10.LEJAR - INC - KOMPLIKASI - Stase 4
10.LEJAR - INC - KOMPLIKASI - Stase 4
Oleh :
SRILEJARING TIYAS
NIM. 202108112
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Mahasiswa
Srilejaring Tiyas
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena limpahan berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik yang berjudul “Praktik Asuhan
pada Ny. S. di PMB Lejar Kota Malang”. Laporan ini disusun sebagai salah satu
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
Srilejaring Tiyas
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................3
1.3 Manfaat............................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
2.1 Persalinan 5
2.2 Ketuban Pecah Dini 55
2.3 Paritas 68
2.4 Hubungan KPD dengan Paritas 68
2.5 Analisa Jurnal 70
2.6 Teori Manajemen Kebidanan Berdasarkan Kasus Persalinan dengan
Ketuban Pecah Dini ( KPD ) 74
BAB 3 TINJAUAN KASUS..............................................................................81
3.1 Data Subjektif................................................................................................81
3.2 Data Objektif..................................................................................................84
3.3 Analisa Data...................................................................................................87
3.4 Penatalaksanaan.............................................................................................87
BAB 4 PEMBAHASAN.....................................................................................97
BAB 5 PENUTUP..............................................................................................99
5.1 KESIMPULAN..............................................................................................99
5.2 SARAN........................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................102
LAMPIRAN.....................................................................................................104
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
3. Lampiran Leaflet...................................................................................109
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan. Keadaan ini sering
terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014).
plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan
sendiri)
faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang
2011). Pada ibu yang pertama kali menjalani proses persalinan akan takut,
psikologis ibu yang tidak stabil, peran suami sangat dibutuhkan selama proses
1
2
persalinan.
satunya dikarenakan faktor adat istiadat dan kebijakan rumah sakit yang
kuat, salah satunya adalah dukungan dari seorang suami. Hal ini
perasaan tenang serta menguatkan psikis ibu karena suami dianggap dapat
istri karena suami menyaksikan perjuangan ibu dalam melahirkan buah hati
mereka, suami selalu ada saat dibutuhkan, ibu merasa nyaman dan ada energi
lebih ketika suami mendampingi. Ibu merasa tidak sendiri ketika melahirkan
pendampingan suami selama proses persalinan istri yang dapat dilihat dari
ibu menjai tenang, tidak merasa cemas sehingga persalinan dapat berjalan
dengan lancar dan cepat. Akan tetapi apabila kurangnya support dan tidak
berbagai masalah.
1.2 Tujuan
Komplikasi Ketuban Pecah Dini ( KPD ) pada ibu bersalin di wilayah PMB
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir
6
7
suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat
ibu dan bayi atau seluruhnya terjadi atas kekuatan ibu sendiri,
2014).
2014).
yaitu :
b) His persalinan
uteri
1) His pendahuluan
2) His pembukaan
10 cm, his mulai teratur dan lebih kuat dan ibu merasa
sakit.
3) His pengeluaran
plasenta.
13
5) His pengiring
keluar.
a) Bidang Hodge I
panggul.
b) Bidang Hodge II
sympisis.
d) Bidang Hodge IV
a) Uterus
janin keluar.
teregang.
persalinan.
dan introitus.
terendah janin.
(5) Perineum
janin.
normal.
1) Sikap
bersilang didada.
2) Letak
3) Presentasi
4) Posisi
2013).
2.1.6.5. Psikologis
22
dkk. 2013).
2.1.6.6. Penolong
janin. Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skill dan
1) Uterus
2) Serviks
b) Dilatasi
diameter 3 cm.
b. Fase aktif
menjadi 4 cm
25
2014).
d) Perubahan Metabolisme
e) Perubahan Suhu
(Sulistyawati, 2014).
g) Perubahan pernafasan
2) Uterus
3) Serviks
(Sulistyawati, 2014).
5) Ekspulsi Janin
janin sudah tidak masuk lagi diluar his. Dengan his serta
(Sulistyawati, 2014).
plasenta atau uri. Partus kala III disebut juga kala uri. Kala III
uterus atau ke dalam vagina. Kala III ini tidak kala pentingnya
dengan kala I dan kala II. Kelalaian dalam memimpin kala III
1) Pelepasan plasenta
rongga rahim).
2) Pengeluaran plasenta
1) Tanda vital
(Sulistyawati, 2014).
2) Gemetar
3) Serviks
4) Perineum
tersebut.
34
mengambil alih.
(Sulistyawati, 2014).
hal ini terjadi karena pasien tidak tahu mengenai caranya serta
2.1.9.5. Istirahat
pendamping tersebut.
sebagai berikut :
1. Mengusap keringat
3. Memberikan minum
38
4. Mengubah posisi
2. Pengaturan posisi
prosedur tindakan
6. Asuhan tubuh
7. Sentuhan
a. Farmakologis
39
b. Nonfarmakologis
sebagai berikut :
terlalu panas
(3) Hidroterapi
(4) Counterpressure
dideritanya.
3) Gerakan
2013).
besar
yang menimbulkan :
3) Pengeluaran cairan
1) Kala I
45
dimana kontraksi semakin lebih kuat, dan lebih lama. Lama kala
2) Kala II
panggul
2013).
3) Kala III
dan pernafasan.
cm).
1) Fase Laten
7-8 jam.
2) Fase Aktif
multigravida 2 cm/jam.
pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dengan
ini kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, maka pada
saat itu his dirasakan pada tekanan pada otot-otot dasar panggul,
kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his. Dengan
(Tando, 2013).
lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
tekanan pada fundus uteri dan keluar yang disertai darah (Tando,
2013).
pernafasan
c) Kontraksi uterus
50
2. Fleksi
maksimal.
4. Ekstensi
besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
dalam.
6. Ekspulsi
2.1.13. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100.
dapat dipalpasi
dipisahkan
53
tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
sesuai.
54
anak panah
berkemih.
antara lain :
derajat 1 tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka dan
Terjadi robekan
pada mukosa vagina,
komisura posterior, kulit
perineum dan otot
perineum dan otot sfingter
Derajat 4
ani. Bukan wewenang
bidan maka rujuk ke
rumah sakit. Sumber :
(JNPK-KR, 2008)
57
2.2.1 Fisiologi Air Ketuban Air ketuban adalah cairan jernih agak
Rahim. Selan itu ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi,
hari setelah pembuahan, dan segera terisi oleh air ketuban. Setelah 10
janin. Pada saat akhir kehamilan sebagian besar air ketuban dari urin
janin.
Saat minggu-minggu awal ketuban berisi terutama air yang berasal dari
ibu, setelah 20 minggu urin janin membentuk sebagian air ketuban yang
mengandung nutrient, hormon, dan anti bodi yang melindungi janin dari
penyakit.
hal yang penting bahwa air ketuban di hirup dalam paru janin untuk
Sebagian besar air ketuban akan berada dalam Rahim sampai neonatus
KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara spontan
2.2.3 Klasifikasi
a. KPD preterm
dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern pada usia kehamilan
b. KPD aterm
yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern pada usia
2.2.4 Etiologi
predisposisi adalah :
yang berasal dari vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan
60
dengan paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya relatif
memilii keadaan yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan karena
pada keadaan tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum banyak
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko pada
spontan.
curatage).
merangsang aktivitas otot polos, hormon ini dihasilkan oleh uterus dan
produksi hormon ini meningkat pada akhir kehamilan saja, akan tetapi
karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban
62
pecah dini. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada
infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering
(Prawirohardjo,2014:678).
2.2.6 Tanda dan gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran.
dengan cara:
cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas,
dan perlu juga di perhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his belum
teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lender dan darah.
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban
dengan menutup mulut dan hidung yang akan menambah tekanan pada
telinga dan tekanan pada bagian fundus, sehingga jika terjadi KPD,
vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan
yang kurang bulan yang belum dalam persalian tidak perlu di adakan
test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan
pemeriksaan USG.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 37,5oC serta air
2014:680).
2.2.9 Komplikasi
a. Pada Ibu Komplikasi yang bisa disebabkan KPD pada ibu yaitu
b. Pada Janin
cukup bulan.
bayi).
68
2.2.10 Penatalaksanaan.
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus
janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan
perode laten.
a) Tatalaksana Umum
antibiotika.
a. Konservatif
selama 7 hari).
5) Jika usia kehamilan 32–37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
jam.
infeksi intrauterine).
4 kali.
b. Aktif
induksi persalinan.
2.3. Paritas
Paritas menurut varney adalah jumlah kehamilan yang dialami oleh seorang
wanita yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi yang mampu bertahan
hidup dengan minimal 20 minggu atau berat janin 500 gram (Elisabet siwi
walyani,2015).
yang tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Pada ibu multipara dan
kali maka akan lebih beresiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan
71
waktunya dan semakin banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi amnion
paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya relatif memilii
keadaan yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan karena pada keadaan
melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko pada mengalami KPD, karena
selaput ketuban mengalami pecah spontan (Budi, Ayu Novita, 2017). 37 Pada
sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada serviks. Sedangkan pada usia,
persalinan lalu maka keadaan jaringan ikatnya lebih longgar dari pada
lebih bermasalah daripada wanita yang baru satu kali atau bahkan belum
Simpulan
maka disimpulkan :
hamil anak kedua, tidak pernah keguguran, dan keluar air – air dari
jalan lahir dan perut terasa kencang – kencang pada tanggal 11 april
2017 pukul 22.00 wita. HPHT 07-07-2016, keadaan umum ibu baik,
12-04-2017 pukul 10.30 wita. Vulva dan vagina tidak ada kelainan,
kepala UUK depan kiri, molase tidak ada, kepala turun hodge II. Darah
intrauterine, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala
partus lama pada ibu sedangkan pada janin dapat terjadi Gawat janin,
fase laten dengan KPD adalah Observasi DJJ dan HIS, Tirah baring,
dan bayi lahir dengan keadaan baik, bayi lahir hidup langsung
disimpulkan:
merembes dari jalan lahir sejak pukul: 17.00 WITA, tanggal 21JUNI
Vulva tidak ada kelainan, vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak,
presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase laten
intrauterine, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala
I fase laten dengan ketuban pecah dini adalah infeksi intrauterin, partus
pendarahan post partum, atau infeksi nifas pada ibu sedangkan pada
KPD
111).
pemecahan masalah yang di temukan oleh perawat dan bidan pada awal
tahun 1970an :
yaitu, data subjektif yang terdiri dari alasan utama ibu masuk Rumah
riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat nifas yang lalu,
ibu. Selain itu, data objektif pun termasuk ke dalam asuhan kebidanan
laboratorium uji kertas nitrazin atau kertas lakms yang akan berubah
warna menjadi biru gelap jika pelepasan yang keluar adalah cairan
79
jumlah cairan amnion yang ada di dalam kavum uteri dan pemeriksaan
yang benar atas data-data yang telah di kumpulkan. Data dasar yang
dalam persalinan, infeksi puerpalis atau masa nifas, dry lebou atau
uteri, dry labour atau partus lama, APGAR score rendah, ensefalopy,
sudah tepat.
81
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
5) Langkah V (perencanaan)
rencana asuhan haruslah di setujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh
oleh pasien.
6) Langkah VI (pelaksanaan)
lakukan dengan efisien dan aman. Pada langkah ini rencana asuhan
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian klien atau anggota tim
serta ibu dan janin dalam keadaan baik dan sehat. Evaluasi di lakukan
secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak
dkk,2002:31)
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Rt 4, rw 5Sukun Malang
c. menarche : 13 th
d. Siklus : 28 Hari
f. Lamanya : 7 hari
g. Disminore : tidak
a. Menikah ke 1
b. Usia Menikah : 21 tahun
c. Lama Menikah : 9 tahun
3 HAMIL INI
Trimester 1 : ANC 2 kali, ibu mengeluh mual muntah dan nafsu makan
USG.
86
Trimester 2 : ANC 1 kali, tidak ada keluhan. Diberikan terapi Fe, kalk.
minggu
didapat
Perubahan fisiologis kehamilan, nutrisi ibu hamil, istirahat cukup tanda bahaya
persalianan.
d) Imunisasi TT
TT 5
b. Eliminasi : BAK 4-5 x/hr, warna jernih, bau khas urin, tidak terasa sakit.
BAB 1x/hr, warna coklat kekuningan, konsistensi lembek, tidak terasa sakit.
d. Istirahat : tidur siang + 2 jam/hr dari jam 1-2 siang, malam +7-8
jam/hr
c) Keluarga mendukung : Ya
(1)Keadaan Umum
Kesadaran: Composmentis
TTV :
88
TD : 110/70 mmHg
N :80x/menit
Suhu : 36,0oC
RR :20x/menit
BB : 82 kg
LILA : 26 cm
TB : 155 cm
IMT : 34,2
Reflek Patella : +/
Pemeriksaan Panggul
a. Distansia spinarum : tidak terkaji
c. Mulut : Tidak sariawan, bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak ada karies
d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena
proxesus xypoideus
kiri ibu
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras pada perut ibu bagian
ada polidaktil/sindaktil
a) Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 12,6 gr/dl
90
Golda : O
HIV : NR
Sifilis : NR
HbSAg: NR
b) Pemeriksaan USG
c) Swab : Negatif
tunggal hidup, intrauterin, puki, presentasi kepala, dengan ketuban pecah dini.
3.4 PENATALAKSANAAN
Kala I
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah dalam waktu persalinan
support mental kepada ibu agar semangat dalam menjalani proses persalinan.
kepada ibu
4. Melakukan masasse atau pijatan lembut dengan sedikit ditekan atau seperti
mengusap-usap pada titik nyeri (bagian punggung) ibu untuk mengurangi nyeri
karena kontraksi.
5. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan
cara mengambil nafas panjang dari hidung dan dikeluarkan dari mulut,
6. Mengobservasi keadaan ibu dan janin tiap 1 jam serta mencatat pada lembar
observasi.
siapkan
Kala II
P:
(10cm), ketuban sudah pecah dan kepala bayi sudah berada di bawah
menolong persalinan
3. Memposisikan ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang
benar, yaitu apabila ada kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari
boleh bersuara saat mengejan, kedua tangan berada pada selangkangan paha
E/ ibu nyaman dengan posisi dorsal recumbent dan bisa mengejan dengan
benar
4. Meminta suami atau keluarga untuk memberi support, makan atau minum
E/ suami atau keluarga bersedia memberi support serta makan atau minum
pada ibu
bersih diperut ibu saat kepala bayi terlihat 5-6 cm didepan vulva,
menyiapkan kain 1/3 bagian bokong ibu untuk stenen, membuka partus set,
menganjurkaan ibu bernafas pendek, tidak ada lilitan tan tali pusat,
melahirkan bahu anterior dan superior, melakukan sanggah susur, bayi lahir
94
spontan (pukul 03.23) , jenis kelamin laki - laki, BB 3400, PB 50, LK 33,
LD 34, anus ada, A-S : 8-9, menangis kuat, tidak ada kelaingan kongenital,
6. Melakukan IMD dengan meletakkan bayi diatas dada ibu. Kulit bayi kontak
Kala III
S : Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya secara normal dan perut
kosong
P:
3. Melakukan jepit potong tali pusat, memegang tali pusat sekitar 5 cm,
mengklem tali pusat kearah ibu 3 cm, dan kearah bayi 2 cm,
mengikat tali pusat menggunakan benang tali pusat, setelah itu bayi
dengan cara masasse lembut pada perut bagian bawah searah jarum jam.
(kontraksi keras)
darah arteri)
8. Memberitahu ibu bahwa terdapat laserasi jalan lahir derajat 2 dan akan
Kala IV
Tanggal 21-03-2022
S : Ibu mengatan masih merasa lelah dan mules karena selesai bersalin.
Suhu : 36,0oC
UC : baik
Perdarahan : + 100cc
P:
97
15 detik.
pada tempatnya
lengkapi
UC : baik
Perdarahan : + 100cc
Lochea : Rubra
P:
pada perut ibu, kepala bayi berada pada siku ibu, tangan ibu
keluhan
ulang.
100
BAB IV
PEMBAHASAN
kenceng dan mengeluarkan cairan byor sejak pukul 02.00 WIB. Pada pemeriksaan
dalam, didapatkan ibu sudah masuk kala I fase laten yaitu pembukaan 2cm. Sesuai
dengan teori bahwa persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus
kenceng dan keluar lendir darah yang dirasakan ibu termasuk dalam tanda-tanda
kenceng dan pengeluaran lendir darah merupakan salah satu tanda masuk
persalinan yaitu terjadinya his persalinan dan pengeluaran lendir darah. Dengan
seperti menganjurkan ibu untuk didampingi oleh pendamping persalinan dan ibu
relaksasi, dan membimbing suami untuk melakukan pijatan ringan kepada ibu.
Hal tersebut sesuai dengan (Sulistyawati, 2014) bahwa salah satu kebutuhan dasar
102
ibu saat persalinan yaitu kehadiran seorang pendamping dan mengajarkan teknik
relaksasi nafas untuk mengurangi tingkat nyeri persalinan.Pukul 02.30 WIB Ny.S
mengatakan merasa sangat mulas yang semakin sering dan terasa lemas.
pembukaan 10, kontraksi 4 kali dalam 10 menit dengan lama kontraksi 45 detik.
Hal tersebut sesuai dengan fisiologis persalinan yaitu Dari pembukaan 4 hingga
mencapai pembukaan 10 cm, sekitar 6 jam (Rohani, dkk. 2013). Sehingga dari
pernyataan kasus Ny. ”S” tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan praktik
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Ny.“S” usia 29 tahun GIP000A0 UK 40 minggu, tunggal, hidup, intra
uterine, presentasi kepala, Inpartu kala I fase laten. Saat ini Ny. “S” mengeluh
perut mules disertai nyeri perut bagian bawah. Ny. “S” memahami bahwa
mules disertai nyeri perut bagian bawah yang dirasakan merupakan salah satu
33, LD 34, anus ada, A-S : 8-9, menangis kuat, tidak ada kelaingan
“S” dengan ketuban pecah dini (KPD) di PMB Lejar Kota Malang, maka
serviks, maka KPD diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
bila pembukaan serviks pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm (Sepduwiana, 2011 : 144). Sedangkan jika dilihat dari kapan
104
sebelum ada tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya
ditemukan bahwa tidak ada penyulit bagi ibu maupun janin dan keadaan ibu
dan janin baik yang dilihat bahwa tanda-tanda vital dalam batas normal,
tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 83x/ menit, pernapasan: 24x/ menit, S:
36,7OC, denyut jantung janin dengan frekuensi 132x/ menit. Ibu melahirkan
pada tanggal 21 Maret 2022 pukul 09.30 WIB dengan berat bayi lahir 3400
gram, panjang bayi lahir 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm,
kerjasama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat
5.2. Saran
yang mengganggu.
kepada klien agar klien bisa lebih terbuka dan KIE yang diberikan
Aisyah, Siti Dan Oktarina Aini.”Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Antara
Primipara Dan Multipara”jurnal midpro.Edisi 1 (2012),
http://journal.unisla.ac.id/pdf/19412012/1.%20kejadian%20ketuban%20pecah.pdf
(diakses tanggal 22 Maret 2022)
Budi Rahayu Dan Ayu Novita Sari “Study Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban
Pecah Dini (Kpd) Pada Ibu Bersalin. Vol V, No 2 (2017).
Kementrian Agama Ri, Al-Qur’an Terjemahan Dan Tajwid. Bandung: Jawa Barat,
2014
Maharani, DKK “hubungan usia, paritas dengan ketuban pecah dini di puskesmas
jagir Surabaya”. Volume VIII nomor 2, April 2017
Http://forikes-ejournal.com/index.php/SF (Di Akses Tanggal 22 Maret 2022)
Norma, Nita Dan Mustika Dwi. Asuhan Kebidanan Patologi Teori Dan Tijauan
Kasus.Yogyakarta: Nuha Medika, 2013.
Sari, Eka Puspita Dan Kurnia Dwi Rimandini. Asuhan Kebidanan Persalinan.
Jakarta:Trans Info Media, 2014.
Varney, Helen dkk, buku saku bidan, 2001. Varney‟s pocket midwife, ed.
AlfrinaHany.Jakarta: EGC,2002.
Lampiran 3 Leaflet
$. #indari makanan yang bisa merangsang kontraksi rahim, seerti minuman beralkohol tinggi dan makanan fermentasi berlebihan
%. #indari trauma atau benturan fisik ada daerah erut &. !ada ibu hamil kembar, kurangi aktifitas yang
berlebihan.
. Lakukan hubungan seksual secara hati – hati, hentikan hubungan seksual bila ketuban pecah