OLEH
KELOMPOK 3
1. ANGELA SAPUTRA
3. ARTHIKA W. K. GAFUR
5. OBED METBOKI
8. YEHUS NEONUFA
9. YOSINTA LAY
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinnya kami
dapat menulis makalah ini dan menyelesaikannya tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika. Makalah ini berjudul “
SURVEY LINGKUNGAN BELAJAR” .
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak,khususnya dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika yang telah memberikan tugas
kepada kami serta orang tua dan teman-teman yang telah mendukung kami.
Makalah ini belum sempurna seperti apa yang diharapkan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi sempurna. Namun,
adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca untuk
memahami konsep dan karakteristik perkembanagan peserta didik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis seta pembaca dan umumnya bagi masyarakat luas.
Penulis
DAFTAR ISI
2.6 Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih Lingkungan Belajar ..........................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
PENDAHULUAN
1.2.6 Apa saja faktor yang harus diperhatikan dalam memilih Lingkungan Belajar ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Survey Lingkungan Belajar
1.3.2 Untuk memahami survey lingkungan belajar asesmen nasional
1.3.3 Untuk mengetahui aspek- aspek lingkungan sebagai sumber belajar
1.3.4 Untuk mengetahui Pemanfaatan lingkungan terhadap aktivitas belajar
1.3.5 Untuk mengetahui Implikasi Lingkungan Belajar Siswa
1.3.6 Untuk mengetahui Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih Lingkungan Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan
yang melingkungi (melingkari). Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai
lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar
terhadap kegiatan pendidikan (Hadikusumo, 1996:74). Sedangkan lingkungan pendidikan
menurut Tirtarahardjadan La Sulo (1994:168) adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan.
Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus didalam dan diluar diri individhu,
baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Setain (seorang ahli psikologi
Amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan (environment) ialah
meliputi kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah
laku kita, pertumbuhan. perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-
gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen
yang lain.
Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus didalam dan diluar diri individu,
baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Setain (seorang ahli psikologi
Amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan (environment) ialah
meliputi kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah
laku kita, pertumbuhan. perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-
gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen
yang lain.
Berdasarkan pengertian dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan
pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, Survei
lingkungan belajar adalah alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi dan menjadi aspek
pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan satuan pendidikan. Hasil dari informasi yang
diperoleh pada survei lingkungan belajar adalah tentang faktor-faktor dari aspek input dan proses
pembelajaran yang berpotensi mempengaruhi hasil belajar murid.
Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan
sistem pendidikan secara keseluruhan.Karena itu, tidak semua murid perlu menjadi peserta
dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi
murid di setiap satuan pendidikan pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen
Nasional.Peserta Asesmen Nasional adalah seluruh satuan pendidikan yang terdiri atas: kepala
sekolah, seluruh guru, dan murid yang dipilih secara acak oleh Kemdikbud.
Hal yang terpenting dari Asesmen Nasional juga memberikan gambaran terkait dengan
karakterisik esensial sekolah yang lebih efektif dalam mengembangkan kompetensi dan karakter
murid. Kondisi ini juga diharap bisa membantu pihak sekolah lebih memahami apa yang perlu
dilakukan guna meningkatkan mutu pembelajaran yang diterapkan. Asesmen Nasional
dilaksanakan pada semua sekolah dengan responden murid, guru, dan kepala sekolah.Asesmen
Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia,
termasuk satuan pendidikan kesetaraan.Pada tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan
diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh
Kemdikbud. Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh seluruh guru dan kepala satuan
pendidikan.Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala satuan pendidikan diharapkan
mempunyai peranan berebda namun saling terkait.
Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah,
dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah.Mutu satuan pendidikan dinilai
berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas
proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-
informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. Dengan diadakannya AN,
Kemendikbud berharap bisa mendorong sekolah dan dinas pendidikan untuk lebih memfokuskan
sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran. Pada akhirnya, Asesmen Nasional itu sendiri
adalah merupakan upaya pemerintah untuk memetakan mutu sekolah berdasarkan 3 hal, yaitu:
input, proses, hasil. Hal yang terpenting dari Asesmen Nasional juga memberikan gambaran
terkait dengan karakterisik esensial sekolah yang lebih efektif dalam mengembangkan
kompetensi dan karakter murid. Kondisi ini juga diharap bisa membantu pihak sekolah lebih
memahami apa yang perlu dilakukan guna meningkatkan mutu pembelajaran yang diterapkan.
a. Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk
mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-
lari, melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya
dengna cara-cara yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat
bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber beajarnya, anak-anak menjadi tahu
bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka
memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui sebuah terowongan atau
berguling di dedaunan.
b. Perkembangan aspek keterampilan social
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak- anak
yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek
tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil penemuannya
dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman- temnannya anak
tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi
hubungan yang harmonis. Anak-anak dapat membangun kterampilan sosialnya ketika
mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam
menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang ada di
lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling menikmati
suasana yang santai dan menyenangkan.
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak- anak.
Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri
yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon
yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak
mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek
emosinya.Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang
lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri
menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
c. Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide- ide.
Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-
konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan pada
dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang
diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru
mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada
lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-
aspek perkembangan anak. Namun guru juga harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajarnya.
2. Manfaat dari hasil survei lingkungan belajar Bagi Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan
Dapat memperoleh potret mutu satuan pendidikan secara utuh dari input, proses dan
hasil, guna peningkatan hasil mutu pendidikan.
4. Bagi Guru
Dapat mengetahui berbagai aspek pendukung suasana lingkungan belajar yang lebih
komprehensif.
5. Bagi Murid
1. Kualitas pembelajaran
Kualitas pembelajaran akan mengukur tingkat kualitas interaksi yang terjadi antara
peserta didik, guru, dan juga materi pembelajaran yang dijelaskan oleh guru kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran mencakup pengelolaan kelas, dukungan
afektif, pembelajaran interaktif, dan penyesuaian cara mengajar sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
3. Kepemimpinan instruksional
Kepemimpinan instruksional di sini lebih kepada peran kepala sekolah dalam memimpin
satuan pendidikan. Misalnya seperti kemampuan kepala sekolah untuk menyusun visi, misi,
program, dan juga kebijakan yang mendukung guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Satuan pendidikan seyogianya harus memberikan perlindungan dan rasa aman bagi
seluruh warga sekolah, baik secara fisik dan juga psikologis. Oleh karena itu, satuan pendidikan
perlu memiliki pemahaman, program, serta menerapkan kebijakan terkait perundungan,
hukuman fisik, kekerasan seksual, dan narkoba.
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman. Maka dari itu, satuan
pendidikan perlu menghargai keragaman agama, sosial, budaya, dukungan kesetaraan hak sipil,
dan komitmen kebangsaan.
7. Iklim inklusivitas
Survei lingkungan belajar juga mencoba untuk memetakan latar belakang sosial-ekonomi
peserta didik. Kondisi sosial-ekonomi di sini terkait dengan mengakses dan juga memperoleh
layanan pendidikan yang berkualitas, seperti tingkat pendidikan orang tua dan juga fasilitas
belajar yang tersedia di rumah.
Jadi kesimpulannya, banyak aspek yang memengaruhi hasil belajar dari peserta didik. Oleh
karena itu,harus berpartisipasi mengisi survei lingkungan belajar secara berintegritas agar bisa
memperoleh potret mutu pendidikan secara utuh dari input, proses, hingga output.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat dipilih ketika mengembangkan kegiatan
pembelajaran. Faktanya, tidak ada satu pun model pembelajaran yang sangat efektif dan dapat
dipilih untuk setiap jenis pembelajaran. Pada kenyataannya, model ini bergantung pada konteks.
Namun mengingat tujuan pendidikan umum adalah membentuk manusia seutuhnya, maka
hendaknya kita memilih model pembelajaran yang mengarah pada terwujudnya individu secara
utuh, tidak terbatas pada satu individu saja. . Ini tidak hanya mencakup aspek tetapi juga semua
aspek individu secara keseluruhan. Jika ingin anak memperoleh banyak hasil pembelajaran
bermakna dari sumber belajar lingkungan yang dimiliki, maka perlu mempersiapkan diri dengan
baik. Tanpa persiapan belajar, anak menjadi lepas kendali dan mempengaruhi tujuan pendidikan
yang diharapkan. Untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada anak usia dini,
perlu diketahui bahwa ada tiga langkah prosedur yaitu: langkah perencanaan, langkah
pelaksanaan, dan langkah tindak lanjut.
Secara komprehensif dan umum, pemilihan lingkungan belajar untuk teknologi pembelajaran
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Objektivitas
Unsur subjektivitas guru ketika memilih media pendidikan harus dihindari. Dengan kata
lain, guru tidak boleh memilih media pengajarannya untuk kesenangan pribadi. Untuk
menghindari hal tersebut, guru dapat meminta pendapat dan saran teman sejawatnya, serta
melibatkan siswa dalam pemilihan media pendidikan.
2. Program pendidikan
Program pendidikan yang ditawarkan kepada peserta didik harus mengikuti kurikulum
yang berlaku, baik dari segi isi, struktur, dan kedalamannya. Kecuali jika program tersebut
dimaksudkan hanya untuk mengisi waktu luang siswa, bukan untuk melibatkan siswa.
3. Tujuan program
Sasaran program adalah siswa yang menerima informasi pendidikan melalui media
pembelajaran. Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu, siswa mempunyai
kemampuan tertentu, baik dalam berpikir, berimajinasi, berkebutuhan, dan ketekunan dalam
belajar. Oleh karena itu, kita harus melihat media yang kita gunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak didik kita.
4. Situasi
Situasi yang relevan tidak hanya mencakup situasi sekolah tetapi juga situasi/situasi
siswa yang mengikuti kelas.
5. Kualitas teknis
Kehati-hatian harus diberikan untuk memastikan bahwa metode media pendidikan yang
digunakan memenuhi persyaratan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan