Anda di halaman 1dari 2

RILIS AILA INDONESIA

TERKAIT PERILAKU LGBT DI LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS GADJAH MADA

16 Desember 2023

No. 02/G.3/SEKJEN/AILA/XII/2023

Merespon surat edaran larangan LGBT di lingkungan Fakultas Teknik dari Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, dengan ini AILA Indonesia menyatakan:

1. Mendukung dan mengapresiasi terbitnya surat edaran Dekan Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada (FT UGM) sebagai upaya untuk mencegah perilaku LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual & Transgender) dalam lingkungan kampus, dimana hal tersebut telah sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, dalam hal ini Pasal 2 dan Pasal
597 UU No. 1 tahun 2023 tentang KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) yang pada
pokoknya berlaku sebagai dasar hukum atas jaminan dan perlindungan terhadap norma
agama dan kesusilaan dalam masyarakat yang berpotensi dicederai oleh tindakan asusila
tersebut.

2. Mendukung sikap tegas FT UGM yang berupaya menerapkan disiplin kampus untuk
mencegah aktivitas dan penyebarluasan LGBT di lingkungan kampus secara umum. Surat
edaran tersebut merupakan respon aktif menyikapi problem empiris di lingkungan kampus
UGM, dimana tercipta kondisi tidak nyaman akibat masuknya mahasiswa laki-laki yang
berpakaian perempuan ke dalam toilet perempuan.

3. Menyesalkan sikap para penggiat LGBT yang mengkritisi keputusan FT UGM dengan dalih
bahwa tindakan tersebut adalah "moralitas penuh kebencian". AILA Indonesia
berpendapat bahwa sikap FT UGM justru sangat diperlukan untuk menjaga keamanan dan
kenyamanan kaum perempuan dari pelanggaran privasi dan kemungkinan tindak pidana
kejahatan seksual di fasilitas kampus.
4. Menyesalkan komentar dari aktivis LGBT yang berupaya mem-’framing’ bahwa kebijakan
FT UGM lebih dikarenakan bias ilmu eksakta yang moralis namun tanpa didasari oleh fakta
ilmiah. Dikotomisasi ilmu eksakta dan ilmu sosial humaniora, yang bertujuan untuk
mencitrakan ilmu eksakta (di UGM) sebagai "otoriter" dan "anti-sains” merupakan sikap
prejudice yang tidak sesuai dengan realitas dan kebenaran. Hasil penelitian sains alam dan
sains sosial justru semakin menunjukkan bahwa LGBT dan gerakan normalisasi ini telah
merusak tatanan masyarakat Barat akibat sifatnya yang menyalahi fitrah kemanusiaan.
Selain itu, normalisasi perilaku menyimpang LGBT yang ada di dalam DSM (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders) pun sebenarnya tidak dibangun di atas pondasi
empiris yang kokoh dan hanya berdasarkan konsensus untuk mengafirmasi perubahan
sosial yang ada di masyarakat Amerika dan Eropa.

5. Menolak solusi para penggiat LGBT yang menyatakan bahwa toilet kampus tidak perlu
dibedakan secara gender sebagaimana toilet di rumah. Solusi tersebut tidaklah tepat,
karena toilet di rumah merupakan fasilitas pribadi yang sebagian besarnya digunakan oleh
anggota keluarga sehingga tidak ada pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Oleh
karena itu, ketidakmampuan membedakan antara fasilitas pribadi dan fasilitas publik dan
mencampuradukkan keduanya merupakan sebuah sikap yang ceroboh dan tidak bijaksana
karena telah mengorbankan kepentingan umum dan keselamatan perempuan demi
kepentingan ideologi kelompoknya.

6. Menghimbau seluruh komponen masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk


memberikan dukungan kepada lembaga-lembaga pendidikan, khususnya FT UGM, agar
tetap kokoh dalam komitmennya terhadap moralitas bangsa, serta tidak goyah terhadap
tekanan berbagai pihak yang berusaha menormalisasi perilaku LGBT, karena sejatinya
tugas seorang pendidik adalah menuntun anak didik kepada kebenaran, dan bukan
membenarkan sebuah penyimpangan.

Jakarta, 16 Desember 2023

Rita H. Soebagio
Ketua

Anda mungkin juga menyukai