PDF LP Dan Askep 1 Merged
PDF LP Dan Askep 1 Merged
Oleh:
Fobe
RNAPBSZA]KZ LBDCBS
@KIRO]KZ IBXBSKWK]KN
383;
OBDCKS XBNGBZKEKN
OKXFSKN KIEAS Z]KZ IBXBSWK]KN MKZKS XSF@BZA
Laporan Akhir Pembelajaran Stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP) Pada Program Studi Penndidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember Yang Disusun Oleh
Mengetahui
Ns. Erti Ikhtiarii Dewi, M.Kep. Sp.,Kep.J Ns. DickyEndrian Kurniawan, Mkep.
NIP. 1981 1028 200604 2 002 NRP. 760016846
Menyutujui
Wakil Dekan 1
Jcmbcr,
TIM PEMBIMBING
**** in K h
D
J9800I 122009 J 22002 NP. $olll@@âOl@$|
KGpala Ruang,
Scanned with CamScanner
OKXFSKN XBNMKERORKN IBCR]REKN AZ]ASKEK] ]AMRS
]ANLKRKN ]BFSA
neurotransmitter yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berikut dibawah ini
c. Nukleus Dorsomedial
Nukleus ini menerima jaras dari zona subparavetrikuler serta memberikan
d. Sistem Mesolimbik
Sistem ini berasal dari area ventral dari tegmentum mesencephalon, serta
memiliki proyeksi ke area prefrontal dari korteks serebri dan sistem limbik
yang meliputi amigdala ,hipokampus serta nukleus retikularis thalami.
Sistem ini bersifat dopaminergik serta dapat menyebabkan keterjagaan
sebagai akibat dari stimulus yang didapat.
e. Sistem Limbik
Sistem limbik meregulasi baik sistem saraf otonomik maupun reaksi
emosional seseorang terhadap stimulus eksternal dan memori sehingga
menyebabkan sistem ini bersifat fleksibel dan adaptif. Area ‚ area yang
termasuk dalam sistem limbik meliputi girus cingulate anterior, girus para-
hipokampalis, formasio hipokampal di lobus temporalis, regio orbito-frontal
di korteks prefrontal. Sistem ini tidak aktif pada fase NREM tetapi aktif pada
saat REM. Bagian dari sistem limbik yang terletak di substansia grisea dari
periaquaduktus sylvii memberikan impuls yang mempengaruhi kinerja dari
saraf simpatis.
M. ]KEKXKN-]KEKXKN ]AMRS
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga
tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM-Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga
keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya
mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan
3) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Berlangsung
10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang otak menjadi
lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
k) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
c) Suhu tubuh menurun.
j) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
m) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
b) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang disebut
gelombang tidur.
4) Tahap IV Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
b. Rapid Eye Movement (REM) Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang
dewasa REM terjadi 20-25 % dari tidurnya.
B. BXAMBDAFOFGA
Menurut National Sleep Foundation tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508
penduduk di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia dan
sebanyak 7,3 % orang dewasa mengeluhkan gangguan memulai dan
mempertahankan tidur atau insomnia. Kebanyakan orang yang beresiko
mengalami insomnia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti lansia, kematian
pasangan atau teman dekat, peningkatan obat-obatan, dan penyakit yang dialami.
Di Indonesia insomnia menyerang sekitar 50% orang berusia 65 tahun, setiap tahun
diperkirakan sekitar 20-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17%
mengalami insomnia yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi
yaitu sekitar 67% (Hindriyastuti, 2018).
Penelitian lain oleh Marelli et al tahun 2020 menunjukkan peningkatan
prevalensi insomnia sebelum dan selama lockdown akibat pandemi COVID-19
menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severity
Index (ISI) dan Morningness-Eveningness Questionnaire (MEQ). Penelitian yang
dilakukan terhadap 400 peserta yang terdiri dari 307 mahasiswa dan 93 pekerja,
Keinginan
Gangguan tidur menanti tidur
Penyakit
Gangguan
Gangguan Tidur proses tidur
KESIAPAN
PENINGKATAN INTOLERANSI
Merasa lelah Akibat faktor
TIDUR AKTIVITAS
dan kurang eksternal
bertenaga
GANGGUAN
KELETIHAN POLA TIDUR
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan
tidur antara lain:
a) Golongan obat hipnotik
b) Golongan obat antidepresan
c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d) Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur
yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya:
Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid)
tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik,
gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
mulut kering, dsb.
Data objektif
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan istirahat
dan tidur diantaranya adalah :
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala dan Tanda Mayor:
Subyektif
1. Mengeluh lelah
Obyektif
1. Frekuensi dari jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor:
Subyektif
1. Dipsnea saat/ setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Obyektif
1. Tekana darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis
3. Keletihan
Definisi: Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih
dengan istirahat
Gejala dan Tanda Mayor:
Subyektif
1. Merasa energi tidak pulih walaupun telah tidur
( sk ala 5 ) 8989.
3. K em u d a h a n dalam
melakukan aktivitas sehari-hari
Anjajrukraknanstmraetelagki ukkoapninagktuinvtiutak
meningkat (skala 5)
s mseecnagraurbaenrgtaihap kelelahan
Kualitas tidur merupakan keadaan tidur yang dijalani seorang individu untuk
menghasilkan kesegaran dan kebugaran saa terbangun. Kualitas tidur mencakup
Metode penelitian yang digunakan dalam kajian literatur ini adalah dengan
mengumpulkan dan menganalisa artikel-artikel penelitian mengenai terapi
nonfarmakologis terhadap kualitas tidur lansia. Beberapa penyebab yang dapat
mempengaruhi waktu tidur dan waktu bangun pada lansia diantaranya adalah
penyaki medis yang akut dan kronis, efek pengobatan, gangguan psikiatrik,
gangguan tidur primer, perubahan sosial, kebiasaan tidur yang buruk dan
pergantian ritme sirkadian. Secara keseluruhan dari artikel penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa teraoi nonfarmakologis yang diberikan pada lansia
baik dengan gangguan tidur karena penyakit yang diderita maupun tidak dapat
meningkatkan kualitas tidur lansia. Ini berarti pemilihan terapi nonfarmakologis
bagi lansia dapat dilakukan, baik dengan terapi senam, musik, ataupun aromaterapi
lavender.
Salah satu terapi nonfarmakologis adalah senam lansia. Senam lansia yang
teratur dapat meningkatkan kualitas tidur, karena senam berguna untuk
Marelli, S., Castelnuovo, A., Somma, A., Castronovo, V., Mombelli, S., &
Bottoni, D. et al. (2020). Impact of COVID-19 lockdown on sleep
quality in university students and administration staff. Journal Of
Neurology. https://doi.org/10.1007/s00415-020-10056-6
Potter, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4 .Jakarta: EGC.
Posner.J, Plum And Posner. (2007). Diagnosis Of Stupor And Coma 4th Edition,
2007. Oxford University Press, New York P;11-25
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Interνensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ichsan Medical Centre Bintaro.
(lisna.agustina01@gmail.com) 085323817966
Abstrak
Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua.
Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehiduoan seseorang, dimana telah terjadi
kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap. Salah satu aspek utama bagi dari peningkatan
kesehatan untuk lansia adalah pemeliharaan tidur untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai
tingkat fungsional yang optimal dan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan menikmati kualitas hidup yang
tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas terapi non farmakologis terhadap
peningkatan kualitas tidur lansia yang memiliki gangguan tidur baik dengan atau tanpa sakit. Metodologi
yang digunakan adalah dengan melakukan penelusuran literatur atau kajian literatur dengan
menggunakan databased elektronik melalui internet yaitu google scholar dan jurnal elektronik lainnya
dengan kata kunci lansia, kualitas tidur dan terapi nonfarmakologis. Literature review mengkaji 10 artikel
terkait, didapatkan hasil bahwa terapi nonfarmakologis signifikan meningkatkan kualitas tidur pada lansia
yang memiliki gangguan tidur. Terapi nonfarmakologis menjadi pilihan pengobatan komplementer untuk
lansia dengan gangguan tidur.
Kcstrkjt
Elderly is a term for individuals who have entered the period of late adulthood or old age. This
period is the closing period for a person's life span, where there has been a gradual physical and
psychological setback. One of the main aspects of improving health for the elderly is the maintenance of
sleep to ensure the restoration of bodily functions to an optimal functional level and to complete tasks and
enjoy a high quality of life. The purpose of this study was to determine the effectiveness of non-
pharmacological therapies to improve sleep quality in the elderly who have sleep disorders both with and
without illness. The methodology used is to search literature or study literature using electronic databased
via the internet, namely google scholar and other electronic journals with the keywords elderly, sleep
quality and nonpharmacological therapy. Literature review examines 10 related articles, found that
nonpharmacological therapy significantly improves sleep quality in the elderly who have sleep disorders.
Nonpharmacologic therapy is a complementary treatment
option for the elderly with sleep disorders
2
PBNMAERLRAN Indonesia mengalami gangguan dalam
Lanjut usia adalah bagian dari
proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi
berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa
dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal,
dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai
utesritaentuta.
hLaapnsiapemrkeermupbaaknagnansuakt
uronporolosgeis alami yang ditentukan
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua dan
masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir. Dimasa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan
social secara bertahap. Lansia juga dapat
diartikan sebagai individu yang telah
memasuki periode dewasa akhir atau usia
tua. Periode ini merupakan periode
penutup bagi rentang kehidupan
seseorang, dimana telah terjadi
kemunduran fisik dan psikologis secara
bertahap. Salah satu aspek utama bagi
dari peningkatan kesehatan untuk lansia
adalah pemeliharaan tidur untuk
memastikan pemulihan fungsi tubuh
sampai tingkat fungsional yang optimal
dan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan
menikmati kualitas hidup yang tinggi.
Berdasarkan data dari Biro Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan jumlah lansia yaitu
presentase lansia terhadap jumlah
penduduk meningkat dari 9,27 % pada
tahun 2000 menjadi 10,57 % pada tahun
2011. Pada tahun 2020 jumlah lansia
diperkirakan 11,34% dari jumlah penduduk
(Badan Pusat Statistik, 2011).
Pertambahan jumlah lansia di beberapa
negara, salah satunya Indonesia, telah
mengubah profil
kependudukan baik nasional maupun
dunia. Hasil sensus penduduk tahun 2010
menunjukkan bahwa jumlah penduduk
lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta
jiwa, meningkat sekitar 7,93 % dari tahun
2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa.
Diperkirakan jumlah penduduk lansia di
Indonesia akan terus bertambah sekitar
450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian,
pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia
di Indonesia akan sekitar 43 juta jiwa
(badan pusat statistik dalam Iriadi, 2012).
Penelitian di Amerika Serikat
mengidentifikasi bahwa 50% lansia yang
tinggal di komunitas da 70% lansia yang
tinggal di tempat perawatan mengeluhkan
kualitas tidur mereka. 21% lansia di
2
kualitas tidurnya. Umumnya hampir 1,5
kali lipat lebih banyak diderita orangtua
dibanding anak muda (Wahyuni, 2019).
Kualitas tidur merupakan
keadaan tidur yang dijalani seorang
individu untuk menghasilkan kesegaran
dan kebugaran saat terbangun. Kualitas
tidur mencakup aspek kuantitaif dari
tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur
serta aspek subjektif dari
2
penurunan baik kuantitas maupun kualitas scholar dan jurnal elektronik lainnya
tidur seseorang (Buysse et al., 1989 cit. dengan kata kunci lansia, kualitas tidur
Modjod, 2017). Gangguan tidur kronis dan terapi nonfarmakologis. Kriteria artikel
dapat menyebabkan gangguan fungsional yang digunakan adalah artikel yang
pada siang hari, rasa kantuk di siang hari, diterbitkan pada kurun waktu 2010-2020.
kelelahan, penurunan kualitas hidup, dan Pembahasan literatur ini meliputi :
dapat meningkatkan kebutuhan perawatan mengkaji efektivitas terapi
kesehatan (Vitiello et al., 2009).Sebagian nonfarmakologis terhadap kualitas tidur
orang yang mengalami gangguan tidur lansia.
mtujeumanilih muenntugkkonsmuemnsini
gokbaattkatindur dkueanlgitans HASIL PPEeNnEeLluIsTuIAraNn
tidurnya.Namun, apakah konsumsi obat literatur dilakukan terhadap artikel
tidur tersebut dapat meningkatkan kualitas penelitian yang berhubungan
tidur? dengan terapi
Metode penatalaksanaan yang nonfarmakologis terhadap kualitas tidur
bertujuan untuk meningkatkan kualitas lansia. Dari hasil penelusuran literatur
tidur lansia pada umumnya dengan sebanyak 9 buah artikel hasil penelitian
menggunakan terapi farmakologis, namun diperoleh berbagai macam alternatif
dengan pemakaian obat yang berlebihan pilihan terapi nonfarmakologis yang
akan berdampak bagi kesehatan lansia. berpengaruh terhadap peningkatan
Pemakaian obat-obatan inipun bila tidak kualitas tidur lansia. Hasil penelitian
disertai dengan perbaikan pola makan , tersebut yaitu terapi tawa,
pola tidur serta penyelesaian penyebab 2 artikel senam lansia, 2 artikel terapi
psikologis, maka obat-obatan hanya dapat dengan aroma lavender, terapi relaksasi
mengatasi gangguan yang bersifat benson, terapi musik klasik mozart, terapi
sementara dan tidak menyembuhkan. musik jawa, terapi murotal Al-quran.
Dengan demikian diperlukan terapi Dari artikel-artikel tersebut
nonfarmakologis yang efektif dan aman menunjukkan hasil bahwa semua terapi
untuk meningkatkan kualitas tidur lansia. farmakologis memiliki dampak atau
berpengaruh signifikan terhadap kualitas
METODE PENELITIAN tidur lansia. Lansia yang diberikan terapi
Metode penelitian yang digunakan tersebut mengalami peningkatan kualitas
dalam kajian literatur ini adalah dengan tidur yang signifikan. Namun demikian,
mengumpulkan dan menganalisa artikel- dalam artikel-artikel tersebut belum ada
artikel penelitian mengenai terapi artikel yang meneliti perbandingan antara
nonfarmakologis terhadap kualitas tidur terapi yang satu dengan yang lainnya.
lansia. Artikel dikumpulkan dari databased Pemilihan terapi non farmakologis dapat
elektronik melalui internet yaitu google disesuaikan dengan keadaan dan
ketersediaan fasiltas yang ada.
Tabel 1 : Hasil Penelitian Lain Terkait Terapi Nonfarmakologis Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pada
Lansia
Peneliti, Judul,
Desain Hasil Penelitian
dan Tahun
Penelitian
Ananta Erfrandau, Desain penelitian randomized Kualitas tidur diukur dengan mengunakan
Murtaqib, Nur Widayati; pretest-posttest design Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Pengaruh Terapi Tawa dan data dianalisis dengan t-test, Uji
terhadap Kualitas Tidur Wilcoxon dan Uji Mann Whitney
pada Unit Pelayanan Tekni didapatkan hasil perbedaan yang
Panti Sosial Lanjut Usia signifikan dari kualitas tidur kelompok
(UPT PSLU) Kabupaten lansia yang diberi perlakuan.
Jember; 2017
Erna Silvia Budi Desain penelitian dengan Kualitas tidur diukur dengan mengunakan
Anggarwati, Kuntarti; pendekatan cross sectional Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Peningkatan Kualitas Tidur Data dianalisis dengan uji t-independen
Lansia Wanita Melalui dengan hasil menunjukkan ada
Kerutinan Melakukan perbedaan skor PSQI lansia wanita
Senam Lansia, 2016 yang melakukan senam lansia dan yang
tidak melakukan senam lansia
2
JHeafryantoM,
BaJko Dpeensdaeinkatapnecnreolsit DSpaetaarmdian aRlisainsk
ahaArbduika,
anr;i siasnectiodneanlgan dCeonrgrealnatiomnendgidgaupnaatkan
Hubungan Keteraturan hasil bahwa lansia yang rutin mengikuti
2
Mengikuti Senam Lansia senam lansia dapat meningkatkan
dan Kabutuhan Tidur kebutuhan tidur lansia, artinya ada
Lansia di UOT PSLU hubungan antara senam lansia dengan
Pasuruan di Babat kebutuhan tidur lansia
Lamongan; 2015
Dian Sari, David Leonard; Desain penelitian dengan Data dianalisis dengan Uji T-test
Pengaruh Aromaterapi preeksperimental didapatkan hasil dari 100 % lansia yang
Lavender terhadap menggunakan rancangan one mengalami kualitas tidur buruk, setelah
Kualitas Tidur Lansia di group pretest-posttest design diberikan aromaterapi kualitas tidur
Wisma Cinta Kasih; 2017 menjadi meningkat, berarti ada
pengaruh
2
dilaporkan setidaknya satu orang dalam proses penyembuhan tubuh.
mengeluhkan masalah tidur yang Aliran darah yang lancar mampu
kronis. Gejala-gejala dari masalah membuat transport darah ke otak
tidur pada lansia diantaranya lancar sehingga dapat mengontrol
adalah kesulitan tidur dan tekanan darah. Hal ini dapat
menjaga tidur, bangun dini hari dan meningkatkan kenyamanan lansia saat
rasa kantuk yang berlebihan di siang tidur. Tidur dipengaruhi oleh irama
hari. Berbagai proses dapat sirkardian dari detak jantung dan
mengganggu waktu tidur dan waktu tekanan darah yang berasal dari
bangun pada lansia.
2
memiliki cara kerja yang sama seperti namun demikian kualitas tidur lansia
dipengaruhi oleh faktor internal dan
terapi diatas yaitu memberikan efek
relaksasi agar dapat meningkatkan
kualitas tidur.
Terapi selanjutnya adalah dengan
menggunakan aromaterapi bunga
lavender diberikan kepada lansia yang
memiliki gangguan tidur dengan
memanaskan essential oil bunga
ltauvnegnkduepremyanags
ddaipnadniabsekriaknan dselnagmaan
7 hari berturut-turut. Aromaterapi
memiliki kandungan utama yaitu linalil
asetat yaitu suatu senyawa yang
memiliki efek sedatif dan anti neuro
depresif yang mampu mengendorkan
dan melemaskan sistem kerja
urat0urat saraf dan otot-otot tegang.
Melalui inhalasi linalil asetat yang
terkandung akan dibawa ke puncak
hidung. Rambut getar yang ada
didalamnya berfungsi sebagai
reseptor, akan menghantarkan pesan
aroma ke pusat emosi dan daya ingat
seseorang yang selanjutnya akan
mengantarkan pesan balik keseluruh
tubuh melalui sistem sirkulasi. Pesan
yang diantar keseluruh tubuh akan
dikonfeksikan menjadi satu aksi
pelepasan substansi neuri kimia
berupa perasaan senang, rileks
ataupun tenang. Bau yang
menimbulkan rileks akan merangsang
otak untuk mensekresi serotonin
(hormon pemberi rasa nyaman dan
senang) yang mengantarkan
seseorang untuk tidur.
KESIMPRLAN
Terapi nonfarmakologis
adalah terapi pelengkap untuk
meningkatkan kualitas tidur
lansia. Terapi nonfarmakologis
dipilih sebagai alternatif
mengatasi gangguan tidur lansia dan
meningkatkan kualitas tidur lansia
karena dapat meminimalkan efek yang
timbul dibandingkan dengan
penggunaan terapi farmakologis
dengan obat-obatan sedatif. Hal ini
dikarenakan semakin meningkat usia
semakin pula menurun sistem
metabolisme tubuh seseorang. Selain
itu kemampuan tubuh lansia yang
sudah menurun dan proses
degeneratif merupakan alasan
penting dalam
menggunakan terapi nonfarmakologis.
Terapi nonfarmakologisdapat
meningkatkan kualitas tidur lansia,
2
eksternal. Faktor internal yaitu
keadaan fisik dan psikologis pada
seseorang berbeda satu sama lain
sehingga apabila terjadi perubahan
fisik dan psikologis berupa adanya
penyakit seperti hipertensi, gatal-
gatal serta penyalit lainnya dan
gangguan mood dapat
mempengaruhi kualitas tidur
seseorang. Begitu pula dengan
fliankgtkour ngeaknstetermnaplat
steinpgegrtai l, ppeerrubahan suhu
ruangan tempat tidur, rutinitas lansia
di siang hari dimana lansia jarang
berkativitas seperti menonton tv dan
tidur siang di siang hari
menyebabkan lansia lebih mudah
terbangun di tengah malam hari dan
sulit untuk memulai tidur.
SASAN
Sebagai tenaga kesehatan
terutama perawat baik yang ada di
fasilitas pelayanan kesehatan
maupun komunitas, menerapkan
terapi farmakologis sebagai alternatif
pilihan dalam mengatasi gangguan
tidur pada lansia dan meningkatkan
kualitas tidur merupakan pilihan
tepat dibandingkan dengan terapi
farmakologis. Namun demikian untuk
memperbaiki dan dengan tepat
pemilihan terapi nonfarmakologis
perlu dilakukan penelitian
selanjutnya dengan membandingkan
DA@TAS PRSTAKA
1. Annisa, E. (2013). The Prevalance
of Sleep Disorder and Its Causes
and Effects on Students Residing In
Jahrom University of Medical
Sciences Dormitories. Journal of
Jahrom University of Medical
Sciences 9(4):12- 16.
2. Arnot, dkk (2009). Pustaka
Kesehatan Populer Pengobatan
Praktis: Perawatan Alternatif dan
Tradisional, volume 7. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu.
2
3. Arysita,Putu (2013). Angka Kejadian and Outcomes in ESRD Patients
Serta Faktor-Faktor Yang Undergoing Hemodialysis
Mempengaruhi Gangguan Tidur [Tesis].Mahidol University.
17. Nugroho, Wahjudi. (2008).
(Insomnia) Pada Lansia Di Panti
Keperawatan Gerontik & Geriatrik
Sosial Tresna Werdha Seraya Edisi 3.EGC:Jakarta.
Denpasar Bali. Journal Studies. 18. Nursalam. (2016). Metodologi
4. Azizah, L. M. (2011). Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi
Keperawatanlanjutusia . Yogyakarta: 4.Jakarta: Salemba Medika.
13. AKrooemnasotermapaird
KesehaAta-nZ,
iyahu.n(2tu0k09)
Kebugaran, dan kecantikan.
Yogyakarta:ANDI
14. Luo.J. Zhu G, Zhao Q/,Meng H/, Zhen
H,et al. Prevalen and risk factors of
poor Sleep/ Quality among Chinese
Elderly in an Urban Comunity : Result
from Shanghai, Anging Study . Plos
ONE 2013; 8 (11): e81261
15. Mau,
(2012).Pengaruhpenerapanrelaksasib
ensonterhadapgangguantidur
(insomnia padalansia di UPT
PantiPenyantunanLanjutUsia
Budi AgungKupang).
StikesmaranathaKupang.
16. Modjod, D. 2007. Insomnia
Experience, Management Strategies,
2
d i n i d a p a t s e g e y a maokiuikn ma tbdpkt tamur sbtboke ifnmasanyk stkcao mkn
2
ibkmkkn
kkn pksabn sumke dbdckai. Dbdpbrckaia
ibiuktkn ftft sbtboke maokiuiknnyk Skngb
`ungsa skrk` dbrupkikn tujukn pbrkwktkn
F` Dftifn dbnggbnggkd cfok.
supfrta` mana dbokoua tbrkpa fisik.
Skngb F` Dftifn dbrupki k
KESIMPULAN DAN SARAN
n pbrgbrkikn pbrsbnmakn sbsuka mbngkn
Oktaekn SFD dbnggbnggkd cfok
gbrkikn ykng dbdungianikn tbrjkmanyk
dbdaoaia pbngkrue tbrekmkp ibobnturkn ftft
ifntrkisa mkn
pstkrfmikb.tSknbsgpkfnimkbnnkmnakmnkjunrikar
p(Wbragnbsrtkbianknbtftkfot.,ck3a8i;6sb).jkEr
na oybcknaegkditba`nmkborkadtk melakukan
k op ka ns a ` dbknu
upnujnuikiktan` tbrmkpkt
aktifitas fisik supaya tidak terjadi
pbngkrue kntkrk SFD tbrekmkp ibiuktkn ftft
pbnurunkn ibiuktkn ftft, skoke sktu jfntfenyk
pkmk pksabn strfib ikrbnk sbtakp rbspfnmbn
dbngkokda pbnangiktkn sikok
kmkoke dbnggbnggkd cfok. Maekykpikn Cbnjkdan, B. L., Cbyyy, L. M., Cfymbn, W. C.,
iboukygk ybspfnmbn untui tbtkp dbdftavksa … ]uynby, D. C. (38;3). Ebkyt Masbksb knm
ybspfnmbn untui tbtkp dbokiuikn SFD Z t y f i b Z t k t a s ta j s — 3 8 ; 3 R p m k
sbjkyk dknmaYa. tb . Ja Y juoktafn. ;37(;).
ettps<//mfa.f Y g/
DA@]AR PUS]AKA ;8.;;6;/jaY.8c8;3b3;535;34km
Cbokgkjb, Z. S. (38;7). ZtYfib Sbekcaoatktafn. Lunkbmy, A . ( 38 81 ) . Zt Y f ib , Wkspkmka
Knjkdknyk. QfgykikYtk< Knma XucoasebY.
JNfbunYtfa onfuguy.d 33O(a;`)b< o f3n35g-