Anda di halaman 1dari 5

 Database Terotomatisasi.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, semua data


sudah ada versi digitalnya.

 Semakin banyak yang menggunakan database terkomputerisasi yang merupakan sumber


data potensial untuk studi FED

- Database claim: dari penggunaan perorangan sistem healthcare dan penyerahan claim ke
perusahaan asuransi untuk pembayaran. Untuk bisa mengambil obatnya, claim ke
asuransi jadi disitu bisa dilihat dari sekian banyak yang mengklaim satu obat tertentu,
nanti bisa dicari informasi terkait dengan kemungkinan efek-efek yang juga menyertai,
terutama efek yang tidak diinginkan.

- Database rekam medik: dari penggunaan komputerisasi rekam medic. Hanya disini
tentu saja rekam medic bukan dalam bentuk kartu, kertas-kertas tapi dalam data base.

Keuntungan:

1. Jumlah sampel sangat banyak, dampak tak umum dapat terdeteksi

2. Memberikan data denominator untuk menghitung laju insidensi

3. Relatif tidak mahal, tidak perlu ongkos koleksi data

4. Tidak ada kemungkinan recall bias atau interviewer bias

5. Berguna saat waktu dan anggaran terbatas

Penjelasan Bapak:

2. Jumlah kasus biasanya dinamakan dengan data nomerator (pembilang). Kemudian


pembandingnya tadi populasi yang dimana terdapat kasus disebut data dominator
(penyebut). Yang penting kita sudah bisa dapat data base semuanya, kemudian database
sudah didapat tinggal kita pilah-pilah data apa yang kita perlukan, jadi sangat efektif sehingga
tidak repot-repot kelapangan.

4. Saat kita melakukan suatu studi dimana untuk mendapatkan datanya itu, recall itu dari
minat kita bertanya kepada responden, mereka akan mengingat-ingat (kadang-kadang ingat
kadang-kadang tidak, atau kadang-kadang betul atau kadang-kadang tidak betul) sehingga
mungkin jawabanya juga tidak akan tepat. Bisa juga dari sisi interviewernya yang bertanya
dengan pertanyaan yang membingungkan atau ambigu (multitafsir) meskipun kalau dari sisi
pertanyaan sudah ter standar tapi bila ditanyakan secara langsung bisa ditemukan juga dari
sisi interviewernya.

5. Sudah disebutkan pada poin 3 relatif tidak mahal sehingga dengan anggaran yang terbatas
kita bisa melakukan studi ini. Misal penelitian kita dapat basis data jika waktu penelitian
panjang, kita bisa mendapatkan basis data berpotensi untuk mendatangkan banyak data dari
contoh dari BPJS mengambil data 5 tahun, kalau lengkap bisa melihat pola pemakaian obat,
bisa melihat kuman, bisa melihat epidemiologinya seperti apa bisa dipakai untuk macam-
macam data.

 Sumber Data Lain

 Data pemakaian obat

 Data insidensi penyakit

 Studi case-control ad hoc

 Data registry (data registry masih agak jarang, sudah sangat baik sistem asuransinya ada
registri khusus penyakit tertentu seperti kanker)

 Studi surveilans postmarketing berbasis apotik (secara khusus bisa melihat penggunaan
ataupun konsumsi obat OTC, suplemen)

 Studi cohort ad hoc

Jadi membuktikan adanya asosiasi ….

 Farmakoepidemiologi Molekuler

Penjelasan bapak:

Terutama kalau kita melihat bagaimana karaterikstik individual tertutama terkait dengan
genetic dan genomik ini dapat mempengaruh terhadap respon dalam hal ini termasuk efek
samping. Yang paling ideal terapi yang diindividualisasi, terapi yang sangat cocok dengan
kondisi penerimanya si pasien, namun pada prakteknya akan banyak lagi tambahan misalnya
dengan uji genetik. Produk dari beberapa perusahaan farmasi besar untuk satu gen tertentu
karena ini akan menentukan ….. Pada prinsipnya :

 setiap individu atau kelompok individu merespon berbeda terhadap terapi obat. Jadi terkait
dengan ini maka dalam parmakoepidemiologi pun ada tinjauan khusus yaitu dinamakan
pharmakoepidemiologi molekuler

 Farmakoepidemiologi Molekuler

Definisinya Studi tentang cara biomarker molekuler merubah efek klinik dari pengobatan
pada populasi. Biomarker efek adalah indikator kapasitas/perubahan fungsional dari sistem.
Dimana adanya individu yang memiliki respon berbeda terhadap terapi obat.

 Gen dapat pengaruhi respon melalui:

1. Perubahan farmakokinetik obat. Misal ada kelompok individu tertentu yang ekspresi
gen pemetabolisme tertentu sitokrom CYP450 ada perubahan, sehingga akan
mempengaruhi konsentrasi obat dalam darah jadi kalau dimetabolisme lebih cepat
tentu saja konsentrasinya akan cepat menurun sehingga efeknya juga menurun.
Sebaliknya misalnya terinhibisi enzim sitokrom keberadaan obatnya dalam darah
akan semakin meningkat sehingga potensi untuk meningkatkan efek samping juga
semakin tinggi.
2. Interaksi gen-obat dalam jalur kausal penyakit
Ada misalnya jalur fisiologis tertentu yang nanti akan menentukan kemunculan
ataupun keparahan misalnya dari penyakit yang juga dipengaruhi oleh polifenisme
gennya. Dalam hal ini ada dua definisi dasar utama atau terminology dasar utama
terkait ini yaitu farmakoginetik dan farmakogenomik.

 Farmakogenetik: cakupannya spesifik dengan gen-gen apa saja yang


terpengaruh. Studi tentang bagaimana variabilitas genetik bertanggung jawab
pada perbedaan respons pasien pada paparan obat
 Farmakogenomik: melihatnya genetic secara keseluruhan seperti apa tidak
satu persatu dari gen-gen spesifiknya. Studi ttg variabilitas genetik terhadap
paparan obat, termasuk pertimbangan banyaknya genotip dalam penemuan dan
pengembangan obat, serta respons dalam ekspresi gen terhadap pengobatan yang
ada
 Farmakoepidemiologi molekuler berfokus pada efek genetik terhadap outcome klinik
dari penggunaan obat. Farmakoepidemiologi molekur berfokus pada khasiat
klinisnya, sedikit banyaknya juga akan berkonsekuensi pada efek safetynya. Sehingga
efek sampingnya ini akan dipengaruhi oleh perbedaan karaterisitik genetik dari
seseorang.
 Studi farmakogenetik dan farmakogenomik dirancang untuk menguji hasil antara dan
hasil akhir antara obat dan outcome (kadar obat, sifat farmakodinamik atau surrogate
marker dari efek obat). Pada prisipnya sama kalau obat kita akan melihat outcome
yang diinginkan contoh obat antihipertensi yang dilihat tentu saja seberapa besar
penurunan tekanan darah, bukan outcome dalam bentuk kejadian stroke.

 Ada beberapa isu Farmakoepidemiologi molekular menjawab pertanyaan terkait:

 Prevalensi single nucleotide polymorphism (SNP) dan varian genetik lain. Yang
biasa menentukan salah satu faktor yang …... Beberapa varian dari gen yang
nantinya akan terekspresi dalam misalnya protein yang berbeda.

 Mengevaluasi bagaimana SNP mengubah outcome penyakit

Misalnya ada satu gen yang terkait dengan reseptor acetilcolin yang
meyebabkan pada individu yang memiliki variasi ini, dia akan lebih mudah kalau
misalnya ingin berhenti merokok, karena dia tidak punya satu gen yang memang
nantinya akan …. Contoh bagaimana faktor genetic juga ditentukan oleh SNP tadi.

 Memeriksa pengaruh interaksi gen-obat dan gen-gen pada risiko penyakit. Jadi
banyak faktor-faktor resiko misalnya ada gen tertentu yang terekspresi lebih intensif
akan bisa menyebabkan orang ini lebih rentan untuk mengalami penyakit. Sifat
karateristik patologinya, hampir semua penyakit yang … jadi mungkin
penyakit apa saja yang berpengaruh sudah ada informasinya.

 Mengevaluasi kegunaan dan pengaruh uji genetik pada populasi terpapar, atau yang
akan terpapar pada obat. Mungkin prediktifnya kalau di epidemiologi, lebih besar
atau presentasinya seberapa tinggi seseorang nanti akan terkena suatu penyakit.

Tambahan :
FED molecular : efek genetic terhadap outcome klinik dari penggunaan obat. FED
molecular dapat menjawab single nucleotide polymorphism (SNP) mengubah outcome
penyakit, memeriksa pengaruh interaksi gen-obat dan gen-gen pada resiko peyakit,
mengevaluasi kegunaan dan pengaruh uji genetic pada populasi terpapar atau yang akan
terpapar, pada obat

Anda mungkin juga menyukai