Lapsus Vertigo Soft File
Lapsus Vertigo Soft File
Lapsus Vertigo Soft File
VERTIGO BPPV
Disusun Oleh:
Pembimbing :
i
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : DE
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : KH Harun Nafsi Loa Janan
Tanggal Pemeriksaan : 20 November 2020
Keluhan Utama
Pusing berputar
3
Riwayat Penyakit dahulu :
Hipertensi (+) tidak terkontrol, DM (-), Vertigo (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
4
- Ketajaman Penglihatan : dbn / dbn
- Lapangan Penglihatan : dbn / dbn
- Melihat Warna : dbn / dbn
- Funduskopi : dbn / dbn
3) Nervus III, IV, VI (Nervus Okulomotorius, Trokhlearis,
Abdusens) :
Celah kelopak mata : Kanan Kiri
Ptosis : (-) (-)
Exoftalmus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Pupil :
Bentuk/ukuran : Bulat Bulat
Isokor/anisokor : Isokor Isokor
RL/RCL : (+) (+)
Gerakan Bola mata
Paresis : (–) (–)
4) Nervus V (Nervus Trigeminus) :
Sensibilitas wajah : Dalam batas normal
Menggigit : Dalam batas normal
Mengunyah : Dalam batas normal
Refleks masseter : Dalam batas normal
Refleks kornea : Dalam batas normal
5) Nervus VII (Nervus Fasialis) :
Mengerutkan dahi : Dalam batas normal
Menutup mata : Dalam batas normal
Gerakan mimik : Dalam batas normal
Mulut mencucu : Dalam batas normal
Pengecap 2/3 lidah depan : Dalam batas normal
6) Nervus VIII (Nervus Vertibulokokhlearis) :
Suara berbisik : Dalam batas normal
5
Sensibilitas faring : Dalam batas normal
8) Nervus X (Nervus Vagus) :
Arkus faring : Dalam batas normal
Berbicara : Dalam batas normal
Menelan : Dalam batas normal
9) Nervus XI (Nervus Aksesorius) :
Memalingkan kepala : Dalam batas normal
Mengangkat dagu : Dalam batas normal
10) Nervus XII (Nervus Hipoglossus) :
Pergerakan lidah : Dalam batas normal
Tremor lidah : (-)
Atrofi lidah : (-)
Fasikulasi : (-)
Artikulasi : Dalam batas normal
Sensibilitas
- Taktil : Dalam batas normal
- Nyeri : Dalam batas normal
- Suhu : Dalam batas normal
Motorik :
Refleks Fisiologik :
Biseps : (+) / (+)
Triseps: (+) / (+)
Radius : tidak dievaluasi
Ulna : tidak dievaluasi
Refleks Patologik :
Hoffman – Tromner : (-) / (-)
Babinski : (-) / (-)
Chaddock : (-) / (-)
Gordon : (-) / (-)
6
Schaefer : (-) / (-)
Oppenheim : (-) / (-)
Klonus : (-) / (-)
Tes Laseque : (-) / (-)
Tes Patrick : (-) / (-)
Tes Kontra-Patrick : (-) / (-)
Tes Kernig : (-) / (-)
Sensorik :
Sup(D) Sup(S) Inf(D) Inf(S)
1. Terapi :
Non Farmakologi
Tirah baring
7
Farmakologi
Inj. Ranitidin 1 amp / iv
Inj. Ondansentron 1 amp / iv
Inj. Ondansentron 1 amp / iv
Amlodipin 10 mg 1x1 po
Betahistin 6 mg po
Terapi pulang
2. Pemeriksaan Penunjang :
a) Pemeriksaan Lab : (-)
b) Pemeriksaan Radiologi dan lain-lain : (–)
c) Pemeriksaan EKG
PROGNOSIS
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vertigo
2.1.1 Definisi
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar. Vertigo termasuk ke
dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. 2 Vertigo
adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnyadengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan olehgangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau
penyakit.1 seperti Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalarialdan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya
penyakitsistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru dan kemungkinan trauma akustik.2
Persepsi/sensasi gerakan bisa berupa:
Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan
vestibular.
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:
Vertigo vestibular perifer.
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis
Vertigo vestibular sentral.
Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks
serebri.2
Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang
timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.
2.1.2 Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya, antara lain: akibat
kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit
atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Secara spesifik, penyebab vertigo,
adalah:
9
1. Vertigo vestibular
Vertigo perifer disebabkan oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo
(BPPV), Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin,
labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII, microvaskular
compression, fistel perilimfe.
Vertigo sentral disebabkan oleh migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi,
degenerasi.2
2. Vertigo non vestibular
Disebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher,
presinkop, hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit
sistemik.2
2.1.3. Epidemiologi
BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam kehidupan seseorang.
Studi yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi akan meningkat setiap tahunnya
berkaitan dengan meningkatnya usia sebesar 7 kali atau seseorang yang berusia di
atas 60 tahun dibandingkan dengan 18-39 tahun. BPPV lebih sering terjadi pada
wanita daripada laki-laki.2
2.1.4. Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa
yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.6
10
nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan
vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (berasal dari
sensasikortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.6
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori
iniotak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga
jikapada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan
polagerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akanterjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbulgejala.6
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis
terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.6
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam pengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya
gejala vertigo.6
6. Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stress yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor),
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menyertai
gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awalserangan
vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual,
muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas
susunan saraf parasimpatis.6
11
2.1.5. Gambaran Klinis
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan system kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan
darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari 30
mmHg.2
Pemeriksaan neurologis
Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non
vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami
gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI,
XII.
Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi).2
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :
1. Fungsi vestibuler/serebeler
Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan,mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali
lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada
mata tertutup.2
12
Tandem gait.
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan padaujungjari kaki
kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler,perjalanannya akan menyimpang
dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.2
13
Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany).
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan penderitadisuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampaimenyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulangdengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibulerakan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.2
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya disentral atau
perifer.
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri.Dari posisi duduk di
atas tempat tidur, penderita dibaringkan kebelakang dengan cepat, sehingga
kepalanya menggantung 45°di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45°ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnyavertigo
dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakahlesinya perifer atau sentral.2
Perifer, vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10detik, hilang dalam
waktu kurang dari 1 menit, akan berkurangatau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue). Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-
fatigue).2
14
Gambar 4. Uji Dix Hallpike.2
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis Semisirkularis
lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin
(30°C) dan air hangat(44°C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi
5menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis ataudirectional preponderance
ke kiri atau ke kanan. Canal paresis adalah jika abnormalitas ditemukan di satu
telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau
N.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.2
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif.2
2. Fungsi Pendengaran
15
Audiometri
Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti LudnessBalance Test,
SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.Pemeriksaan saraf-saraf otak lain
meliputi: acies visus, kampusvisus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
pendengaran danfungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan
ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebelar
(tremor,gangguan cara berjalan).2
2.1.6. Diagnosis
Anamnesis
a. Vertigo vestibular
Menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh gerakan
kepala, bisa disertai rasa mual atau muntah.
16
b. Vertigo non vestibular
Sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang, berlangsung
konstan atau kontinu, tidak disertai rasa mual dan muntah, serangan biasanya
dicetuskan oleh gerakan objek sekitarnya seperti di tempat keramaian misalnya
lalu lintas macet.2
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai:
Deskripsi jelas keluhan pasien.Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit
kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang.
Bentuk serangan vertigo:
- Pusing berputar.
- Rasa goyang atau melayang.
Sifat serangan vertigo:
- Periodik.
- Kontinu.
- Ringan atau berat.
Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
- Perubahan gerakan kepala atau posisi.
- Situasi: keramaian dan emosional.
- Suara.
Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
- Mual, muntah, keringat dingin.
- Gejala otonom berat atau ringan.
Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli.
Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin,
gentamisin, kemoterapi.
Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness,
disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksiaserebelaris.2
17
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi.2
Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG),
Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging (MRI).2
2.1.7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan penyebabnya), ialah
untuk memperbaiki ketidakseimbangan vestibular melalui modulasi
transmisisaraf, umumnya digunakan obat yang bersifat antikolinergik.2
Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung,
dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
pertahankan selama 30 detik.Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik,
baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk
kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-
masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan
latihan pagi dan sore hari.7
18
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik.Lamanya pengobatan bervariasi.Sebagian besar kasus
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan:
Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
- Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral
atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg
– 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
- Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
- Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.2
Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat
mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya
ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari.2
Terapi BPPV:
Komunikasi dan informasi:
Karena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir akan
adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh karena itu, pasien
perlu diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan
prognosisnya baik serta hilang spontan setelah beberapa waktu, namun
kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali.
Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan namun apabila terjadi dis-
ekuilibrium pasca BPPV, pemberian betahistin akan berguna untuk
mempercepat kompensasi.2
19
Prosedur Semont
Metode Brand Daroff.2
Konseling dan Edukasi
Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari
penyebab vertigo dan mengobatinya sesuai penyebab.
Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular.7
2.1.8 Prognosis
Pada BPPV, prognosis umumnya baik, namun BPPV sering terjadi berulang.7
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Kasus
Gejala umum yang merupakan keluhan utama - Pusing seperti melihat
berupa : semuanya berputar
Vertigo timbul mendadak pada perubahan - Pusing bertambah berat bila
posisi, misalnya miring ke satu sisi Pada waktu perubahan posisi seperti
berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk.atau pada saat ingin berdiri
menegakkan kembali badan, menunduk atau - Pusing dirasakan sangat
menengadah. Serangan berlangsung dalam berat dan sepanjang hari
waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30 - Mual dan muntah.
detik.Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, - Tidak ada gangguan
bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah. pendengaran maupun suara
Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa berdengung
merasa melayang dan diikuti dis-ekulibrium - Sebelumnya pernah
selama beberapa hari sampai minggu. mengalami keluhan yang
BPPV dapat muncul kembali. 2
sama
21
pada mata tertutup
Pemeriksaan Penunjang : Pada pasien tidak di lakukan pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai penunjang
dengan etiologi.2
Penatalaksanaan : Penatalaksanaan :
Beberapa golongan yang sering digunakan: Farmakologi
- Antihistamin
Betahistin 6 mg 3x1 tab
Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah
Amlodipin 10 mg 1x1 tab
4 – 6 jam. dengan dosis 25 mg – 50 mg
Omeprazole 20 mg 2x1 tab
(1 tablet), 4 kali sehari.
Domperidon 10 mg 3x1 tab
- Difenhidramin HCl. Lama aktivitas
B komplek 1x1 tab
obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50
mg, 4 kali sehari per oral.
- Senyawa Betahistin (suatu analog
histamin):
Betahistin Mesylate dengan
dosis 12 mg, 3 kali sehari per
oral.
Betahistin HCl dengan dosis 8-
24 mg, 3 kali sehari. Maksimum
6 tablet dibagi dalam beberapa
22
dosis.2
BAB V
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25