Lapsus Vertigo Soft File

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

VERTIGO BPPV

Disusun Oleh:

dr. Azalia Mentari Ramadhana

Pembimbing :

dr. Salyanti Puji Negeri

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA (PIDI)


ANGKATAN III PERIODE SEPTEMBER 2020
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH INCHE ABDOEL MOEIS SAMARINDA

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar,
dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari “dizziness”
yang secara definitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah
perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau
sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan
sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini
lebih jarang dirasakan. Kondisi ini merupakan gejala kunci yang menandakan
adanya gangguan sistem vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan
labirin. Namun, tidak jarang vertigo merupakan gejala dari gangguan
sistemik lain (misalnya, obat, hipotensi, penyakit endokrin, dan sebagainya).1
Vertigo termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan
sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia
seperti berjungkir balik. Vertigo paling sering ditemukan adalah Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Menutur penelitian pasien yang
datang dengan keluhan pusing berputar/vertigo, sebanyak 20% memiliki
BPPV, walaupun penyakit ini sering disertai penyakit lainnya.2
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular
(berasal dari sistem saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari sistem
saraf pusat) dan kondisi lain, tetapi 93% pasien pada primary care yang
mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau meniere disease. Karena
pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala mereka,
menentukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah
pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan temuan radiologis akan membantu dokter untuk menegakkan
diagnosis dan memberi terapi yang tepat.3
2

2
BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Jumat, 20 November


2020 pukul 17.50 WITA di ruang IGD RSUD Ince Abdoel Moeis Samarinda.

ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : DE
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : KH Harun Nafsi Loa Janan
Tanggal Pemeriksaan : 20 November 2020

Keluhan Utama
Pusing berputar

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang pasien perempuan berumur 44 tahun dibawa keluarganya ke RS dengan


keluhan tiba-tiba merasa pusing seperti melihat semuanya berputar, pusing
bertambah berat bila perubahan posisi sejak ± 2 hari yang lalu. Pusing berputar ini
sudah beberapa kali dirasakan. Awalnya pusing dirasakan sangat berat dan sepanjang
hari, saat pusing pasien merasa mual sampai muntah. Pada hari pertama, pusing
dirasa sepanjang hari, terus-menerus, dan sangat berat pada hari dua, pusing sudah
mulai berkurang kadang timbul tiba-tiba dicetuskan oleh perubahan posisi seperti
pada saat pasien ingin berdiri. Tidak ada gangguan pendengaran maupun suara
berdengung. Tidak ada demam , batuk , pilek , ataupun sesak nafas. BAB dan BAK
dalam batas normal.

3
Riwayat Penyakit dahulu :
Hipertensi (+) tidak terkontrol, DM (-), Vertigo (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluhan serupa (-) Hipertensi (+) Diabetes Mellitus (-) asma (-) alergi (-)
Riwayat pengobatan:

Pasien tidak ada mengkonsumsi obat rutin apapun

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :

Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos mentis)


Tekanan darah : 180 / 100 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,3oC
Anemia : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Status Internus :
Toraks : Paru dan Jantung dalam batas normal
Abdomen : Flat , supel, peristaltik (+). normal, nyeri tekan (-)
Status Neurologis :
a. GCS : E4M6V5
b. Kepala :
- Bentuk : Normocephal
- Penonjolan : (-)
- Posisi : (-)
- Pulsasi : (-)
c. Leher :
- Kaku kuduk : (-)
d. Saraf cranial (Nervus Kranialis)
1) Nervus I (Nervus Olfaktorius) : Dalam batas normal
2) Nervus II (Nervus Optikus) :

4
- Ketajaman Penglihatan : dbn / dbn
- Lapangan Penglihatan : dbn / dbn
- Melihat Warna : dbn / dbn
- Funduskopi : dbn / dbn
3) Nervus III, IV, VI (Nervus Okulomotorius, Trokhlearis,
Abdusens) :
 Celah kelopak mata : Kanan Kiri
Ptosis : (-) (-)
Exoftalmus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
 Pupil :
Bentuk/ukuran : Bulat Bulat
Isokor/anisokor : Isokor Isokor
RL/RCL : (+) (+)
 Gerakan Bola mata
Paresis : (–) (–)
4) Nervus V (Nervus Trigeminus) :
 Sensibilitas wajah : Dalam batas normal
 Menggigit : Dalam batas normal
 Mengunyah : Dalam batas normal
 Refleks masseter : Dalam batas normal
 Refleks kornea : Dalam batas normal
5) Nervus VII (Nervus Fasialis) :
 Mengerutkan dahi : Dalam batas normal
 Menutup mata : Dalam batas normal
 Gerakan mimik : Dalam batas normal
 Mulut mencucu : Dalam batas normal
 Pengecap 2/3 lidah depan : Dalam batas normal
6) Nervus VIII (Nervus Vertibulokokhlearis) :
 Suara berbisik : Dalam batas normal

7) Nervus XII (Nervus Glossofaringeus) :


 Pengecap 1/3 lidah belakang : Dalam batas normal

5
 Sensibilitas faring : Dalam batas normal
8) Nervus X (Nervus Vagus) :
 Arkus faring : Dalam batas normal
 Berbicara : Dalam batas normal
 Menelan : Dalam batas normal
9) Nervus XI (Nervus Aksesorius) :
 Memalingkan kepala : Dalam batas normal
 Mengangkat dagu : Dalam batas normal
10) Nervus XII (Nervus Hipoglossus) :
 Pergerakan lidah : Dalam batas normal
 Tremor lidah : (-)
 Atrofi lidah : (-)
 Fasikulasi : (-)
 Artikulasi : Dalam batas normal

 Sensibilitas
- Taktil : Dalam batas normal
- Nyeri : Dalam batas normal
- Suhu : Dalam batas normal
 Motorik :

 Refleks Fisiologik :
Biseps : (+) / (+)
Triseps: (+) / (+)
Radius : tidak dievaluasi
Ulna : tidak dievaluasi

 Refleks Patologik :
Hoffman – Tromner : (-) / (-)
Babinski : (-) / (-)
Chaddock : (-) / (-)
Gordon : (-) / (-)

6
Schaefer : (-) / (-)
Oppenheim : (-) / (-)
 Klonus : (-) / (-)
 Tes Laseque : (-) / (-)
 Tes Patrick : (-) / (-)
 Tes Kontra-Patrick : (-) / (-)
 Tes Kernig : (-) / (-)
 Sensorik :
Sup(D) Sup(S) Inf(D) Inf(S)

Nyeri : (N) (N) (N) (N)


Suhu : (N) (N) (N) (N)
Raba : (N) (N) (N) (N)
 Koordinasi, Gait dan Keseimbangan :
Cara berjalan : Tidak dievaluasi
Tes Romberg : cenderung goyang ke arah kanan saat
mata tertutup.
 Otonom :
Miksi : lancar
Defekasi : baik

Pemeriksaan Khusus (Dix-Hallpike)

 Tidak dalam evaluasi.

ASSESSMENT (DIAGNOSIS KERJA)

Diagnosis Klinis : Vertigo Perifer


Diagnosis Topis : Organ vestibularis
Diagnosis Etiologis : Benigna proximal positional vertigo (BPPV)

PLANNING (RENCANA AWAL)

1. Terapi :
Non Farmakologi
 Tirah baring

7
Farmakologi
 Inj. Ranitidin 1 amp / iv
 Inj. Ondansentron 1 amp / iv
 Inj. Ondansentron 1 amp / iv
 Amlodipin 10 mg 1x1 po
 Betahistin 6 mg po

Terapi pulang

 Betahistin 6 mg 3x1 tab


 Amlodipin 10 mg 1x1 tab
 Omeprazole 20 mg 2x1 tab
 Domperidon 10 mg 3x1 tab
 B komplek 1x1 tab

2. Pemeriksaan Penunjang :
a) Pemeriksaan Lab : (-)
b) Pemeriksaan Radiologi dan lain-lain : (–)
c) Pemeriksaan EKG

PROGNOSIS

1. Qua ad vitam : Dubia ad bonam


2. Qua ad sanationem : Dubia ad bonam

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Vertigo
2.1.1 Definisi
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar. Vertigo termasuk ke
dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. 2 Vertigo
adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnyadengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan olehgangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau
penyakit.1 seperti Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalarialdan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya
penyakitsistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru dan kemungkinan trauma akustik.2
Persepsi/sensasi gerakan bisa berupa:
 Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan
vestibular.
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:
 Vertigo vestibular perifer.
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis
 Vertigo vestibular sentral.
Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks
serebri.2
 Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang
timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.

2.1.2 Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya, antara lain: akibat
kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit
atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Secara spesifik, penyebab vertigo,
adalah:

9
1. Vertigo vestibular
 Vertigo perifer disebabkan oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo
(BPPV), Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin,
labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII, microvaskular
compression, fistel perilimfe.
 Vertigo sentral disebabkan oleh migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi,
degenerasi.2
2. Vertigo non vestibular
Disebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher,
presinkop, hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit
sistemik.2

2.1.3. Epidemiologi
BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam kehidupan seseorang.
Studi yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi akan meningkat setiap tahunnya
berkaitan dengan meningkatnya usia sebesar 7 kali atau seseorang yang berusia di
atas 60 tahun dibandingkan dengan 18-39 tahun. BPPV lebih sering terjadi pada
wanita daripada laki-laki.2

2.1.4. Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa
yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.6

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :

1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)


Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu, akibatnya
akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik.6
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata/visus, vestibulum dan
proprioceptif, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik yang
berasal dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan
kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa

10
nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan
vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (berasal dari
sensasikortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.6
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori
iniotak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga
jikapada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan
polagerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akanterjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbulgejala.6
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis
terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.6
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam pengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya
gejala vertigo.6
6. Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stress yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor),
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menyertai
gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awalserangan
vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual,
muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas
susunan saraf parasimpatis.6

11
2.1.5. Gambaran Klinis
Pemeriksaan umum
 Pemeriksaan system kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan
darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari 30
mmHg.2
 Pemeriksaan neurologis
 Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non
vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
 Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami
gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI,
XII.
 Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
 Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
 Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi).2
 Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :
1. Fungsi vestibuler/serebeler
Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan,mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali
lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada
mata tertutup.2

Gambar 2. Uji Romberg.2

12
Tandem gait.
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan padaujungjari kaki
kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler,perjalanannya akan menyimpang
dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.2

Gambar 3. Uji Tandem Gait.2


Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan ditempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.2
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepaladan badan berputar ke arah
lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesidengan lengan pada sisi lesi turun dan yang
lainnya naik. Keadaan inidisertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.2

Gambar 3. Uji Unter Berger.2

13
Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany).
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan penderitadisuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampaimenyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulangdengan mata terbuka dan
tertutup. Pada kelainan vestibulerakan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.2

Gambar 4. Uji Tunjuk Barany.2

Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologi

Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya disentral atau
perifer.

1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri.Dari posisi duduk di
atas tempat tidur, penderita dibaringkan kebelakang dengan cepat, sehingga
kepalanya menggantung 45°di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45°ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnyavertigo
dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakahlesinya perifer atau sentral.2
Perifer, vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10detik, hilang dalam
waktu kurang dari 1 menit, akan berkurangatau menghilang bila tes diulang-ulang
beberapa kali (fatigue). Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-
fatigue).2

14
Gambar 4. Uji Dix Hallpike.2
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis Semisirkularis
lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin
(30°C) dan air hangat(44°C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi
5menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis ataudirectional preponderance
ke kiri atau ke kanan. Canal paresis adalah jika abnormalitas ditemukan di satu
telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau
N.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.2
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif.2

2. Fungsi Pendengaran

 Tes Garpu Tala


Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuliperseptif, dengan
tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach.Padatuli konduktif, tes Rinne negatif,
Weber lateralisasi ke yang tulidan schwabach memendek.2

15
 Audiometri
Ada beberapa macam pemeriiksaan audiometri seperti LudnessBalance Test,
SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.Pemeriksaan saraf-saraf otak lain
meliputi: acies visus, kampusvisus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
pendengaran danfungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan
ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebelar
(tremor,gangguan cara berjalan).2

2.1.6. Diagnosis
Anamnesis
a. Vertigo vestibular
Menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh gerakan
kepala, bisa disertai rasa mual atau muntah.

1) Vertigo vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan


posisi kepala dengan rasa berputar yang berat, disertai mual atau muntah
dan keringat dingin. Bisa disertai gangguan pendengaran berupa tinitus,
atau ketulian, dan tidak disertai gejala neurologik fokal seperti
hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis.2
Gambaran klinis BPPV:
Vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu
sisi Pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk.atau
menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan
berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30
detik.Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual,
kadang-kadang muntah.Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa
merasa melayang dan diikuti dis-ekulibrium selama beberapa hari sampai
minggu.BPPV dapat muncul kembali.2

2) Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh oleh


gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang disertai rasa mual dan
muntah, tidak disertai gangguan pendengaran. Keluhan dapat disertai
dengan gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia,
perioralparestesia, paresis fasialis.2

16
b. Vertigo non vestibular
Sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang, berlangsung
konstan atau kontinu, tidak disertai rasa mual dan muntah, serangan biasanya
dicetuskan oleh gerakan objek sekitarnya seperti di tempat keramaian misalnya
lalu lintas macet.2
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai:
Deskripsi jelas keluhan pasien.Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit
kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang.
 Bentuk serangan vertigo:
- Pusing berputar.
- Rasa goyang atau melayang.
 Sifat serangan vertigo:
- Periodik.
- Kontinu.
- Ringan atau berat.
 Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
- Perubahan gerakan kepala atau posisi.
- Situasi: keramaian dan emosional.
- Suara.
 Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
- Mual, muntah, keringat dingin.
- Gejala otonom berat atau ringan.
 Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli.
 Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin,
gentamisin, kemoterapi.
 Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
 Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
 Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness,
disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksiaserebelaris.2

17
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi.2

 Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
 Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
 Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG),
Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
 Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging (MRI).2

2.1.7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan penyebabnya), ialah
untuk memperbaiki ketidakseimbangan vestibular melalui modulasi
transmisisaraf, umumnya digunakan obat yang bersifat antikolinergik.2

Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode


brandDaroff.

Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung,
dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
pertahankan selama 30 detik.Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik,
baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk
kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-
masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan
latihan pagi dan sore hari.7

18
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik.Lamanya pengobatan bervariasi.Sebagian besar kasus
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan:
 Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
- Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral
atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg
– 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
- Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
- Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
 Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
 Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.2
 Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat
mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya
ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari.2

Terapi BPPV:
 Komunikasi dan informasi:
Karena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir akan
adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh karena itu, pasien
perlu diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan
prognosisnya baik serta hilang spontan setelah beberapa waktu, namun
kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali.
 Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan namun apabila terjadi dis-
ekuilibrium pasca BPPV, pemberian betahistin akan berguna untuk
mempercepat kompensasi.2

Terapi BPPV kanal posterior:


 Manuver Epley

19
 Prosedur Semont
 Metode Brand Daroff.2
Konseling dan Edukasi
 Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari
penyebab vertigo dan mengobatinya sesuai penyebab.
 Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular.7

2.1.8 Prognosis
Pada BPPV, prognosis umumnya baik, namun BPPV sering terjadi berulang.7

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Teori Kasus
Gejala umum yang merupakan keluhan utama - Pusing seperti melihat
berupa : semuanya berputar
Vertigo timbul mendadak pada perubahan - Pusing bertambah berat bila
posisi, misalnya miring ke satu sisi Pada waktu perubahan posisi seperti
berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk.atau pada saat ingin berdiri
menegakkan kembali badan, menunduk atau - Pusing dirasakan sangat
menengadah. Serangan berlangsung dalam berat dan sepanjang hari
waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30 - Mual dan muntah.
detik.Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, - Tidak ada gangguan
bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah. pendengaran maupun suara
Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa berdengung
merasa melayang dan diikuti dis-ekulibrium - Sebelumnya pernah
selama beberapa hari sampai minggu. mengalami keluhan yang
BPPV dapat muncul kembali. 2
sama

Pemeriksaan Fisik : Uji Romberg


Uji Romberg - cenderung goyang ke arah kanan
Penderita berdiri dengan kedua kaki saat mata tertutup.
dirapatkan,mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis
tengah kemudian kembali lagi, pada mata
terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan
pada kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun

21
pada mata tertutup
Pemeriksaan Penunjang : Pada pasien tidak di lakukan pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai penunjang
dengan etiologi.2

 Pemeriksaan laboratorium rutin atas


darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
 Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers
(pada neurinoma akustik).
 Neurofisiologi Elektroensefalografi
(EEG), Elektromiografi (EMG),
Brainstem Auditory Evoked Potential
(BAEP).
 Pencitraan CT-scan, arteriografi,
magnetic resonance imaging (MRI).2

Penatalaksanaan : Penatalaksanaan :
Beberapa golongan yang sering digunakan: Farmakologi
- Antihistamin
Betahistin 6 mg 3x1 tab
Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah
Amlodipin 10 mg 1x1 tab
4 – 6 jam. dengan dosis 25 mg – 50 mg
Omeprazole 20 mg 2x1 tab
(1 tablet), 4 kali sehari.
Domperidon 10 mg 3x1 tab
- Difenhidramin HCl. Lama aktivitas
B komplek 1x1 tab
obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50
mg, 4 kali sehari per oral.
- Senyawa Betahistin (suatu analog
histamin):
 Betahistin Mesylate dengan
dosis 12 mg, 3 kali sehari per
oral.
 Betahistin HCl dengan dosis 8-
24 mg, 3 kali sehari. Maksimum
6 tablet dibagi dalam beberapa

22
dosis.2

BAB V

PENUTUP

Vertigo merupakan keluhan yang dapat dijumpai dalam praktek, umumnya


disebabkan oleh kelainan/gangguan fungsi alat-alat keseimbangan, bisa alat dan saraf
vestibuler, koordinasi gerak bola mata (di batang otak) atau serebeler.
Penatalaksanaan berupa anamnesis yang teliti untuk mengungkapkan jenis
vertigo dan kemungkinan penyebabnya, terapi dapat menggunakan obat dan atau
manuver-manuver tertentu untuk melatih alat vestibuler.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. 1 Wahyudi, Kupiya Timbul.2012. Vertigo. Medical Departemen, PT Kalbe


Farma. Jakarta.

2. Akbar muhammad. 2013. Diagnosis Vertigo. Bagian Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas KedokteranUniversitas HasanuddinMakassar;. Diakses
dari:http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9621/
DIAGNOSIS%20VERTIGO-MA.pdf?sequence=1

3. Lempert, T, Neuhauser, H.2009. Epidemiology of vertigo, migraine and


vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338.

4. Badrul M, 2015, Neurologi Dasar Jilid 2, Jakarta :Sagung Seto.

5. Bashir K, 2014, Management of benign paroxismal positional vertigo (BPPV) in


the emergency department, Journal of Emergency Medicine, Trauma and Acute.

6. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2017 [cited 2017 May


28]. Available from : URL: http://www.google.com/vertigo/cermin dunia
Kedokteran.

7. Nafsiah Mboi. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan Primer. Jakarta:menkes RI; 2014. P.234-7.diakses pada tanggal 20-5-
2017. Diakses dari:
https://www.labcito.co.id/wp-content/uploads/2015/ref/ref/PMK_No_5_ttg_Pand
uan_Praktik_Klinis_Dokter_di_FASYANKES_Primer.pdf

24
25

Anda mungkin juga menyukai