Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY NY “V” DENGAN BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)
DIRUANG BERSALIN PUSKESMAS ALUSI KELAAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

1. Delinda Dahokry
NIM PO7124121015
2. Eno Nita Refualu
NIM P07124121018
3. Florentina Metanfanuan
NIM:P07124121020

PRODI D-III KEBIDANAN SAUMLAKI


POLTEKES KEMENKES MALUKU
TAHUN 2023

i
LEMBARAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY NY “V” DENGAN BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)
DIRUANG BERSALIN PUSKESMAS ALUSI KELAAN

DI SETUJUI OLEH

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

ISMAWATI, S. Keb KRISTIOVA MASNITA SARAGIH,SST.M.kes


NIP: 19870829 2019 03 2 01 NIP : 198707162020122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah laporan
seminar PKK II tahap ll dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada By Ny “V”
Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) di Ruang Bersalin
Puskesmas Alusi Kelaan.
Penyusunan dan pembahasan laporan seminar ini mengacu pada
teori dan kasus yang ditemukan dilahan praktek Puskesmas Alusi Kelaan.
Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi diri kami maupun
dalam pelayanan Kebidanan.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi salah satu persyaratan
tugas kami di jurusan kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku
. Dalam penyusunan laporan seminar ini kami telah mendapatkan banyak
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Sitti S.Hermanses,A.Kp.,S.ST.,M.keb selaku Ketua Prodi DIII
Kebidanan Poltekes Kemenkes Maluku
2. Bapak Laurensius Laiyan,S.Kep Ns, selaku Kepala Puskesmas Alusi
Kelaan yang telah mengijinkan kami untuk melaksanakan praktek
3. Ibu Ismawati, S.Keb selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
saran dan masukan untuk menyelesaikan laporan Pkk2 tahap 2
4. Ibu Kristiova Masnita Saragih,SST,M.Kes selaku pembimbing institusi
yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini
5. Ny”V” berserta keluarga yang telah bersedia menjadi klien dan
berkerjasama dalam proses bimbingan kasus ini
6. Untuk rekan-rekan yang telah memberikan dukungan kepada kami baik
secara langsung ataupun tidak langsung
7. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Makalah studi kasus
ini.

iii
Kami sangat menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu ,kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan studi kasus ini
Demikianlah studi kasus ini kami buat, semoga dapat bermanfaat
bagi yang membaca. Leih dan kurang kami ucapkan terimaksih.

Alusi Kelaan, …… November 2023


Kelompok II

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ ii


KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Batasan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Berat Badan Lahir Rendah ........................................................................ 6
1. Definisi ................................................................................................ 6
2. Etiologi ................................................................................................ 7
3. Masalah Bisa Timbul Pada BBLR ...................................................... 13
4. Gambaran Klinik Bayi berat lahir Rendah .......................................... 15
5. Pencegahan ........................................................................................ 17
6.Penatalaksanaan Bblr .......................................................................... 18
BAB III TINJAUAN KASUS

I. Pengumpulan Data Dasar ....................................................... 30


II. Interpretasi data ...................................................................... 34
III. Diagnosa Potensial ................................................................ 34
IV. Tindakan Segera .................................................................... 34
V. Rencana Tindakan ................................................................. 35
VI. Pelaksanaan .......................................................................... 35
VII. Evaluasi ................................................................................. 36
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 38
B. Saran ........................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BBLR merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus,


karena bayi dengan BBLR dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan,
perkembangan dan gangguan mental pada masa mendatang (Ferinawati &
Siyangna, 2020) (Padila & Agustien, 2019). Menurut Maryunani (2013)
tingkat kematangan sistem organ yang belum sempurna juga
mengakibatkan BBLR memiliki resiko tinggi mengalami masalah kesehatan
hingga kematian (Damayanti et al., 2019). BBLR merupakan kondisi bayi
yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang
usia gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh bayi lahir kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37 minggu), pertumbuhan janin yang terhambat
(PJT) atau kombinasi dari keduanya (Dwienda et al., 2014).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara keseluruhan,


diperkirakan 15% - 20% dari semua kelahiran di seluruh dunia mengalami
BBLR, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun. Sasarannya yaitu
untuk mencapai pengurangan 30% jumlah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram pada tahun 2025. Maka dari itu target pengurangan
relatif 3% per tahun antara 2012 dan 2025 dan penurunan dari sekitar 20
juta menjadi sekitar 14 juta bayi dengan berat badan rendah saat lahir
(World Health Organization, 2014).

Menurut data Bank Dunia, angka kematian bayi neonatal (usia 0-28 hari)
Indonesia sebesar 11,7 dari 1.000 bayi hidup pada tahun 2021. Yang
dimana terdapat anatara 11 sampai 12 bayi neonatal yang meninggal dari
setiap 1.000 bayi 2 yang diselamatkan lahir hidup. Pada tahun 2023, angka
kematian bayi neonatal secara global sebesar 17 dari 1.000 bayi lahir hidup.
Dibandingkan dengan negaranegara Kawasan Asia Tenggara (Association

1
of Southeast Asian Nations/ASEAN), angka kematian bayi di Indonesia
berada pada urutan ke 5 tertinggi dari 10 negara di Kawasan Asia Tenggara
(Viva Budy Kusnandar, 2022).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia data yang dilaporkan


kepada Direktorat Kesehatan Keluarga melalui
komdat.kesga.kemkes.go.id, tahun 2019 dari 29.322 kematian balita, 69%
(20.244 kematian) diantaranya terjadi pada masa neonatus. Penyebab
kematian pada neonatal yaitu BBLR dengan jumlah BBLR pada tahun 2019
terdapat 7,150 (35,3%) bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia sesuai data tahun 2020
jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 35,2% (Kementerian Kesehatan RI,
2020). Berdasarkan 3 data Profil Kesehatan Indonesia di dapatkan data
bahwa penyebab kematian neonatal terbanyak tahun 2021 yang dimana
terdapat data bblr sebesar 34,5%, sesuai data 34 provinsi yang dimana
terdapat 3.632.252 bayi baru lahir yang ditimbang berat badannya (81,8%)
sedangkan bayi BBLR yang ditimbang terdapat 111.719 bayi BBLR (2,5%).
Jumlah bayi BBLR menurun dibandingkan tahun 2020 yaitu 129.815 bayi
(3,1%) (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Berdasarkan hasil penelitian
yang dilaksanaka di RSUD Abdoer Rhem Situbondo didapatkan kejadian
hipotermia pada bayi sebanyak 48 bayi dari 73 bayi BBLR, faktor yang
paling dominan menyebabkan terjadinya hipotermia yaitu faktor BBLR
(Hikmah, 2016).

Kejadian BBLR paling tinggi di Indonesia ditemukan di Provinsi Sulawesi


Tengah (8,9%), Maluku Utara (8,5%) dan Gorontalo (8,4%)3 . Jumlah
kejadian BBLR di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 sebanyak 1.381 bayi
yang tersebar di 6 wilayah dengan wilayah tertinggi di Kota Jakarta Utara
sebanyak 447 bayi, diikuti Kota Jakarta Selatan sebanyak sebanyak 342
bayi dan paling rendah berada di Kepulauan Seribu sebanyak 20 bayi4 .
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja terletak di wilayah Jakarta Utara
dan merupakan rumah sakit rujukan penangangan BBLR. Berdasarkan

2
data Kemenkes RI (2019) menunjukkan bahwa angka kematian anak
bawah lima tahun (balita) di Indonesia sebanyak 29.322 kematian dan
sebanyak 20.244 (69%) terjadi pada masa neonatal hingga 28 hari.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan


bahwa kejadian BBLR di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 10,2%
sedangkan Provinsi Maluku memiliki prevalensi BBLR sebesar 11,1%.
Berdasarkan laporan dari Profil Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten di
Provinsi Maluku tahun 2015 menunjukan bahwa presentasi BBLR
Kabupaten Maluku Tengah sebesar 0,3% (Kemenkes RI, 2018).

Data Profil Kesehatan Provinsi Maluku pada tahun 2019 yang dimana bayi
dengan BBLR sebanyak (42%), bayi BBLR dari total lahir hidup 65.665
orang.( Profil kesehatan Sumber).

Data Bblr di puskesmas alusi kelaan pada tahun 2023 di bulan Januari-
oktober berjumlah 12 bayi

Organisasi Kesehatan Dunia WHO (2011) menegaskan bahwa BBLR


dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang. BBLR memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami keterbelakangan pada awal
pertumbuhan, mudah terkena penyakit menular, dan mudah mengalami
kematian selama masa bayi dan masa anak-anak. Sejalan dengan itu,
Rahayu & Sofyaningsih (2011) menginformasikan bahwa BBLR memiliki
risiko lebih besar untuk mengalami gangguan pertumbuhan maupun
perkembangan pada masa kanak-kanak. Anak dengan riwayat BBLR
memiliki risiko mengalami gangguan pertumbuhan sampai dengan usia 2
tahun dan berisiko mengalami gangguan perkembangan pada 5 tahun
pertama kehidupannya terutama jika tidak diimbangi dengan pemberian
stimulasi yang lebih. Menurut Festy (2010) bahwa BBLR diyakini menjadi
salah satu faktor penyebab gizi kurang berupa stunting pada anak.

3
Berdasarkan uraian di atas maka kami sebagai penulis tertarik untuk
melakukan pengkajian tentang asuhan kebidanan pada bayi Ny”V” dengan
berat badan lahir rendah ( BBLR).

B. Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan seminar ini, penulis membatasi dalam hal
penerapan Asuhan Kesehatan Pada bayi Ny”V” dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Alusi Kelaan tanggal 05 November
2023.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Selesai melakukan pembinaan kami penulis berharap


mendapatkan gambar umum menerapkan asuhan dan mampu
melakukan penatalaksanaan terhadap masalah yang mungkin
terjadi pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

2. Tujuan khusus

Dalam melaksanakan pembinaan terhadap BBLR kami penulis


diharapakan dapat menggunakan menajemen 7 langkah varney
yaitu.

a. Mampu melaksanakan pengkajian dengan pengumpulan


semua data untuk mengevaluasi keadaan pasien.

b. Mampu mengidentifikasi secara benar masalah atau diagnosa


berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data tersebut

c. Mampu mengidentifikasi masalah diagnosa yang akan terjadi

d. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera baik secara


mandiri, kolaborasi, atau rujukan

e. Mampu merencanakan asuhan yang rasional sebagai dasar


pengambilan keputusan.

4
f. Mampu merencanakan asuhan secara efisien dan aman

g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang di berikan

h. Dapat mendokumentasi asuhan pada BBLR dengan asuhan 7


langkah varney.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan penerapan asuhan kebidanan yang telah kami penulis


lakukan terhadap By Ny”V” dengan BBLR maka penulis mengharapkan
mendapatkan:

1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampillan dan menerapkan asuhan


kebidanan pada bayi dengan BBLR
2. Membantu memeberikan informasi tentang masalah yang di hadapi
klien dengan BBLR
3. Memberikan pelayanan yang berkualitas pada klien.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


1. Definisi
Definisi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 garam (pengantar kuliah Obstetrin ,IBG
Manuaba,2007.421) Berat badan lahir rendah adalah semua bayi baru
lahir yang berat badannya kurang atau dengan 2.500 gram di sebut Low
Brith Weight Infant (Bayi berat lahir rendah pra,prawirohardjo
S.2005:711)

Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. (atikah
proverawati,dkk.2009) BBLR di bedakan dalam :

a. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000-15000

b. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLASR), berat lahir<1000 gram

Bayi dengan BBLR di bedakan menjadi 2 golongan,yaitu:

a. Prematuritas murni

Neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan


mempunyai berat badan sesuai dengan berat untuk masa
kehamilan, atau di sebut bayi kurang bulan sesuai masa
kehamilan (BKB/SMK)

b. Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang


dari berat badan seharusnya untuk masa kehamila atau bisa di
sebut bayi cukup bulan kecil masa kehamilan
(BCB/KMK)(Wiknjosastro,H.2007).

6
2. Etiologi

BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (dr.Arief


ZR,dkk,2009:22-23)

BBLR disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Faktor ibu

a. Penyaki toksemia gravidarum (pre-eklamsia)

Pre-eklamsia/Eklamsia dapat mengakibatkan


keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau
IUGR dan kelahiran mati. Hal ini di sebabkan karena pre-
eklamsia/eklamsi pada ibu akan menyebabkan prekapuran
di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makan
dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di
daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen akan masuk
ke janin berkurang(IIYas1995).

b. Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum dapat menyebakan ibu kehilangan


fe dan O² sehingga dapat menyebabkan ibu menderita
anemia, yang akan mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh sehingga menggannggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah adalah
membawa makan dan oksigen ke janin. Jika suplai
berrkurang, akibatkannya petumbuhan organ janin akan
terhambat dam menyebabkan BBLR (Winkjosastro,2006)

c. Trauma fisik dan psikologis

Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap


janin dan kandungan sekitar 6% kehamilan mengalami
komplikasi karena trauma.

7
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil,
kemudian akan kembali berpengaruh aktifitas fisologis
dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi yang
meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung,
tekanan darah, produksi adrenalin, aktifitas kelenjar
keringat, sekresi asam lambung dan lain-lain. Trauma,
stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan
gejalah fisik seperti leti, lesu, mudah marah, gelisah,
pening, mual atau merasa malas.

Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi


aspek psikologis dan sebaliknya, maka mudah bagi ibu
hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini
ternyata dapat dirasakan oleh janin. Bahkan, janin sudah
menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari
luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa perkembangan
janin. Ada masa-masa yang dianggap kritis yang
menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu,
ibu hamil harus menjaga kondisi fisik maupun psikisnya
agar bayinya dapat tumbuh sehat.

d. Diabetes Melitus

Diabetes melitus gestasional (DMG) di definisikan sebagai


gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang di
ketahui pertama kali tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65%
dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi
glukosa dari ibu ke janin .sebagian besar DMG
asimtomatis sehingga diagnosis di tentukan secara
kebetulan pada saat pemeriksaan urin.

8
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal (menyebabkan kemungkinan terjadi komplikasi)
selaian itu terjadi juga hiperminsulin anemia sehingga janin
juga mengalami gangguan metabolik
(hipoklimia,hipokmagnesemia,hipoklasemia,hiperbilirubine
mia,dan sebagiannya.

2. Usia Ibu

a. Usia ibu<20 Tahun

Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi risiko


kelahiran, semakin mudah usia ibu dalam perkawinan
semakin besar risiko yang di hadapi bagi keselamatan ibu
maupun anak di sebabkan belum matangnya rahim wanita
usia mudah untuk memproduksi anak. Ibu cenderung
menganggap bahwa iya menjadi jelek setelah hamil dan
tidak menarik lagi, sehingga ibu merasa takut. Ketakutan
atau kecemasan yang berlebihan akan berakibat terhadap
perkembangan janin yang sedang di kandung. Maka,
kesiapan dalam segi fisik dan psikologis sangat perlu di
siapkan.

b. Usia>35 tahun

Usia di atas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah


jantung yang di sebabkan oleh kurangnya kontraksi
miokardium. Sehingga, sirkulasi darah dan pengambilan
oksigen dari darah di paru-paru yang mengalami
penurunan curah jantung di tambah lagi dengan tekanan
darah yang tinggi dan penyakit ibu yang lain yang akan
melemahkan kondisi ibu sehingga dapat menganggu

9
sirkulasi darah ibu ke janin akbiatnya yang dapat
mengakibatkan BBLR. ( Lukman 1996)

c. Multigravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat

Jarak terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun membuat


kondisi ibu belum pulih betul dari masalah gizi, kehilangan
darah serta kerusakan sistem reproduksi akibat kelahiran
yang sebelumnya , sehingga calon bayi mungkin tidak akan
mendapatkan makanan yang di butuhkannya dan berat
badan ketika lahir renfdah dan sistem tubuhnya sangat
renda ( depkes RI,2000)

3. Keadaan sosial

Status ekonomi adalah kedudukan sesorang atau keluarga di


masyarakat berdasarakan pendapatan perbulan. Status
ekonomi dan di lihat dari pendapatan yang di sesuaikan dengan
harga barang pokok (kartono,2006).

Status ekonomi biasanya erat hubungannya dengan


pendapatan sesorang atau keluarga penghasilan yang terbatas
membuat kelangsungan kehamilannya membuat berbagai
masalah kebidanan. Ketergantungan sosial ekonomi pada
keluarga menimbulkan stres dan nilai gizi yang relatif rendah
dapat menimbulkan berbagai masalh kebidana sehingga
memudahkan terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR)
(Manuaba,2010.)

4. Sebab lain

Kebiasan-kebiasan ibu yang dapat merusak kesehatan seperti


merokok, minum -minuman beralkohol, dan obat-obatan
berbahaya.

10
3. Faktor janin

1. Hidraminion

Hidraminion atau kadang-kadang di sebut juga polihidramion


adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi
2000cc. Gejalah hidramion terjadi semata-mata karena faktor
mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada
organ-organ seputarnya. Hidramion harus dianggap sebagai
kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan
ibu dan anak

2. Kehamilan Ganda

Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gangguan


di bandingkan janin tunggal yang tampak pada ukuran sana
grafi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin
besar derajat retardasi pertumbuhan (klaus,1998) pengaruh
kehamilan kembar pada janin dapat menyebabkan berat badan
anak yang lebih kecil dari rata-rata dan malpresentasi.
Mortalitas janin meningkat sehingga empat kali dari pada
kehamilan tunggal. Hal ini di sebabkan oleh prematuritas , berat
lahir rendah, malpresentasi dan anomali, gonggenital.
Kehamilan kembar juga berpengaruh terhadap regangan
uterus yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus
prematurus. (Oxorn,2003)

Selaian itu kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar


lebih besar sehingga terjadi definisi nutrisi anemia ibu hamil
yang dapat menggangu pertumbuhan janin seperti BBLR.
(Manuaba:1998)

11
3. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom pada janin bisa di turunkan dari salah satu


orang tua yang membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi
secara spontan (dengan sendirinya) pada saat proses
reproduksi. Usia ibu hamil juga salah satu faktor penyebab
kelainan kromosom. Risiko terjadinya kelainan kromosom pada
janin adalah emapat kali lebih besar jika ibu berusia 35 tahun
atau lebih.

4. Cacat Bawaan

Kelainan kongenital merupakan kelaianan dalam pertumbuhan


struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel
telur. Bayi yang di lahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan di lahirkan sebagai bayi berat lahir rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat
lahir rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat
kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.

4. Faktor lingkungan

Konsumsi obat-obatan pada saat hamil, peningkatan penggunaan


obat-obatan ( antara 11% dan 27% wanita hamil, tergantung pada
lokasi geografi) dengan mengakibatkan makin tingginya insiden
kelahiran premature , bblr, efek kongenital, tidak mampuan belajar,
dan gejala putus obat pada janin ( bobak,2004). Konsumsi alkohol
pada saat hamil penggunaan alkohol selama hamil di kaitkan
dengan keguguran (aborsi spontan) , retardasi mental, bblr dan
sindrom alkohol janin.

12
5. Masalah Yang Bisa Timbul Pada BBLR

Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur, oleh
sebab itu mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar
uterus. Makin pendek masa kehamilan mungkin kurang sempurna
pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya. Karena kurang
sempurnanya alat-alat dalam tubuh bayi anatomi maupun fisiologis
maka mudah di timbulkan beberapa kelainan sebagai berikut:

a. Gangguan pengaturan suhu tubuh

Suhu tubuh yang kurang stabil oleh karena kesulitan


mempertahankan suhu tubuh yang di sebabkan oleh
penguapan yang bertambah akibat dari kurannya jaringan
lemak di bawah kulit, permukaan tubuh lebih relatif luas di
bandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif produksi
panas yang berkurang oleh karena lemak coklat yang belum
cukup serta pusat pengaturan yang belum berfungsi secara
sempurna.

b. Gangguan saluran pernapasan

Gangguan pernapasan sering menimbulkan penyakit berat


pada bblr. Hal ini di sebabkan karena kurannya surfaktan,
pertumbuhan dan perkembangan paru yang belum sempurna,
otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah
melengkung. Penyakit gangguan pernafasan yang sering di
derita bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan
aspirasi pneumonia disamping itu sering timbul pernafasan
prediodik dan apnea yang di sebabkan oleh pernafasan di
medulla belum matur.

13
c. Gangguan alat pencernaan

Distensi abdomen akibat dari mortalitas usus berkurang, daya


untuk mencernakan dan mengapsorsi lemak laktosa dan
vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu
berkurang, kerja dari spintercardio oesefagus yang belum
sempurna dan mudah terjadi aspirasi.

d. Imaturhati memudahkan terjadinnya hiperbilirubinaemia dan


difisensi vitamin K

e. Ginjal yang prematur baik secara anatomi maupun fungsinnya


produksi urin yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak
sanggup mengurangi kelebihan air, tubuh dan elektrolit dari
badan akibat dengan mudahnya terjadi edema dan asidosi
metabolik

f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapu


kekurangan faktor pembekuan seperti protombin

g. Gangguan imunulogik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena


rendahnya kadar imunoglobin. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosi serta reaksi
terhadap peradangan masih belum baik.

h. Perdarahan intraventriuler

Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita


apnea, dan asfiksia berat, dan sindrom gangguan pernapasan
akibat terjadinya hipoksia, hipertensi dan hiperkapneal.
Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah .
penambahan darah aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi
karena tidak adanya otoregurasi serebral pada bayi prematur
sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah

14
kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan greminal yang
terletak di dasar vertikal lateralis antara nukleuskaudatus dan
epidim luasnya perdarahan intravenrtikuler ini dapat di
diagnosa dengan ultra sonografi atau Ctscan.

i. Retorental fibroplasias

Kedaan ini disebabakan oleh penggunaan oksigen dengan


konsentrasi tinggi (Pa O² lebih dari 115 mmHg=15 k Pa). Untuk
menghindari retlorental fibroplasias maka oksigen yang di
berikan pada bayi prematur tidak lebih dari 40% atau dengan
kecepatan 2 liter/menit. (Sarwono Prawirohardjjo 2007)

6. Gambaran Klinik Bayi Berat Lahir Rendah

a. Karakteristik Prematuritas Murni

1) Berat badan kurang dari 2500 gram, Pb:45cm, lingkar


kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
2) Masa Gestasi kurang dari 37 minggu
3) kulit tipis dan trasparan, tampak mengkilap dan licin
4) Kepala lebih besar dari badan
5) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telingan dan
lengan
6) Lemak subkutan kurang
7) Ubun-ubun dan suktura lebar.
8) Rambut tipis, halus
9) Tulang rawan dan daun telinga imaturing
10) Puting susu belum terbantuk dengan baik
11) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristatik usus dapat
terlihat
12) Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertutup
oleh labia mayora ( Pada wanita,) testis belum turun (Pada
laki-laki)

15
13) Bayi masih posisi fetal
14) Pergeran kurang dan lemah
15) Otot masih posis fetal.
16) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mengalami serangan abnu
17) Refleks tonick neck lemah
18) Refleks mengisap dan menelan belum sempurna

b. Adapun karakteristik bayi dismatur hampir sama dengan bayi


prematur

Penampilan fisik dari presmatur adalah:

1. Kulit pucat, keriput,tipis


2. Ferniks kavernosa tipis / tidak ada
3. Jaringan lemak di bawah kulit tipis
4. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
5. Mekoniom kering (dr.Arief ZR.2009)
6. Penilaian maturitas neonatus

Mengetahui dengan tepat lamanya masa getstasi, untuk


tiap neonatus terutama bblr secara individu, faktor
maturitas sangat berpengaruh pada morbiditas dan
mortalitas perinatal, pengetahuan ini sangat penting untuk
menilai tingkat penangan bayi prematur.

16
Tabel .1 Ciri kematangan fisik Bayi Lahir Normal ( Menurut Bllard)
0 1 2 3 4 5
Kulit Merah Merah Permukaan Daerah Seperti Seperti
seperti mudah/licin mengelupas pucat , kertas kulit
agak , halus , dengan / tanpa retak- putih, retak-
sedikit tanpa vena ruam, dekat retak, retak, retak
transpar vena venus lebih mengker
an jarang dalam, ut
tidak ada
vena
Lanugo Tidak Banyak Menipis menghi Umumny
ada lang a tidak
ada
Liptan Tidak Tanda Hanya lipatan 2/3 Di
plantar ada merah anterior yang anterior seluruh
sangat menghilang lipatan
sedikit
Payudara Hampir Areola Areola seperti Areola Areolah
tidak datar, tidak titk tonjolan lebih penuh
ada ada sampai 2 mn jelas tonjolan
tonjolan tonjola 5 sampai
n 3- 10 mm
4mm
Daun Datar, Sedikit Bentuknya Bentuk Tulang
Telinga tidak melengkun lebih baik, sempur rawan,
terlihat g,lunak, lunak mudah na telingah
lembut membalik kembali kaku
membalik seketik
a
Kelamin Sokrum Testis turun, Testis Testis
Laki-laki kosong sedikit rugea di bergantu
tidak bawah ng dan
ada rigae regaenya
rugae bagus dalam
Kelamin Klitoris Labia mayora Labia Klitoris
Perempu dan dan minora mayora dan
An labia sambil besar, minora di
minora menonjol labia tutupi
menonjo minora labia
l kecil mayora

7. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif
adalah langkah yang penting. Hal-hal di lakukan:

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal


4 kali selama kurun kehamilan dan di mulai sejak umur
kehamilam muda. Ibu hamil yang di duga beriko, erutama faktor

17
resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR yang harus cepat
di laporkan, di pantau dan di rujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.

b. Penyuluhan kesehatan tempat pertumbuhan dan


perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama
kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka
dapat menjaga kesehatannya dan janin yang di kandung
dengan baik .
c. Hendaknya ibu dapat mecerahkan persalinan pada kurung
umur reproduksi sehat ( 20-34 tahun)

d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait turut berperan dalam


meningkatkan pendidikan dan status ekonim keluarga agar
mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

8. Penatalaksanaan / Penanganan bayi baru lahir rendah

1) Pengaturan suhu badan bayi dengan berat bayi rendah

a. Mempertahankan suhu dengan ketat

Bblr mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu


tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat
(Sarwono,Pelayanan kesehatan maternal dan Neonatal
2006).

b. Inkubator terbuka
1. Pemberian inkubator di lakukan dalam keadaan
terbuka saat pemberian perawatan pada bayi
2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan
keseimbangan suhu normal dan kehangatan
3. Membungkus dengan selimut hangat

18
4. Dinding keranjang di tutup dengan kain atau yang laen
untuk mencegah aliran udara
5. Kepala bayi harus di tutup karena banyak panas yang
hilang melalui kepala
6. Pengaturan suhu inkubator di sesuaikan dengan berat
badan sesuai dengan ketentuan di bawah ini

Berat badan
0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari
lahir( garam)
<1500 34-36 33-35 33-34 32-33
1501-2000 33-34 33 32-34 32
2001-2500 33 32-34 32 32
>2500 32-34 32 31-32 32

Catatan: Apabila suhu kamar 28-29°C hendaknya di turunkan 1°C


setiap minggu dan apabila berat badan sudah mencapai 2000 gram
boleh di rawat di luar inkubator dengan suhu 27°C.
Menurut (Buku panduan Manajemen masalah bayi baru lahir untuk
dokter ,bidan dan perawat, di rumah sakit)

Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada 5 cara


yaitu :

a. Kontak kulit dengan kulit

penanganan yaitu:

 Untuk semua bayi


 Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4°C)
b. Kangguru Mother Care (KMC) atau Perawatan Bayi Lekat (PBL)

Kangguru Mother Care adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi
secara dini terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian
Asi eksklusif.Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat dan di mulai
segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat di
lakukan dirumah sakit atau dirumah setelah bayi pulang. Bayi

19
tetap bisa di rawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu,
berikan ASI peras dengan menggunakan dengan salah satu
alternatif cara pemberian minum.

c. Pemancaran panas

d. Inkubator

Menurut ( pengantar ilmu keperawatan anak 1 hidayat A, 2009)

Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan


dimasukan kedalam alat yang berfungsi membantu terciptakan
suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam
pelaksaan dalam inkubator terdapat 2 cara yaitu cara tertutup
dan terbuka :

a). Inkubator tertutup

1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka


apabila dalam keadaan tertentu seperti apnea dan apabila
di buka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan
oksigen harus selalu di sediakan

2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui


hidung

3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak pakai pakaian) untuk


memudahkan observasi

4) Pengaturan panas di sesuaikan dengan berat badan dan


kondisi tubuh

5) Pengaturan oksigem harus selalu di observasi

6) Inkubator harus didapatkan pada ruangan yang hangat


kira-kira dengan suhu 27°C

20
b). Inkubator terbuka

1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat


pemberian perawatan pada bayi

2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan


keseimbangan suhu normal dan kehangatan

3) Membungkus dengan selimut hangat


4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain
untuk mencegah aliran udara.

5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang


hilang melalui kepala
6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat
badan sesuai dengan ketentuan dibawah ini

Berata 0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari


badan lahir °c °c °c °c
( gram)
<1500 34-36 33-35 33-34 32-33
1501-2000 33-34 33 32-34 32
2001-2500 33 32-34 32 32
>2500 33-34 32 31-32 32

Catatan: apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya


diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu dan apabila berat badan
bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat diluar
inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.

2). Ruangan yang hangat

Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian

BB Suhu ruang
1500-2000 28-30c
>2000 gram 26-28c
Catatan: Jangan di gunakan untuk bayi<1500 gram

21
3). Pemberian makanan bayi
a. Pada bayi prematur refleks isap, telan, batuk belum
sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, adanya enzim
perencanaan terutama lifase masih kurang, disamping itu
kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori
(110kg/hari) agara berat badan bertambah sebaik-baiknya

b. Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam


agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia

c. Sebelum pemberian minuman pertama harus di lakukan


pengisapan cairan lambung hal ini perlu utnuk mengetahui
adanya atresia esophangus dan mencegah muntah
pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap
minum selanjutnya.

d. Pada umumnya bayi dengan berat badan lahir 200 gram


atau lebih dapat menyusui dengan ibunya ,bayi dengan
kurang 1500 gram di berikan minum melalui sonde
lambung. Sesudah lima hari bayi di coba menyusui pada
ibunya, bila daya isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot
dibandingkan dengan puting susu ibu pada keadaan asi di
pompa dan di berikan melalui botol

e. Cara pemberian asi melalui susu botol adalah dengan


frekuensi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu
yang sedikit, frekuensi pemberian minum berkurang
dengan bertambahnya berat bayi.

f. Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5


ml/jam dan jumlahnya dapat di tambah sedikit demi sedikit
setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung dari
jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum

22
sebelumya, untuk mencegah regurgitasi/ muntah atau
distensi abdomen.
g. Banyaknya cairan yang di berikan adalah 60 ml/ kg/hari,
setiap hari dinaikan 20-200 ml/ kg/hai.

h. Air susu yang paling baik adalah asi, bila bayi belum dapat
menyusui asi di pompa dan di masukan ke botol steril. Bila
asi tidak ada susunya dapat diganti dengan susu bantuan
yang rendah lemak yang mudah dicerna bayi dan
mengandung 20 kalori/30ml air atau sekurang-kurangnya
bayi mendapat 110 kalori/kg/BB/hari oleh karena itu
mudanya terjadi regurgitasi dan pneumonia aspirasi pada
bayi BBLR, maka terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian makanan pada bayi dengan
berat badan rendah yaitu :

a. Bayi diletakan pada sisi kanan untuk membantu


mengosongkan lambung, atau dalam posisi setengah
duduk dipangkuan perawat atau dengan meninggikan
kepala dengan susu ± 30ºC ditempat tidur bayi

b. Sebelum susu diberikan, diteteskan dahulu dipunggung


tangan untuk merasakan apakah susu cukup hangat
dan apakah keluarnya 1 tetes tiap detik

c. Pada waktu bayi minum diperhatikan apakah ia menjadi


biru, ada gangguan pernafasan atau gembung.
Pengamatan dilakukan terus sampai kira-kira setengah
jam sesudah minum.Gumpalan susu di mulut harus di
bersihkan dengan memberikan 3-4 sendok teh air putih
yang sudah dimasak

d. Untuk mencegah perut kembung , bayi diberi minum


sedikit demi sedikit dengan perlahan-lahan dan hati-

23
hati. Penambahan susu setiap kali minum tidak boleh
lebih dari 5 ml setiap kali minum

e. Sesudah minum, bayi di dudukan untuk di letakan di


atas pundak selama 10 sampai 5 menit untuk
mengeluarkan udara di lambung dan kemudian di
tidurkan pada posisi kanan atau tidur dalam posis
tengkurap, hal ini di lakukan agar tidak terjadi
regurgitasi atau muntah

f. Bila biru dan mengalami gangguan pernafasan pada


waktu minum kepala bayi harus direndahkan 30 derajat
cairan di mulut dan faring disuction, bila masih biru dan
tidak bernafasan harus segera di berikan oksigen dan
pernafasan bantuan .(Winkjosastro,H.2007)

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut


berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. berat lahir 1750-2500 gram
 Bayi sehat
 Berikan bayi menyusui pada ibu semua bayi. Ingat
bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan
lemas minum, anjurkan bayi menyusui lebih sering
(contoh: setiap 2 jam) bila perlu.
 Pantau setiap minum dan kenaikan berat badan
untuk menilai efektifitan menyusui. Apa bila bayi
kurang dapat mengisap, tambahakan ASI dengan
menggunakan salah satu alternatif cara meberian
minum.
 Bayi sakit
 Apa bila bayi dapat minum per oral dan tidak
memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada
bayi sehat.

24
 Apabila bayi memerlukan cairan intravena.
Berikan cairan intra vena hanya selama 24 jam
pertama
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke dua
atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu dan bayi
menunjukkan tanda-tanda isap untuk menyusui.
 Apabila masalah sakitnya menghalangi proses
menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang),
berikan asi peras melalui pipa lambung: berikan
cairan IV dan ASI menurut umur berikan minum
8 kali dalam 24 jam (contoh:3 jama sekasi).
Apabila bayi telah mendapat minum160ml/kgBB
per hari tetapi tetap tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Berikan bayi
menyusui apabila keadaan bayi sudah stabil dan
bayi menunjukkan keinginan untuk menyusui
dan dapat menyusui tampak terbatuk atau
tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749gram

 Bayi sehat
 Berikan ASI dengan cangkir / sendok. Bila jumlah
yang dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau ada risiko
terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa langsung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan
cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah

25
1-2 hari namum ada kalanya memakan waktu lebih
dari 1 minggu)
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( misal setiap 3
jam ). Abila bayi telah mendapatkan minum 160/kg
BB per hari tetapi masih tampak lapar, berikan
tambahan Asi setiap kali minum
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkiran/ sendok, coba untuk
menyusui bayi langsung.
 Bayi Sakit
 Berikan cairan iv selama 24 jam pertama
 Beri peras dengan pipa lambung mulai hari ke dua
dan kurangi jumlah cairan iv secara perlahan
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: tiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
/kg BB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan asi setiap kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir / sendok apabila kondisi bayi sudah stabil
dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusi langsung
c. Berat lahir 1250-1499 gram
 Bayi Sehat
 Berikan ASI dengan cangkir / sendok. Bila jumlah
yang di butuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau ada risiko
terjadi aspirasi ke dalam paru ( batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa langsung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan

26
cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa
batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah
1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih
dari 1 minggu)
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( misal setiap 3
jam ). Abila bayi telah mendaptkan minum 160/kg
BB per hari tetapi masih tampak lapar, berikan
tambahan Asi setiap kali minum
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkiran/ sendok, coba untuk
menyusi bayi langsung.
 Bayi Sakit
 Berikan cairan iv selama 24 jam pertama
 Beri peras dengan pipa lambung mulai hari ke dua
dan kurangi jumlah cairan iv secara perlahan
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam ( contoh: tiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
/kg BB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan asi setiap kali minum
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir/sendok
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk
menyusi langsung.

d. Berat lahir<> tidak tergantung


 Berikan cairan intravena selama 8 jam pertama
 Berikan asi melalui pipa lambung mulai pada hari ke3
dan kurangi pemberian cairan intravena secara
perlahan

27
 Berikan minum 12 kali dalam 24 jam ( setiap 2 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160ml/kgBB
per hari tetapi masi tampak lapar, beri tambahan asi
setiap kali minum.
 Lanjut pemberian asi menggunakan cangkir/sendok
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung

4). Pencegahan Terjadinya Infeksi


a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi di
bawah air yang mengalir dengan menggunakan sabun cair
b. Memakai masker dengan gaun khusus dalam ruangan
c. Pisahkan bayi infeksi dengan bayi yang sehat
d. Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri, bila
memungkinkan bayi dimandikan ditempat tidurnya masing-
masing
e. Perawatan tali pusat dilakukan dengan teknik aseptik dan
antiseptik
f. Para penunjang orang sakit hanya dapat melihat dari balik
kaca
g. Petugas kesehatan yang menderita penyakit menular
(ispa,conjungtivitis,dll) tidak boleh merawat bayi
h. Membersihkan ruang perinatal dan tempat tidur bayi paling
sedikit seminggu sekali dengan cairan antiseptic
(Winjkjosastro,H.2007)

28
Bagan Penangan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Kriteria Berat Badan bayi <2500 gram

Katagori Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) Bayi berat lahir
rendah (BBLR)

Penilaian Berat lahir <1500 gram Berat lahir 1500-


2500

Penanganan Keringkan secepatnya dengan air


hangat.
Kain yang basah secepatnya di ganti
dengan yang kering dan hangat
Pertahankan tetap hangat
Berikan lingkungan hangat dengan cara
kontak kulit ke kulit dan bungkus bblsr
dengan kain hangat
Berikan lampu 50 wat dengan jarak
minamal 60 cm dari bayi
Kepala bayi di tutupi topi
Berikan oksigen
Tali pusat dalam keadaan bersih

Puskesmas Teteki ASI bila dapat menelan. Beri ASI


Bila tidak dapat menelan, langsung rujuk Bila menelan
ke rumah sakit langsung tetesi
langsung dari
puting
Bila tidak dapat
menelan
langsung di
rujuk

Rumah sakit Sama dengan di atas


Beri minum dengan sonde / tetesi ASI
lihat tablet 1 BBLR)
Bila tidak mungkin infus dekstrose 10%
Bicarbonas Natricus 1,5%=4:1
Hari 1:60cc/ kg/hari hari II 70
cc/kg/hari

Antibiotik
Bila tidak dapat mengisap putting susu/
tidak dapat menelan
langsung/sesak/biru/ tanda-tanda
hipotermia bera, terangkan
kemungkinana akan meninggal

Sumber: Saifuddin AB, 2006


Rencana asuhan yang di berikan pada By Ny.”V” adalah
memberitahu ibu dan dan keluarga mengenai hasil
pemeriksaan, pantau kondisi janin, siapkan informed consent,
lakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya

29
BAB III

TINJAUAN KASUS
PADA BY NY “V” DENGAN BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)
DIRUANG BERSALIN PUSKESMAS ALUSI KELAAN

Hari/Tanggal : 05 November 2023


Jam : 08.30 Wit
Tempat : Puskesmas Alusi Kelaan

A. DATA SUBJEKTIF
Identitas Bayi Nama Bayi By Ny “V”
Umur : 0 Hari
Tanggal/Jam Lahir : 05 November 2023 pukul 02:42 Wit
Jenis Kelamin : Laki-laki
1. Identitas Orang tua
Nama Ibu : Ny.”V” Nama Suami :Tn”A”
Umur : 39 Tahun Umur : 40 Tahun
Agama : Katholik Agama : Katholik
Suku/Bangsa : Maluku/ Suku/Bangsa : Maluku/
Indonesia Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Meyano Das Alamat : Meyano Das
2. Keluhan Utama :Tidak ada Keluhan
3. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas
No Kehamilan Persalinan Nifas Ket
1. Aterm Normal Normal Baik
2 Aterm Normal Normal Baik
3 Atrem Normal Normal Baik
4 Atrem Normal Normal Baik
5 Atrem Normal Normal Baik

30
4. Riwayat Antenatal
a. Trimester I
Frekuensi ANC : 3x
Keluhan : Mual Muntah

Terapi : Tablet fe 1x1,kalk 1x1


Nasehat : Makan sedikit tapi sering(sayur,buah)
Menganjurkan ibu untuk meminum table fe
di malam hari dan kalk di minum di pagi hari
b. Trimester II
Frekuensi ANC : 2x
Keluhan :Sakit punggung

Terapi :Tablet Fe 1x1, kalk 1x1


Nasehat : mengajurkan ibu untuk kompres
punggung dengan handuk yang berisi es
dan olahraga.
Menganjurkan ibu untuk minum tablet fe di
malam hari dan kalk di minum di pagi hari
c. Trimester III
Frekuensi ANC : 3x

Keluhan : Kaki bengkak


Terapi : Tablet fe 1x1
Nasehat : Mengajurkan ibu untuk menyangga kaki
saat tidur, Menganjurkan ibu untuk
Mengurangi waktu berdiri maupun duduk
yang terlalu lama, Menganjurkan ibu
untuk kurangi konsumsi makanan yang
mengandung garam, tetap berolahraga
ringan,Menganjurkan ibu untuk minum
tablet fe di malam hari

31
5. Riwayat Natal
Jenis Persalinan : Normal
Penolong : Bidan
Umur Kehamilan : 39 minggu 6 Hari
Kehamilan : Tunggal
Lama Persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 45 menit
Kala III :10 menit
Kala IV : Pemantauan 2 jam
Keadaan bayi : Berat badan 2400 gram
Panjang badan 48 gram
APGAR score :2-2-1-1-2
Komplikasi : Tidak ada

6. Riwayat Kesehatan Bayi Saat Ini Penilaian melalui APGAR Score

Kriteria 0 1 2

Appereance Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh


(warna kulit) biru/pucat kemerahan kemerahan
ektremitas biru
Pulse (denyut Tidak ada <100/ menit >100x/ menit
nadi)
Grimace (reflek) Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan

Activity (tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif


otot) fleksi sedikit
Respiration Tidak ada Lambat Menangis kuat
(usaha napas)
Jumlah 2-2 1-1 2

32
B. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Warna : Composmentis
Berat badan : 2400 gram
Panjang badan : 48 cm
APGAR Score : 8/10
Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,5°c
Nadi : 135x/menit
Pernapasan : 45x/menit
Antropometri : Lingkar Kepala 33 cm
Lingkar Dada 32 cm

b. Pemeriksaan Fisik Kulit


Warnah kulit : Kemerahan
Kepala : Adanya UUB,UUK, tidak ada molase, tidak
caput
Muka : Simetris, tidak ada tanda-tanda paralisis
Mata : Simetris,Tidak ada kekeruhan pada kornea,
tidak ikterus
Telinga : Simetris,normal,tampak bersih
Hidung : Simetris,norma,Tidak ada pernafasan cuping
hidung,tampak bersih
Leher : Simetris,tidak ada pembengkakan dan tidak
ada benjolan
Dada : Simetris,Tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Simetris,terdapat 3 pembuluh darah,tali
pusatnya masih basa, lingkar perut 29 cm
Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum
Anus : Ada lubang Anus tidak ada antresia ani

33
Ekstremitas atas : Gerakan sedikit aktif jumlah jari lengkap
Ekstremitas bawah : Gerakan sedikit aktif jumlah jari-jari lengkap

c. Pemeriksaan Neurologis
a) Refleks moro : ada kuat, tangan bayi dapat menggenggam
b) Refleks rooting : ada respon bila pipi dan bibir disentuh
c) Refleks Sucking : bayi menghisap puting susu ibu
d) Refleks Swallowing : bayi menelan air susu ibu
e) Refleks Grasping : bayi menggenggam jari jika diletakkan
ditangan
f) Refleks Babinski : bayi mengembangkan jari kaki ketika
disentuh
g) Refleks tonic neck :bayi melakukan perubahan posisi kepala
mengarah kesatu sisi
d. Eliminasi
e. Miksi : berwarna jernih
Mekonium : warnah hitam

II. INTERPRETASI DATA

Diagnosa kebidanan : Bayi umur 0 hari , dengan berat badan lahir rendah
Data dasar : Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 05 November pukul
02.42 wit di puskesmas alusi kelaan dan berjenis kelamin laki-laki
DO: keadaan umum bayi baik, dengan BB 2400 gram , PB 48 cm , pernapasan
45x/menit , suhu 36,5°c , Nadi 135x/menit . Lingkar kepala 32 cm , lingkar
dada 31 cm, panjang badan 48 cm, nilai APGAR 8/10

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Hipotermi, ikterus, sianosis

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU


KOLABORASI
Segera melalukan IMD

34
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya
2. Selalu pantau dan jaga kehangatan pada bayi
3. Menimbang dan memantau kenaikan berat badan bayi satu kali
dalam 3 hari
4. Selalu memenuhi kebutuhan nutrisi kepada bayi seperti ASI
5. Beritahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan bayinya
6. Beritahu keluarga untuk menjaga kebersihan tali pusat agar tidak
terjadi infeksi

VI. PELAKSANAAN
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmetis
Suhu : 36,5°c
Nadi : 135x/menit
PB : 48 cm
RR : 45x/menit
BB : 2400 gram
Nilai APGAR : 8/10
2. Menjaga kehangatan bayi dengan cara :
a. Menjaga ruangan agar tetap hangat
b. Jangan meletakkan bayi dipermukaan yang dingin dan basah
c. Ganti bedong bayi jika sudah basah
d. Memakai pakaian yang hangat pada bayi
3. Menimbang berat badan bayi satu kali selama 3 hari Selalu
memantau kenaikan berat badan pada bayi.
4. Selalu memenuhi kebutuhan nutrisi kepada bayi yaitu ASI Anjurkan
ibu untuk memberikan asi setiap 2 jam atau setiap bayi
menginginkannya.
5. Beritahu ibu dan keluarga untuk menjaga kebersihan bayinya

35
Anjurkan ibu untuk selalu mengganti popok atau celana bayi jika
sudah kotor , begitupula baju atau bedong bayi jika terkena air susu.
6. Memberitahu keluarga untuk selalu menjaga kebersihan tali pusat
dan jangan membiarkan tali pusat dalam keadaan basah, jika tali
pusat terkena air kencing, keringkan tali pusat untuk menghindari
terjadinya infeksi pada tali pusat.

VII. Evaluasi
1. Ibu sudah mengetahui kedaan bayinya
2. Bayi sudah dalam keadaan hangat
3. Bayi sudah ditimbang setelah 3 hari dengan penambahan berat
badan 600 gram
4. Bayi sudah mendapatkan ASI
5. Kebersihan bayi selalu dijaga ibu dan keluarga
6. Tali pusat sudah dikeringkan dan dibungkus menggunakan kasa
steril dan kering .

CATATAN PERKEMBANGAN SOAP


Hari/tanggal : 5 November 2023
Jam : 8.45 Wit

Data Subjektif
1. Keadaan bayi baik
2. Ibu mengatakan berat badan bayi 2400 gram
3. Ibu dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
4. Ibu dan keluarga selalu merawat bayinya seperti yang dianjurkan oleh
bidan
5. Keluarga merasa senang dengan kehadiran bayi.

36
Objektif

1. Keadaan umum : baik


2. Kesadaran : composmetis
3. Suhu : 36,5°C
4. Nadi : 135x/menit
5. PB : 48cm
6. Pernafasa : 45x/menit
7. BB : 2400 gram
8. Nilai APGAR : 8/10

Asesment
Diagnosa: Bayi umur 0 hari dengan berat badan lahir rendah
Masalah potensial: hipotermi,ikterus,Sianosis
Tindakan Segera: IMD

Planning
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya
2. Memberitahu ibu agar selalu pantau dan jaga kehangatan pada bayi
3. Memberitahu ibu dan keluarga agar selalu rajin membawa anaknya ke
posyandu untuk menimbang dan memantau kenaikan berat badan bayi
satu kali dalam 3 hari
4. Memberitahu ibu untuk selalu memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi
,seperti ASI

5.Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan bayinnya

6.Memberitahu keluarga untuk menjaga kebersihan tali pusat agar tidak


terjadi infeksi.

37
VI. Evaluasi
1. Ibu sudah mengetahui kedaan bayinya
2. Bayi sudah dalam keadaan hangat
3. Bayi sudah ditimbang setelah 3 hari dengan penambahan berat
badan 600 gram
4. Bayi sudah mendapatkan ASI
5. Kebersihan bayi selalu dijaga ibu dan keluarga
6. Tali pusat sudah dikeringkan dan dibungkus menggunakan kasa
steril dan kering .

38
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kami Penulis melakukan pembinaan serta membuat asuhan kebidanan pada
By Ny”V” dari tanggal 05 November sampai tanggal 07 November 2023, kami
penulis mendapatkan :
1. Pengumpulan data yang akurat akan mempermudah dalam pemberian
asuhan
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan diperlukan ketelitian agar bisa
menekan kemungkinan resiko akan terjadi BBLR.
3. Dalam memberikan asuhan kebidanan harus menjalin hubungan baik
dengan keluarga dan ibu bayi agar tercipta suasana yang harmonis dan
saling percaya.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan dalam memberikan pembinaan pada


klien, ada beberapa saran yang dianggap perlu diantaranya kepada klien,
institute pelayanan, institute pendidikan, serta kepada mahasiswa sebagai
pemberi asuhan yang akan datang, antara lain:
1. Klien

a) Agar klien bisa menerima dan melaksanakan asuhan yang diberikan

b) Segera membawa bayi kepelayanan kesehatan apabila terdapat


keluhan serta kelainan yang dirasakan.
c) Dalam anamnesa, pasien mampu memberikan data yang sebenarnya.

2. Institute Pelayanan

Diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi BBLR


untuk mencapai pelayanan yang optimal.

39
3. Institute pendidikan

Diharapkan dapat menambah sumber buku terbaru agar


mempermudah mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan.
4. Mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari asuhan
kebidanan pada BBLR dalam praktek klinik

40
DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo S, 2005, ilmu kebidanan, Jakarta : YBP-


SP

Manuaba, 2007, pengantar kuliah obstetric, Jakarta :


EGC

Mitayani, 2010, mengenal bayi baru lahir dan penatalaksanaanya,


padang : praninta offset.

Prifil kesehatan Tahun 2011 Edisi 2012

Yulianti L, 2010 bblr. co. id, online diakses 04 Juni 2011 depkes. go. Id,
online diakses 04 Juni 2011

Evariny, 2005 Bayi Berat Lahir RendahPra, Prawirohardjo. S.2007 : 771

Winkjosastro, 2006 moh.A.Aziz Alimul Hidayat,2009

Saifuddin AB, 2006 , Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006:


377

41

Anda mungkin juga menyukai