Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SANDY BERNIKE BR SURBAKTI

NIM : 4223121012
MATKUL : MANAJEMEN PENDIDIKAN
KELAS : PSPF 22 C

Tugas 1
Analisis permasalahan penerapan Manajemen berbasis nilai pada
organisasi sekolah pilihan saudara dan berikan solusi untuk mengatasi
masalah. Gunakan 8 indikator yang menunjukan penerapan nilai-nilai pada
organisasi
Jawaban:
Permasalahan yang mungkin timbul dalam penerapan Manajemen berbasis nilai pada
organisasi SMA Katolik 1 Kabanjahe adalah sebagai berikut:
1. Tidak melibatkan semua karyawan dalam organisasi:
Terkadang, penerapan nilai-nilai hanya terfokus pada manajemen tingkat atas dan tidak
melibatkan seluruh karyawan. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya kesadaran dan
pemahaman nilai-nilai yang diterapkan, serta mengurangi efektivitas penerapannya.
Solusi: Penting untuk melibatkan semua karyawan dalam proses penerapan nilai-nilai.
Manajemen harus mengadakan pelatihan dan workshop yang melibatkan seluruh
karyawan untuk memastikan pemahaman dan kesadaran yang sama terhadap nilai-nilai
yang diterapkan.
2. Nilai-nilai disesuaikan oleh masing-masing departemen atau unit:
Jika setiap departemen atau unit memiliki kebebasan untuk menentukan nilai-nilai yang
sesuai dengan mereka, hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian dan
ketidakkonsistenan dalam penerapan nilai-nilai di seluruh organisasi.
Solusi: Penting untuk memiliki nilai-nilai inti yang tetap dan universal di seluruh
organisasi. Departemen atau unit dapat menyesuaikan nilai-nilai tersebut dengan
konteks dan kebutuhan mereka, namun harus tetap sejalan dengan nilai-nilai inti yang
telah ditetapkan.
3. Tidak memperhitungkan dan menerima bentuk perlawanan karyawan:
Dalam penerapan nilai-nilai, mungkin akan ada beberapa karyawan yang resisten atau
tidak sepenuhnya menerima nilai-nilai tersebut. Jika perlawanan ini tidak
diperhitungkan dan diterima, hal ini dapat menghambat proses penerapan nilai-nilai
secara efektif.
Solusi: Manajemen harus membuka ruang dialog dan komunikasi yang terbuka dengan
karyawan yang resisten atau tidak sepenuhnya menerima nilai-nilai tersebut. Dengan
mendengarkan dan memahami perspektif mereka, manajemen dapat mencari solusi
yang saling menguntungkan dan memastikan penerapan nilai-nilai yang lebih efektif.
4. Pernyataan yang terlalu pendek:
Jika pernyataan nilai-nilai terlalu pendek dan tidak spesifik, hal ini dapat menyebabkan
interpretasi yang berbeda-beda dan kurangnya pemahaman yang mendalam tentang
nilai-nilai tersebut.
Solusi: Pernyataan nilai-nilai harus jelas, spesifik, dan mudah dipahami oleh semua
karyawan. Manajemen harus memastikan bahwa nilai-nilai tersebut dijelaskan dengan
baik dan diterapkan secara konsisten di seluruh organisasi.
5. Menghindari pernyataan-pernyataan sepele:
Pernyataan-pernyataan sepele atau klise dalam penerapan nilai-nilai dapat mengurangi
makna dan relevansi nilai-nilai tersebut bagi karyawan.
Solusi: Manajemen harus menghindari pernyataan-pernyataan sepele dan klise dalam
penerapan nilai-nilai. Pernyataan harus autentik, relevan, dan memberikan panduan
yang jelas bagi karyawan.
6. Menghindari penyebutan keagamaan:
Sebagai sekolah Katolik, mungkin ada kecenderungan untuk menghindari penyebutan
keagamaan dalam penerapan nilai-nilai. Namun, hal ini dapat mengurangi keautentikan
dan kekhasan nilai-nilai Katolik yang ingin diterapkan.
Solusi: Manajemen harus mengakui dan menghargai kekhasan nilai-nilai Katolik dalam
penerapan nilai-nilai. Penyebutan keagamaan harus dilakukan dengan sensitivitas dan
menghormati keragaman agama di antara karyawan.
7. Kemampuan menantang:
Penerapan nilai-nilai harus mendorong karyawan untuk memiliki kemampuan
menantang dan berpikir kritis terhadap nilai-nilai yang diterapkan. Namun, mungkin
ada kecenderungan untuk menghindari atau menekan kemampuan menantang ini.
Solusi: Manajemen harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong
karyawan untuk memiliki kemampuan menantang. Diskusi dan debat yang sehat harus
didorong, sehingga nilai-nilai dapat terus dikembangkan dan diperbaiki.
8. Kemampuan menghayati:
Karyawan harus memiliki kemampuan untuk menghayati nilai-nilai yang diterapkan
dalam tindakan mereka sehari-hari. Namun, mungkin ada kurangnya dukungan atau
sumber daya yang memadai untuk membantu karyawan dalam menghayati nilai-nilai
tersebut.
Solusi: Manajemen harus menyediakan pelatihan, bimbingan, dan dukungan yang
memadai bagi karyawan untuk dapat menghayati nilai-nilai yang diterapkan. Dukungan
ini dapat berupa mentoring, coaching, atau program pengembangan pribadi yang
relevan.
Tugas 2
Analisis permasalahan penerapan green manajemen pada organisasi
sekolah pilihan saudara dan berikan solusi untuk mengatasi masalah.
Jawaban:
Masalah: Salah satu masalah yang mungkin terjadi dalam penerapan green manajemen pada
SMA Katolik 1 Kabanjahe adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya
praktik ramah lingkungan. Banyak karyawan dan siswa mungkin tidak memahami dampak
negatif dari kegiatan yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan energi berlebihan atau
pembuangan limbah yang tidak sesuai.
Solusi: Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah yang dapat diambil di SMA Katolik 1
Kabanjahe adalah:
1. Pendidikan dan kesadaran: Sediakan pendidikan dan pelatihan kepada semua karyawan
dan siswa tentang pentingnya praktik ramah lingkungan. Berikan informasi yang jelas
tentang dampak negatif dari kegiatan yang tidak ramah lingkungan dan bagaimana
setiap individu dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak tersebut. Selain itu,
adakan kegiatan sosialisasi dan seminar tentang lingkungan bagi siswa, guru, dan staf
sekolah.
2. Penggunaan sumber daya yang efisien: Dorong penggunaan sumber daya yang efisien,
seperti listrik dan air. Berikan panduan kepada karyawan dan siswa tentang cara
menghemat energi dan air dalam kegiatan sehari-hari, seperti mematikan lampu saat
tidak digunakan atau menggunakan air secara hemat. Pasang stiker penghematan energi
dan air di area-area strategis di sekolah.
3. Pengelolaan limbah yang baik: Sediakan fasilitas dan panduan yang jelas untuk
pengelolaan limbah yang baik. Ajarkan karyawan dan siswa tentang pentingnya
mendaur ulang dan membuang limbah dengan benar. Pastikan ada tempat sampah yang
cukup dan jelas di seluruh area sekolah. Selain itu, buat program pengelolaan limbah
yang melibatkan siswa untuk mengumpulkan dan mendaur ulang sampah di sekolah.
4. Peningkatan infrastruktur hijau: Tingkatkan infrastruktur hijau di sekolah, seperti
penanaman pohon, penggunaan energi terbarukan, atau penggunaan bahan bangunan
yang ramah lingkungan. Ini akan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan
membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Buatlah taman atau kebun
di sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dan tempat bermain siswa.
5. Kolaborasi dengan komunitas: Jalin kerjasama dengan komunitas lokal atau organisasi
lingkungan untuk mendapatkan dukungan dan saran dalam penerapan praktik ramah
lingkungan. Melibatkan siswa dalam kegiatan lingkungan di luar sekolah juga dapat
meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya menjaga lingkungan. Buatlah
program kerjasama dengan lembaga lingkungan atau komunitas lokal untuk melakukan
kegiatan bersama seperti penanaman pohon atau membersihkan lingkungan sekitar
sekolah.
6. Monitoring dan evaluasi: Lakukan monitoring secara berkala terhadap praktik ramah
lingkungan yang telah diterapkan di sekolah. Evaluasi hasilnya dan berikan umpan
balik kepada karyawan dan siswa. Hal ini akan membantu mereka untuk terus
meningkatkan dan memperbaiki praktik-praktik tersebut. Buatlah tim atau kelompok
kerja yang bertanggung jawab untuk memantau dan mengevaluasi implementasi
praktik ramah lingkungan di sekolah.
7. Penghargaan dan pengakuan: Berikan penghargaan dan pengakuan kepada individu
atau tim yang berhasil menerapkan praktik ramah lingkungan dengan baik. Ini akan
menjadi contoh positif bagi karyawan dan siswa lainnya dan mendorong mereka untuk
melibatkan diri lebih aktif dalam praktik-praktik tersebut. Buatlah program
penghargaan atau kompetisi antar kelas atau siswa yang menerapkan praktik ramah
lingkungan dengan baik.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, SMA Katolik 1 Kabanjahe dapat meningkatkan
penerapan green manajemen dan menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan. Hal
ini akan membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan memberikan contoh
yang baik bagi siswa untuk menjadi warga yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Tugas 3
Uraikan kode etik guru di Indonesia. Analisis permasalahan dalam
penerapan kode etik guru dan berikan solusinya pada organisasi sekolah
yang saudara pilih?
Jawaban:
Kode Etik Guru di Indonesia:
1. Menghormati dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan individu.
2. Menjunjung tinggi martabat guru sebagai pendidik dan teladan bagi siswa.
3. Menjaga integritas dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas sebagai guru.
4. Mendorong dan mengembangkan potensi siswa secara optimal.
5. Menjaga kerahasiaan informasi dan data siswa.
6. Tidak melakukan diskriminasi terhadap siswa berdasarkan ras, agama, gender, atau
kondisi fisik.
7. Tidak melakukan kekerasan, pelecehan, atau perlakuan tidak manusiawi terhadap
siswa.
8. Tidak melakukan tindakan korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan dalam
melaksanakan tugas.
9. Melakukan pembinaan dan pengembangan diri secara terus-menerus untuk
meningkatkan kompetensi profesional.
10. Menghormati dan bekerja sama dengan rekan kerja serta menjaga hubungan yang baik
dengan orang tua siswa.
Analisis:
Dalam penerapan kode etik guru, beberapa permasalahan yang mungkin terjadi di SMA
Katolik 1 Kabanjahe adalah:

1. Kurangnya pemahaman tentang kode etik: Banyak guru mungkin tidak memiliki
pemahaman yang cukup tentang kode etik guru di Indonesia, sehingga sulit bagi mereka
untuk melaksanakan dengan benar.
2. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia: Terdapat kemungkinan adanya pelanggaran
terhadap hak asasi manusia, seperti diskriminasi atau perlakuan tidak manusiawi
terhadap siswa.
3. Kurangnya pengembangan diri: Beberapa guru mungkin tidak aktif dalam melakukan
pembinaan dan pengembangan diri, sehingga kompetensi mereka tidak terus
ditingkatkan.
Solusi yang dapat diambil di SMA Katolik 1 Kabanjahe adalah:
1. Pendidikan dan pelatihan: Sediakan pendidikan dan pelatihan kepada semua guru
tentang kode etik guru di Indonesia. Berikan pemahaman yang jelas tentang setiap poin
dalam kode etik dan bagaimana melaksanakannya dengan benar.
2. Monitoring dan evaluasi: Lakukan monitoring secara berkala terhadap penerapan kode
etik guru di sekolah. Evaluasi hasilnya dan berikan umpan balik kepada guru. Hal ini
akan membantu mereka untuk terus meningkatkan pemahaman dan implementasi kode
etik.
3. Program pengembangan diri: Buatlah program pengembangan diri yang terstruktur
bagi guru, seperti pelatihan atau workshop yang berkaitan dengan kode etik guru dan
peningkatan kompetensi profesional. Dorong partisipasi aktif dari guru dalam program
ini.
4. Pembinaan dan pengawasan: Bentuk tim atau kelompok kerja yang bertanggung jawab
untuk membina dan mengawasi penerapan kode etik guru di sekolah. Tim ini dapat
memberikan bimbingan dan pendampingan kepada guru serta melakukan pengawasan
terhadap kegiatan mereka.
5. Penghargaan dan sanksi: Berikan penghargaan kepada guru yang berhasil
melaksanakan kode etik dengan baik sebagai bentuk apresiasi atas upaya mereka. Di
sisi lain, berikan sanksi kepada guru yang melanggar kode etik sebagai bentuk teguran
dan pembelajaran.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, SMA Katolik 1 Kabanjahe dapat meningkatkan
penerapan kode etik guru di sekolah. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang lebih
profesional dan menghormati hak asasi manusia, serta meningkatkan kualitas pendidikan yang
diberikan kepada siswa.

Tugas 4
Analisis dan evaluasi bagaimana organisasi sekolah yang saudara pilih
dalam membuat keputusan yang bersifat rasional sempurna.
Jawaban:
Dalam menganalisis dan mengevaluasi bagaimana SMA Katolik 1 Kabanjahe membuat
keputusan yang bersifat rasional sempurna, kita dapat menggunakan faktor-faktor yang telah
disebutkan sebelumnya:
1. Tujuan Organisasi: SMA Katolik 1 Kabanjahe harus memiliki tujuan yang jelas dan
terukur untuk memandu pengambilan keputusan. Misalnya, tujuan mereka bisa menjadi
meningkatkan kualitas pendidikan, menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
inklusif, atau meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.
2. Pengumpulan Informasi: SMA Katolik 1 Kabanjahe perlu mengumpulkan data dan
informasi yang relevan sebelum membuat keputusan. Mereka dapat melakukan survei
kepada siswa, orang tua, dan guru untuk mendapatkan masukan tentang kebutuhan dan
harapan mereka. Selain itu, mereka juga dapat melakukan evaluasi terhadap hasil
belajar siswa dan mengumpulkan data tentang prestasi akademik dan non-akademik.
3. Analisis Alternatif: SMA Katolik 1 Kabanjahe harus mempertimbangkan berbagai
alternatif sebelum membuat keputusan. Misalnya, jika mereka ingin meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, mereka dapat mempertimbangkan
alternatif seperti menambah variasi kegiatan yang ditawarkan, meningkatkan promosi
kegiatan, atau mengadakan program motivasi bagi siswa.
4. Evaluasi Konsekuensi: SMA Katolik 1 Kabanjahe harus mempertimbangkan
konsekuensi dari setiap alternatif yang dipilih. Misalnya, jika mereka memutuskan
untuk menambah variasi kegiatan ekstrakurikuler, mereka perlu mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya, waktu yang diperlukan untuk mengelola kegiatan tambahan,
dan dampaknya terhadap siswa dan guru.
5. Pembuatan Keputusan: SMA Katolik 1 Kabanjahe harus melibatkan para pemangku
kepentingan dalam proses pengambilan keputusan. Mereka dapat melibatkan siswa,
orang tua, guru, dan staf sekolah dalam diskusi dan konsultasi untuk mendapatkan
masukan dan perspektif yang beragam sebelum membuat keputusan.
6. Implementasi dan Evaluasi: Setelah keputusan diambil, SMA Katolik 1 Kabanjahe
harus melaksanakan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Mereka perlu memantau
dan mengevaluasi implementasi keputusan tersebut untuk memastikan bahwa tujuan
yang ditetapkan tercapai. Jika ada perluasan atau perubahan yang perlu dilakukan,
mereka dapat melakukan penyesuaian sesuai dengan evaluasi yang dilakukan.
Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mencapai keputusan yang rasional
sempurna sangat sulit dalam praktiknya. SMA Katolik 1 Kabanjahe juga akan menghadapi
keterbatasan waktu, sumber daya, dan informasi yang tersedia. Oleh karena itu, mereka perlu
melakukan evaluasi terus-menerus terhadap proses pengambilan keputusan mereka untuk
meningkatkan efektivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai