Anda di halaman 1dari 17

Makalah Menulis Esai

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Penggampu : Ririn Martuti, M.Pd.


Drs, Nukmin,M.Pd
Disusun oleh :

Kelompok 7

Nadia Forenza : 22.15401.10.14

Elsi Setiawati : 22.15401.10.13

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Bahasa Indonesia
yang berjudul menulis esai.

Makalah yang berjudul “Menulis Esai” merupakan hasil studi pustaka penulis
dari beberapa sumber yang dideskripsikan melalui makalah ini, makalah ini kami
susun dengan tujuan untuk lebih memahami tentang wawasan serta pengetahuan kita
mengenai “Menulis esai”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah mendapatkan bimbingan dari


dosen pembimbing mata kuliah bahasa indonesia baik tentang teknik penyusunan
makalah maupun kepenulisan lainnya. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Ririn Martuti, M.Pd. dan Bapak Drs. Nukmin,M.Pd. serta kepada
seluruh pihak yang telah ikut membantu guna penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan bagi semua nya,
semoga apa yang kami bahas disini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan
teman – teman semua, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun guna hasil yang lebih baik lagi, terima kasih.

Palembang, 15 Mei 2023

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................1

Kata Pengantar..................................................................................................2

Daftar Isi...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................4

1.2 Tujuan.........................................................................................................5

1.3 Manfaat.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Esai................................................................................................6

2.2 Karakteristik Esai........................................................................................7

2.3 Jenis Esai....................................................................................................10

2.4 Struktur Esai...............................................................................................11

2.5 Contoh Esai.................................................................................................12

BAB III PENUTUP

31 Kesimpulan..................................................................................................16

3.2 Saran...........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

Nama : Nadia Forenza

Nama : Elsi Setiawati

1.1. Latar Belakang

Esai mulai dikenal pada tahun 1500-an dimana seorang filsuf Perancis,
Montaigne, menulis sebuah buku yang mencantumkan beberapa anekdot dan
observasinya. Buku pertamanya ini diterbitkan pada tahun 1580 yang berjudul
Essais yang berarti attempts atau usaha. Montaigne menulis beberapa cerita
dalam buku ini dan menyatakan bahwa bukunya diterbitkan berdasarkan
pendapat pribadinya. Esai ini, berdasarkan pengakuan Montaigne, bertujuan
mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan.

Di Indonesia bentuk esai dipopulerkan oleh HB Jassin melalui


tinjauan-tinjauannya mengenai karya-karya sastra Indonesia yang kemudian
dibukukan (sebanyak empat jilid) dengan judul Kesusastraan Indonesia
Modern dalam Kritik dan Esei (1985), tapi Jassin tidak bisa menerangjelaskan
rumusan esai.

a. Parlindungan Pardede (2010)

Secara etimologis, kata esai berasal dari verba Prancis yang diadopsi dari
kata Essayer,  berarti mencoba, sedangkan dalam bahasa
Inggris essay memiliki arti ‘upaya” atau “percobaan”. Berdasarkan
penelusuran etimologis di atas, dapat dikatakan bahwa esai adalah sebuah
upaya seorang penulis untuk mengungkapkan pikiran atau gagasannya
dalam bahasa tertulis.

4
b. Rahayu (2007)
Esai adalah bentuk tulisan yang membahas sebuah permasalahan yang
berawal dari penyajian masalah, sampai dengan pendapat pribadi penulis
berdasarkan teori dan fakta di lapangan. Penyelesaian masalah dalam jenis
tulisan ini memaparkan data dan informasi untuk diambil simpulan, dan
unsur-unsur pembangunnya disusun secara urut, lengkap, dan utuh.
c. Soetomo
Esai adalah suatu uraian atau karangan pendek yang membahas mengenai
permasalahan yang menarik perhatian untuk dipelajari atau diselidiki. Pada
jenis tulisan ini, pengarang mengutarakan gagasan, pikiran, cita-cita, dan
sikap mengenai permasalahan tersebut.
d. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Esai adalah suatu karangan prosa yang membahas suatu masalah secara
sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulis.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja fungsi esai ?
2. Bagaimana karakteristik esai ?
3. Apa saja yang termasuk jenis esai ?

1.3 Tujuan

Tujuan menulis esai adalah meyakinkan pembaca untuk percaya terhadap pendapat
kita tentang sebuah kejadian. Menulis esai tidak perlu terlalu mendalam sampai
pada teori-teori, cukup ringan saja, dan tidak membatasi penggunaan bahasa yang
sangat baku. Bahasa dalam esai boleh saja bahasa santai, yang penting Segar
Menarik Meyakinkan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Esai

Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu
dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai
sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal
mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-
olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal
pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan
penulisan.

Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini


penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian:
pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek
bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh
informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan
kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai,
atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.

Apa yang membedakan esai dan bukan esai? dapat dilakukan dengan merujuk
pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada, tetapi pendapat-
pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada sering kali masih tidak lengkap
dan kadang bertolak belakang sehingga masih mengandung kekurangan juga.
Misal mengenai ukuran esai, ada yang menyatakan bebas, sedang, dan dapat
dibaca sekali duduk; mengenai isi esai, ada yang menyatakan berupa analisis,

6
penafsiran dan uraian (sastra, budaya, filsafat, ilmu); dan demikian juga
mengenai gaya dan metode esai ada yang menyatakan bebas dan ada yang
menyatakan teratur.

Penjelasan mengenai esai dapat lebih “aman dan mudah dimengerti” jika
ditempuh dengan cara meminjam pembagian model penalaran ala Edward de
Bono. Menurut De Bono, penalaran dapat dibagi menjadi dua model. Pertama,
model penalaran vertikal (memusatkan perhatian dan mengesampingkan
sesuatu yang tidak relevan) dan kedua model penalaran lateral (membukakan
perhatian dan menerima semua kemungkinan dan pengaruh).

Dari pembagian model penalaran ini, esai cenderung lebih mengamalkan


penalaran lateral karena esai cenderung tidak analitis dan acak, melainkan
dapat melompat-lompat dan provokatif. Sebab, esai menurut makna asal
katanya adalah sebuah upaya atau percobaan yang tidak harus menjawab suatu
persoalan secara final, tetapi lebih ingin merangsang. Menurut Francis Bacon,
esai lebih sebagai butir garam pembangkit selera ketimbang sebuah makanan
yang mengenyangkan.

2.2 Karakteristik Esai

Ciri pertama berkaitan dengan jumlah kata dalam sebuah essay. Memang tidak
ada aturan baku yang menyebutkan berapa jumlah kata dalam sebuah esai.
Patokannya adalah bahwa sebuah essay harus selesai dibaca dalam sekali
duduk. Pengertian ini bisa diilustrasikan sebagai berikut. Ketika seseorang
sedang duduk menunggu giliran periksa kesehatan di sebuah klinik, dia harus
sudah selesai membaca sebuah essay saat dia berdiri dipanggil masuk ke kamar
periksa. Meskipun aturan ini tidak begitu jelas, patokan “sekali duduk” ini
cukup membantu ketika seseorang ingin menulis sebuah essay.

7
Terkait dengan jumlah kata ini, beberapa buku komposisi memberikan batasan
yang lebih jelas. Sebuah karangan dikategorikan essay bila karangan tersebut
berjumlah antara 500 sampai dengan 1500 kata. Bila diketik dalam bentuk
dokumenmicrosoft word, panjang sebuah esai berkisar antara tiga sampai
dengan tujuh halaman ukuran kertas A4 yang diketik dengan font berukuran 12
dan berspasi ganda. Sebuah esai yang melebihi 1500 kata, misalnya 3000 atau
4000 kata, akan digolongkan sebagai extended essay (esai yang diperpanjang).

Ciri lain esai adalah struktur penulisannya. Struktur essay terbagi dalam tiga
bagian yang diwujudkan dalam bentuk paragraf. Bagian pertama essay adalah
paragraf pendahuluan atau pengantar. Dalam bagian ini, penulis memberikan
pengantar yang mencukupi dan relevan tentang topik yang ia tulis. Yang paling
penting dalam paragraf pendahuluan adalah kalimat tesis (thesis statement)
yang berfungsi sebagai gagasan pengontro (controlling idea) untuk bagian isi
essay. Bagian kedua adalah paragraf-paragraf isi yang merupakan penjabaran
atau pembahasan lebih lanjut dari gagasan yang ingin disampaikan penulis.
Jumlah paragraf dalam bagian ini tergantung dari jumlah gagasan utama yang
hendak disampaikan dalam esai. Bagian terakhir adalah paragraf penutup.
Bagian ini dapat berisi ringkasan dari gagasan yang telah disampaikan dalam
isi esai atau penegasan atas gagasan utama yang telah disampaikan.

Ciri yang paling membedakan esai dengan jenis karangan lain berkaitan dengan
gaya bahasa. Pilihan kata, struktur kalimat, dan gaya penulisan merupakan hal
terkait erat dengan penulis essay. Penulis essay yang berpengalaman biasanya
memiliki ciri tertentu ketika menulis essay. Semakin sering seseorang menulis
essay, semakin mudah gaya bahasa orang tersebut dikenali. Misalnya, esai
tulisan Gunawan Muhamad tentu berbeda dengan esai yang ditulis oleh Bakti
Samanto atau oleh Umar Kayam. Keunikan gaya bahasa ini menjadi ciri esai
yang menonjol.

8
Sebagai simpulan,essay merupakan buah pikir yang ditulis secara ringkas.
Topik apa pun dapat ditulis dalam bentuk essay. Karena itu esai menjadi salah
satu jenis tulisan yang sering dijadikan alat uji untuk mengukur intelegensi
seseorang. Seorang yang berpengetahuan luas akan dapat menyampaikan
gagasannya secara runtut, logis, dan menarik. Semakin sering kita membaca,
semakin besar kemungkinan kita untuk dapat menulis essay dengan
baik.Dengan banyak membaca, kita akan memiliki lebih banyak gagasan untuk
ditulis. Persoalan utamanya tinggal mewujudkan gagasan yang sudah tertanam
dalam benak kita melalui tulisan yang harus terus-menerus kita latih agar
semakin lama semakin sempurna.

Dapat disimpulkan karakteristik sebuah esai adalah

1. Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan


penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.

2. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.

3. Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri
dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.

4. Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan
menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek
tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.

5. Memenuhi kebutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak


utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan,
mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya
terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan
argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.

9
6. Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai
dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam
penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya,
pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.

2.3 Jenis Esai

Ada enam jenis esai, yaitu:

1. Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja
yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah
rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.

2. Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini
mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap
surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat.
Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat
kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.

3. Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan


beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca.
Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe
pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya
memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.

4. Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai
pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan
menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup

10
saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya
sendiri.

5. Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis
mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik
yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik,
pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para
cendekiawan.

6. Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang
seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik
bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa
lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca
tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang
menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

2.4 Struktur Esai

Untuk menulis esai yang baik, terdapat susunan atau struktur dari eai yang
harus diperhatikan penulis. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan
Di dalam pendahuluan, kita dapat mengungkapkan topic atau tema yang
akan dibahas dalam keseluruhan esai. Unsur-unsur yang ada di dalam
pendahuluan adalah latar belakang dan pendapat pribadi penulis mengenai
tema yang akan dibahas secara lebih jelas dan detil pada bagian selanjutnya.
Pendahuluan menjadi pengantar pembaca untuk memahami topic yang akan
dibahas sehingga pembaca lebih mudah menelaah isi esai.

2. Isi/Pembahasan

11
Isi atau pembahasan adalah bagian dari esai yang menjelaskan tema/topic
tulisan secara lebih detil. Di dalam isi, penulis menjabarkan pendapatnya
secara kronologis atau urut sesuai dengan ide yang disusun dalam kerangka
sehingga esai menjadi koheren.

3. Kesimpulan/Penutup
Kesimpulan adalah bagian terakhir dalam esai. Dal Bagian ini berisi kalimat
yang merangkum atau menyimpulkan apa yang sudah disampaikan di
pendahuluan dan pembahasan. Kesimpulan tidak boleh melebar ke topik
lain.

2.5 Contoh Esai

Maraknya Kecelakaan Angkutan Umum (1)

Beberapa minggu terakhir ini kita “dibiasakan” dengan berita kecelakaan


angkutan umum. Mengapa saya katakan “dibiasakan”? Karena memang dalam
beberapa pekan terakhir ini di media cetak maupun elektronik sering sekali kita
jumpai berita tentang kecelakaan angkutan umum yang celakanya kecelakaan
tersebut hampir selalu memakan korban jiwa. Sangat ironis memang, angkutan
umum yang seharusnya menjanjikan pelayanan jasa transportasi yang nyaman
dan lebih aman malah belakangan menjadi penyumbang terbesar dalam kasus
kecelakaan.(2)

Sebuah akibat tentu saja ada sebabnya. Jika kita amati sedikit saja bagaimana
dunia pertransportasian kita, terkhusus transportasi umum darat, tentu kita
dapat melihat sebuah kenyataan yang sangat mengkhawatirkan. Bagaimana
tidak mengkhawatirkan, jika melihat kondisi alat angkut yang membawa
beratus bahkan beribu nyawa setiap harinya kondisinya tidak layak? Celakanya,

12
kondisi yang tidak layak tersebut masih dibarengi dengan perilaku sopir yang
“ugal-ugalan” dan kondisi jalan yang buruk juga, sehingga peluang kecelakaan
pun semakin tinggi (3)

Berbicara tentang kelayakan angkutan umum, tentu perhatian kita akan


mengarah pada pengujian kelayakan kendaraan umum yang di dalam pengujian
tersebut akan dinyatakan apakah kedaraan tersebut layak jalan atau tidak.
Pengujian ini seharusnya menjadi wahana bagi para sopir dan atau pemilik
untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada angkutan demi memberi
kenyamanan dan keselamatan pada penumpang. Namun, bagai menutup
bangkai, kekurangan yang jelas-jelas telah diketahui malah diusahakan dengan
berbagai cara agar jangan sampai diketahui petugas penguji. Sungguh sangat
miris ketika beberapa hari yang lalu saya melihat sebuah acara yang
menayangkan bagaimana beberapa sopir menyiasati tes pengujian kelayakan
kendaraan dengan menyewa ban dan mengganti onderdil yang sudah tidak
layak hanya pada tes uji kelayakan saja. Dan setelah itu mereka memasang
kembali ban dan onderdil yang sudah tidak layak tersebut. Harapan saya,
semoga penggalakkan dan ketegasan pengujian kelayakkan kendaraan yang
saat ini sedang ramai terjadi bukan hanya sekadar “obat penenang sementara”
bagi masyarakat yang mulai “marah” pada angkutan umum dan integritas
penanggung jawab keberadaan angkutan.(4)

Banyak kecelakaan terjadi tidak hanya disebabkan oleh kurang layaknya


kendaraan. Faktor manusia (human error) banyak berbicara di sini. Sopir adalah
aktor utama yang paling bertanggung jawab atas keselamatan kendaraan.
Kondisi kesehatan yang buruk, kelelahan, dan ugal-ugalan dalam berkendara
telah banyak menyebabkan petaka. Lebih kompleks lagi sekarang ini alkohol
dan narkoba sudah “merakyat” sehingga tidak menutup kemungkinan dan
sudah banyak sopir yang ikut mengkonsumsi. Hal ini harus menjadi perhatian

13
lebih bagi pemerintah dan pemilik angkutan umum untuk menindak tegas
sopir-sopir yang “nakal” seperti itu. Tindakan preventif pun sepertinya harus
dilakukan pemerintah dengan memberikan penyuluhan kepada para sopir agar
lebih bertanggung jawab atas keselamatan penumpang dan bersih dari miras
dan narkoba.(5)

Terlepas dari kedua masalah di atas, tentu kita tidak dapat menafikan jika
kondisi jalan yang buruk pun memberi andil yang cukup signifikan dalam
maraknya kecelakaan yang belakangan ini sering terjadi. Memang tidak bisa
kita pungkiri jika cuaca seperti sekarang ini telah banyak membuat kondisi
aspal jalan menjadi rusak. Namun, hal tersebut jangan dijadikan sebagai sebuah
pembenaran dan pemakluman akan banyaknya kondisi jalan yang buruk yang
berakibat pada terjadinya kecelakaan. Pemerintah yang bertanggung jawab
dalam hal ini Dinas PU seharusnya siap dan cekatan dalam menghadapi kondisi
seperti ini. Jangan malah kondisi jalan yang buruk dibiarkan berlarut-larut
sampai menimbulkan korban seperti yang sekarang ini terjadi.(6)

Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa kondisi kendaraan umum yang tidak
layak jalan, human error dari sopir, dan kondisi jalan yang buruk adalah sebuah
kombinasi sempurna untuk menjelaskan berbagai kecelakaan yang akhir-akhir
ini terjadi. Dan sudah selayaknya semua pihak yang bertanggung jawab akan
hal tersebut bahu-membahu bekerja sama dengan penuh kesadaran agar
keselamatan dan kenyamanan di jalan raya baik bagi penumpang maupun
pengguna jalan lainnya dapat tercapai. Tindakkan preventif baik berupa tes uji
kelayakkan angkutan umum yang jujur maupun penyuluhan kepada sopir untuk
tidak mengkonsumsi miras dan narkoba demi keselamatan harus segera
dilakukan dengan serius. Sanksi tegas terhadap pihak terkait yang membelot
pun sudah selayaknya segera dilakukan demi keselamatan bersama. (7)

14
Dari contoh esai diatas dapat kita ketahui bagian-bagian dari sebuah esai, yaitu:

1. Judul Esai, judul merupakan nama. Jadi usahakan memberi judul sebuah
tulisan dengan kata-kata yang menggambarkan keseluruhan isi tulisan.

2. No. 2 menunjukkan paragraf pendahuluan yang berisi latar belakang masalah


dari penulisan esai.

3. No. 3 berisi pandangan atau pendapat penulis terhadap permasalahan yang


terjadi.

4. No. 4, 5, 6 merupakan paragraf yang menjabarkan pendapat atau pandangan


penulis terhadap kejadian yang diangkat menjadi esai. Dibagian ini bisa disertai
dengan bukti atau data pendukung untuk memperkuat pandangan atau pendapat
kita agar pembaca percaya dengan pandangan kita tersebut.

5. No. 7, merupakan bagian kesimpulan. Pada bagian ini penulis menyimpulkan


apa yang telah ditulis. Penyimpulan harus sesuai dengan apa yang telah ditulis.
Jagan membuat simpulan yang belum terulas pada paragraf sebelumnya (isi).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa esai adalah sebuah komposisi
prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu.
Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar
belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar
tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek;
dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan
menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan
beberapa observasi tentang subyek.

3.2 Saran
Mengigat pentingnya menulis esai bagi mahasiswa maupun akademisi maka
ada beberapa saran yang perlu disampaikan.
a. Bagi mahasiswa
b. Bagi pembaca

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan

16
penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini. 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, Hani'ah. 2007. Kamus Istilah Sastra.
Jakarta: Balai Pustaka.

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

P Tukan. 2007. Mahir Berbahasa Indonesia. Bogor:Yudhistira

Perlindungan Pardede (2010)

Rahayu (2007)

Soetomo

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

17

Anda mungkin juga menyukai