Anda di halaman 1dari 23

Makalah Kimia Pestisida

PESTISIDA ORGANOKLORIN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI

FITRIAH RAHMADANI SYAM H031201018


SITI NURHAYATI H031211005
LISWASIA ISTAWATI H031211026
FAHRA AQILLA AZZURAH H031211041

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pestisida Organoklorin” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia Bahan
Makanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai peran dan keberadaan mineral bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Abdul Wahid, M.Sc
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Kimia Pestisida yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 7 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ...................................................................................................... i

PRAKATA ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

2.1 Pengertian Pestisida Organoklorin ................................................... 3

2.2 Dampak Pestisida Organoklorin ....................................................... 4

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Organologam ........................ 5

2.4 Penelitian Terkait .............................................................................. 7

BAB III PENUTUP ................................................................................... 9

2.4 Kesimpulan .......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Struktur kimia herbisida Asam 2,4 Diklorofenoksiasetat (2,4 D)… 1

Gambar 2.1 Struktur Organoklorin ............................................................ ……. 4

iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang

tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk

melakukan perlindungan tanaman (UU No 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman). Pestisida organoklorin merupakan salah satu jenis pestisida yang

digunakan oleh para petani di Indonesia. Walaupun, pestisida organoklorin ini

sudah dilarang penggunaannya namun masih ditemukan adanya residu pestisida di

lingkungan. Herbisida 2,4 D merupakan salah satu herbisida golongan organoklorin

yang masih banyak digunakan di Indonesia (Rasiska dkk, 2017).

Gambar 1.1 Struktur kimia herbisida Asam 2,4 Diklorofenoksiasetat (2,4 D).

Pestisida organoklorin ini mempunyai tingkat persistensi di alam yang

sangat tinggi. Akibat dari sifat persistensi yang tinggi, tidak reaktif dan stabil di

alam menyebabkan pestisida ini sulit terdegradasi dan dapat mencemari air, tanah

dan udara. Penggunaan pestisida organoklorin dapat mengontaminasi pengguna

secara langsung dan menyebabkan keracunan. Pestisida organoklorin tetap bersifat

toksik dan kronik karena tidak langsung menyebabkan kematian namun kandungan

pestisida ini dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh. Pencemaran pestisida

organoklorin banyak ditemukan pada endapan (sedimen) dan

perairan (Rasiska dkk, 2017).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pestisida organoklorin ?

2. Bagaimana dampat yang ditimbulkan pestisida organoklorin?

3. Apa kekurangan dan kelebihan penggunaan pestisida organoklorin?

4. Bagaimana penelitian terkait pestisida organoklorin?

1.3 Tujuan

1. Apa yang dimaksud pestisida organoklorin ?

2. Bagaimana dampat yang ditimbulkan pestisida organoklorin?

3. Apa kekurangan dan kelebihan penggunaan pestisida organoklorin?

4. Bagaimana penelitian terkait pestisida organoklorin?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pestisida Organoklorin

Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk

mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang

mengerat, nematode, gulma, virus, mikroorganisme lainnya yang dianggap hama

kecuali virus, bakteri atau mikroorganisme lainnya yang terdapat pada manusia dan

hewan. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh

jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan

manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Disamping itu pestisida dalam budidaya

pertanian dapat memperbaiki tampilan produk pertanian. Akan tetapi disisi lain

pestisida dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan

lingkungan. Sehingga dapat meningkatkan polutan di lingkungan, Diantara

polutan-polutan tersebut terdapat polutan organik yang disebut organoklorin

(Soemirat, 2005).

Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa

kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan

pertama kali disintesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut

DDT (Sudharmo, 2007). Organoklorin merupakan senyawa yang terdiri dari atom

karbon, khlor dan hidrogen yang terkadang terdapat oksigen dengan formula umum

CxHyClz. Pestisida organoklorin merupakan pestisida hidrokarbon berklorin

Insektisida organoklorin dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu (1) DDT dan

analognya, misalnya BHC, dicofol, Klorobenzilat, TDE dan metoxychlor, (2)

senyawa siklodien, misalnya aldrin, dieldrin, endrin, endusulfan dan heptaklor, dan,

3
(3) terpena berklor, misalnya toksafen. Racun ini bersifat mengganggu susunan

syaraf dan larut dalam lemak (Rasiska dkk, 2017).

Gambar 2.1 Struktur Organoklorin

2.2 Dampak Pestisida Organoklorin

Penggunaan Pestisida organoklorin telah mengakibatkan pencemaran

terhadap udara, tanah, dan air. Area persawahan yang menggunakan banyak materi

organik akan mengandung residu pestisida yang tinggi karena tanah yang seperti

ini dapat mengabsorbsi senyawa hidrokarbon yang mengandung klor (hidrokarbon

terklorinasi). Faktanya, organoklorin juga telah dilarang di Indonesia, namun masih

banyak petani yang menggunakannya. Telah dibuktikan bahwa organoklorin masih

terkandung dalam tanah di daerah pertanian Pantura Jawa Barat. Hal ini

menandakan organoklorin masih digunakan di daerah tersebut. Jenis organoklorin

yang terdeteksi adalah DDT, Dieldrin, Endrin, dan masih banyak lagi. Dikarenakan

kondisi daerah pertanian di Jawa Barat tidak terlalu berbeda, maka tanah daerah

pertanian di Sub DAS Citarum Hulu diperkirakan mengandung senyawa

organoklorin (Nugraha, 2007). Dampak terhadap lingkungan:

 Pestisida organoklorin bersifat persisten, artinya mereka sulit terurai dan

dapat bertahan dalam lingkungan untuk waktu yang lama.

 Pestisida organoklorin dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta dapat

terakumulasi dalam organisme hidup melalui rantai makanan.

4
 Pestisida organoklorin juga dapat merusak keanekaragaman hayati dengan

membunuh hama yang tidak hanya merugikan tetapi juga bermanfaat bagi

ekosistem (Yuantari, 2011).

Dampak terhadap kesehatan manusia:

 Pestisida organoklorin dapat menyebabkan keracunan akut pada manusia

jika terpapar dalam jumlah yang tinggi.

 Beberapa pestisida organoklorin diklasifikasikan sebagai zat karsinogenik

yang berpotensi menyebabkan kanker pada manusia .

 Pestisida organoklorin juga dapat menyebabkan gangguan hormonal dan

reproduksi, serta masalah neurologis seperti gangguan perkembangan otak

pada anak-anak (Yuantari, 2011). Adanya gangguan hormon endogen yang

dipengaruhi oleh pestisida yang berhubungan terjadinya hipospadia

Sementara pada anak-anak perempuan mengalami defeminimisation yakni

hilangnya karakter feminim pada anak perempuan. Riwayat paparan

pestisida golongan organoklorin pada ibu hamil (bumil) merupakan faktor

risiko untuk terjadinya hipotiroidisme kongenital dan kretinisme

(Barhoumi dkk., 2016).

Dampak organoklorin bagi kesehatan manusia lainnya seperti kejang mirip

epilepsy, mual, muntah, sakit kepala, gelisah dan tremor. Dan juga dapat

kehiilangan kesadaran, fibrilasi ventrikel, dan depresi nafas (Zhou dkk., 2006).

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Organoklorin

Pestisida Organoklorin banyak digunakan karena memiliki beberapa

kelebihan yang diberikan, antaralain mempunyai kelebihan dapat

diaplikasikandengan mudah dan hasilnya dapat dirasakan dalam waktu yang relatif

5
singkat serta dapat diaplikasikan dalam area yang luas yang dapat meningkatkan

hasil pertanian (Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2020).

Pestisida organoklorin merupakan senyawa sintetis dengan stabilitas kimia

besar dan terdaftar sebagai Persistent Organic Pollutants atau Polutan Organik

Persisten (POPs). Meskipun memiliki beberapa kelebihan tetapi, Pestisida

organoklorin memiliki afinitas tinggi dengan tanah dan dapat terakumulasi di

lingkungan dalam waktu yang lama. Sebuah penelitian menemukan residu pestisida

organoklorin masih terdeteksi di sampel tanah lebih dari 20 tahun. Bahkan dalam

sebuah studi menunjukkan bahwa residu organoklorin terbawa pada aliran run off

dari tanah hingga laut.

Penggunaan pestisida ternyata tidak hanya berdampak pada lingkungan

pertanian dimana pestisida digunakan, melainkan juga dapat mencemari perairan

seperti sungai hingga ke muara pantai sehingga jelas mencemari lingkungan.

Penelitian dengan residu pestisida yang terbawa aliran run off pernah dilakukan

oleh Dede dan Khozanah pada tahun 2012. Hasil penelitiannya menunjukkan

distribusi pestisida jenis organoklorin di lokasi pelabuhan Merak hingga ke Pantai

Anyer 3 Banten memiliki rata-rata 1,952 ng/l. Pestisida organoklorin memiliki

karakteristik degradasi yang lambat pada sedimen, sangat stabil dan bertahan di

lingkungan (persisten), kelarutan tinggi dalam lemak, terakumulasi dalam

organisme dan rantai makanan (bioakumulasi), serta bersifat racun dan kronis pada

manusia dan hewan. Organoklorin memiliki ikatan senyawa yang bersifat persisten

dan sangat sulit diuraikan di alam. Pestisida organoklorin tidak hanya berdampak

buruk bagi lingkungan, melainkan juga berbahaya bagi kesehatan. Organoklorin

bersifat toksik terhadap organisme non target termasuk manusia. Pestisida

organoklorin bahkan ditemukan bersifat karsinogen dan mutagen pada hewan

(Sutamihardja, 2004).

6
2.4 Penelitian Terkait

Penelitian ini melaporkan hasil validasi uji residu pestisida organoklorin

dalam buah salak yang akan diajukan untuk akreditasi oleh KAN. Metode

kromatografi gas yang digunakan merupakan metode yang sudah dikembangkan

sejak lama dan sudah diaplikasikan pada berbagai macam sampel dan memiliki

kelebihan dalam hal waktu pelaksanaan yang singkat, dapat digunakan untuk

analisis beberapa senyawa sekaligus, serta mempunyai batas deteksi yang sangat

rendah (orde ppb). Kinerja kromatografi gas untuk uji residu pestisida organoklorin

dalam buah salak belum ditentukan. Pendekatan yang dilakukan adalah melakukan

penentuan batas deteksi dan batas kuantifikasi, uji presisi dan akurasi metode

dan uji rentang ukur metode dengan target multiresidu dalam satu kali

analisis (Raharjo dkk, 2013).

Buah salak dipotong-potong kemudian ditimbang sejumlah 12,5 gram

menggunakan timbangan terkalibrasi, dimasukkan ke dalam blender stainless steel.

Sebanyak 12,5 µL larutan standar internal aldrin konsentrasi 200 ppm, 25 mL

toluena serta 12,5 mL 2-propanol, ditambahkan ke dalam blender, dan dilumatkan

selama minimal 3 menit. Campuran diendapkan, cairan dituang ke dalam corong

yang telah diberi kapas untuk mendapatkan filtrat. Filtrat dipindahkan ke dalam

corong pisah, ditambahkan 62,5 mL larutan natrium sulfat 2 % dan dikocok selama

1 menit, dibiarkan terpisah menjadi 2 lapisan, lapisan bawah (air) dibuang.

Sebanyak 5 mL fase atas dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup kaca,

ditambah dengan 0,5 g penjerap. Tabung ditutup dan dikocok kuat-kuat selama

1-2 menit, setelah itu disaring melalui kertas saring. Sebanyak 1 µL sampel hasil

diinjeksikan ke alat kromatografi gas dengan temperatur kolom dimulai pada

230 °C dilanjutkan kenaikan 3 °C/menit selama 15 menit, temperatur injektor

270 °C dan temperatur detektor ECD 300 °C, laju gas pembawa Helium

7
30 mL/menit. Masing-masing luas area puncak senyawa target pestisida dan luas

area puncak standar internal (aldrin) ditentukan, untuk mencari perbandingan luas

area senyawa target pestisida dengan luas area standar internal. Kadar masing-

masing pestisida dalam sampel yang diinjeksi dihitung dengan memasukkan nilai

perbandingan luas area puncak ke persamaan regresi untuk senyawa standar yang

sesuai. Kadar pestisida sampel dihitung dari konsentrasi yang yang diinjeksikan

dengan memperhatikan faktor pengenceran yang terjadi selama penyiapan

sampel (Raharjo dkk, 2013).

Metode yang telah divalidasi digunakan untuk pemantauan kontaminasi

pestisida pada salak komersial. Analisis residu pestisida ini dilakukan pada sampel

salak yang berasal dari tiga area yang berbeda di Sleman, Yogyakarta. Sampel salak

dipreparasi dengan tahapan analisis metode yang divalidasi yang meliputi ekstraksi,

clean up serta analisis dengan kromatografi gas-detektor penangkap elektron. Hasil

analisis terhadap ketiga sampel salak menunjukkan tidak adanya puncak residu

pestisida pada kromatogram ketiga sampel salak. Hal ini menunjukkan bahwa

ketiga sampel salak mengandung residu pestisida dibawah batas deteksi metode

(heptaklor < 2 ppb, endosulfan < 0,51 ppm, dieldrin < 0,60 ppb dan p,p-DDT < 14

ppb) atau dapat dikatakan tidak ada residu pestisida organoklorin dalam ketiga

sampel salak berdasarkan metode yang dikembangkan (Raharjo dkk, 2013).

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan

manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Organokhlorin atau disebut

“Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi

menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disintesis

adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.

2. Penggunaan Pestisida organoklorin telah mengakibatkan pencemaran terhadap

udara, tanah, dan air. Area persawahan yang menggunakan banyak materi

organik akan mengandung residu pestisida yang tinggi karena tanah yang

seperti ini dapat mengabsorbsi senyawa hidrokarbon yang mengandung klor

(hidrokarbon terklorinasi).

3. Pestisida organoklorin memiliki beberapa kelebihan, tetapi disbanding dengan

kekurangan sangat berdampak baik pada kesehatan manusia yang dapat

menyebabkan kanker, hipertensi dan juga keracunan. Penggunaan pestisida

juga berdampak pada pencemaran lingkungan baik di air, udara dan tanah

sehingga menyebabkan bioakumulasi dan biomagnifikasi.

4. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat

diambil kesimpulan bahwa metode kromatografi gas dengan detektor

penangkap elektron dapat digunakan untuk melakukan analisis multiresidu

pestisida organoklorin (heptaklor, endosulfan, dieldrin dan p,pDDT) dalam

salak sebagai metode standar. Hasil validasi menunjukkan bahwa metode ini

tergolong selektif dan spesifik, memiliki batas deteksi di bawah BMR, memiliki

presisi serta akurasi yang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini

dapat digunakan untuk akreditasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Barhoumi. M.H., Bannour,B., Barhoumi, T., 2016, Acute Organophosphorus


intoxications in pregnant women, Pan Afr Med Journal 25(2): 2015-2020.

Nugraha, 2007, Evaluasi Penggunaan Insektisida Organoklorin di Persawahan di


Pantai Utara Jawa, Jakarta, Penerbit Ukrida.

Raharjo, T.J., Sutriyanto, B., Anugrahwati, M., dan Aprilita, N.H., 2013, Validasi
Metode Analisis Multiresidu Pestisida Organoklor dalam Salak
menggunakan Kromatografi Gas-Detektor Penangkap Elektron, AGRITECH,
33(2): 189-196.

Rasiska, S., Pratama, A. B., & Widiantini, F., 2017, Pengujian filter fisik (slow
sand filter) untuk menurunkan kadar pestisida golongan
organoklorin. soilrens, 15(1): 7-13.

Sudharmo, 2007, Pestisida, Yogyakarta, Kanisius Press.

Soemirat, 2005, Toksikologi Lingkungan, Yogyakarta, Gadjah Mada University


Press

Sutamihardja, 2004, Perubahan Lingkungan Global: Program Studi Pengelolaan


Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana, IPB.

Zhou R., Zhu L., Yang K., Chen Y. 2006. Distribution of Organochlorine Pesticides
in Surface Water, Journal of Hazard Material, 1(137): 68-75.

10
AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013

VALIDASI METODE ANALISIS MULTIRESIDU PESTISIDA ORGANOKLOR DALAM


SALAK MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS-DETEKTOR PENANGKAP
ELEKTRON

Validation of Multyresidue Analytical Method for Organochlorine Pesticides in Snakefruit Using Gas
Chromatography-Electron Capture Detector

Tri Joko Raharjo1,2, Bambang Sutriyanto2, Mai Anugrahwati1, Nurul Hidayat Aprilita1
1
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Jl. Kaliurang Km. 5 Sekip Utara,
Yogyakarta 55281
2
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, Universitas Gadjah Mada, Jl. Kaliurang Km 4,5 Sekip Utara Yogyakarta 55281
Email: trijr_mipa@ugm.ac.id

ASBTRAK

Validasi metode merupakan tahap kunci dalam proses akreditasi suatu metode. Validasi metode uji residu pestisida
organoklor dalam salak berdasarkan metode yang direkomendasikan FAO-WHO, di LPPT-UGM dilaporkan pada
penelitian ini. Buah salak dihomogenisasi, diekstraksi menggunakan toluen/2-propanol (2:1), clean up menggunakan
karbon aktif dan Celite 545, dilanjutkan analisis menggunakan kromatografi gas-detektor penangkap elektron. Validasi
mencakup spesifisitas dan selektivitas, batas deteksi dan kuantifikasi, range linier, presisi serta akurasi. Hasil validasi
menunjukkan spesifisitas dan selektivitas yang baik ditunjukkan dengan resolusi antar puncak kromatogram lebih besar
dari 1,5. Batas deteksi dan batas kuantifikasi untuk heptaklor, endosulfan, dieldrin dan p,p-DDT secara berturut-turut
adalah 0,002 dan 0,006; 0,5 dan 1,7; 0,0006 dan 0,002; serta 0,014 dan 0,047 ppm. Range linier untuk heptaklor adalah
0,0017-2 ppm, endosulfan 0,165-2 ppm, dieldrin 0,023-2 ppm dan p,p-DDT 0,229-2 ppm. Presisi metode memenuhi
batas keberterimaan Horwitz dengan nilai RSD lebih kecil dari 12,78% pada konsentrasi 0,3 ppm. Akurasi ditunjukkan
dengan recovery, untuk tiap pestisida masuk dalam rentang keberterimaan 80-110% pada konsentrasi 0,1 ppm. Analisis
pestisida organoklorin pada 3 sampel salak komersial menunjukkan tidak adanya residu pestisida dengan konsentrasi
lebih tinggi dari batas deteksi.

Kata kunci: Validasi, organokhlor,salak, kromatografi gas penangkap electron

ABSTRACT

Validation of methods is a key step in the accreditation process of the method. Validation of organoklor pesticide
residues method in snakefruit based on the method recommended by FAO-WHO, conducted in LPPT-UGM reported
in this study. Snake fruit was homogenized, extracted using toluene/2-propanol (2:1), cleaned up using activated carbon
and Celite 545, followed by analysis using gas chromatography-electron capture detector. Validation covered specificity
and selectivity, limits of detection and quantification, linear range, precision and accuracy. Validation results showed
good specificity and selectivity shown by the inter-peak chromatogram resolution greater than 1.5. Limits of detection
and quantification for heptaklor, endosulfan, dieldrin and p, p-DDT were 0.002 and 0.006, 0.5 and 1.7; 0.0006 and
0.002, as well as 0.014 and 0.047 ppm respectively. The linear range for heptaklor, endosulfan, dieldrin, and p,p-DDT
were 0.0017 to 2 ppm, 0.165 to 2 ppm, 0.023 to 2 ppm and 0.229 to 2 ppm, respectively. Precision methods meet the
acceptance of Horwitz RSD value less than 12.78% at a concentration of 0.3 ppm. Accuracy is indicated by recovery, for
each pesticide in the range of 80-110% acceptance at a concentration of 0.1 ppm. Analysis of organochlorine pesticides
in three commercial snakefruit samples showed no pesticide residues at concentrations higher than the detection limit.

Keywords: Validation, organochlorine, snakefruit, gas chromatography electron capture

189
AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013

PENDAHULUAN mampu menganalisis residu pestida tersebut di Indonesia


menjadi esensial. Residu pestisida berbahaya yang biasa
Penggunaan pestisida dalam rangka peningkatan kuali­ ditemukan dalam buah antara lain adalah golongan pestisida
tas dan kuantitas produk pertanian seringkali mening­galkan organoklor dan organofosfat.
residu yang bertahan sampai produk pertanian menjadi pa­ Pestisida organoklor adalah kelompok senyawa kimia
ngan. Residu pestisida tersebut dapat menimbulkan keracun­ hidrokarbon terklorinasi yang serbaguna. Pestisida organoklor
an, bahkan bersifat mutagenik ataupun karsinogenik sehingga terdegradasi secara perlahan sehingga akan mempunyai masa
membuat pangan menjadi tidak aman. Berdasarkan UU RI tinggal di bahan makanan maupun lingkungan yang lama
No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pangan yang aman adalah (Mueller dkk, 2008; Hong dkk, 2008). Keberadaan senyawa
pangan yang tidak mengandung bahaya biologi atau mikrobio­ organoklor dapat menimbulkan dampak buruk karena
logi, bahaya kimia (termasuk diantaranya residu pestisida) sangat beracun, persisten, dan bioakumulatif. Sebagian
dan bahaya fisik. Dalam rangka memastikan keamanan pa­ besar pestisida organoklorin merupakan bahan kimia yang
ngan dan mengatasi kendala dalam sektor agribisnis Indone­ mengganggu endokrin, artinya pestisida ini memiliki efek
sia memasuki pasar global, dibutuhkan adanya standardisasi beracun pada hormon tubuh (Lemaire dkk., 2004). Sertifikasi
dan sertifikasi produk pangan dan pertanian. Standardisasi salak penting dilakukan sebagai jaminan keamanan pangan.
mutu produk juga dikaitkan dengan masalah keamanan pa­ Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu metode analisis
ngan bagi manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungan. multiresidu pestisida organoklor dalam salak yang tervalidasi
Sertifikasi dapat bermanfaat dalam menjamin kemurnian dalam suatu laboratorium terakreditasi antara lain dengan
(genuineness) dan kualitas (quality) produk agribisnis yang kromatografi gas. Pada analisis pestisida, kromatografi gas
akan dibeli konsumen (Bricher, 2010). memiliki kelebihan penting dibandingkan metode yang
Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan lainnya. Kromatografi gas mampu dengan cepat menganalisis
Perdagangan Republik Indonesia No. 753/MPP/Kep/11/2002, campuran pestisida (multiresidu) yang kompleks dan
sertifikasi produk dapat dilakukan oleh laboratorium penguji, menyediakan identifikasi kualitatif serta analisis kuantitatif
yaitu laboratorium yang melakukan pengujian terhadap yang tepat dari berbagai komponen secara cepat (Ortelli dkk.,
contoh barang sesuai spesifikasi atau metode uji SNI yang 2004; Fenoll dkk., 2007).
diakre­ditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). La­ Penelitian ini melaporkan hasil validasi uji residu
bora­torium terakreditasi memberikan jaminan teknik dan pestisida organoklorin dalam buah salak yang akan diajukan
kompetensi untuk melakukan pengujian suatu produk sesuai untuk akreditasi oleh KAN. Metode kromatografi gas yang
dengan standar. Faktor yang menentukan kebenaran dan digunakan merupakan metode yang sudah dikembangkan
kehandalan pengujian dan/atau kalibrasi yang dilakukan sejak lama dan sudah diaplikasikan pada berbagai macam
oleh laboratorium terakreditasi salah satunya adalah validasi sampel dan memiliki kelebihan dalam hal waktu pelaksanaan
metode (Komite Akreditasi Nasional, 2005). yang singkat, dapat digunakan untuk analisis beberapa
Salak merupakan jenis buah tropis asli Indonesia yang senyawa sekaligus, serta mempunyai batas deteksi yang
merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor nasional sangat rendah (orde ppb). Kinerja kromatografi gas untuk
Indonesia. Di tengah tingginya tingkat permintaaan konsumen uji residu pestisida organoklorin dalam buah salak belum
dalam dan luar negeri, kontrol terhadap kualitas salak sebagai ditentukan. Pendekatan yang dilakukan adalah melakukan
jaminan keamanan pangan menjadi hal yang penting. Pelaku penentuan batas deteksi dan batas kuantifikasi, uji presisi dan
impor akan memperhatikan proses budidayanya, mulai dari akurasi metode dan uji rentang ukur metode dengan target
penggunaan pupuk, pestisida dan perawatan tanaman secara multiresidu dalam satu kali analisis.
lengkap. Salak termasuk dalam kategori minor crop yang
standar baku mutu pestisidanya belum ditentukan, namun
demikian keamanan salak terhadap kontaminasi pestisida METODE PENELITIAN
telah dipertimbangkan di pasar global. Dalam draft Protocol
Alat
of Inspection and Quarantine Requirements for the Export
of Salacca Fruit from Indonesia to China, yang menyatakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bahwa sebagai kesiapan membuka ekspor salak ke China maka pisau, kertas saring dengan diameter + 110 mm, blender
pihak Indonesia harus mempersiapkan diri untuk memenuhi stainless steel (Waring commercial), alat gelas (labu takar 10
persyaratan ekspor pemerintah China, salah satunya analisis mL, labu takar 5 mL, corong gelas, corong pisah, botol kaca),
residu pestisida (Kementrian Pertanian RI, 2012). Hal ini alat kromatografi gas (Shimadzu GC-2010) yang dilengkapi
menjadikan tersedianya laboratorium terakreditasi yang dengan penangkap elektron (electron capture detector/ECD).

190
AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013

Bahan 12,5 µL standar internal aldrin 200 ppm. Hasil diinjeksi ke


Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain GC pada kondisi optimasi. Kromatogram yang dihasilkan
buah salak variatas Manggala dari Turi, Sleman, Yogyakarta, dibandingkan dengan kromatogram senyawa standar. Hasil
standar aldrin, dieldrin, p,p-DDT, endosulfan, dan heptaklor yang diharapkan adalah pada waktu retensi heptaklor, aldrin,
dari Aldrich, toluen, 2-propanol (Merck), natrium sulfat endosulfan, dieldrin dan p,p-DDT tidak ditemukan puncak
anhidrat (Merck), kapas bebas lemak, penjerap campuran lain. Uji selektivitas dilakukan dengan menghitung resolusi
berupa campuran antara celite 545 (Merck) dengan Nuchar antar puncak pestisida dalam kromatogram dengan rumus:
190 N (Merck) dengan perbandingan 1:3 b/b.

Metode Uji Residu Organoklor dalam Salak


Buah salak dipotong-potong kemudian ditimbang
sejumlah 12,5 gram menggunakan timbangan terkalibrasi,
dimasukkan ke dalam blender stainless steel. Sebanyak 12,5
µL larutan standar internal aldrin konsentrasi 200 ppm, 25
mL toluena serta 12,5 mL 2-propanol, ditambahkan ke dalam
blender, dan dilumatkan selama minimal 3 menit.Campuran
Penentuan batas deteksi (LOD) dan batas
dienapkan, cairan dituang ke dalam corong yang telah diberi
kuantifikasi (LOQ). Sampel blanko (salak tanpa spiking) dan
kapas untuk mendapatkan filtrat. Filtrat dipindahkan ke dalam
sampel spiking (dispiking dengan konsentrasi analit terkecil)
corong pisah, ditambahkan 62,5 mL larutan natrium sulfat 2
dipersiapkan. Masing-masing dilakukan 10 kali replikasi.
% dan dikocok selama 1 menit, dibiarkan terpisah menjadi 2
Semua sampel diperlakukan sebagaimana dalam metode
lapisan, lapisan bawah (air) dibuang. Sebanyak 5 mL fase atas
yang divalidasi. Respon detektor dicatat dan ditentukan nilai
dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup kaca, ditambah
SD-nya. LOD dihitung sebagai konsentrasi yang memberikan
dengan 0,5 g penjerap. Tabung ditutup dan dikocok kuat-kuat
3 x SD sedangkan LOQ dihitung sebagai kosentrasi yang
selama 1-2 menit, setelah itu disaring melalui kertas saring.
memberikan respon 10 x SD.
Sebanyak 1 µL sampel hasil clean up diinjeksikan ke
alat kromatografi gas. Kondisi kromatografi yang digunakan Penentuan range linier. Sampel spiking dengan
adalah kolom RTX-1301 (30 m i.d 0,25 mm); dengan masing-masing standar dibuat sebanyak 6 variasi konsentrasi
temperatur kolom dimulai pada 230 °C dilanjutkan kenaikan (misal untuk pp-DDT = 0,20; 0,60; 0,90; 1,30; 1,60; dan2,00
3 °C/menit selama 15 menit; temperatur injektor: 270 °C dan ppm) dengan konsentrasi aldrin 0,10 ppm untuk semua sampel.
temperatur detektor ECD 300 °C; laju gas pembawa Helium Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Preparasi sampel
30 mL/menit. spiking dilakukan sesuai dengan metode yang divalidasi.
Masing-masing luas area puncak senyawa target Rata-rata perbandingan luas area puncak pestisida dan
pestisida dan luas area puncak standar internal (aldrin) aldrin ditentukan untuk masing-masing konsentrasi spiking.
ditentukan, untuk mencari perbandingan luas area senyawa Ditentukan nilai koefisien korelasi (r) antara konsentrasi
target pestisida dengan luas area standar internal. Kadar pestisida dengan perbandingan luas area rata-rata dibuat.
masing-masing pestisida dalam sampel yang diinjeksi Bila nilai r tidak memenuhi nilai linier secara statistik maka
dihitung dengan memasukkan nilai perbandingan luas area dilakukan pengulangan dengan merubah rentang konsentrasi
puncak ke persamaan regresi untuk senyawa standar yang yang dipakai.
sesuai. Kadar pestisida sampel dihitung dari konsentrasi yang
yang diinjeksikan dengan memperhatikan faktor pengenceran Penentuan presisi metode. Presisi ditentukan dengan
yang terjadi selama penyiapan sampel. menggunakan uji repitabilitas. Penentuan repitabilitas
dilakukan dengan melakukan pengujian serial sampel
Validasi Metode Uji spiking pada kondisi yang sama, yaitu analisis sama, alat
Validasi metode dilakukan berdasarkan guideline dan laboratorium sama dan waktu pengujian yang hampir
yang diterbitkan oleh AOAC (AOAC, 1998) dan Eurachem bersamaan. Sampel spiking dibuat dengan konsentrasi
(Eurachem, 1998) dengan perincian sebagai berikut: pestisida tertentu dalam range linier dan konsentrasi aldrin
tetap 0,1 ppm, sebanyak 10 kali pengulangan. Masing-
Uji spesifisitas dan selektivitas. Uji spesifisitas masing sampel dianalisis dengan metode yang divalidasi.
dilakukan dengan cara melakukan preparasi untuk sampel Perbandingan luas area antara pestisida dan aldrin pada setiap
salak sesuai dengan metode yang divalidasi, dispiking dengan konsentrasi dan pengulangan ditentukan. Perbandingan luas

191
AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013

area rata-rata untuk setiap konsentrasi spiking dihitung dan diaplikasikan pada senyawa-senyawa volatil, insektisida,
ditentukan SD serta kovarian (KV) untuk masing-masing serta residu pelarut dalam produk farmasi sehingga sesuai
konsentrasi spiking. untuk memisahkan senyawa insektisida organoklorin yang
bersifat nonpolar karena komponen-komponen dalam sampel
Penentuan akurasi dengan menentukan rekoveri dapat berinteraksi dengan fase diamnya lebih lama.
metode. Sampel spiking pestisida dan aldrin (standar
internal) disiapkan sebanyak 6 replikasi. Sampel spiking Spesifisitas dan Selektivitas Metode Analisis
diekstrak dengan metode yang divalidasi. Hasil ekstraksi
Spesifisitas metode dapat ditentukan dengan memban­
dan larutan standar diinjeksikan ke GC. Recovery dihitung
dingkan kromatogram campuran larutan standar dengan
dengan membandingkan rasio luas area pestisida dengan luas
kromatogram blanko (hasil preparasi salak tanpa spiking
area standar internal hasil preparasi sampel spiking dengan
pestisida). Metode dikatakan spesifik apabila tidak ada puncak
rasio luas area puncak pestisida dengan standar internal dalam
pada kromatogram blanko yang mempunyai waktu retensi
larutan standar yang langsung didinjeksikan.
sama dengan waktu retensi puncak-puncak pada kromatogram
larutan standar (heptaklor, endosulfan, dieldrin dan p,p-DDT).
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbadingan kromatogram sampel blanko dengan larutan
standar dimaksud ditunjukkan pada Gambar 1. Kromatogram
Validasi metode ini dilakukan di Laboratorium Penelitian sampel salak tanpa spiking pestisida yang dipreparasi dan
dan Pengembangan Terpadu (LPPT) Unit I Universitas dianalisis dengan metode yang divalidasi (Gambar 1.a) tidak
Gadjah Mada. Prosedur validasi dilakukan terhadap metode memberikan satu puncak pun yang mempunyai waktu retensi
analisis multiresidu pestisida organoklorin dalam matriks non yang sama atau berbedakatan dengan puncak pestisida standar
lemak yang diadopsi dari Analytical Methods for Residues of target analisis. Sedangkan waktu retensi standar internal dan
Pesticides, Ministry of Welfare, Health and Cultural Affairs, pestisida target analisis juga mempunyai waktu retensi yang
yang telah di terima dalam JMPR (Joint Meeting FAO-WHO berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan
on Pesticide Residue) (Ministry of Welfare, Health and cukup spesifik, dimana proses esktraksi terhadap salak yang
Cultural Affairs Netherland, 1988 dan FAO-WHO, 1999). mengandung pestisida hanya mengambil senyawa pestisida
Metode ini meliputi tahapan-tahapan ekstraksi, clean dan bukan senyawa lain dalam salak yang mempunyai waktu
up dan analisis menggunakan kromatografi gas dengan retensi sama, atau kemungkinan lain dalam salak tidak
detektor penangkap elektron. Ekstraksi menggunakan terdapat senyawa yang mempunyai waktu retensi sama atau
pelarut yang digunakan adalah toluen dan 2-propanol. mirip dengan pestisida organoklorin yang diuji yang dapat
Residu pestisida organoklorin dalam salak yang bersifat non menganggu proses kuantifikasi. Waktu retensi pestisida
polar akan terlarut ke dalam toluen. Tahapan clean up yang yang diperoleh untuk setiap pengulangan tidak jauh berbeda
dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan senyawa- dengan pengulangan yang lain, padahal pergeseran waktu
senyawa pengganggu seperti pigmen dan lemak. Proses retensi untuk senyawa yang sama dapat dimungkinkan akibat
clean up menggunakan penjerap campuran yang terdiri berbagai pengaruh, seperti keadaan alat kromatografi gas
atas celite 545 dan Nuchar yang merupakan karbon aktif. (kestabilan suhu, dan aliran gas ataupun pengaturan tekanan)
Fungsi utama karbon aktif adalah untuk menghilangkan serta perbedaan dalam proses preparasi larutan. Hal ini dapat
senyawa pengganggu polar melalui sifat adsorpsi. Senyawa menjadi indikasi kondisi kromatografi gas yang digunakan
pengganggu yang bersifat non polar dan jumlahnya berlebih mempunyai kehandalan yang baik.
akan terikat pada celite. Tahap terakhir metode adalah Untuk keperluan analisis multiresidu, selektivitas
analisis dengan menggunakan kromarografi gas-detektor metode merupakan faktor yang sangat penting. Selektivitas
penangkap elektron. Pada penelitian ini digunakan aldrin menunjukkan bagaimana analisis terhadap suatu residu
sebagai standar internal. Tujuan ditambahkannya standar pestisida tidak terpengaruh oleh keberadaan pestisida target
internal pada pestisida yang dianalisis untuk memperkecil yang lain. Dalam kromatografi, selektivitas ditunjukkan oleh
faktor kesalahan hasil analisis dimana standar internal parameter resolusi puncak (Rs). Suatu pemisahan senyawa
digunakan sebagai pembanding tetap untuk konsentrasi atau secara kromatografi dikatakan mempunyai selektivitas baik
kadar dalam larutan sampel ataupun larutan standar. Dalam atau terpisah sempurna apabila mempunyai nilai Rs > 1,5.
hal ini konsentrasi aldrin yang digunakan adalah 0,1 ppm. Nilai Rs = 1,5 merupakan nilai minimal yang menunjukkan
Untuk kromatografi gas yang digunakan kolom RTX-1301 bahwa di antara dua puncak terdapat baseline kromatogram
(crossbond 6% cyanopropilfenil–94% dimetil polisiloksan) yang berarti kedua puncak terpisah sempurna (Miller dan
yang memiliki sifat polaritas rendah sampai sedang, biasanya Miller, 2005). Hasil penentuan nilai Rs yang diperoleh pada

192
AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013

Gambar 1. Kromatogram hasil analisis sampel salak dispiking dengan standar internal aldrin (a); dan kromatogram hasil analisis salak dispiking dengan pestisida
target analisis (b)

penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Nilai resolusi puncak Tabel 2. Nilai batas deteksi dan batas kuantitasi
yang diperoleh dalam Tabel 1 semuanya memiliki nilai lebih
Senyawa Heptaklor Endosulfan Dieldrin p,p-DDT
besar dari 1,5, sehingga dapat dikatakan metode ini memiliki Batas deteksi 2 ppb 0,51 ppm 0,60 ppb 14 ppb
selektivitas yang memenuhi kriteria untuk analisis dengan Batas kuantitasi 6 ppb 1,71 ppm 2 ppb 47 ppb
kromatografi.
Range Linier
Tabel.1. Data hasil perhitungan resolusi antar puncak Penentuan range linier dilakukan melalui penambahan
pestisida berdekatan spiking standar pestisida masing-masing dengan 6 variasi
Replikasi Rs Ald-Hep Rs End-Al Rs Die-End Rs Die-DDT konsentrasi ke dalam sampel salak. Sampel kemudian
1 2,024 6,432 2,862 11,194 dianalisis dengan metode yang divalidasi. Kurva hubungan
2 2,028 5,997 2,699 11,194 antara konsentrasi dengan rasio luas area pestisida terhadap
3 1,738 5,297 2,696 11,201 luas area standar internal pada hasil analisis digunakan
rata-rata 1,930 5,905 2,753 11,196 untuk menunjukkan range linier ditampilkan pada Gambar
Keterangan: Ald: aldrin; Hep: heptaklor; End: endosulfan; Die: dieldrin; 2. Heptaklor memiliki range linier pada konsentrasi 0,0017-
DDT p,p-DDT
2 ppm, endosulfan pada 0,165-2 ppm, dieldrin pada 0,023-2
Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) ppm, sedangkan p,p-DDT pada 0,229-2 ppm. Nilai koefisien
korelasi (r) untuk kurva heptaklor adalah 0,9869; endosulfan
Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi dalam 0,9855; dieldrin 0,9896 dan p,p-DDT 0,9914. Nilai koefisien
penelitian ini dilakukan secara bersamaan karena keduanya korelasi r untuk semua standar secara statistik lebih besar dari
terdapat hubungan yang kuat. Batas deteksi didefinisikan nilai yang dipersyaratkan (nilai r tabel) yang mempunyai nilai
sebagai konsentrasi terkecil yang dapat dideteksi oleh metode, 0,707 untuk N = 6 pada tingkat kepercayaan 95% (Miller dan
sedangkan batas kuantitasi didefinisikan sebagai konsentrasi Miller, 2005).
terkecil yang dapat diukur secara kuantitatif. Secara statistik Nilai range linier ini menunjukkan bahwa metode dapat
perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi diperoleh digunakan pada range kerja konsentrasi pestisida dalam salak
melalui persamaan garis regresi linier dari kurva standar untuk range yang cukup lebar. Selain itu nilai BMR masing-
pestisida. Hasil penentuan nilai batas deteksi dan batas masing pestisida juga berada dalam range linier dimaksud.
kuantitasi yang diperoleh disajikan pada Tabel 2. Nilai batas
deteksi untuk keempat pestisida dalam penelitian ini berada di Presisi Metode
bawah nilai batas maksimum residu (BMR) yang ditetapkan
Uji presisi dilakukan untuk melihat kedekatan antara
oleh pemerintah Indonesia dalam Standar Nasional Indonesia
hasil uji yang dilakukan secara berulang pada sampel.
untuk heptaklor 0,01 ppm, endosulfan 2 ppm, dieldrin 0,05
Pengujian dilakukan dengan metode pengulangan sehingga
ppm, dan p,p-DDT 1 ppm (BSN, 2008). Dengan demikian,
diperoleh ketepatan sistem dan memberikan respon terhadap
metode ini dapat dikatakan mampu menganalisis sampel
analit terdeteksi. Sebagai syarat keberterimaan digunakan
yang memiliki kandungan residu pestisida organoklor yang
persamaan koefisien variasi Horwitz sesuai AOAC, presisi
memiliki konsentrasi sama atau lebih besar dari BMR.

193
AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013

Gambar 2. Kurva perbadningan luas area pestisida dengan standar internal terhadap konsentrasi pestisida yang dispiking ke sampel salak yang menujukkan range
linier metode uji

suatu metode dikatakan memenuhi syarat keberterimaan jika Tabel 3. Data hasil uji presisi metode dengan uji repitabilitas
nilai %RSD lebih kecil dari 2(1-0,5logC) x 2/3 (González dan
Jumlah replikat Hep/Ald End/Ald Die/Ald DDT/Ald
Herrador, 2007). Uji presisi dilakukan dengan menginjekkan 1 1,373 1,751 1,501 0,829
larutan sebanyak 10 kali. Berdasarkan hasil uji presisi 2 1,410 1,696 1,524 0,955
diperoleh data pada Tabel 3. 3 1,309 1,566 1,402 0,791
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai %RSD 4 1,439 1,688 1,546 1,038
untuk heptaklor sebesar 3,91; endosulfan sebesar 2,81; 5 1,408 1,682 1,531 0,916
dieldrin sebesar 2,82 dan p,p-DDT sebesar 7, 82. Nilai 6 1,437 1,717 1,537 0,948
tersebut memenuhi persyaratan AOAC, RSD < 2(1-0,5logC) x 2/3, 7 1,438 1,707 1,526 0,952
yakni 12,78. Hal ini menginformasikan bahwa metode yang 8 1,505 1,725 1,523 0,922
divalidasi memiliki nilai presisi yang baik dengan respon 9 1,483 1,659 1,505 0,898
10 1,457 1,698 1,553 0,990
yang relatif konstan, sehingga nilai presisi yang diperoleh
Rata-rata 1,426 1,689 1,515 0,924
masuk dalam batas keberterimaan.
SD 0,055 0,047 0,043 0,072
RSD (%) 3,914 2,806 2,821 7,817
Akurasi
Keberterimanan <12,780 <12,780 <12,780 <12,780
Berbeda dengan presisi yang merujuk pada ketelitian, RSD < 2(1-0,5logC) x 2/3
akurasi merujuk pada pengertian ketepatan atau kecermatan. Keterangan: Ald: aldrin; Hep: heptaklor; End: endosulfan; Die: dieldrin;
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa metode terpilih memiliki DDT: p, p-DDT

194
AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013

Tabel 4. Data hasil uji akurasi


Replikat %Recovery eptaklor %Recovery Endosulfan %Recovery Dieldrin %Recovery p,p-DDT
1 99,28 94,04 91,50 97,32
2 91,99 87,75 86,93 92,54
3 97,46 93,17 89,85 93,65
4 97,64 88,56 87,58 90,05
5 104,35 100,36 96,27 92,45
6 104,32 94,93 98,60 98,45
Rata-rata 99,17 93,13 91,79 94,08
SD 4,69 4,61 4,72 3,20
%RSD 4,73 4,95 5,15 3,40
%RSD dari 2(1-0,5logC) x 2/3 15,08 15,08 15,08 15,08

kisaran % perolehan kembali (% recovery) yang menyatakan ada residu pestisida organoklorin dalam ketiga sampel salak
tingkat akurasi yang memenuhi syarat keberterimaan. Nilai berdasarkan metode yang dikembangkan.
recovery yang mendekati 100% menunjukkan bahwa metode
tersebut memiliki ketepatan yang baik dalam menunjukkan
KESIMPULAN
tingkat kesesuaian dari rata-rata suatu pengukuran yang
sebanding dengan nilai sebenarnya. Hasil akurasi dapat Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
dilihat pada Tabel 4. dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode
Tabel 4 menunjukkan nilai % recovery heptaklor pada kromatografi gas dengan detektor penangkap elektron dapat
rentang 91-104%, endosulfan pada rentang 87-100%, dieldrin digunakan untuk melakukan analisis multiresidu pestisida
pada rentang 86-98% sedangkan p,p- DDT pada rentang 90- organoklorin (heptaklor, endosulfan, dieldrin dan p,p-
98%. Persen recovery yang diizinkan untuk rasio analit pada DDT) dalam salak sebagai metode standar. Hasil validasi
unit 100 ppb, yakni 80-110% (Eurachem, 1998). Dengan menunjukkan bahwa metode ini tergolong selektif dan
demikian % recovery yang diperoleh dari penelitian ini spesifik, memiliki batas deteksi di bawah BMR, memiliki
untuk masing-masing pestisida telah memenuhi syarat, yakni presisi serta akurasi yang baik, sehingga dapat disimpulkan
masuk dalam batas 80-110%. Nilai recovery hasil pengujian bahwa metode ini dapat digunakan untuk akreditasi.
menunjukkan kecenderungan terjadinya kesalahan acak,
dimana nilai % recovery yang dihasilkan berada di bawah dan
di atas 100%. Namun demikian presisi hasil recovery masih UCAPAN TERIMA KASIH
menunjukkan nilai yang berada dalam batas keberterimaan,
tertinggi 5,15% untuk dieldrin dengan batas keberterimaan Penelitian ini didanai oleh kegiatan pengembangan
maksimal 15,08%. kompetensi baru untuk akreditasi LPPT-UGM melalui RKAT
2010.
Analisis Residu Pestisida Organoklor dalam Salak Ko­
mer­sial
DAFTAR PUSTAKA
Metode yang telah divalidasi digunakan untuk peman­
tauan kontaminasi pestisida pada salak komersial. Analisis AOAC (1998). Peer-Verified Methods, Policies and Proce­
residu pestisida ini dilakukan pada sampel salak yang berasal dures. AOAC International. Arlington.
dari tiga area yang berbeda di Sleman, Yogyakarta. Sampel Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2008). Batas Maksimum
salak dipreparasi dengan tahapan analisis metode yang Residu Pestisida pada Hasil Pertanian, SNI 7313:2008,
divalidasi yang meliputi ekstraksi, clean up serta analisis Badan Standardisasi Nasional.
dengan kromatografi gas-detektor penangkap elektron. Hasil
Bricher, J L. (2010). Chapter 1-Ensuring Global Food Safety-A
analisis terhadap ketiga sampel salak menunjukkan tidak
Public Health Priority and a Global Responsibility.
adanya puncak residu pestisida pada kromatogram ketiga
Ensuring Global Food Safety. Elsevier, Amsterdam.
sampel salak. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel
salak mengandung residu pestisida dibawah batas deteksi Eurachem (1998). The Fitness for Purpose of Analytical
metode (heptaklor < 2 ppb, endosulfan < 0,51 ppm, dieldrin Methods A Laboratory Guide to Method Validation and
< 0,60 ppb dan p,p-DDT < 14 ppb) atau dapat dikatakan tidak Related Topics. LGC (Teddington) Ltd.

195
AGRITECH, Vol. 33, No. 2, MEI 2013

FAO/WHO. (1999). Pesticide Residues in Food Evaluations. Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium
Part I-Residues. FAO Plant Production and Protection Kalibrasi, Edisi kedua, diterjemahkan oleh Komite
Paper. The United Nations, Rome. Akreditasi Nasional.
Fenoll, J., Hellín, P., Martínez, C.M., Miguel, M. Dan Lemaire, G., Terouanne, B., Mauvais, P., Michel, S. dan
Flores, P. (2007). Multiresidue method for analysis of Rahmania, R. (2004). Effect of Organochlorine
pesticides in pepper and tomato by gas chromatography Pesticides on Human Androgen Receptor Activation in
with nitrogen–phosphorus detection. Food Chemistry Vitro. Toxicol. Appl. Pharm. 196: 235– 246.
105: 711-719. Miller, J.N. dan Miller J.C. (2005). Statistics and
González, A.G. dan Herrador, M.A. (2007). A practical guide Chemometrics for Analytical Chemistry. 5th Edition.
to analytical method validation, including measurement Pearson Education Limited, England.
uncertainty and accuracy profiles. TrAC Trends in Ministry of Welfare, Health and Cultural Affairs. (1988).
Analytical Chemistry 26: 227-238. Analytical Methods for Residues of Pesticides, 5th edn.,
Hong, S.H. Yim, U.H., Shim, W.J., Oh, J.R., Viet, P.H. dan SDU Publishers, Rijswijk, The Netherlands.
Park, P.S. (2008). Persistent organochlorine residues in Mueller, J.F., Harden, F., Toms, L-M., Symons, R. Dan
estuarine, and marine sediments from Ha Long Bay, Hai Fürst, P. (2008). Persistent organochlorine pesticides in
Phong Bay, and Ba Lat Estuary, Vietnam. Chemosphere human milk samples from Australia. Chemosphere 70:
72: 1193-1202. 712-720.
Kementrian Pertanian RI (2012). Meeting The Requirements Ortelli, D., Edder, P. dan Corvi, C. (2004). Multiresidue
of International Market for Salacca. http://www.eoq.hu/ analysis of 74 pesticides in fruits and vegetables by
iama/conf/1202_paper.pdf. [27 Januari 2013]. liquid chromatography–electrospray–tandem mass
Komite Akreditasi Nasional (KAN). (2005). ISO/IEC spectrometry. Analytica Chimica Acta 520: 33-45.
17025 (Versi Bahasa Indonesia) Persyaratan Umum

196

Anda mungkin juga menyukai