Islam. Tafakur secara bahasa berarti merenungkan dan mengamati sesuatu. Secara istilah bermakna mengarahkan hatinya untuk mengamati dan merenungkan tanda- tanda atau bukti-bukti atas kekuasaan Allah Ta’ala. (Lihat At-Tafakur, Syekh Munajjid, hal. 7) Tafakur adalah ibadah yang tidak mengenal tempat dan waktu. Apapun kondisinya dan kapanpun waktunya, ibadah tafakur ini bisa diamalkan. Allah Ta’ala memberi peringatan bagi orang- orang yang tidak mau bertafakur dalam firman- Nya, َو َك َأِّيْن ِم ْن آَي ٍة ِفي الَّس َم اَو اِت َو األْر ِض َي ُمُّر وَن َع َلْي َه ا َو ُه ْم َع ْن َه ا ) َو َم ا ُيْؤ ِمُن َأْك َث ُرُه ْم ِباِهَّلل ِإال َو ُه ْم ُم ْش ِر ُك وَن105( ُمْع ِر ُضوَن “Betapa banyak sekali tanda-tanda kebesaran Allah di muka bumi, yang mereka menjumpainya, akan tetapi mereka berpaling (tidak mau bertafakur). Dan kebanyakan dari mereka itu tidaklah beriman kepada Allah, kecuali mereka berbuat kesyirikan.” (QS. Yusuf: 105-106) Kewajiban tafakur Banyak sekali dalil yang menunjukkan bahwa tafakur adalah wajib, baik tafakur dengan merenungi ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an atau tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Allah Ta’ala berfirman, َو َم ا َأْر َس ْلَن ا ِم ْن َقْب ِلَك ِإال ِر َج اال ُنوِحي ِإَلْي ِه ْم َفاْس َأُلوا َأْه َل الِّذ ْك ِر ِإْن ) ِباْلَب ِّي َن اِت َو الُّز ُبِر َو َأنزْلَن ا ِإَلْي َك الِّذ ْك َر ِلُتَب ِّي َن43( ُكْنُتْم اَل َت ْع َلُموَن )44( ِللَّن اِس َم ا نزَل ِإَلْي ِه ْم َو َلَع َّلُهْم َي َتَف َّك ُروَن “Tidaklah kami mengutus sebelummu, melainkan seorang laki-laki yang kami wahyukan kepada mereka. Maka, bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui. Dengan keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab yang mereka bawa. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl: 43-44) Maka, ayat di atas menunjukkan bahwa salah satu tujuan diturunkan Al-Qur’an adalah agar manusia mau bertafakur terhadap ayat-ayat di dalamnya. Allah Ta’ala juga menyanjung orang-orang yang bertafakur dalam firman-Nya, ِإَّن ِفي َخ ْلِق الَّسماواِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتالِف الَّلْي ِل َو الَّن هاِر آَل ياٍت ُأِلوِلي ) اَّلِذيَن َي ْذ ُك ُروَن َهَّللا ِقيامًا َو ُقُعودًا َو َع لى ُج ُنوِبِه ْم190( اَأْلْلباِب َو َي َتَف َّك ُروَن ِفي َخ ْلِق الَّسماواِت َو اَأْلْر ِض َر َّبنا َم ا َخ َلْق َت َه َذ ا باِط ًال ُسْبحاَن َك َفِقنا َع ذاَب الَّن اِر “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’” (QS. Ali Imran: 190-191)