Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)

PERCOBAAN 6

KONDUKTOMETRI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : INDAH HAERUNISSA

NIM : A 251 20 025

KELAS :C

KELOMPOK : 1

ASISTEN : NURHIDAYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan titik ekuivalen
secara konduktometri.
II. DASAR TEORI
Salah satu sifat larutan elektrolit adalah kemampuannya untuk
menghantarkan arus listrik. Sifat hantaran ini sangat berguna di dalam pemecahan
berbagai persoalan dalam bidang elektroanalisis. Secara kuantitatif sifat hantaran
ini dapat digunakan untuk analisis suatu zat yang dipelajari dalam konduktometri.
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik
suatu larutan. Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion didalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik merupakan kebalikan dari tahanan,
sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm. Bila arus listrik dialirkan
dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik
berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda dan berbanding terbalik
dengan jarak kedua elektroda (Lestari, dkk. 2011).
Dalam konduktometri diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat
mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan
konsentrasi ionik yang terlalu tinggi. Konduktansi adalah ukuran kemampuan
suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktivitas adalah kemampuan
suatu bahan (larutan, gas, atau logam) untuk menghantarkan arus listrik. Hal yang
membedakan antara titrasi konduktometri dengan titrasi jenis lainnya hanya
terdapat bagaimana cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan tersebut. Jika
menggunakan titrasi volumetri, titik ekivalen diketahui ketika terjadi perubahan
warna bila zat itu dalam keadaan setimbang. Indikator digunkaan untuk
mempermudah dalam melihat zat tersebut sudah mencapai ekivalen . Titik
ekivalen pada titrasi konduktometri dapat diketahui dari daya hantar larutan yang
diukur. Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator. Untuk lebih
memahami mengenai titrasi konduktometri, maka dilakukan percobaan
elektroanalisis yang berjudul titrasi konduktometri (Lestari, dkk. 2011).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
1. Buret dan statif
2. Gelas kimia
3. Pipet volume 25 mL
4. Erlenmeyer
5. Konduktometer
6. Spatula
7. Pipet tetes
8. Hot plate
9. Magnetic stirrer
B. Bahan :
1. Larutan HCl 0,1 M
2. Larutan NaOH 0,1 M
3. Aquades
4. Tisue
IV. PROSEDUR KERA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan ini
2. Mengihdupkan alat ukur (konduktometer) dan mendiamkan beberapa
menit
3. Mengambil 25 mL HCl 0,1 M menggunakan pipet volume kedalam
erlenmeyer 250 mL
4. Mengaduk larutan dengan pengaduk magnetic stirrer
5. Mengukur konduktivitas larutan
6. Mengambil 50 mL NaOH 0,1 M kemudian memasukkan kedalam buret
7. Mentitrasi larutan dengan NaOH 0,1 M sebanyak 5 mL lalu ukur
konduktivitas larutan
8. Mentitrasi kembali larutan dengan NaOH 0,1 M sebanyak 5 mL
kemudian ukur konduktivitas larutan
9. Mengulangi titraasi dengan penambahan 5 mL sampai mendapatkan
perubahan titik ekuivalen
10. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan
V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Data Percobaan

V NaOH G (mL)
0 11,23
5 15,73
10 11,68
15 8,26
20 6
25 4,02
30 3,23
35 3,8
40 4,33
45 4,73
50 7,15

 Grafik
5.2 Data Terkoreksi

V NaOH G (mikro)
0 11.23
5 18.88
10 16.35
15 13.22
20 10.8
25 8.04
30 7.11
35 9.12
40 11.26
45 13.24
50 21.45

 Grafik

μs
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
0 10 20 30 40 50 60

Series1
5.3 Perhitungan
1. Konsentrasi HCl saat titik ekuivalen
Dik :
M NaOH = 0,1 N
V NaOH = 30 mL
V HCl = 25 mL
Dit : M HCl ?
Penyelesaian :
M HCl . V HCl = M NaOH . V NaOH
M NaOH .V NaOH
M HCl =
V HCl
0,1 N . 30 mL
M HCl =
25 mL
3N
M HCl =
25
M HCl = 0,12 N

2. Hantaran Terkoreksi
1) untuk 0 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 0 𝑚𝐿
G` = 11,23 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 11,23
2) untuk 5 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 5 𝑚𝐿
G` = 15,73 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 1,2 × 15,73 mL
G` = 18,88
3) untuk 10 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 10 𝑚𝐿
G` = 11,68 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿
G` = 1,4 × 11,68 mL
G` = 16,35
4) untuk 15 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 15 𝑚𝐿
G`= 8,26 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 1,6 × 8,26 mL
G`= 13,22
5) untuk 20 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 20 𝑚𝐿
G` = 6 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 1,8 × 6 mL
G` = 10,8
6) untuk 25 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 25 𝑚𝐿
G` = 4,02 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 2 × 4,02 mL
G` = 8,04
7) untuk 30 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 30 𝑚𝐿
G` = 3,23 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 2,2 × 3,23 mL
G` = 7,11
8) untuk 35 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 35 𝑚𝐿
G` = 3,80 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 2,4 × 3,80 mL
G` = 9,12
9) untuk 40 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 40 𝑚𝐿
G` = 4,33 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 2,6 × 4,33 mL
G` = 11,26
10) untuk 45 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 45 𝑚𝐿
G` = 4,73 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 2,8 × 4,73 mL
G`= 13,24
11) untuk 50 mL
𝑉+𝑣
G` = 𝐺
𝑉
25 𝑚𝐿 + 50 𝑚𝐿
G` = 7,15 𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

G` = 3 × 7,15 mL
G` = 21,45
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan titrasi asam kuat dengan basa kuat. Dimana
pada percobaan ini menggunakan larutan HCl dengan NaOH sebagai titrannya.
Dari hasil yang dilakukan diperoleh grafik, akan tetapi grafik yang diperoleh tidak
berbentuk V. Grafik yang diperoleh harus berbentuk V karena disebabkan adanya
reaksi antara ion H+ dengan ion OH-. Konduktivitas dari larutan HCl dan NaOH
besar, hal ini dikarenakan HCl dan NaOH merupakan elektrolit kuat (Amiruddin,
2008).
Pada penitrasian NaOH dengan HCl teradi penurunan nilai daya hantar pada
awal proses penitrasi, hal ini disebabkan karena ion H+ yang mempunyai
konduktivitas yang tinggi digantikan oleh ion lain yang memiliki konduktivitas
yang lebih rendah. Dan ketika setelah mencapai titik ekuivalen terjadi kenaikan
daya hantar, hai ini disebabkan karena adanya kenaikan volume NaOH sebagai
penitan sehingga menyebabkan teradinya peningkatan ion OH- pada proses
tersebut (Amiruddin, 2008). Berdasarkan grafik yang didapatkan pada percobaan
ini didaapat titik ekuivalen pada volume NaOH 35 mL (Staf Pengajar, 2023).
Pada literatur kurva yang dihasilkan dari titrasi konduktometri berbentuk V,
hal ini karena volume HCl terhadap konduktivitas larutan bentuk kurva yang
dihasilkan naik turun. Dimana semakin mendekati titik ekuivalen maka kurvanya
akan menurun. Namun jika melewati titik ekuivalen maka kurvanya akan naik
kembali. Hal ini terjadi karena semakin banyak volume penitran yang
digunakanmaka konduktivitas larutan akan semakin menurun, namun
penambahan volume penitransecara terus menerus akan mengakibatkan
konduktivitas larutan semakin naik karenavolume penitran akan semakin jenuh di
dalam larutan (Ahmad & Hiskia, 2001). Akan tetapi grafik yang kami peroleh dari
percobaan ini yaitu ketika telah melewati titik ekuivalen grafik yang dihasilkan
menurun, sehingga menghasilkan grafik yang tidak berbentuk V (Staf Pengajar,
2023).
VII. KESIMPULAN
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion didalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar.
Pada percobaan ini diperoleh titik ekuivalen pada volume NaOH 35 mL.
VIII. LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. (2001). Kimia Larutan. Bandung :PT Cipta Aditya Bakti

Amiruddin, A. (2008). KIMIA INTI, RADIOKIMIA dan penggunaan


RADIOISOTOP.

Lestari, L. C., Felina, K., Awaliah, A., & MSi, Z. A. (2011). POTENSIOMETRI
DAN KONDUKTOMETRI.

Staf Pengajar Kimia Analisis Instrument. (2023). Penuntun Praktikum Kimia


Analisis Instrument. Palu : Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai