Oleh :
NABILLA PUTRI TSABITA
NIM. 2148401064
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2023
Oleh :
NABILLA PUTRI TSABITA
NIM. 2148401064
ii
LAPORAN TUGAS AKHIR
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN 2023
LEMBAR PERNYATAAN
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Penulis
iv
Pembimbing Pendamping
NIP.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobilalamin
segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah
S.W.T yang telah melimpahkan rahmat serta karunia nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir
yang berjudul “Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap
Pelayanan Kefarmasian di Apotek K-24 Jagabaya dengan metode
Servqual”. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya
yang senantiasa mengikuti sunnah-Nya, semoga kita semua mendapat
syafaatnya dihari akhir kelak.
Terwujudnya Proposal Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dewi Purwaningsih, S.SiT., M.Kes., selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
2. Ibu Dra. Pudji Rahayu, Apt.M.Kes, selaku Ketua Jurusan
Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang sekaligus selaku
pembimbing utama, penulis banyak mengucapkan terimakasih
atas waktu, tenaga, pikiran serta kesabaran dalam memberikan
bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Proposal
Laporan Tugas Akhir ini.
3. Ibu selaku penguji kesatu, yang telah berkenan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan memberi
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal
Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ibu selaku penguji kedua, yang telah berkenan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan memberi
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal
Laporan Tugas Akhir ini.
5. Segenap dosen dan staff di Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
Semoga amal kebaikan dari semua pihak tersebut selalu mendapat
Ridho serta pahala dari Allah S.W.T. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kelemahan dan kekurangan dalam menyusun Proposal Laporan
v
Tugas Akhir, untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran demi
perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih. Semoga Proposal Laporan Tugas Akhir ini
bisa jadi manfaat bagi kita semua.
Halaman
LEMBAR SAMPUL LUAR...............................................................................................i
LEMBAR SAMPUL DALAM..........................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian......................................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................8
A. Pelayanan Kefarmasian..............................................................................8
B. Apotek.........................................................................................................8
C. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek..............................................10
D. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai......................................................................................................11
E. Pelayanan Farmasi Klinik.........................................................................13
F. Sediaan Farmasi Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai..............16
G. Kepuasan..................................................................................................20
H. Kualitas.....................................................................................................24
E. Kerangka Teori.........................................................................................27
F. Kerangka Konsep......................................................................................28
G. Definisi Operasional.................................................................................29
vi
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................33
A. Rancangan Penelitian...............................................................................33
B. Subjek Penelitian......................................................................................33
C. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................35
D. Pengumpulan Data....................................................................................35
E. Pengolahan dan Analisis Data...................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................38
LAMPIRAN.........................................................................................................................40
vii
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu
(Depkes RI, 2009).
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, sebagai konsekuensi
perubahan orientasi dari pelayanan obat drug oriented menjadi pelayanan
pasien patient oriented yang mengacu pada asuhan kefarmasian
Pharmaceutical care apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, prilaku gar dapat berinteraksi
langsung dengan pasien (Helni, 2015). Peningkatan kualitas hidup pasien
terjadi seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap obat
terutama obat bebas, kosmetik, kosmeseutikal, health food, nutraseutikal dan
obat herbal.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama (PP RI NO.51,
2009).
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker (Permenkes RI No.9, 2017). Apotek merupakan
salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan
tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri–sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat (Anonim,
2016).
Apotek juga merupakan suatu fasilitas tempat seorang pakar dalam bidang
farmasi bekerja untuk menyediakan Fasilitas farmasi dan bertugas untuk
1
2
menyalurkan peralatan kesehatan dan juga resep-resep obat yang diracik oleh
seorang apoteker kepada masyarakat.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apotek sebagai salah satu sarana
pelayanan kesehatan berperan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Kegiatan tersebut tidak dapat berjalan dengan sendirinya namun
harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Semakin
pesatnya perkembangan pelayanan kefarmasian di apotek, apoteker dituntut
untuk mampu memenuhi keinginan dan selera masyarakat yang terus berubah
masyarakat tidak lagi hanya sekedar membeli obat namun berkeinginan untuk
mendapatkan informasi yang lengkap mengenai obat yang diterima.
Di masa sekarang ini sudah terdapat banyak apotek di sekitar kita sehingga
membuat masyarakat dapat dengan mudah memilih apotek mana yang
memberikan pelayanan yang berkualitas. Banyaknya apotek menimbulkan
banyak persaingan bisnis antar apotek satu dan apotek lainnya, sehingga
mengakibatkan apotek berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya. Mutu pelayanan kesehatan seperti di apotek bergantung pada
kebutuhan dan tuntutan konsumen yang berkaitan dengan kepuasan (Akhmad,
2019). Pelayanan terbaik atau sangat baik, disebut sangat baik atau terbaik
karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi
pemberi layanan. (Zaenal Mukarom dan Wijaya Laksana, 2018). kepuasan
konsumen dapat mempengaruhi minat konsumen untuk membeli kembali di
apotek yang sama, untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian yang
optimal maka apotek harus mampu menerapkan standar pelayanan yang
berkualitas sehingga mampu memberikan kepuasan kepada konsumen
(Arab,dkk, 2012).
Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi /kesan nya terhadap ( kinerja
atau hasil ) suatu produk dan harapan-harapan nya (Kotler, 2017).
3
kepuasan konsumen sebagai sikap keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa
setelah perolehan (acquisition) dan pemakaiannya. Dengan kata lain, kepuasan
konsumen disebut juga dengan penilaian evaluatif purnabeli yang di hasilkan
dari seleksi pembelian spesifik (Howard & Sheth dalam muthmainnah et al,
2021).
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kepuasan pelanggan merupakan suatu bentuk yang dapat dirasakan oleh
seorang pelanggan/pengguna. Dimana, pelanggan tersebut telah menggunakan
suatu produk/jasa secara terus menerus karena dianggap telah memenuhi
harapan, keinginan, serta kebutuhan dari pelanggan.
Kualitas pelayanan adalah bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat
pelayanan yang diterima dengan tingkat pelayanan yang diharapkan .apabila
pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan,maka
kualitas pelayanan di persepsikan baik dan memuaskan. kepuasan yang telah
terbentuk dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian ulang dan
nantikan akan menjadi pelanggan setia (Kotler, 2019). Kualitas pelayanan
merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Dalam hal ini ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan,
yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau
dirasakan (perceiced service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan baik atau memuaskan. Jika pelayanan yang diterima
melampaui harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai
kualitas yang ideal, sebaliknya jika kualitas pelayanan yang diterima lebih
rendah dari yang diharapkan maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai
pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi
4
B. Rumusan Masalah
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Banyaknya apotek menimbulkan banyak
persaingan bisnis antar apotek satu dan apotek lainnya, sehingga
mengakibatkan apotek berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya. Mutu pelayanan kesehatan seperti di apotek bergantung pada
kebutuhan dan tuntutan konsumen yang berkaitan dengan kepuasan. kepuasan
konsumen dapat mempengaruhi minat konsumen untuk membeli kembali di
apotek yang sama, untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian yang
optimal maka apotek harus mampu menerapkan standar pelayanan yang
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Tujuan Umum
Mengukur nilai keseluruhan kepuasan konsumen dari semua kualitas
pelayanan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran persentase
nilai dari masing-masing dimensi yang digunakan untuk mengukur tingkat
kepuasan konsumen terhadap pelayanan kefarmasian di Apotek K-24
menggunakan metode Servqual yang meliputi 5 dimensi yaitu:
a. Mengetahui persentase kepuasan konsumen pada dimensi kehandalan
(reability)
b. Mengetahui persentase kepuasan konsumen pada dimensi daya tanggap
(responsiveness)
c. Mengetahui persentase kepuasan konsumen pada dimensi jaminan
(assurance)
d. Mengetahui persentase kepuasan konsumen pada dimensi empati (emphaty)
e. Mengetahui persentase kepuasan konsumen pada dimensi bukti fisik
(tangibles)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
penelitian ini merupakan proses pembelajaran dan diharapkan dapat
menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan mengenai analisis tingkat
kepuasan konsumen terhadap pelayanan kefarmasian di Apotek K-24
Jagabaya menggunakan metode Servqual, sehingga hasil penelitian ini dapat
7
8
9
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)
Standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi standar (Anonim, 2016):
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas
terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire Fist Out) dan FIFO
(First
In First Out).
E. Pemusnahan dan penarikan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk
sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika
atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan.
3. Pemusnahan atau penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada kepala BPOM.
13
5. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
produk
yang izin edarnya dicabut oleh menteri.
F. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
(Permenkes, 2016).
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. Pelayanan Non Resep Beserta Informasi Obatnya Kepada Pasien.
Pelayanan non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang dilakukan
dengan cara pengobatan mandiri, Pelayanan Non Resep juga mencakup
pelayanan informasi obat di dalam nya. Pelayanan informasi obat merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai
obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik
dalam segala aspek penggunaan. Obat yang termasuk Obat Non Resep yaitu
1. Skrining resep.
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
a. Persyaratan administratif:
Nama, SIP (surat izin praktek) dan alamat dokter, tanggal penulisan resep,
tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin,
dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta; cara
pemakaian yang jelas, informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik:
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
c. Kesesuaian klinis:
Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah
obat dan lain-lain).
2. Penyiapan obat
a. Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas
dan memberikan etiket pada wadah.
Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket obat yang
benar.
b. Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca, meliputi nomor resep, tanggal, nama
dan aturan pakai.
c. Kemasan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.
d. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan
tenaga kesehatan.
16
Contoh : Parasetamol
Sumber: https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/7-golongan-
obat-dan-kegunaannya
Gambar 2.1 Logo Obat Bebas
Sumber: https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/7-golongan-
obat-dan-kegunaannya
Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas
18
3) Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat
Sumber: https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/7-golongan-
obat-dan-kegunaannya
Gambar 2.3 Logo Obat Keras
4) Obat Psikotropika
Obat Psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
Sumber: https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/7-golongan-
obat-dan-kegunaannya
Gambar 2.4 Logo Obat Psikotropika
5) Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
19
Sumber: https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/7-golongan-
obat-dan-kegunaannya
Gambar 2.5 Logo Obat Narkotika
6) Obat-Obat Tertentu
Obat-obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain Narkotika
dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku, terdiri atas obat-obat yang mengandung Tramadol, Triheksifenidil,
Klorpromazin, Amitriptilin dan/atau Haloperidol. (BPOM, 2016).
7) Obat Prekursor
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi
yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine,
phenylpropanolamine, ergotamine, ergometrine, atau Permaganat. (BPOM,
2018).
2. Alat Kesehatan
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh. (Permenkes, 2016)
3. Obat Tradisional
20
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (BPOM, 2019).
1) Jamu
Jamu adalah sediaan obat bahan alam, status keamanan dan khasiatnya
dibuktikan secara empiris (Permenkes, 2016).
3) Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik serta bahan
baku dan produk jadinya telah distandardisasi (BPOM, 2019).
4. Kosmetik
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. (Permenkes,
2016).
G. Kepuasan
21
1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan merupakan suatu perasaan kecewa ataupun senang yang timbul
pada seseorang sesudah melakukan perbandingan antara persepsi atau kesan
pada kinerja seseorang ataupun hasil sebuah produk, maupun sebuah harapan.
Jadi kepuasan itu sendiri adalah fungsi dari kesan atau persepsi terhadap
kinerja seseorang dan hasil dari sebuah produk, maupun dari harapan. Bila
kinerja itu sesuai harapan sehingga pasien akan puas. Sedangkan bila suatu
kinerja tidak selaras harapan sehingga pasien akan merasakan tidak puas dan
kecewa, menurut Kotler dan Keller ( safitriely.2018).
2. Kepuasan Konsumen
Menurut kotler dan keller dalam donni juni priansah (2017: p.196).
Menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk
yang diperkirakan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja
dibawah harapan, konsumen tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan,
konsumen puas. Jika kinerja melebihi harapan, konsumen amat puas/senang.
Kepuasan konsumen dapat menjadi tolak ukur bagi kelangsungan apotek.
Tingkat kepuasan konsumen merupakan perasaan konsumen yang muncul
melalui kinerja pelayanan kesehatan yang didapatkan sesudah melakukan
perbandingan dengan suatu hal yang diterima. Derajat kepuasan konsumen
dapat dilihat berdasarkan 5 dimensi Servqual
yaitu:
a. Kehandalan (reability)
b. Daya tanggap (responsiveness)
c. Jaminan (assurance)
d. Empati (emphaty)
e. Bukti fisik (tangibles)
Kepuasan konsumen dapat menjadi tolak ukur bagi kelangsungan apotek.
Pengukuran tingkat kepuasan konsumen dalam model SERVQUAL di
dasarkan pada skala multi-item yang dirancang untuk mengukur harapan dan
persepsi konsumen yang ditinjau dari lima dimensi yaitu kehandalan
22
3. Persepsi Konsumen
Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi,
dimana sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang
menggebirakan. Sensasi juga dapat didefinisikan sebagai tanggapan yang cepat
dari indra penerimaan kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna, dan
suara. Dengan adanya itu semua persepsi akan timbul (Sangadji dan Sopiah,
2013). Informasi ini dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang masuk dan
menciptakan sensasi terhadap seseorang, dapat berupa produk, kemasan,
merek, dan iklan. Tindakan seseorang sesungguhnya dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap situasi saat itu. Namun persepsi tiap-tiap orang tidak
harus sama, walaupun berada dalam situasi yang sama. Hal ini terjadi karena
stimulus yang diterima, kondisi lingkungan sekitar dan kondisi masing-masing
individu.
Persepsi atau sudut pandang konsumen dapat digunakan sebagai tolak
ukur untuk menentukan kualitas pelayanan yang baik. Keputusan konsumen
dalam memilih suatu jasa atau pelayanan diberikan pengaruh oleh persepsi
pada jasa ataupun pelayanan yang ditawarkan penyedia jasa, oleh karenanya
penyedia jasa harus betul-betul mempertahankan suatu hal yang dipersepsikan
pelanggan pada sebuah jasa dan produk yang diberikan agar dapat
mempertahankan kualitas (Nurya indah lestari,2021).
4. Harapan Konsumen
Harapan konsumen adalah keyakinan tentang produk atau layanan
sebelum membeli (Almsalam, 2014, p.80). Dengan tidak adanya informasi,
harapan sebelum layanan tersebut lebih tersebar luas. Pada kenyataannya,
23
c. Komponen Emosional
yaitu pertimbangan ataupun pengaruh yang sifatnya emosional misal:
dikarenakan angan-angan, sugesti, perasaan bangga, deskripsi indah, supaya
kelihatan dari yang lainnya. Kepuasan itu menjadikan pelanggan puas pada
pada produk farmasi.
d. Harga
Meskipun produk farmasi yang dipilih mempunyai kemanjuran khasiat
yang sama dengan produk farmasi yang lain tetapi harganya relatif lebih
murah.
Hal tersebut juga merupakan faktor penting bagi pasien untuk menentukan
tingkat kepuasannya. (Lailatul Badriya, 2021).
H. Kualitas
1. Kualitas Pelayanan
Menurut Kasmir (2017:47) Kualitas Pelayanan didefinisikan sebagai
tindakan atau perbuatan seorang atau organisasi bertujuan untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan ataupun karyawan. Sedangkan menurut Aria dan
Atik (2018:16) Kualitas Pelayanan merupakan komponen penting yang harus
diperhatikan dalam memberikan Kualitas Pelayanan prima. Kualitas Pelayanan
25
baik maka tenaga kefarmasian akan bekerja dengan maksimal ketika memberi
pelayanan kefarmasian. Berdasar hal ini, perbaikan sarana misalnya sarana
komunikasi maupun perlengkapan pelayanan pula yang tidak langsung
misalnya tempat parkiran, kondisi ruang tunggu, adanya kursi yang memadai,
sarana penyejuk ruang, kterjaganya kebersihan ruangan. Sebab pelayanan
kesehatan adalah layanan jasa yang sifatnya tidak bisa diraba menggunakan
fisik, sehingga memerlukan ukuran lainnya yang bisa dirasakan dengan nyata
oleh konsumen pelayanan kesehatan. Berdasar ini konsumen mempergunakan
indera dalam melihat kualitas mutu pelayanan kesehatan yang diterima.
Misalnya fasilitas kesehatan terlihat bersih dan nyaman,adanya ruang tunggu
yang nyaman, kebersihan alat- alat yang dipakai, penataan ruangan yang rapi,
seragam pegawai yang bersih dan rapih serta menarik.
2. Kehandalan (reliability)
Merupakan dimensi kualitas pelayanan yang berupa kemampuan untuk
memberikan pelayanan sesuai janji yang ditawarkan, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal dan akurat. Dimensi ini memiliki arti
bahwasanya layanan yang diberikan akurat, tepat waktu selaras yang
ditawarkan. Misalnya kecepatan ketika melayani obat, konsumen mendapat
26
informasi obat dengan jelas dan mudah dimengerti. Pada jasa layanan dimensi
ini dinilai yang yang terpenting oleh para konsumen. Jasa pelayanan kesehatan
adalah jasa yang non standardize output, yang mana produk bergantung kepada
kegiatan manusia maka tidak mudah diperoleh keluaran yang konsisten. Maka
penyedia jasa harus mengimplementasikan budaya kerja dalam lingkungan
kerja lewat program menjaga kualitas.
3. Daya Tanggap (responsiveness)
Merupakan dimensi kualitas pelayanan yang berupa kemauan pihak
pemberi pelayanan kesehatan untuk memberikan informasi, membantu
merespon kebutuhan dan keinginan pasien dengan segera serta memberikan
layanan secara tanggap. Dimensi ini masuk pada potensi petugas kesehatan
untuk membantu konsumen dan derajat kesiapan untuk memberi pelayanan
berdasarkan tata cara yang ada dan tentulah agar dapat memenuhi ekspektasi
F. Kerangka Teori
Pelayanan Kefarmasian
Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 73
tahun 2016
G. Kerangka Konsep
H. Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Kehandalan
(Reability),
Daya tanggap
(Responsivenes
),
Jaminan
(Asurance),
Empati
(Empathy).
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat (Notoatmodjo,
2020). Deskriptif bertujuan melakukan pemaparan mengenai fenomena yang
ditemukan, baik yang berupa faktor resiko maupun efek atau hasil dalam satu
populasi tertentu (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan
kefarmasian di apotek K-24 Jagabaya. Responden yang dipilih adalah
konsumen di Apotek K-24 Jagabaya yang membeli obat resep maupun non
resep. Metode penelitian survei dengan memberikan kuisioner kepada
konsumen.
B. Subjek Penelitian
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang datang
membeli obat resep maupun non resep dokter di Apotek K-24 Jagabaya
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang datang membeli obat
resep maupun non resep yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut:
a. Kriteria Inklusi: Konsumen yang datang dan niat membeli obat resep maupun
non resep, Konsumen yang ditemui telah menerima obat maupun yang
membeli obat tetapi obat tidak tersedia di Apotek K-24 Jagabaya, konsumen
yang bisa membaca dan menulis dengan baik, dan konsumen yang bersedia
mengisi kuesioner.
b. Kriteria Ekslusi: Konsumen yang membeli produk yang bukan sediaan farmasi
seperti (minuman, makanan, dan susu bayi).
33
34
Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik Sampling Insidental / Accidental
Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja pasien yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2016).
Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dihitung menggunakan rumus yang dikemukan
oleh Isac Michel untuk mengetahui jumlah sampel dari populasi yang tidak
diketahui. Berikut rumus yang digunakan (Sireger, 2013):
Keterangan :
n = sampel
p = proporsi populasi (0,07)
z = tingkat kepercayaan / signifikan
e = perkiraan tingkat kesalahan (5%)
q=1-p
D. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dilakukan analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelayanan kefarmasian di apotek K-24 Jagabaya, pada pengujian kepuasan
konsumen menggunakan metode servqual dengan 5 dimensi yaitu Bukti
langsung (Tangibles), Kehandalan (Realibility), Daya tanggap
(Responsiveness), Jaminan (Assurance), Empati (Empaty) dilakukan oleh
peneliti. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar
kuisioner dalam bentuk angket, dimana peneliti menggunakan kuisioner dari
sumber penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Nurul Qomariyah pada
tahun 2021. Kuisioner tersebut telah di uji instrumen dan telah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas oleh peneliti sebelumnya.
1. Pengolahan Data
a. Editing
c. Entrying
Setelah data dianalisis, hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel
dan grafik. Data pada program komputer pengolah tabel dan data
dibuat dalam bentuk tabel agar mempermudah dalam menganalisis
dan disajikan dalam bentuk grafik agar lebih mudah dalam
pemahaman (Notoatmodjo, 2012:179).
2. Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan analisis deskriptif. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini diolah dengan Microsoft Office Excel 2010 dan SPSS. Penyajian
data dalam penelitian ini menggunakan table dan grafik untuk mengetahui
gambaran kualitas pelayanan kefarmasian di apotek K-24 Jagabaya. Analisa
data penelitian ini dilakukan dengan Customer Satisfaction Index (CSI) atau
Indeks Kepuasan Konsumen. CSI digunakan untuk mengetahui tingkat
kepuasan pengunjung secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan
dari atribut- atribut produk/jasa. CSI merupakan indeks untuk menentukan
tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang
mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut yang diukur
(Syukri, 2014).
Untuk mengetahui besarnya CSI, maka dapat dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut (Aritonang, 2005):
1. Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score
37
(MSS)
Nilai ini berasal dari rata-rata kepentingan (importance) tiap atribut dan
Kategori Kepuasan
Sangat Tidak Puas 25% – 43,75%
Tidak Puas 43,76% – 62,50%
Puas 62,51% – 81,25%
Sangat Puas 81,26% – 100%
38
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, A. D., Dirga, D., Adliani, N., & Sukrasno, S. (2019). Tingkat Kepuasan
Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kecamatan
Sukarame Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek Kecamatan Sukarame. Jurnal Farmasi
Malahayati, 2(1).
Bahem, N. (2017). Analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan
obat tanpa resep di Apotek Nur Farma (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Bahi, R. R. R., & Gonibala, A. P. (2023). FITOFARMAKA.
BPOM, P. (2018). Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Peratur
Pemerintah Republik Indonesia.
BPOM, R. (2016). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia tentang Pedoman Pengelolaan Obat–obat Tertentu yang Sering di
Salah Gunakan. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta.
Chandra, T., Chandra, S., & Hafni, L. (2020). Service Quality, Consumer Satisfaction,
dan Consumer Loyalty: Tinjauan Teoritis. CV IRDH.
Desiana, G., Salam, M. R., & Rahmat, N. (2023). TINGKAT KEPUASAN PASIEN
TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KIMIA
FARMA SAO-SAO UNIT BISNIS KOTA KENDARI. Journal Pelita
Sains Kesehatan, 3(2), 54-66.
DRIHARSARI, F. A. (2017). Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan
Swamedikasi di Apotek Panjerejo Kabupaten Tulungagung (Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Ilmi, F., & Susanto, N. A. (2017). Tingkat Kepuasan Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Buring Farma Kota Malang (Doctoral dissertation, Akademi Farmasi
Putera Indonesia Malang).
INDONESIA, P. R. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Indonesia, R. (2002). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan
Peraturan Menteri Kesehatan Rl No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Menteri. Kementerian
Kesehatan RI , (23), 1-90.
Kemenkes, R. I. (2016). Permenkes RI No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lestari, N. I., Makani, M., & Jaluari, P. D. C. (2023). ANALISA KEPUASAN
KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN OBAT TANPA
RESEP DI APOTEK NH FARMA KECAMATAN ARUT
SELATAN. Jurnal Borneo Cendekia, 6(2), 80-89.
Nurhayati, R., Purwanto, W., & Sulastiningsih, S. (2019). Upaya Meningkatkan Kualitas
Layanan Apotek Zahra Ngawi Dengan Metode Service Quality
(SERVQUAL) (Doctoral dissertation, STIE Widya Wiwaha).
Permenkes, R. I. No. 9 Tahun 2017 (2017)‘Sterkwerkende Geneesmiddelen Ordonanntie,
Staatsblad 1949: 419)’. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
40
Lampiran 1. Kuesioner
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
KEHANDALAN (reliability)
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
21 petugas apotek
merekomendasikan obat yang
sesuai
JAMINAN (assurance)
EMPATI (Empathy)
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1