peralatan, obat-obatan esensial, serta perlengkapan ibu dan bayi sudah di


81

siapkan

9. Mendokumentasi semua tindakan

E/ dokumentasi tindakan sudah dilakukan

Kala II

Tanggal : 04-03-2022 Jam : 03.00

S : Ibu mengatakan mules dan kenceng-kenceng semakin

sering dan ingin mengejan seperti BAB

O : k/u : Baik Kesadaran : Composmentis

VT : 10cm, eff 100%, ketuban – p e c a h jernih, presentasi kepala,

UUK, hodge III, DJJ 140 x/mnt, HIS : 4x 10’.45’’, penurunan

kepala 0/5 Terdapat gejala kala II (doran teknus perjol vulka)

A : GIP0A0 usia kehamilan 41 minggu,dengan persalinan kala II

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap

(10cm), ketuban sudah pecah dan kepala bayi sudah berada di bawah

E/ Ibu mengerti dan bersedia dipimpin untuk mengejan

2. Memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set oksitosin, metil

ergometrin, dan obat-obatan esensial lainnya, memakai APD, persiapan

menolong persalinan

E/ alat sudah lengkap dan penolong persalinan sudah siap

3. Memposisikan ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang

benar, yaitu apabila ada kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari

hidung, ditahan kemudian mengejan, mata tidak boleh tertutup,


82

menundukan kepala melihat ke perut, dagu menempel pada dada, tidak

boleh bersuara saat mengejan, kedua tangan berada pada selangkangan paha

dan ditarik kearah dada.

E/ ibu nyaman dengan posisi dorsal recumbent dan bisa mengejan dengan

benar

4. Meminta suami atau keluarga untuk memberi support, makan atau minum

saat tidak ada kontraksi

E/ suami atau keluarga bersedia memberi support serta makan atau minum

pada ibu

5. Melakukan pertolongan persalinan yaitu meletakkan handuk atau kain

bersih diperut ibu saat kepala bayi terlihat 5-6 cm didepan vulva,

menyiapkan kain 1/3 bagian bokong ibu untuk stenen, membuka partus set,

memakai sarung tangan steril, membantu ibu melahirkan kepala,

menganjurkaan ibu bernafas pendek, tidak ada lilitan tan tali pusat,

menunggu putaran paksi luar, posisi tangan biparietal, membantu ibu

melahirkan bahu anterior dan superior, melakukan sanggah susur, bayi lahir

spontan (pukul 03.23) , jenis kelamin perempuan, BB 3000, PB 50, LK 33,

LD 34, anus ada, A-S : 8-9, menangis kuat, tidak ada kelaingan kongenital,

warna kulit kemerahan, tonus otot baik

E/ pertolongan persalinan sudah dilakukan, bayi lahir spontan pukul 03.23

6. Melakukan IMD dengan meletakkan bayi diatas dada ibu. Kulit bayi kontak

dengan kulit ibu

E/ bayi sudah diletakkan diatas perut ibu


83

7. Mendokumentasikan semua tindakan

E/ dokumentasi sudah dilakukan

Kala III

Tanggal 04-03-2021 Jam : 03.35

S : Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya secara normal dan perut

bagian bawah masih terasa mules

O : k/u : baik, kesadaran : composmentis, TFU setinggi pusat,

kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua, kandung kemih

kosong

A : P1A0 persalinan kala III dengan keadaan normal

P:

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa tidak ada janin

kedua dan akan disuntikkan oksitosin 10 IU (1cc) pada paha kanan

bagian luar untuk membantu melahirkan plasenta

E/ ibu mengerti dan bersedia disuntik oksitosin

2. Menyutikkan oksitosin menggunakan spuit 3 cc, dosis 1 cc, (10IU),

secara IM pada paha kanan bagian luar

E/ oksitosin sudah disuntikkan

3. Melakukan jepit potong tali pusat, memegang tali pusat sekitar 5 cm,

mengklem tali pusat kearah ibu 3 cm, dan kearah bayi 2 cm,

menggunting dengan tangan kiri melindungi perut bayi, kemudian

mengikat tali pusat menggunakan benang tali pusat, setelah itu bayi

diletakkan di perut ibu untuk IMD selama 1 jam


84

E/ jepit potong tali pusat sudah dilakukan

4. Melakukan PTT (peregangan tali pusat terkendali), memajukan klem 5-

10 cm didepan vulva, tangan dorsokranial, terdapat tanda-tanda

pelapasan tali pusat seperti: semburan darah tiba-tiba, tali pusat

memanjang, perubahan uterus menjadi globuler.

E/ pelepasan plasentan sudah dilakukan dengan teknik PTT (pukul 03.40)

5. Melakukan masasse uterus segera setelah plasenta lahir selam 15 detik,

dengan cara masasse lembut pada perut bagian bawah searah jarum jam.

(kontraksi keras)

E/ masasse uterus sudah dilakukan (kontraksi keras)

6. Melakukan pengecekan plasenta dengan kassa, sisi maternal lengkap (20

kotiledon), sisi vetal lengkap (1pembuluh darah vena dan 2 pembuluh

darah arteri)

E/ pengecekan plasenta sudah dilakukan (plasenta lengkap)

7. Mengecek pelebaran atau laserasi jalan lahir dengan menggunakan kassa

E/ terdapat laserasi jalan lahir derajat 2

8. Memberitahu ibu bahwa terdapat laserasi jalan lahir derajat 2 dan akan

dilakukan penjahitan perineum

E/ ibu bersedia dilakukan penjahitan luka perineum

9. Menjahit luka perineum derajat II yaitu (mukosa vagina, kulit dan

jaringan perineum), menggunakan benang cromic, menjahit dengan

teknik satu-satu (2kali jahitan) dari bagian dalam hingga ke permukaan


85

perineum dan menjahit dengan anestesi dengan lidokain

E/ menjahit luka perineum sudah dilakukan

10. Mendokumentasi semua tindakan

E/ dokumentasi sudah dilakukan

Kala IV

Tanggal 04-03-2022

S : Ibu mengatan masih merasa lelah dan mules karena selesai bersalin,

dan luka jahitan terasa perih

O : k/u : baik kesadaran : composmentis

TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit

Suhu : 36,0oC

TFU : 2 jari bawah pusat

UC : baik

Perdarahan : + 100cc

ASI: +/+ (Sudah keluar)


A : P1A0 persalinan kala IV dengan keadaan normal

P:

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TTV,

Td; 110/70mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S: 36,0℃,

TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras.

E/ ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Membersihkan tubuh ibu dari sisa darah dan cairan ketuban

dengan air DTT, membantu ibu menggunakan pembalut di


86

celana, memakai baju bersih dan menggunakan jarik

E/ ibu sudah merasa nyaman karena telah dibersihkan dan

sudah menggunakan pakaian bersih

3. Memastikan kontraksi uterus dengan mengajari ibu atau

keluarga cara melakukan masasse uterus, yaitu tangan ibu

atau keluarga di letakkan pada perut bagian bawa ibu

kemudian mengusap (pijat lembut) searah jarum jam selama

15 detik.

E/ kontraksi keras, ibu mengerti dan dapat melakukan

masasse uterus dengan benar.

4. Dekontaminasi alat-alat yang telah digunakan kedalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan membuang sampah

pada tempatnya

E/ dekontaminasi alat sudah dilakukan dan sampah telah di

buang pada tempatnya

5. Mengecek apakah terjadi perdarahan atau tidak

E/ tidak terjadi perdarahan

6. Melakukan pemantauan kala IV selama 2jam post partum

yaitu 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit

pada satu jam ke dua

E/ pemantauan dua jam post partum telah dilakukan

7. Mendokumentasi tindakan dan melengkapi partograf

E/ dokumentasi telah dilakukan dan partograf sudah di

lengkapi
87

Tanggal 04-03-2022 Jam : 06.00

S : Ibu merasa sudah baikan, tidak pusing

O : k/u : Baik Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit

Suhu : 36,0oC RR : 20x/menit

TFU : 2 jari bawah pusat

UC : baik

Perdarahan : + 100cc

ASI : +/+ (Sudah keluar)

Lochea : Rubra

A: P1A0 Post Partum 2 jam

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu

dalam batas normal,TD: 110/70mmHg, N:82x/menit, R:

20x/menit, S: 36,0℃, TFU 2 jari dibawah pusat, luka jahitan

masih basah, tidak ada tanda-tanda REEDA, Lokhea Rubra,

kontraksi uterus baik, dan perdarahan normal

E/ ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Membantu ibu dalam memperbaiki posisi menyusu seperti

memposisikan bayi benar-benar mirig, perut bayi menempel

pada perut ibu, kepala bayi berada pada siku ibu, tangan ibu

memegang payudara sambil mengamati seperti huruf C, dan

mencegah agar tidak menutupi hidung bayi.


88

E/ ibu mengerti dan bisa memperbaiki menyusui bayinya

3. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene nya

E/ ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Menganjurkan ibu untuk kontrol kembali 3 hari lagi pada

tanggal 12-01-2022 atau sewaktu-waktu jika ada

keluhan

E/ ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan

ulang.
89
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian data subjektif menemukan bahwa Ny.”A” GIP0A0 UK

41minggu, datang ke PMB ditemani oleh suami. Klien mengatakan kenceng-

kenceng dan mengeluarkan lendir darah sejak pukul 15.00 WIB. Pada

pemeriksaan dalam, didapatkan ibu sudah masuk kala I fase laten yaitu

pembukaan 3cm. Sesuai dengan teori bahwa persalinan dimulai (inpartu) sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan

menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu

jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Depkes RI, 2008).

Sedangkan kenceng-kenceng dan keluar lendir darah yang dirasakan ibu termasuk

dalam tanda-tanda persalinan. Hal tersebut Sesuai dengan (Sulistyawati, 2014)

bahwa kenceng- kenceng dan pengeluaran lendir darah merupakan salah satu

tanda masuk persalinan yaitu terjadinya his persalinan dan pengeluaran lendir

darah. Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan perdarahan dan pembukaan, Pembukaan menyebabkan selaput

lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas, terjadi perdarahan karena

kapiler pembuluh darah pecah.

Pada kala 1 fase laten, penulis melakukan beberapa asuhan kebidanan

seperti menganjurkan ibu untuk didampingi oleh pendamping persalinan dan ibu

memilih untuk didampingi oleh suami, membimbing Ny.A melakukan teknik

relaksasi, dan membimbing suami untuk melakukan pijatan ringan kepada ibu.

Hal tersebut sesuai dengan (Sulistyawati, 2014) bahwa salah satu kebutuhan dasar
91

ibu saat persalinan yaitu kehadiran seorang pendamping dan mengajarkan teknik

relaksasi nafas untuk mengurangi tingkat nyeri persalinan.Pukul 23.00 WIB Ny.A

mengatakan merasa sangat mulas yang semakin sering dan terasa lemas.

Berdasarkan pemantauan persalinan dengan menggunakan partograf yang

dilakukan oleh penulis, partograf tidak melewati garis waspada dengan

pembukaan 10, kontraksi 4 kali dalam 10 menit dengan lama kontraksi 45 detik.

Hal tersebut sesuai dengan fisiologis persalinan yaitu Dari pembukaan 4 hingga

mencapai pembukaan 10 cm, sekitar 6 jam (Rohani, dkk. 2013). Sehingga dari

pernyataan kasus Ny. ”A” tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan praktik
BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Ny.“A” usia 22 tahun GIP000A0 UK 41 minggu, tunggal, hidup, intra

uterine, presentasi kepala, Inpartu kala I fase laten. Saat ini Ny. “A”

mengeluh perut mules disertai nyeri perut bagian bawah. Ny. “A” memahami

bahwa mules disertai nyeri perut bagian bawah yang dirasakan merupakan

salah satu tanda-tanda dari persalinan, mengingat usia kehamilan Ny “A”

sudah memasuki usia kehamilan 41 minggu. Selain itu Ny.”A” juga

diberikan konseling mengenai teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat

nyeri. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan status

kesehatan Ny.“A”dengan status kesehatan tanda-tanda vital dalam batas

normal. Ny.“A” telah melahirkan bayi dengan jenis kelamin perempuan, BB

3000, PB 50, LK 33, LD 34, anus ada, A-S : 8-9, menangis kuat, tidak ada

kelaingan kongenital, warna kulit kemerahan, tonus otot baik.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Klien

Klien dapat memperhatikan kesehatan diri baik fisik maupun

psikologis untuk menunjang kesehatan yang lebih baik, salah satunya

yakni memahami perubahan psikologi ibu setelah melahirkan,

memahami cara perawatan bayi baru lahir. Serta segera mendatangi

fasilitas kesehatan jika merasakan keluhan atau gangguan kesehatan


93

yang mengganggu.

5.2.2. Bagi PMB

Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang

sudah ada dengan menjaga pelayanan kesehatan tetap dilakukan dalam

prosedur yang benar dan melakukan komunikasi efektif serta

interpersonal sebagai tenaga kesehatan yang baik.

5.2.3. Bagi Mahasiswa

a. Lebih banyak belajar tentang persalinan agar dapat memberikan

pelayanan pada klien secara komprehensif dan sesuai kebutuhan.

b. Lebih banyak berlatih dalam berkomunikasi dan memberikan KIE

kepada klien agar klien bisa lebih terbuka dan KIE yang diberikan

dilaksanakan oleh klien.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

Icesma Sukarni K-Margareth ZH. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas.


Yogyakarta: Nuha medika.

Rohani, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.Jakarta:Salemba Medika.

Sulistyawati dan Nugraheny. 2014. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.


Yogyakarta:Salemba Medika.

Tando. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: In
Medik.

Trisnawati F. 2012. Asuhan Kebidanan. Jilid I. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu


Hamil.Jakarta: Depkes RI; (2011).

Pudiastuti R.D. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika;


(2011).

Prawirohardjo S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; (2008).

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; (2009).

Asrinah, Putri S S, dkk. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha


Ilmu; (2010).

Dwi Asri H, dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika; (2010).

Purwandari A. Konsep Kebidanan: Sejarah dan profesionalisme. Jakarta: EGC;


(2008)

Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus. Pelatihan Manajemen Asuhan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Raya; (2004)
LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Kegiatan


96

Lampiran 2 Dokumentasi Data Pendukung


97
98
99
100
101
102

Lampiran 3 Leaflet
103
104

Anda mungkin juga menyukai