Anda di halaman 1dari 72

DAFTAR ISI

Daftar Isi ……………………………………………………….. i


Deskripsi Singkat ……………………………………… 1
Tujuan Pembelajaran …………………………………. 2
Materi Pokok ………………………………………….. 3
Kegiatan Belajar ………………………………………………..
Materi Pokok 1 Konsep Surveilans Penyakit ……….. 4
Materi Pokok 2 Penyelenggaraan Surveilans ……… 11
Referensi ……………………………………………………….. 55

i
A Tentang Modul Ini

ii
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang konsep surveilans dan


penyelenggaraan surveilans. Mata pelatihan ini penting sebagai dasar
dalam pemahaman petugas surveilans sehingga dapat melaksanakan
seluruh siklus kegiatan surveilans di tataran frontline sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

1
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
surveilans epidemiologi.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:

1. Menguraikan konsep surveilans epidemiologi


2. Melakukan surveilans epidemiologi

2
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


A. Konsep Surveilans Epidemiologi
B. Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi

3
B Kegiatan Belajar

iii
Materi Pokok 1

Konsep Surveilans

iv
Pendahuluan
Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus
menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan
untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat
diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan
penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis
terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang
mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan
penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.

Setelah anda mempelajari terkait kebijakan-kebijakan terkait


Surveilans maka dalam materi pelatihan Surveilans Epidemiologi
pokok bahasan Konsep Surveilans ini, anda akan mempelajari konsep
dasar dari Surveilans yaitu pengertian, tujuan dan bentuk
penyelenggaraan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menguraikan


konsep surveilans epidemiologi.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 1:
1. Pengertian Surveilans
2. Dasar Hukum
3. Tujuan Surveilans
4. Bentuk Penyelenggaraan Surveilans
5. Jenis dan Kegiatan Surveilans Bedasarkan Ssasaran
6. Penyelenggara Kegiatan Surveilans

4
Uraian Materi Pokok 1

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang konsep


surveilans, apakah anda mengetahui apa itu surveilans ?
Anda sebagai petugas surveilans agar dapat melaksanakan
seluruh rangkaian siklus kegiatan, maka maka anda perlu
memahami materi ini.
Uraian berikut ini bisa menambah wawasan anda dalam
mendasari kegiatan surveilans di tataran frontline selanjutnya.

A. Pengertian Surveilans

Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis


dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian
penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara
efektif dan efisien.

Konsep dasar kegiatan surveilans meliputi: Pengumpulan data,


pengolahan data, analisis data dan interpretasi data, umpan balik,
disseminasi (komunikasi) yang baik serta respon yang cepat.

Gambar 1
Siklus Surveilans Kesehatan Masyarakat
(sumber : Modul CDC Frontline)

5
B. Dasar Hukum

Penyelenggaraan surveilans kesehatan di Indonesia berpedoman


kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 45 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. Adapun
secara teknis penyelenggaraan surveilans diatur dalam
Pedoman/ Juknis/Juklak di masing - masing fokus, seperti :

 Petunjuk Teknis Surveilans


Penyakit Tidak menular - 2015
 Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Surveilans Migrasi Malaria Tahun
2020
 Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Surveilans Migrasi Malaria - 2020
 Petunjuk Teknis Surveilans Acute
Flaccid Paralysis (Surveilans AFP)
 dsb

C. Tujuan Surveilans

a. Tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit,


dan faktor risikonya serta masalah kesehatan masyarakat dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan pengambilan
keputusan;

b. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan


terjadinya KLB/Wabah dan dampaknya;

c. Terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/Wabah;

d. Dasar penyampaian informasi kesehatan kepada para pihak yang


berkepentingan sesuai dengan pertimbangan kesehatan.

6
D. Bentuk Penyelenggaraan Surveilans

Bentuk penyelenggaraan Surveilans Kesehatan terdiri dari:

1. Surveilans berbasis indikator

Surveilans berbasis indikator dilakukan untuk memperoleh


gambaran penyakit, faktor risiko dan masalah kesehatan dan/atau
masalah yang berdampak terhadap kesehatan yang menjadi
indikator program dengan menggunakan sumber data yang
terstruktur. Contoh: penyelenggaraan surveilans AFP, CBMS,
Surveilans Gizi, Surveilans penyakit TB, Surveilans Kusta dll.

2. Surveilans berbasis kejadian

Surveilans berbasis kejadian sebagaimana dimaksud dilakukan


untuk menangkap dan memberikan informasi secara cepat tentang
suatu penyakit, faktor risiko, dan masalah kesehatan dengan
menggunakan sumber data selain data yang terstruktur. Misalnya :
pada rumor ataupun kejadian KLB keracunan pangan atau penyakit.

E. Jenis dan Kegiatan Surveilans Berdasarkan Sasaran Bentuk


Penyelenggaraan Surveilans

Penyelenggaraan surveilans kesehatan dilakukan secara terpadu.


Adapun jenis dan kegiatan surveilans berdasarkan sasarannya adalah
sebagai berikut :

1. Surveilans penyakit menular, yang meliputi :


a. surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi;
b. surveilans penyakit demam berdarah;
c. surveilans malaria;
d. surveilans penyakit zoonosis;
e. surveilans penyakit filariasis;
f. surveilans penyakit tuberkulosis;
g. surveilans penyakit diare;
h. surveilans penyakit tifoid;

7
i. surveilans penyakit kecacingan dan penyakit perut
lainnya;
j. surveilans penyakit kusta;
k. surveilans penyakit frambusia;
l. surveilans penyakit HIV/AIDS; m. surveilans hepatitis;
m. surveilans penyakit menular seksual;dan
n. surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi
saluran pernafasan akut berat (severe acute respiratory
infection).

2. Surveilans penyakit tidak menular, yang meliputi :


a. surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah;
b. surveilans diabetes melitus dan penyakit metabolik;
c. surveilans penyakit kanker;
d. surveilans penyakit kronis dan degeneratif;
e. surveilans gangguan mental; dan
f. surveilans gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.

3. Surveilans kesehatan lingkungan, yang meliputi :


a. surveilans sarana air bersih;
b. surveilans tempat-tempat umum;
c. surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan;
d. surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan
lainnya;
e. surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit;
f. surveilans kesehatan dan keselamatan kerja; dan
g. surveilans infeksi yang berhubungan dengan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

4. Surveilans kesehatan matra, yang meliputi :


a. surveilans sarana air bersih;
b. surveilans tempat-tempat umum;
c. surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan;
d. surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan
lainnya;
e. surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit;
f. surveilans kesehatan dan keselamatan kerja; dan
g. surveilans infeksi yang berhubungan dengan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

8
5. Surveilans masalah kesehatan lainnya, yang meliputi :
a. surveilans kesehatan dalam rangka kekarantinaan;
b. surveilans gizi dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG);
c. surveilans gizi mikro kurang yodium, anemia gizi besi,
kekurangan vitamin A;
d. surveilans gizi lebih;
e. surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi;
f. surveilans kesehatan lanjut usia;
g. surveilans penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika,
zat adiktif dan bahan berbahaya;
h. surveilans penggunaan obat, obat tradisional, kosmetika,
alat kesehatan, serta perbekalan kesehatan rumah tangga;
dan
i. surveilans kualitas makanan dan bahan tambahan
makanan

F. Penyelenggara Kegiatan Surveilans


Penyelenggara kegiatan surveilans meliputi Kementerian Kesehatan,
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, instansi
kesehatan pemerintah lainnya, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
sesuai kewenangannya yang dilakukan oleh masing - masing
pengelola program.

Adapun penyelenggaraanya sebagai berikut :

 Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan oleh Kementerian


Kesehatan meliputi wilayah negara dan/atau kawasan antar
negara, dan pintu masuk negara di pelabuhan, bandar udara, dan
pos lintas batas darat negara.
 Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan oleh dinas kesehatan
provinsi meliputi seluruh wilayah kabupaten/kota termasuk
kawasan dalam suatu provinsi.
 Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota meliputi seluruh wilayah kecamatan,
desa/kelurahan atau kawasan dalam suatu kabupaten/kota. \

9
G. Manfaat Informasi Surveilans Kesehatan
Informasi yang didapatkan dari Surveilans harus mampu memberikan
gambaran epidemiologi yang tepat berdasarkan dimensi waktu,
tempat dan orang. Adapun informasi yang didapatkan harus dapat
digunakan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan, meliputi:
1. besaran masalah;
2. faktor risiko;
3. endemisitas;
4. patogenitas, virulensi dan mutasi;
5. status KLB/Wabah;
6. kualitas pelayanan;
7. kinerja program; dan/atau
8. dampak program.

10
Pendahuluan
Setelah kita memahami tentang konsep surveilans, sekarang Anda akan
mempelajari materi pokok pelaksanaan surveilans epidemiologi

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta dapat melakukan surveilans
epidemiologi.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 2:
1. Deteksi/ Diagnosa
2. Pengumpulan Data
3. Analisis Data
4. Interpretasi
5. Komunikasi (Diseminasi)
6. Monitoring dan Evaluasi

11
Uraian Materi Pokok 2

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang penyelenggaraan


surveilans yang dimulai dari pengumpulan data, analisa, interpretasi,
komunikasi (diseminasi). Agar kita mengetahui dan memahami
materi ini, mari kita belajar bersama. Yuk, kita mulai pelajari ya!

A. Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi melaporkan dan mengumpulkan data.


Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan kelompok terbesar
yang akan melaporkan dan Dinas Kesehatan akan lebih kearah
melaporkan dan mengumpulkan data.

Tujuan pengumpulan data :

 Menentukan kelompok risiko tinggi penyakit


 Menentukan jenis agen dan karakteristiknya
 Menentukan reservoir dari penyakit infeksi
 Memastikan keadaan berlangsungnya transmisi
 Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan

12
Materi Pokok 2

Penyelenggaraan Surveilans

v
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

 Aktif, yaitu dilakukan dengan cara mendapatkan data secara


langsung dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, masyarakat
atau sumber data lainnya, melalui kegiatan Penyelidikan
epidemiologi, surveilans aktif puskesmas/rumah sakit, survei
khusus, dan kegiatan lainnya

 Pasif, yaitu dilakukan dengan cara menerima data dari


Fasilitas Pelayanan Kesehatan, masyarakat atau sumber data
lainnya, dalam bentuk rekam medis, buku register pasien,
laporan data kesakitan/kematian, laporan kegiatan, laporan
masyarakat dan bentuk lainnya.

Pada kondisi apakah sebaiknya dilakukan


pengumpulan data secara aktif ???

Jawaban :

….………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………

Hal yang penting dilakukan sebelum melakukan pengumpulan data


adalah menetapkan prioritas data mana yang diperlukan. Apa
yang menjadi prioritas masalah kesehatan dalam program tersebut.
Prioritas masalah ini bisa ditetapkan dengan menimbang frekuensi
kejadian (insidensi, prevalensi, mortalitas), tingkat keparahan (case-
fatality rate, hospitalization rate, disability rate, years of potential rate,
quality adjusted life year lost), biaya yang dikeluarkan terkait dengan
masalah tersebut (baik langsung maupun tidak langsung),

13
kemungkinan pencegahan dan penularan penyakit tersebut serta
perhatian publik terhadap masalah kesehatan tersebut.

Sumber data yang dikumpulkan berlainan untuk tiap jenis penyakit.


Sumber data sistem surveilans terdiri dari 10 elemen yaitu:

a. Pencatatan kematian
b. Laporan penyakit, merupakan elemen yang terpenting dalam
surveilans. Data yang diperlukan : nama penderita, umur,
jenis kelamin, alamat, diagnosis dan tanggal mulai sakit.
c. Laporan kejadian luar biasa atau wabah.
d. Hasil pemeriksaan laboratorium.
e. Penyelidikan peristiwa penyakit menular.
f. Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.
g. Survey: memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.
h. Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit
pada hewan.
i. Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.
j. Data kependudukan dan lingkungan.

Adapun waktu pengumpulan data terdiri dari :

a. Rutin bulanan. Laporan yang berkaitan dengan perencanaan dan


mengevaluasi program dari sumber data yang dilakukan oleh
Puskesmas.
b. Rutin harian dan mingguan. Laporan tersebut berkaitan dengan
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dari kejadian Luar Biasa (KLB).
c. Insidentil adalah laporan sewaktu-waktu seperti laporan W1 untuk
Kejadian Luar Biasa (KLB)
d. Laporan berdasarkan hasil survei.

14
Dalam pengumpulan data surveilans perlu diperhatikan pula apakah
data perlu dikumpulkan secara agregat atau catatan individu.
Pelaporan agregat berarti bahwa melaporkan jumlah kasus setiap
penyakit dalam daftar yang terlihat di situs selama periode pelaporan.
Laporan agregat sering disusun setiap minggu atau bulanan.

Di Puskesmas/ Rumah Sakit Saudara, penyakit apa saja


yang dilaporkan secara agregat dan penyakit apa yang
dilaporkan secara individu?

Jawaban :

….……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Zero Reporting

Cermati tabel berikut :

15
Q : Berapa jumlah kejadian penyakit anthrax ? Apakah kolom
kosong berarti “0 kasus” ? Apakah itu dapat diartikan “tidak
diketahui” atau “hilang/ missing”?

“Zero reporting” berbeda dengan laporan yang tidak disampaikan


(yaitu, tidak ada laporan) dan dari data yang tidak dikumpulkan atau
hilang. “Zero reporting” penting karena membedakan antara "laporan
tanpa kasus" dan "tidak ada laporan," dan itu juga merupakan kunci
dari surveilans..

“Zero reporting” mencerminkan tidak adanya kasus yang


diamati.

“Zero reporting” untuk setiap penyakit dilaporkan ketika tidak ada


kasus yang terdeteksi pada saat laporan mingguan dan
menginformasikan bahwa pada tingkat berikutnya bahwa laporan
telah diajukan lengkap.

“Zero reporting” sangat penting untuk penyakit yang menjadi


program pemberantasan seperti poliomyelitis atau untuk kematian
ibu. Jika terjadi “Zero reporting”, maka petugas surveilans kabupaten
harus segera menghubungi lokasi pelaporan untuk memastikan
apakah tidak ada kasus, atau apakah mereka tidak tahu atau ada
masalah lain. “Zero reporting” dipantau sepanjang tahun dan
digunakan sebagai indikator kinerja suveilans.

Dari penjelasan diatas maka penting untuk mengisi kolom


kosong dengan angka “0”, seperti tabel berikut :

16
Penugasan 1 :

Pada penugasan 1, peserta secara berkelompok melakukan


diskusi :
 Melakukan kajian penyakit yang menjadi prioritas di
kabupaten/ kota masing - masing
 Melakukan kajian penyakit yang mensyaratkan zero reporting
 Melakukan kajian penyakit yang mensyaratkan case-based
reporting
 Melakukan kajian, terkait kegiatan surveilans aktif
 Melakukan kajian, data yang dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota
(Lihat lampiran penugasan 1)

Sebelumnya, kita membahas pelaporan agregat versus kasus.


Sementara beberapa negara dan beberapa penyakit masih bergantung
pada pelaporan agregat (melaporkan jumlah kasus), dan
kecenderungannya adalah menuju laporan berbasis kasus.

Beberapa negara menggunakan formulir pelaporan kasus generik


tunggal untuk penyelidikan awal dan untuk melaporkan semua penyakit
yang menggunakan pelaporan berbasis kasus. Negara-negara lain
memiliki bentuk yang berbeda yang disesuaikan untuk penyakit yang
berbeda. Misalnya, hanya bentuk untuk penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin yang akan menanyakan apakah anak itu divaksinasi.

Sebagian besar formulir laporan pengawasan mencakup lima atau enam


kategori informasi:

 Informasi identitas - nama, alamat, no telepon


 Informasi demografi - usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
pernikahan
 Informasi klinis - diagnosis, gejala, tanggal onset, konfirmasi
laboratorium?, kematian?

17
 Informasi paparan dan faktor risiko - dapat melpiti status vaksin,
terpapar dari orang lain dengan penyakit yang sama, bepergian ke
luar daerah
 Informasi pelapor - siapa yang mengisi laporan dan tanggal
pengisian
 Kontak dan individu yang berpotensi tepapar - anggota keluarga dan
yang merawat

Penugasan 2 :

Pada penugasan 2, peserta secara berkelompok melakukan diskusi :


 Melakukan identifikasi variabel yang ada pada suatu kasus
 Melakukan analisis informasi terkait penyakit yang ada dalam kasus

(Lihat lampiran penugasan 2)

18
Peran Laborartorium dalam Pengumpulan Data

Konfirmasi laboratorium adalah komponen penting dan sering


diabaikan dari surveilans kesehatan masyarakat. Laboratorium
melakukan tes diagnostik dan mengkonfirmasi pasien yang diduga
memiliki penyakit yang dilaporkan, sehingga laboratorium adalah mitra
penting dalam surveilans penyakit dan sistem respons.

Ahli epidemiologi lapangan harus bekerja dan berkomunikasi secara


teratur dengan laboratorium kesehatan masyarakat kabupaten (jika
ada) dan laboratorium rumah sakit kabupaten.

Pengujian diagnostik sampel klinis atau sampel lingkungan sangat


penting untuk:
 Aturan dalam atau mendiagnosa penyakit tertentu.
 Mengesampingkan kemungkinan kasus yang tidak memiliki bukti
laboratorium untuk mengkonfirmasi penyakit. Konfirmasi kasus
penyakit yang dilaporkan.
 Memverifikasi penyebab dugaan wabah.

Hasil laboratorium yang akurat tergantung kepada :


 Dikumpulkan pada waktu yang tepat dalam masa penyakit
 Dikumpulkan dari sumber yang tepat
 Ditempatkan dalam media yang tepat
 Ditangani, disimpan dan dipindahkan secara tepat dan benar

2. Definisi Kasus

Definisi kasus adalah penetapan kesamaan kriteria untuk


menentukan apakah seseorang menderita penyakit, injury atau
kondisi kesehatan lainnya. Definisi kasus digunakan dalam:

 Pengobatan klinis
 Surveilans
 Investigasi wabah
 Analisis epidemiologi atau studi

19
Penyakit yang sepertinya sama mungkin menjadi kasus yang
berbeda pada penerapannya. Seperti contoh, dokter mungkin
mengobati pasien berdasarkan kemungkinan diagnosis, tetapi
surveilans untuk penetapan kasus memerlukan konfirmasi
laboratorium. Dan untuk menentukan sebagai wabah harus
ditentukan untuk kasus yang sedang terjadi di masyarakat selama
kurun waktu tertentu terbatas.
Kasus awal dapat dilakukan dengan arahan pada pencarian kasus.
Setelah diketahui suatu kasus tertentu maka kita dapat
mendefinisikankasus apa yang sedang terjadi. Tentukan kasus
difinit, kasus probable (kemungkinan), dan kasus suspect
(tersangka).

Contoh :
Disuatu wilayah ditemukan penyakit yang belum
diketahui :
 Kasus Suspek : Pasien usia  5 tahun dengan dehidrasi
berat atau kematian karena diare akut
 Kasus dikonfirmasi : Vibrio kolera O1 atau O139
ditemukan pada pasien dengan diare

Kesimpulan :
 2 tingkatan - suspek dan terkonfirmasi
 Suspek mengacu pada kondisi klinis (dehidrasi, diare),
ditambah batas usia
 Penetapan kasus terkonfirmasi memerlukan konfirmasi
laboratorium

Penetapan kkasus sebagai besar berdasarkan kejadian klinis


suatu penyakit, yang didalamnya termasuk :
 Gejala (apa yang dirasakan pasien)
 Tanda (Penemuan objektif dari uji klinis, misal TTV)
 Hasil laborarorium

20
Untuk lebih memahami bagaimana melakukan definisi kasus, mari
kita berlatih di Penugasan 3

Penugasan 3 :

Pada penugasan 3, peserta secara berkelompok melakukan diskusi


identifikasi penentuan kasus sesuai dengan lampiran studi kasus pada
pedoman penugasan

(Lihat lampiran penugasan 3)

Setelah kita memahami konsep pengumpulan data, zero reporting dan


memahami definisi kasus, mari kita berlatih bagaimana pengumpulan
data pada Penugasan 4.

Penugasan 4 :

Pada penugasan 4, Setelah menyelesaikan latihan ini, peserta


diharapkan mampu melakukan pengumpulan data yang lengkap dan
tepat dengan menggunakan instrument standar

(Lihat lampiran penugasan 4)

B. Analisa Data

Dalam surveilans kesehatan masyarakat, mengolah atau meringkas


data akan membantu Anda mengungkapkan pola frekuensi penyakit
dan/atau keparahan penyakit.
Secara umum, pengolahan, analisa dan penyajian data sudah
disampaikan saat materi penunjang Manajemen Data, dan dalam
modul ini akan dijelaskan lebih rinci pada kegiatan surveilans yang
juga digunakan untuk meringkas data dari sumber lain seperti
investigasi wabah, survei, data program, dan studi epidemiologi.

21
Data perlu diringkas dan dianalisis dengan benar untuk memberikan
informasi yang berguna bagi manajemen dan pengambil keputusan.
Modul ini akan fokus membahas beberapa konsep dan keterampilan
yang diperlukan untuk mampu meringkas data, termasuk di
antaranya:
 Jenis data kuantitatif dan kualitatif.
 Jenis variabel dan alat yang biasanya digunakan untuk meringkas
setiap jenis.
 Kapan menggunakan ukuran pusat seperti mean, median, modus.
 Kapan harus menggunakan ukuran frekuensi penyakit seperti
jumlah, rasio, proporsi, dan rate
Perhatikan table berikut ini

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa usia dan jenis kelamin
memiliki perlakukan analisa yang berbeda, dikarenakan :
 Usia memiliki nilai numerik, sehingga kami dapat menghitung
(rentang, rata-rata, dll.)
 Jenis kelamin memiliki dua kategori, bukan numerik, sehingga kita
dapat melaporkan jumlah atau persen laki-laki dan perempuan.

22
Sebagaimana telah Anda pelajari sebelumnya pada modul
Manajemen Data Pelatihan Fundamental Epidemiologi, bahwa
variable ada yang bersifat kategorikal dan ada yang numerical.
Tentunya Anda harus memperhatikan sifat dan skala data ketika
akan meringkas data. Pastikan Anda sudah memahami dengan
benar tentang sifat dan skala data tersebut, Jika Anda ingin
merefresh Kembali silahkan baca Kembali modul Manajemen Data
pelatihan Fundamental Epidemiologi sebelum lanjut memepelajari
modul ini.

Mari kita cek pemahaman Anda. Silahkan tentukan variable berikut


termasuk pada kelompok numerik atau kategorik !
No Variabel Isian Numerik atau
Kategorik ?
1. Usia (tahun) 0 sd 99
2. Status Single
Pernikahan Menikah
Janda / Duda
3. Jumlah Anak lahir 0 sd 20
hidup
4. Status HIV Positif
Negatif
Tidak Tahu
5. Jenis Kelamin Laki
Perempuan
6. Tingkat 0 = SD
Pendidikan 1 = SLTP
2 = SLTA
3 = D3
4 = S1
5 = S2 / S3

23
Mengapa kita harus memperhatikan tipe variabel?
Karena variabel kualitatif dan kuantitatif diringkas dan dianalisis
secara berbeda. Anda harus dapat mengidentifikasi apakah suatu
variabel kualitatif atau kuantitatif untuk dapat meringkas dan
menganalisisnya dengan tepat.

Ingat,
ketika akan meringkas data, Tugas Anda sebagai epidemilog
lapangan adalah meringkas sejumlah data hanya dengan
beberapa kata dan angka. Idealnya, terdapat satu nilai yang
merangkum semua nilai dalam kumpulan data.

Mari selanjutnya kita review terkait analisis deskriptif


epidemiologi dan ukuran - ukuran epidemiologi …

Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif bertujuan mendeskripsikan distribusi, pola,


kecenderungan, perjalanan, dan dampak penyakit menurut
karakteristik populasi, letak geografis, dan waktu. Epidemiologi
deskriptif mempelajari penyebaran penyakit menurut orang (person),
tempat (place), dan waktu (time).
Tujuan dari studi epidemiologi deskriptif:
 Untuk dapat menggambarkan karakteristik distribusi penyakit
atau masalah kesehatan lainnya pada sekelompok orang atau
populasi
 Untuk dapat memperhitungkan besar dan pentingnya masalah
kesehatan pada populasi
 Untuk dapat mengidentifikasi dugaan faktor “determinant” atau
faktor risiko timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang
dapat menjadi dasar menformulasikan hipotesa

24
Manfaat epidemiologi deskriptif adalah:
 Memberikan masukan untuk perencanaan dan alokasi sumber
daya kesehatan tentang penyebaran dan kecenderungan
penyakit di suatu populasi tertentu
 Memberikan petunjuk awal untuk perumusan hipotesis bahwa
suatu paparan adalah faktor risiko penyakit.
 Dua kategori epidemiologi deskriptif berdasarkan unit
pengamatan dan/atau unit analisis: (1) populasi; dan (2)
individu.

Untuk selanjutnya, Saudara bisa me-recall atau membuka


kembali materi terkait ukuran - ukuran epidemiologi dan
berlatih bagaimana menghitungnya. Sebagai rangkuman
mengingatkan silahkan lihat tabel berikut :

25
1. Tipe Kuantitas Matematis

1. Tanpa denominator
Hitungan (enumerasi) atau angka mutlak
Contoh:
Jumlah kasus campak usia <1 tahun sebanyak: 10 kasus
Jumlah kasus keracunan pangan :25 orang
Jumlah balita: 500 balita

2. Dengan Denominator
Proporsi Rumus :
Proporsi adalah suatu perbandingan dimana pembilang (numerator) selalu merupakan bagian
dari penyebut (denominator). Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel
dalam populasinya. Apabila angka dasar (konstanta) yang dipakainya adalah 100, maka X
X 100%
disebut prosentase. X+Y
Rate Rumus :
Rate adalah ukuran proporsi yang memasukkan unsur periode waktu pengamatan dalam a / [ a+b) x (waktu)]
denominatornya;
Rate disebut juga laju. Rate adalah perbandingan antara jumlah suatu kejadian terhadap
jumlah penduduk yang mempunyai risiko terhadap kejadian tersebut menyangkut interval
waktu. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika atau kecepatan kejadian tertentu dalam
suatu masyarakat tertentu pula.
Ratio Rumus :
Ratio merupakan perbandingan antara dua kejadian dimana antara numerator dan Ratio = x/y
denominator tak ada sangkut pautnya

26
2. Tipe Kuantitas Epidemiologis

Insidens

Insidens merefleksikan jumlah kasus baru (insiden) yang berkembang dalam suatu periode waktu di antara populasi
yang berisiko.

Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit (kejadian / kasus penyakit yang baru
saja memasuki fase klinik dalam riwayat alamiah penyakit). Sedangkan periode waktu adalah jumlah waktu yang
diamati selama sehat hingga menjadi sakit. Ukuran frekuensi insidensi penyakit dapat dibedakan menjadi dua macam:
(1) Insidens Kumulatif; dan (2) Laju Insidensi (Insidance Density).

Insidens Kumulatif : Rumus Insidens Kumulatif:


Nama lainnya adalah risk, proporsi insidens. Insidens kumulatif (cumulative
incidence = CI) adalah parameter yang menunjukkan taksiran probabilitas
(risiko , risk) seseorang untuk terkena penyakit (atau untuk hidup) dalam suatu
jangka waktu. Memerlukan bahwa semua non-kasus diamati selama seluruh
periode pengamatan.

Insidens kumulatif merupakan proporsi orang yang terkena penyakit diantara


semua orang yang berisiko terkena penyakit tersebut. Karena probabilitas, maka
insidens kumulatif selalu bernilai antara 0 dan 1.

27
Contoh Insidens Kumulatif:

 Attack Rate : jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama epidemik
 Angka kematian kasus ( case fatality “rate” = risk) untuk penyakit,
misalanya case fatality rate penyakit difteri, rabies, dll
 Risiko kejang demam sejak lahir hingga usia 6 tahun
 Probabilitas kelangsungan hidup dalam setahun setelah diagnosis kanker
paru

Prevalens

Prevalens merefleksikan jumlah kasus yang ada (kasus lama maupun kasus baru) dalam populasi dalam suatu waktu
atau periode waktu tertentu .

Prevalens juga merupakan probabilitas bahwa seorang individu menjadi kasus (atau menjadi sakit) dalam waktu atau
periode waktu tertentu.

Prevalensi adalah proporsi individu – individu yang berpenyakit dari suatu populasi, pada satu titik waktu atau
periode waktu. Ada dua jenis prevalensi: (1) prevalensi titik, dan (2) prevalensi periode
Prevalensi Titik Rumus prevalensi titik:

adalah proporsi dari individu – individu dalam populasi yang terjangkit penyakit
pada suatu titik waktu.

28
Prevalens Periode Rumus prevalens periode:

merupakan perpaduan prevalensi titik dan insidensi. Prevalensi periode adalah


probabilitas individu dari populasi untuk terkena penyakit pada saat dimulainya
pengamatan, atau selama jangka waktu pengamatan.

Mortalitas

Merefleksikan jumlah kematian dalam suatu populasi

 Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR)


Rumus CDR:
Jumlah kematian per tahun X 100
Jumlah Populasi rata – rata pada tahun itu

 Case Fatality Rate (CFR)


Jumlah kematian penyakit tertentu
dalam periode tertentu
X 100
Jumlah penderita penyakit tersebut
dalam periode waktu yang sama

29
Tabel 2.
Perbandingan Insidens dan Prevalens

INSIDENS PREVALENS
● Hanya menghitung kasus ● Menghitung kasus yang ada
baru (kasus lama dan baru)
● Tingkat tidak bergantung ● Bergantung pada rata- rata
durasi rata- rata penyakit (durasi) sakit
● Dapat diukur sebagai rate ● Selalu diukur sebagai proporsi
atau proporsi ● Merefleksikan kemungkinan
● Merefleksikan kemungkinan terjadi penyakit pada satu waktu
menjadi penyakit sepanjang tertentu
waktu ● Lebih disukai bila studi utilisasi
● Lebih disukai bila melakukan pelayanan kesehatan.
studi etiologi penyakit

Tabel 3.
Ringkasan Karakteristik Insidens dan Prevalens

Insidens Prevalens
Karakteristik Insidens
Insidens Rate Titik Periode
Komulatif

Sinonim Proporsi Inscidence


Insdens Density

Numerator Kasus baru Kasus baru Kasus yang Kasus yang


ada ada / baru

Denominator Populasi inisial Orang - waktu populasi Populasi


inisial pertengahan

Unit Tidak ada Kasus per Tidak ada Tidak ada


orang waktu

Tipe Proporsi Rate Proporsi Proporsi

30
Bagaimana, apakah Saudara sudah mengingat kembali terkait
ukuran epidemiologi? Mari kita berlatih secara mandiri kasus
berikut :

1. Kasus1
Diketahui di Puskesmas A, jumlah kasus TB wanita = 30 dan
Jumlah kasus TB laki – laki = 70.

Pertanyaan : Hitung proporsi kasus TB antara wanita


dan laki -laki ?

Jawab :

2. Kasus 2

Pada tahun 2004, ada 100 kasus demam berdarah di suatu kota
yang berpenduduk 1.250.000 orang.

Pertanyaan : Berapa rate kasus demam berdarah di kota itu

Jawab :

3. Kasus 3
Diketahui di Kota A, jumlah Penduduk Laki-laki = 120.000
orang dan jumlah Penduduk wanita = 125.000 orang
Pertanyaan : Hitung rasio penduduk laki-laki dan penduduk
wanita

Jawab :

31
4. Kasus 4
Telaah tabel berikut. Berikan ulasan singkat !

Attack Rate Pada Kejadian Keracunan Pangan


di Desa XX Puskesmas X Kab Y Pada Tanggal 21 April 2017

Jawab :

5. Kasus 5
Misalnya dalam suatu survei kecacingan dari 5000 siswa SD
di Kabupaten X diketemukan 3500 feses siswa mengandung
cacing ascaris lumbricoides

Pertanyaan :

Hitung prevalens titik dari kasus tersebut

Jawab :

Setelah Saudara terampil dalam menghitung ukuran epidemiologi,


selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif dan penyajian datanya.
Silahkan saudara buka kembali materi manajemen data dan modul
fundamental epidemiologi. Mari kita lihat contoh terkait analisa dan
penyajian data epidemiologi berikut :

32
Contoh Analisis Deskriptif berdasarkan waktu

Tabel …..
Disribusi Kasus DBD di Kabupaten X Tahun 2013 - 2018

Sumber : Laporan DBD Seksi Survilans Kab. K

 Tujuan analisis surveilans : pola distribusi kasus Demam


Berdarah Dengue menurut bulan dan dan tahun di Kabupaten K

 Desain analisis : analisis deskriptif dengan mencermati pola kurva


pada grafik perkembangan kasus demam berdarah dengue
menurut bulan selama tahun : 2013 – 2017 yang dpergunakan
untuk menilai pola penyakit DBD yang terjadi pada tahun 2018.

Analisis:
Berdasarkan tabel 1. Tersebut dapat diuraikan nilai: minimum,
maksimum, range, mean dan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel …...
Disribusi Pola Minimum dan Maksimum Kasus DBD di Kabupaten X
Tahun 2013 - 2018

33
Data kasus DBD tesebut ditampilkan dalam bentuk tabel dan
grafik pola minimum dan maksimum kasus DBD (grafik 2)

Gambar ………..
Grafik Pola Minimum dan Maksimum Kasus DBD
di Kab. X Tahun 2018

Sumber : Laporan DBD Seksi Survilans Kab. K

Interpretasi dan penarikan kesimpulan


Berdasarkan pola minimum dan maksimum kasus DBD tahun
2013 s/d 2018 peningkatan kasus terjadi pada awal tahun
(periode januari - April) dan cederung mengalami penurunan
mulai bulan Mei – Juni – Juli.

Kewaspadaan kasus DBD yang berpotensi KLB terjadi pada


bulan Januari, September dan Oktober, dikarenakan pola kasus
mendekati dan melebihi pola rata – rata kasusnya.

CFR dan Insidens Rate kasus DBD sudah memenuhi target


masing – masing yaitu: < 1% dan < 50 / 100.000 penduduk.
Kesimpulan: tren kasus DBD di Kabupaten K telah berhasil
dikontrol sesuai target, namun perlu peningkatan kewaspadaan
pada awal tahun dan menjelang akhir tahun dikarenakan ABJ
yang masih belum mencapai target.

34
Contoh Analisis Deskriptif Berdasarkan Tempat dan Orang

Analisis Deskriptif Terhadap Cakupan Imunisasi dan Kasus Campak


Menurut Tempat. Dengan menggunakan data surveilans CBMS dan
capaian program imunisasi, kita akan melakukan analisis deskriptif
antara variabel tempat dan variabel orang (kasus campak).
 Tujuan analisis surveilans : Distribusi cakupan imunisasi
campak dan kasus campak menurut tempat /desa di
Puskesmas X tahun 2018.
 Desain analisis : analisis deskriptif cakupan imunisasi campak
dan kasus campak menurut wilayah desa di Puskesmas X pada
tahun 2018, dengan menguraikan: proporsi cakupan imunisasi
per desa, rate kasus campak per desa

Tampilan tabel dan peta distribusi.


Tabel …..
Distribusi Kasus Campak dan Rubella Konfirmasi Laboratorium
Berdasarkan Wilayah Desa dan Cakupan Imunisasi MR di
Puskesmas X Kabupaten Y Tahun 2018
Jumlah Kasus Cakupan AR
Populasi
Desa Campak Usia < 5 Imunisasi MR per 100
Balita
th balita
Desa A 40 95% 750 5,3
Desa B 110 75% 900 12,2
Catatan Kaki : AR=Attack Rate ; MR = Measles Rubella
Sumber : Laporan Surveilans Puskesmas X Tahun 2017

Diagram 13. Diagram 14.


Distribusi Attack Rate Kasus Distribusi Cakupan Imunisasi MR
Campak Menurut Desa di Menurut Desa di Puskesmas X
Puskesmas X tahun 2018 tahun 2018

35
C. Interpretasi Data
Interpretasi data adalah proses menetapkan makna untuk
pengamatan dan temuan yang dihasilkan dari analisis.

Interpretasi data terdiri dari 6 aspek :


1. Menjelaskan ukuran epidemiologi dan statistik dalam bahasa
sederhana (dapat dimengerti)

Contoh 1: Deskripsikan data dibawah dalam bahasa sederhana


yang dapat dimengerti

36
Jawaban :
 Kasus DBD dilaporkan, Provinsi H, 2017
"Rata-rata atau rata-rata usia kasus DBD di Provinsi H tahun
2017 baru berusia di atas 30 tahun. Nilai rata-rata atau usia
pertengahan adalah 28 tahun, yang berarti bahwa setengah
kasus lebih muda dari 28 dan setengahnya lebih tua. Kasus-
kasus berkisar antara usia kurang dari 1 tahun hingga 91
tahun”
 Diabetes, Distrik M, 2017
"Di Distrik M pada tahun 2017, kejadiannya adalah 4 per
1.000 orang dewasa, yang berarti bahwa 4 kasus diabetes
baru didiagnosis pada tahun 2017 untuk setiap 1.000 orang
dewasa di distrik tersebut. Di sisi lain, prevalensinya adalah
6,9%, yang berarti bahwa 6,9% (atau hanya di bawah 7%)
dari populasi orang dewasa menderita diabetes”
 Cholera outbreak, Kecamatan K, 2017
"Attack Rate adalah 6,1%, yang berarti bahwa sekitar 6 orang
dari setiap seratus di desa didiagnosis menderita kolera.
Tingkat kasus-kematian adalah 2,8%, yang berarti bahwa
sekitar 3 orang dari setiap seratus yang didiagnosis dengan
kolera meninggal”.

Contoh 2 : Deskripsikan data dibawah dalam bahasa sederhana


yang dapat dimengerti

 Di antara 5 distrik, jumlah kasus campak baru berkisar antara


10 (Distrik A, yang memiliki populasi terkecil) hingga 57 (di
Distrik D, yang memiliki populasi terbesar)
 Di antara 5 kabupaten tersebut, tingkat kejadian, atau jumlah
kasus baru per 1.000 orang, berkisar dari terendah 2,2 per
1.000 di Distrik B hingga tertinggi 12,5 kasus per 1.000 di

37
Distrik A. Rate 3 distrik lainnya berada di tengah, yaitu antara
6 dan 8 per 1.000.

2. Membandingkan data yang diamati dengan ambang batas


(standar) yang ditetapkan

Ambang batas adalah tingkat kejadian penyakit di mana petugas


kesehatan masyarakat harus mempersiapkan atau mengambil
tindakan (intervensi).

Tingkat ambang batas biasanya ditetapkan oleh Kementerian


Kesehatan, dan penyakit yang berbeda biasanya memiliki tingkat
ambang batas yang berbeda. Misalnya, ambang batas untuk
bertindak mungkin satu kasus kolera, atau lima kasus
salmonellosis. Ambang batas untuk wilayah pedesaan yang
tersebar mungkin berbeda dari ambang batas dalam populasi
padat seperti daerah perkotaan.
Contoh :
Tampilan Tampilan Ambang Batas

Grafik histogram diatas Q : Untuk grafik ini, apakah telah


memperlihatkan laporan kasus Diare di melampaui peringatan ambang batas
Botswana setahun? Jelaskan !!!

Berapa banyak jumlah kasus selama ….…………………………………………


35 minggu? Apa yang saudara …………………….………………………
pikirkan terkaitan kenaikan kasus …………………….………………………
…………………………………………….
selama minggu ke 33 - 35 ?

38
3. Membandingkan data yang diamati dengan nilai yang
diharapkan
Aspek lain dari interpretasi surveilans adalah membandingkan
data yang diamati dengan data yang diharapkan, terutama jika
tidak ada ambang batas formal yang tersedia.
Data yang diamati : Jumlah kasus yang teridentifikasi dan
dilaporkan selama periode waktu tertentu.
Nilai yang diharapkan :
Jum;ah kasus yang “biasanya” teridentifikasi atau dilaporkan pada
periode tertentu. Biasanya berdasarkan jumlah kasus yang diamati
pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

4. Pertimbangkan kualitas data


Pertimbangan kualitas data, meliputi :
 Kelengkapan laporan/ represntatif
 Ada rentang waktu
 Akurasi dan keterisian formulir
 Aspek kualitas data lainnya

5. Pertimbangkan penjelasan kemungkinan untuk terjadinya


kenaikan kasus
Beberapa pertimbangan dari kemungkinan terjadinya kenaikan
kasus, antara lain :
 Wabah atau epidemi.
 Peningkatan musiman normal dalam kejadian penyakit
 Peningkatan tiba-tiba dalam ukuran populasi (misalnya,
masuknya pengungsi).
Alasan lain yang mungkin menjelaskan peningkatan tersebut
meliputi:

39
 Perubahan prosedur pelaporan penyakit, atau perubahan
dalam sistem surveilans.
 Perubahan dalam definisi kasus.
 Peningkatan atau peningkatan pengujian diagnostik oleh
laboratorium (tes laboratorium baru atau lebih baik).
 Meningkatnya kesadaran akan penyakit di kalangan
masyarakat atau peningkatan pelaporan oleh dokter.
 Peningkatan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan.
 Adanya penyedia layanan kesehatan/ fasilitas kesehatan baru
 Adanya kesalahan diagnostik
 Pelaporan secara bergelombang (misalnya, melaporkan
beberapa minggu pada saat yang sama).

Contoh 1 : Bandingkan dan Jelaskan perbedaannya

Dari 2 (dua) grafik diatas dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan. Untuk dapat
menginterptetasikan secara tepat, kita harus tahu informasi - informasi
dibalik data yang disajikan.

40
Interpretasi tidak terbatas pada data waktu. Interpretasi juga
dapat diterapkan berdasarkan waktu dan orang. Seperti terlihat
pada contoh 2.

Contoh 2 : Jelaskan dan Interpretasikan

Peta diatas menunjukkan distribusi kasus kolera dan lokasi pompa


air di London pada tahun 1854. Pada era itu, kebanyakan orang
berpikir bahwa kolera ditularkan melalui udara, tetapi Dr. John
Snow menduga bahwa kolera ditularkan melalui air.
Dr. Snow membuat peta kematian kolera dan lokasi pompa air,
yang dilingkari merah, untuk menentukan apakah kasus
berkerumun di sekitar pompa tertentu.

Dari peta tersebut dapat di deskripsikan dan di


interpretasikan bahwa Sebagian besar kasus tampaknya
terletak di dekat pompa Broad Street (berlabel Pompa A di
peta ini), dekat pusat peta.

41
Dari interpretasi tersebut, John Snow mendorong kota untuk
menghapus pegangan dari Pompa A sehingga tidak dapat
digunakan. Wabah kolera berakhir tak lama kemudian.

6. Simpulkan (Inference) tafsiran kejadian penyakit berdasarkan


ringkasan data.
Definisi simpulan (inferensi) adalah kesimpulan yang dicapai atas
dasar bukti dan penalaran serta penilaian.
Misalnya, jika peningkatan tajam dalam kasus yang diamati, dan
belum ada perubahan dalam metode pelaporan dan tidak ada
variasi musiman, orang dapat menyimpulkan bahwa peningkatan
kasus yang diamati mungkin disebabkan oleh kemungkinan
wabah, dan penyelidikan lebih lanjut bersifat diperlukan.

42
Untuk mengasah lagi kemampuan Anda dalam melakukan analisa
dan membuat tampilan data, mari kita kerjakan Latihan pada
penugasan 5.

Penugasan 5 : Latihan Analisa dan Penyajian Data

Lakukan penugasan 5 yang berkaitan dengan analisa dan penyajian


data. Kerjakan sesuai dengan pedoman latihan secara berkelompok.

D. Komunikasi (Diseminasi)

Komunikasi secara teratur merupakan komponen penting dari


surveilans penyakit dan sistem respon yang efektif.

Saat merencanakan komunikasi tentang surveilans penyakit,


petugas surveilans tingkat kabupaten harus menjawab lima
pertanyaan berikut:
 Siapa yang membutuhkan informasi ini?
 Bagaimana informasi ini akan dibagikan?
 Informasi apa yang akan dibagikan?
 Kapan informasi tersebut akan dibagikan?
 Seberapa sering pembaruan akan diberikan?

43
Komunikasi dua arah, dengan:
 Penyedia layanan kesehatan
 Jaringan petugas laboratorium kesehatan masyarakat
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Dinas Kesehatan Provinsi
 Kementerian Kesehatan (pusat) : Manager program dan
pengambil kebijakan
 Masyarakat umum

Dalam berkomunikasi terdapat tiga audiens yang berbeda:


 Penyedia data — penyedia layanan kesehatan, staf lab (untuk
menyelesaikan masalah kualitas, mengatasi keterlambatan
pelaporan, mendapatkan informasi tambahan atau tindak lanjut)
 Pembuat keputusan tentang tindakan — Pejabat di dinas
kesehatan kabupaten, provinsi, dan pusat
 Masyarakat umum, mungkin melalui media tradisional (press
release) atau media sosial/website/dll.

Konten komunikasi meliputi :


 Kegiatan rutin harian dinas kesehatan kabupaten.
 Penyebaran informasi khusus termasuk laporan surveilans
penyakit dan temuan wabah yang perlu dibagikan.
 Ringkasan rutin dari data surveilans penyakit
 Sinyal/peringatan tentang wabah dan kejadian tidak biasa lainnya
 Umpan balik Pemantauan dan evaluasi

44
Di tingkat kabupaten, hasil surveilans meliputi :
 Data surveilans penyakit rutin yang disampaikan melalui
laporan mingguan atau bulanan ke tingkat yang lebih tinggi.
 Peringatan tentang wabah dan peristiwa lain yang menarik
bagi kesehatan masyarakat
 Umpan balik pemantauan dan evaluasi terkait kualitas dan
ketepatan waktu data surveilans (akan dibahas lebih lanjut
pada pelajaran berikutnya)
 Perubahan dalam pelaporan penyakit atau jika ada definisi
kasus baru atau tes laboratorium yang tersedia.

Beberapa kabupaten memiliki format standar untuk ringkasan


rutin data surveilans dan umpan balik pemantauan dan
evaluasi. Topik lain mungkin tidak memiliki format standar.

Dengan banyaknya saluran komunikasi yang ada dan petugas


surveilans tingkat kabupaten harus menentukan metode komunikasi
terbaik untuk setiap audiens. Ini termasuk mengidentifikasi nomor
kontak untuk fasilitas kesehatan daerah atau laboratorium, karena
kontak cepat mungkin diperlukan. Internet, dengan email dan situs
web, serta teknologi telepon seluler yang memungkinkan teks SMS,
semuanya menyediakan banyak opsi tambahan untuk
berkomunikasi secara efektif.

Perlu Diingat !!!


 Komunikasi tertulis harus jelas dan ringkas.
 Presentasi lisan seperti briefing harus ditulis atau setidaknya
harus mengikuti garis besar sehingga poin-poin penting
tercakup.

Komunikasi dapat dilaksanakan secara : mingguan, bulanan,


tahunan dan selama merespon kedaruratan kesehatan masyarakat.

Frekuensi komunikasi kabupaten secara internal atau eksternal akan


tergantung pada topik dan prioritas sistem surveilans penyakit.

45
Kapan dan seberapa sering petugas surveilans tingkat kabupaten
berkomunikasi mungkin juga bergantung pada sumber daya yang
tersedia untuk membuat dan mendistribusikan informasi.

Alasan Komunikasi Rutin


 Menunjukan pola, trend dan perubahan yang tidak terduga
 Menunjukan laporan review (nilai) Kabupaten
 Transparansi mempromosikan niat baik
 Dapat mengidentifikasi masalah kualitas data
 Menyediakan data untuk perencanaan program
 Membuat link/tautan untuk komunikasi pada keadaan darurat

Manfaat Komunikasi
 Berbagi laporan pengawasan secara teratur memiliki banyak
tujuan.
 Laporan ini menginformasikan fasilitas pelayanan kesehatan,
laboratorium, dan pengambil keputusan tentang dasar atau
perkiraan jumlah penyakit di wilayah tersebut, pola musiman,
penyakit mana yang tampaknya cenderung lebih tinggi atau lebih
rendah, dan perubahan tak terduga seperti potensi wabah.
 Berbagi laporan surveilans secara teratur juga memperkuat
bahwa kabupaten sedang melihat data, dan laporan tidak hanya
disimpan begitu saja. Berbagi informasi pengawasan
menghilangkan satu alasan umum untuk tidak melaporkan,
bahwa "tidak ada yang melihat laporan jika saya mengirimnya."
 Komunikasi terbuka menunjukkan bahwa Kementerian tidak
menyembunyikan informasi. Transparansi ini mempromosikan
niat baik antara lembaga kesehatan dan penyedia layanan
kesehatan dan masyarakat.
 Laporan rutin dan berkala dapat memudahkan identifikasi
masalah kualitas pelaporan data, khususnya situs pelaporan yang

46
terlambat atau tidak melaporkan sama sekali, sehingga masalah
dapat segera diatasi.
 Laporan-laporan ini juga memberikan informasi yang berguna
bagi para perencana dan pengambil keputusan.
 Terakhir, waktu untuk membangun jalur komunikasi dua arah
yang dapat digunakan saat keadaan darurat adalah saat masa
tenang. Setelah saluran komunikasi telah dibuat, dan mitra
merasa nyaman berkomunikasi, saluran ini dapat digunakan
ketika keadaan darurat benar-benar terjadi.

Komunikasi Rutin
 Laporan periodik
- Tabel mingguan, grafik
- Bulanan/ringkasan triwulanan
- Ringkasan annual

 Umpan balik pada penyedia layanan kesehatan di


Kabupaten/Kota
- Ringkasan data surveilans penyakit
- Kualitas kinerja surveilans

Petugas surveilans tingkat kabupaten/kota harus mengembangkan


rencana tentang apa yang akan dipublikasikan dan seberapa sering.

Laporan mingguan dapat terdiri dari tabel dan grafik, termasuk


penyakit yang berpotensi epidemik. Laporan-laporan ini dianalisis
dan ditinjau terutama oleh staf internal. Jika suatu peristiwa yang
tidak biasa dikenali, komunikasi lebih lanjut mungkin penting.

47
Laporan bulanan atau triwulanan sering digunakan sebagai dasar
untuk buletin yang didistribusikan ke fasiltas pelayanan kesehatan
kabupaten/kota.

Ringkasan tahunan untuk setiap penyakit yang dapat dilaporkan


atau kelompok penyakit terkait sangat berharga untuk perencanaan
program dan sebagai referensi dasar.

Umpan balik kepada penyedia layanan kesehatan dan laboratorium


di distrik itu penting.
 Fasilitas dapat menggunakan umpan balik tentang kualitas
surveilans penyakit untuk meningkatkan perencanaan dan
mengambil tindakan.
 Umpan balik juga harus mengirimkan pesan penting bahwa
pelaporan fasilitas digunakan dan dihargai.

Komunikasi dalam upaya mendukung Kesiapsiagaan


Kesiapsiagaan keadaan darurat:
 Memelihara/menjaga komunikasi dengan kontak terbaru yang
dapat menfasilitasi:
 Deteksi dini dan pelaporan segera/cepat terhadap
kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB).
 Peningkatan kerja tim dalam menanggapi kejadian luar
biasa (KLB) yang sedang terjadi.
Komunikasi juga merupakan komponen kunci dari kesiapsiagaan
darurat. Memastikan bahwa informasi kontak diperbarui secara rutin
dapat memfasilitasi diskusi dua arah tentang masalah kesehatan
masyarakat yang sangat penting.

Dokter di fasilitas kesehatan atau laboratorium harus didorong untuk


mengangkat telepon atau mengirim email untuk membahas kejadian

48
kesehatan yang tidak biasa atau mendiskusikan apa yang mungkin
mewakili fase awal wabah penyakit di distrik tersebut.

Membuka dan memelihara saluran komunikasi secara rutin


meningkatkan kemungkinan bahwa saluran tersebut akan berfungsi
lebih lancar dalam situasi darurat. Epidemi atau bencana alam
membutuhkan kerja tim, dan kerja tim yang sukses membutuhkan
komunikasi yang efektif.

Misalnya, untuk penyakit prioritas mungkin ada ambang batas


peringatan, yang spesifik untuk setiap penyakit (misalnya, meningitis
meningokokus), dan setelah tingkat ambang batas terlampaui,
komunikasi dapat memandu langkah-langkah persiapan yang tepat
dan tindakan yang diperlukan.

Untuk lebih memahami bagaimana berkomunikasi dan melakukan


diseminasi, maka mari kita lakukan diskusi kelompok pada
penugasan 6

Penugasan 6 :

Setelah Saudara mempelajari analisa dan interpretasi, silahkan saudara


berlatih secara berkelompok bagaimana mengolah dan menganalisa dari
skenario yang diberikan pada panduan penugasan.
Silahkan Saudara membuka kembali modul - modul yang berkaitan
seperti manajemen data ataupun modul fundamental epidemiologi.
(Lihat lampiran penugasan 6)

49
E. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan adalah tinjauan sistematis dari proses surveilans yang


sedang dilaksanakan. Monitoring ini menggunakan ukuran standar
kualitas seperti ketepatan waktu dan kelengkapan untuk melacak
apakah langkah-langkah kunci dilakukan dengan benar, dan untuk
mengidentifikasi kekurangan yang harus diatasi.

Di tingkat Kabupaten/Kota, pemantauan biasanya berfokus pada


indikator kualitas data untuk pelaporan sistem surveilans mingguan
dan bulanan.

Evaluasi adalah penilaian episodik (sesekali) dari kinerja sistem


surveilans yang diukur berdasarkan kriteria yang
ditetapkan. Evaluasi adalah kegiatan tingkat yang lebih tinggi
daripada pemantauan, dan biasanya mencakup langkah-langkah
seperti:
 Pemanfaatan sistem surveilans, yaitu, apakah data surveilans
digunakan ketika keputusan kebijakan dibuat
 Kemampuan sistem surveilans untuk mendeteksi wabah

50
Adapun karakteristik sistem surveilans yang berfungsi dengan baik:

 Penyakit yang dapat dilaporkan dikenali dan dilaporkan sesuai


dengan kebijakan (mengacu pada langkah Deteksi/Diagnosis)
 Laporan berbasis kasus, mingguan, dan bulanan lengkap, tepat
waktu dan akurat (mengacu pada langkah pengumpulan)
 Data yang dilaporkan dianalisis, ditafsirkan dengan tepat
(mengacu pada langkah Kompilasi, Analisis, dan Interpretasi)
 Temuan surveilans didesiminasikan untuk implementasi
kesehatan masyarakat, kebijakan dan manajemen program
kesehatan

Dua karakteristik sistem surveilans yang difokuskan selama FETP-


Frontline adalah ketepatan waktu dan kelengkapan.

 Ketepatan waktu adalah apakah laporan surveilans tiba sesuai


jadwal. Jadi, jika sebuah klinik atau rumah sakit atau laboratorium
seharusnya menyerahkan laporan surveilans mingguannya ke
dinas kesehatan Kabupaten/Kota pada hari Selasa minggu
berikutnya, apakah ia melakukannya?

Ketepatan waktu adalah ketersediaan data sesuai dengan jadwal


yang telah ditentukan. Ini dihitung sebagai T/N, atau jumlah total
laporan yang tiba tepat waktu dibagi dengan jumlah total laporan
yang diharapkan

Ketepatan waktu = Jumlah total laporan yang tiba tepat waktu


Jumlah total laporan yang diharapkan

 Kelengkapan, memiliki dua arti. Arti pertama sebanding dengan


ketepatan waktu. Dalam konteks itu, kelengkapan berarti apakah
laporan surveilans sampai pada tingkat berikutnya dari semua

51
sumber pelaporan, terlepas dari apakah tepat waktu atau
terlambat. Dengan kata lain, berapa proporsi sumber pelaporan
yang mengirimkan laporan?.

Arti kedua dari kelengkapan berkaitan dengan kualitas data –


apakah semua bidang wajib pada formulir laporan diisi dengan
informasi yang dimaksud, atau adakah beberapa data yang hilang?
Dari sudut pandang Pemantauan, kami akan menggunakan
kelengkapan dalam arti pertama.

Kelengkapan adalah penilaian terhadap jumlah laporan yang


diterima, yang berkaitan dengan berapa banyak yang
diharapkan. Ini dihitung sebagai (NM)/N, atau jumlah total laporan
yang diharapkan dikurangi jumlah laporan yang hilang, dibagi
dengan :jumlah total laporan yang diharapkan.
Kelengkapan

jumlah total laporan yang diharapkan - dikurangi jumlah laporan yang hilang
Jumlah total laporan yang diharapkan

Informasi dari pemantauan digunakan untuk menginformasikan


tindakan, untuk memperbaiki masalah, dan untuk meningkatkan
kinerja surveilans secara keseluruhan.

Untuk selanjutnya, mari kita berlatih terkait monitoring evaluasi


surveilans.

Penugasan 7 :

Pada penugasan 7 Saudara berlatih untuk menghitung kelengkapan dan


ketepatan data. Silahkan lakukan berkelompok dengan berpedoman
pada panduan penugasan.
(Lihat lampiran penugasan 7)

52
SEKARANG SAYA TAHU

 Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis


dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian
penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara
efektif dan efisien.
 Konsep dasar kegiatan surveilans meliputi: Pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data dan interpretasi data, umpan balik,
disseminasi (komunikasi) yang baik serta respon yang cepat.
 Pengumpulan data meliputi melaporkan dan mengumpulkan data.
 Pelaksanaan pengumpulan data dapat dilaksanakan secara aktif dan
pasif dari berbagai sumber data.
 Analisa data meliputi : meringkas (mengolah) data dan menyajikan
data.
 Pentingnya meringkas dan menganalis data dengan benar, yaitu
adanya informasi yang benar dan berguna bagi manajemen dan
pengambil keputusan.
 Dalam meringkas dan menganalis dilakukan perhitungan ukuran
epidemiologi.
 Interpretasi data adalah proses menetapkan makna untuk
pengamatan dan temuan yang dihasilkan dari analisis.
 Komunikasi merupakan komponen penting dari surveilans penyakit
dan sistem respon yang efektif. Komunikasi bersifat 2 (dua) arah
dengan penyedia layanan kesehatan, jaringan petugas laboratorium
kesehatan masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, Kementerian Kesehatan (pusat) : Manager
program dan pengambil kebijakan dan masyarakat umum
 Dalam melakukan komunikasi, apabila tertulis maka harus jelas dan
ringkas dan presentasi lisan seperti briefing harus ditulis atau
setidaknya harus mengikuti garis besar sehingga poin-poin penting
tercakup.
 Dalam melakukan monitoring dan evaluasi surveilans di tataran
frontline, maka 2 (dua) karakteristik utama ketepatan waktu dan
kelengkapan.

53
Selamat!!!

Anda telah menyelesaikan MPI 1 Surveilans Epidemiologi. Jika Anda


belum sepenuhnya memahami materi, silakan pelajari Kembali
modul dari awal dan akan silahkan diperdalam kembali sebelum
anda masuk kedalam tahap Field 1.

54
REFERENSI

1. Permenkes No 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans


Kesehatan

2. Permenkes Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes /Per/X/2010


tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan

4. Panduan Instruktur FETP

55
Penugasan 1

Tema : Laporan Penyakit


Metode : Diskusi Kelompok
Waktu : 15 menit

Langkah - Langkah :
1. Kelas dibagi dalam 6 kelompok sesuai dengan kabupaten/ kota masing - masing
2. Lakukan diskusi kelompok untuk melakukan asssessment tentang pelaporan penyakit
3. Lakukan selama 15 menit
4. Lakukan presentasi oleh perwakilan 3 Kabupaten/ Kota @7 menit (21 menit)
5. Berikan feedback selama 9 menit

1. Laporan Program Prioritas Nasional


Apakah menjadi prioritas di
Seberapa sering saudara
Uraian Kabupaten/ Kota Saudara?
melaporkan?
(Y/T)
HIV
Tuberculosis
Malaria
Kecacingan
ISPA
Diare
Pneumonia
Kematian Ibu
Kematian bayi
Hipertensi
Diabetes Militus
Cardio Vasculer
Ginjal
Kanker

2. Apakah ada penyakit yang mensyaratkan zero reporting? Sebutkan !


3. Apakah ada penyakit yang mensyaratkan case-based reporting? Sebutkan !
4. Apakah Fasyankes Saudara melakukan surveilans aktif? Kapan dan penyakit apa?
5. Bagaimana Saudara melaporkan data mingguan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ?
Sebutkan jenis formulir yang digunakan di tempat saudara dan lampirkan !
Penugasan 2

Tema : Melengkapi Form Laporan Kasus


Metode : Studi Kasus (Kelompok)
Waktu : 30 menit

Langkah - Langkah :
1. Kelas dibagi dalam 6 kelompok sesuai dengan kabupaten/ kota masing - masing
2. Lakukan diskusi kelompok untuk mengisi form kasus berdasarkan kasus
3. Lakukan selama 15 menit
4. Lakukan presentasi oleh perwakilan 3 Kabupaten/ Kota @7 menit (21 menit)
5. Berikan feedback selama 9 menit

KASUS

Seorang dokter di Rumah Sakit D menghubungi Dinas kesehatan setempat pada pukul 11:00 pada
tanggal 2 September 2018. Pada pagi hari tanggal 1 September 2018, ia menemukan seorang
pekerja unggas laki-laki berusia 33 tahun yang sebelumnya sehat bernama Taman (tanggal kelahiran:
15/01/1985). Pria itu bekerja di beberapa peternakan unggas lokal sebagai pembantu. Taman
menderita penyakit pernapasan bagian bawah yang parah yang tidak merespons antibiotik. Taman
mengatakan kepada dokter bahwa selama dua hari sebelum masuk dia menderita diare, nyeri otot,
dan batuk parah.

Taman tinggal di desa tetangga (Desa V) di Kota P bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil,
berusia tiga tahun delapan bulan. Sang Dokter ingat pernah membaca bahwa gerombolan ayam mati
di beberapa desa di daerah itu. Ia khawatir pasiennya terkena flu burung. Spesimen darah
dikumpulkan dan dikirim ke laboratorium. Hasil menunggu.
Tinjau Formulir Laporan Kasus (halaman berikutnya) yang digunakan di negara ini. Perhatikan bahwa
kolom tambahan telah ditambahkan ke formulir sehingga Anda dapat merekam jawaban untuk
Pertanyaan 1.

Pertanyaan 1. Identifikasi dan klasifikasi tiap variabel pada kolom “tipe” dibawah ini dengan
kategori:
 I untuk informasi “Identitas”
 D untuk informasi “Demografi”
 C untuk informasi “Clinical atau Klinis”
 E untuk informasi “Exposure atau paparan”
 R untuk informasi “ Reporting Source atau Sumber Laporan”

Question 2. Pada kolom “Response,” isilah dengan keterangan atau informasi terkait kasus.
Kosongkan kolom apabila tidak ada data terkait.

Question 3. apabila hasil laboratorium mengkonfirmasi itu adalah avian influenza, informasi apa
yang perlu dikumpulkan dan dilaporkan.
Form Laporan Kasus
Case Report Form (Exercise 1.02-2)
Variables / Questions Type Response

1 Country
2 Reporting Site (health facility, camp, …)
3 Reporting District
4 Disease/Event (diagnosis):
5 In-patient or Out-patient?
6 Date seen at health facility (dd/mm/yyyy)
7 Patient Name(s)
8 Date of Birth (dd/mm/yyyy)
9 Age (in years). You may use decimal numbers
10 If neonate or child, name of parent
11 Sex: M=Male F=Female
12 Patient’s residence: Village/Neighborhood
13 Town/City
14 District of residence
15 Urban/Rural? (U=Urban R=Rural)
16 Address, (mobile) phone number
17 Date of onset of first symptoms (dd/mm/yyyy)
Number of vaccine doses received in the past
18 (measles, meningitis, neonatal tetanus, yellow fever
only)
19 Date of last vaccination
20 Laboratory results
Outcome: (alive, dead, transferred out, lost to follow-
21
up, or unknown)
Final Classification: Confirmed, Probable, Compatible,
22
Discarded, Suspected or Pending
23 Date health facility notified District (dd/mm/yyyy)
24 Date form sent to district (dd/mm/yyyy)
25 Record's unique identifier

26 Person completing form: name, function, signature


Penugasan 3
Tema : Melakukan Definisi Kasus
Metode : Studi Kasus (Kelompok)
Waktu : 30 menit

Langkah - Langkah :
1. Kelas dibagi dalam 6 kelompok sesuai dengan kabupaten/ kota masing - masing
2. Lakukan diskusi kelompok untuk melakukan definisi kasus pada penyakit Measless
3. Tuliskan Y atau N (Yes/ No) sesuai dengan informasi pasien
4. Lakukan selama 15 menit
5. Lakukan presentasi oleh perwakilan 3 Kabupaten/ Kota @7 menit (21 menit)
6. Berikan feedback selama 9 menit

Mendefinisikan kasus Campak, Rubella dan Morbili

Kasus Suspek
Siapa pun yang mengalami demam dan ruam makulopapular (merah dan gelembung kecil) yang
menyebar dan batuk, hidung berair atau tersumbat, atau konjungtivitis (mata merah).

Kasus yang Terkonfirmasi


Kasus yang dicurigai dengan konfirmasi laboratorium antibodi IgM positif, atau ada hubungan
epidemiologis dengan kasus yang dikonfirmasi dalam wabah.

Terdefinisikan
Informasi Pasien
sebagai kasus?

Pasien 1. Gadis berumur 14 bulan dengan batuk dan demam (41,60C), ruam merah
….…
selama 4 hari dan diberikan amoxicillin pada 5 hari yang lalu untuk demam dan batuk.
Pasien 2. Seorang anak laki-laki berumur 2 tahun dengan gelembung yang menyebar,
….…
demam pada saat disentuh, hidung tersumbat, batuk dan mata merah.
Update Pasien 2. Hasil laboratorium pada saat 2 hari kemudian menyatakan positif
….…
untuk antibody measless IgM.
Pasien 3. Seorang ibu berumur 20 tahun, datang ke klinik dengan demam (400C), lemah,
merasa nyeri-nyeri, dan ada riwayat ruam merah gatal yang sekarang terlihat jerawat ….…
atau pustula pada wajah dan badan serta mata kemerahan.
Patient 4. Seorang pria berumur 18 tahun, yang belum pernah mendapatkan vaksin
measles, mempunyai Eighteen-year-old male, who had never received measles vaccine,
….…
with widespread flat, blotchy rash, stuffy and runny nose, red eyes, and temperature of
37.1°C; he took paracetamol (acetaminophen) an hour earlier.
Patient 5. Twelve-year-old daughter of Ministry of Health official who had received two
doses of measles vaccine from recent WHO campaign in country (age 15 months and 5
years); she presented to clinic with red patchy rash covering most of face and torso, a ….…
temperature of 104.0°F (40.0°C), a runny nose, a cough, eye redness, and light
sensitivity.
* Could recheck after paracetamol effect wears off (3+ hours)
Penugasan 4

Tema : Pengumpulan Data


Metode : Latihan (Kelompok)
Waktu : 20 menit

Tujuan
Setelah menyelesaikan latihan ini, peserta diharapkan mampu melakukan pengumpulan data
yang lengkap dan tepat dengan menggunakan instrument standar

Alat dan Bahan


1.Panduan Diskusi
2.Format instrument sesuai kasus
3. Data Set
4. ATK dan laptop

Langkah – Langkah
1. Fasilitator membagi kelas menjadi beberapa kelompok (sesuai kab/kota masing-
masing peserta) dan memberikan Instrumen untuk dianalisis oleh setiap peserta,
dengan ketentuan:
 Kelompok 1 dan 2 Instrumen Kasus DBD
 Kelompok 3 dan 4 Instrumen Keracunan Pangan
 Kelompok 5 dan 6 Instrumen Kasus campak
2. Waktu diskusi adalah 10 menit.
3. Fasilitator menginstruksikan diskusi kelompok dengan tugas :
a. Peserta menelaah instrumen pengumpulan dan pelaporan data tersebut
dengan mengidentifikasi sumber data, sifat data, cara pengumpulan data, metode
pengumpulan data, dan waktu pelaporan.
b. Isi hasil identifikasi pada tabel terlampir.
c. Peserta mencoba melakukan pengisian instrument tsb secara lengkap, dengan cara
saling wawancara antar anggota kelompok
4. Setelah diskusi, 3 kelompok menyajikan hasil dengan aturan sebagai berikut :
Presentasi dan diskusi tiap kelompok 10 menit
FORMAT HASIL DISKUSI PENGUMPULAN DATA

(Latihan 4 : Pengumpulan Data)

NO ITEM HASIL DISKUSI

1 Judul / nama instrumen

2 Sumber data

3 Cara pengumpulan data

4 Metode pengumpulan data

5 Waktu pelaporan
Penugasan 5

Tema : Analisa dan Penyajian Data


Metode : Latihan (Kelompok)
Waktu : 60 menit

Tujuan
Setelah menyelesaikan latihan ini, peserta diharapkan mampu membuat ringkasan data

Alat dan Bahan


1.Panduan Diskusi
2. Data Set
3. ATK dan laptop
4. Program MS Excel

Langkah – Langkah

1. Fasilitator membagi kelas menjadi beberapa kelompok (sesuai kab/kota masing-


masing peserta) dan memberikan data set surveilans rutin mingguan/bulanan untuk
dilakukan pengolahan data oleh setiap peserta.
2. Waktu diskusi, entry data dan pengolahan adalah 60 menit
3. Fasilitator menginstruksikan diskusi kelompok dengan tugas :
a. Melakukan pengolahan data dan penyajian data berdasarkan data set yang
diberikan: (Kasus Campak, DBD, difteri)
 Kelompok 1 dan 2 Kasus Difteri
 Kelompok 3 dan 4 Keracunan DBD
 Kelompok 5 dan 6 Kasus Campak
b. Peserta melakukan langkah – langkah pengolahan data (editing, koding,
tabulating) sesuai data set nya dan dilakukan entry data pada program microsoft
excel.
c. Peserta membuat penyajian dari data yang telah dientry dalam bentuk: teks,
tabel, grafik ataupun peta sesuai dengan karakteristik datanya.
d. Membuat analisis deskriptif dari sesuai pengolahan data
e. Peserta membuat analisis deskriptif:
 Sebaran data
 Analisis deskriptif terhadap variabel epidemiologi, membuat trend kasus,
pola minimum – maksimum sesuai dengan analisis datanya.
f. Peserta membuat interpretasi dan kesimpulan data berdasarkan hasil analisis
data tersebut.

4. Tiap kelompok mempresentasikan hasil dan dilakukan feed beck dengan fasilitator
untuk diberikan feedback
FORMAT HASIL ANALISIS
MODUL INTI 2: MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEÍMIOLOGI
(Penugasan 5: Analisis dan Penyajian Data)

NO ITEM HASIL

1 Tema

2 Analisis Sebaran Data

3 Analisis deskriptif terhadap


variabel epidemiologi orang

4 Analisis deskriptif terhadap


variabel epidemiologi waktu
(tren, pola maksimum –
minimum)

5 Analisis deskriptif terhadap


variabel epidemiologi tempat

6 Interpretasi dengan
membandingkan data hasil
analisis dengan tren data
sebelumnya atau refrensi
lainnya.  bandingan

7 Kesimpulan
Penugasan 6

Tema : Komunikasi (Diseminasi)


Metode : Diskusi Kelompok
Waktu : 30 menit

Tujuan
Setelah menyelesaikan latihan ini, peserta diharapkan mampu membuat diseminasi
informasi tetertulis

Alat dan Bahan


1.Panduan Diskusi
2.Hasil penugasan 2 dan 3
3. ATK dan laptop
4. MS Office

Langkah – Langkah

1. Fasilitator membagi kelas menjadi beberapa kelompok (sesuai kab/kota masing-


masing peserta) dan memberikan lembar lampiran untuk tugas diseminasi data
surveilans.
2. Waktu diskusi adalah 15 menit
3. Fasilitator menginstruksikan kelompok dengan tugas :
a. Identifikasi tahapan penyampaian informasi dari diseminasi data
surveilans berdasarkan hasil latihan penugasan 2-3
b. Hasil identifikasi tahapan penyampaian informasi / diseminasi data surveilans
di catat sesuai format terlampir.
c. Membuat diseminasi data surveilans yang akan di sampaikan kepada unit –
unit yang terkait dalam bentuk buletin.

4. Hasil diskusi di konsultasikan dengan fasilitator untuk diberikan feedback


FORMAT HASIL IDENTIFIKASI
TAHAPAN PENYAMPAIAN INFORMASI / DISEMINASI DATA SURVEILANS MODUL INTI 2:
MANAJEMEN DATA SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
(Latihan 4: Diseminasi Data Surveilans)

NO TAHAPAN HASIL

1 Informasi apa yang


disampaikan?

2 Siapa yang akan menerima


informasi?

3 Informasi akan disampaikan


dengan apa?

4 Bagaimana caranya informasi


akan disampaikan?

5 Apa yang akan dilakukan


oleh penerima informasi?
(Dampak)
Penugasan 7

Tema : Monitoring - Evaluasi Surveilans


Metode : Diskusi Kelompok
Waktu : 30 menit

Instructions: Work individually and follow these steps in reference to the “Timeliness and
Completeness of Reports from Reporting Facilities” table below:

1. Calculate the timeliness of reporting for each health facility.

2. Calculate the completeness of reporting for each health facility.

3. Determine the number of health facilities that met the 80% target for completeness
of reporting.

4. Identify the health facility with the highest percentage of timely reporting.

Before you begin, review the distinction between timeliness and completeness:

 Timeliness is the availability of data according to a pre-determined schedule. This is


calculated as T/N, or the total number of reports that arrived on time divided by the
total number of expected reports.
 Completeness is an assessment of the total number of reports that were received, as
relates to how many were expected. This is calculated as (N-M)/N, or the total number
of expected reports minus the number of missing reports, divided by the total number
of expected reports.
Legend: T = Arrived on time; L = Arrived late; M = Report Missing/Not Received; N= Total Expected Number of Reports
Eastern District Year: 2017

Timeliness and Completeness of Reports from Reporting Facilities


Ketepatan Kelengkapan
Health Facility Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
T/N (%) (N-M)/N (%)

A M M M L L L M T T M T T

B T T T T T T T T L T T T

C L L M T T L M T T T L T

D M T T L T T L T T T L T

E M L L M M T T T T M M T

F M M M L M M M M L M M M

G M M M T M T L L M M T L

H T T T T T T T T T M L T

Anda mungkin juga menyukai