Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ANAK PRASEKOLAH

Tugas Ini di Tujukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Prasekolah


Dosen Pengampu : Shabrina Rasyid Munthe, M.S

Disusun Oleh
Kelompok 2:

Aldi Alfaridz (2111011224)


Azmi Nasution (2111011222)
Mujahid Arrozi (2111011217)
Muhammad Hatami Harahap (2111011227)
Nur Pani

Semester VI/ PAI-D

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH LABUHANBATU
2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, penulis ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Belajar dan Pembelajaran Anak
Prasekolah
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Rantauprapat, 15 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
A. Bermain Bagi Anak Prasekolah.................................................. 3
B. Permainan Anak Prasekolah........................................................ 6
C. Asumsi Bermain Bagi Anak Usia 3-5 Tahun.............................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada anak usia pra sekolah memiliki peran yang sangat penting
dalam membentuk fondasi perkembangan mereka secara holistik. Anak pra
sekolah, yang biasanya berusia antara tiga hingga enam tahun, merupakan masa
yang krusial dalam kehidupan perkembangan mereka. Pada periode ini, anak-anak
tidak hanya mengalami pertumbuhan fisik yang pesat, tetapi juga menunjukkan
kemajuan dalam berbagai aspek kognitif, sosial, emosional, dan bahasa. Oleh
karena itu, memahami proses belajar dan pembelajaran pada anak pra sekolah
menjadi suatu hal yang sangat penting bagi para pendidik, orang tua, serta pihak-
pihak yang terlibat dalam pembinaan dan pengembangan anak usia dini.
Belajar dan pembelajaran pada anak pra sekolah bukanlah hal yang
sekadar terjadi secara spontan. Sebagai gantinya, hal tersebut merupakan hasil
dari interaksi kompleks antara anak dengan lingkungannya, baik itu di dalam
maupun di luar konteks formal pendidikan. Lingkungan yang mendukung, stimuli
yang diberikan, serta kualitas interaksi antara anak dan orang dewasa di sekitarnya
memainkan peran penting dalam membentuk pola belajar anak pra sekolah. Oleh
karena itu, pemahaman yang mendalam tentang bagaimana anak-anak pada usia
ini belajar dan bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi proses pembelajaran
mereka menjadi kunci dalam memberikan pengalaman pendidikan yang optimal.
Dalam mengeksplorasi fenomena belajar dan pembelajaran anak pra
sekolah, perlu dicermati pula berbagai teori dan pendekatan dalam psikologi
perkembangan anak serta pendidikan anak usia dini. Teori-teori seperti teori
perkembangan kognitif Piaget, teori perkembangan sosial dan emosional Erikson,
serta pendekatan pembelajaran konstruktivis Vygotsky memberikan landasan
yang kuat dalam memahami bagaimana anak-anak pada usia pra sekolah
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui interaksi dengan
lingkungan dan orang lain di sekitarnya.
Tidak hanya itu, perkembangan teknologi juga memberikan dampak yang
signifikan dalam proses belajar dan pembelajaran anak pra sekolah. Era digital
membawa perubahan dalam cara anak-anak belajar dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Pemanfaatan teknologi dalam konteks pembelajaran anak

1
pra sekolah menjadi semakin relevan, namun juga menimbulkan tantangan
tersendiri dalam memastikan bahwa penggunaan teknologi tersebut berdampak
positif bagi perkembangan anak.
Selain dari perspektif psikologi dan teknologi, aspek sosial dan budaya
juga memiliki pengaruh yang besar dalam belajar dan pembelajaran anak pra
sekolah. Konteks sosial dan budaya di mana anak tumbuh memengaruhi cara
mereka berinteraksi, memahami, dan merespons lingkungan sekitar. Oleh karena
itu, penting bagi pendidik dan orang tua untuk memahami perbedaan-perbedaan
budaya dan konteks sosial yang mungkin memengaruhi pola belajar anak pra
sekolah.
Melalui penelusuran yang komprehensif terhadap berbagai aspek yang
memengaruhi belajar dan pembelajaran anak pra sekolah, diharapkan kita dapat
memperoleh pemahaman yang lebih dalam dan holistik tentang fenomena
tersebut. Dengan demikian, kita dapat merancang pendekatan pembelajaran yang
lebih efektif, lingkungan yang lebih mendukung, serta interaksi yang lebih
bermakna bagi perkembangan optimal anak pra sekolah. Dalam upaya
memberikan dasar yang kokoh bagi generasi mendatang, pemahaman tentang
belajar dan pembelajaran anak pra sekolah menjadi landasan yang tak ternilai
harganya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud bermain bagi anak prasekolah?
2. Bagaimana permainan anak prasekolah?
3. Bagaimana asumsi bermain bagi anak usia 3-5 tahun?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bermain anak prasekolah.
2. Untuk mengetahui permainan anak prasekolah
3. Untuk mengetahui asumsi bermain bagi anak usia 3-5 tahun.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bemain Bagi Anak Prasekolah
Setiap orang tua yang bijak selalu memantau perkembangan anak mereka.
Orang tua begitu bahagia ketika melihat anak mereka sudah bisa mengucapkan
sebuah kata, bisa untuk berdiri sendiri dan kemudian mulai berjalan. Rasanya ada
kesenangan tersendiri begitu melihat sang buah hati sudah mulai bertumbuh dan
berkembang
Bagi anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari
karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia
dini tidak membedakan antara bermain, bekerja, dan belajar. Anak–anak akan
menikmati permainannya sampai kapan pun dan akan terus melakukannya
dimanapun mereka memiliki kesempatan, sehingga bermain salah satu cara anak
usia dini untuk belajar, karena melalui bermain anak mulai belajar tentang apa
yang ingin mereka ketahui dan akhirnya mampu mengenal semua peristiwa yang
terjadi di lingkungan sekitarnya, seperti bereksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan karena
interaksi yang paling penting dengan anak-anak pra sekolah (Usia 3-5 tahun)
adalah permainan.
Mengapa dikatakan penting? Karena permainan meningkatkan afiliasi
dengan teman sebaya, mengurangi tekanan/stress, meningkatkan perkembangan
kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberikan pengetahuan dasar tentang
kehidupan. Permainan juga dapat meningkatkan kemampuan anak-anak berbicara
dan berinteraksi satu sama lain. Jadi kesimpulannya adalah permainan penting
bagi kesehatan anak, baik secara mental dan fisik. Untuk lebih memahami makna
atau arti dari bermain, maka sebelumnya kita akan bahas tentang apakah yang
dimaksud dengan bermain terlebih dahulu.
Sedangkan departemen pendidikan nasional mendefenisikan bermain ialah
cara yang paling efektif untuk mematangkan perkembangan anak. Karena dengan
bermain bayi atau anak-anak usia dini berusaha mencoba dan melatih diri. Gerak-
gerak permainan itu antara lain berupa memukulmukul, merangkak, melempar,
merobek-robek kertas, meremas, duduk, berdiri, berlari dan lain-lain. Walaupun

3
tampaknya tidak bertujuan namun memegang peranan penting dalam latihan
pendahuluan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock bermain adalah kegiatan
yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan
dan pihak luar. Hal ini sejalan sebagaimana yang dikemukakakn oleh Conny yang
dikutip oleh Santoso (2002, 14) bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang serius,
namun mengasyikkan. Melalui aktivitas bermain, bermain, berbagai pekerjaannya
terwujud. 1
Jadi, menurut teori ini bahwasanya kegiatan bermain yang dilakukan oleh
anak usia dini bukan karena paksaan tetapi merupakan suatu hal yang
menyenangkan bagi mereka dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari
mereka. Sedangkan menurut Spodek yang dikutip oleh Soemiarti bahwa bermain
benar-benar merupakan pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam
beraneka ragam bentuk. Bermain itu sendiri bukan hanya tampak pada tingkah
laku anak tetapi pada usia dewasa bahkan bukan hanya pada manusia.
Sedangkan menurut Slamet suyanto bahwa esensi bermain meliputi
perasaan menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat
aktif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Huizinga bahwa bermain merupakan
tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas-batas tempat dan
waktu, berdasarkan aturan-aturan yang mengikat tetapi diakui secara suka rela
dengan tujuan yang ada dalam dirinya sendiri, disertai dengan perasaan tegang
dan senang dan dengan pengertian bahwa bermain merupakan sesuatu yang lain
daripada kehidupan biasa.
Sedangkan menurut Johnson ia bermain sama dengan fantasi atau
lamunan. Melalui bermain anak dapat memproyeksikan harapanharapan maupun
konflik pribadi, mengeluarkan semua perasaan negatif, seperti pengalaman yang
tidak menyenangkan atau traumatic dan harapan-harapan yang tidak terwujud
dalam realita.
Sedangkan meniru Piaget, menganut teori kognitif ini mengatakan bahwa
bermain mengalami perubahan dari tahap sensori motorik, bermain khayal,

1
Khadijah, Pendidikan Prasekolah, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 139-151

4
sampai kepada bermain sosial yang disertai aturan permainan. Jadi walaupun
bermain bukan penentu utama kognisi, tetapi memberi sumbangan penting
terhadap perkembangan kognisi.
Sedangkan Menurut vygotsky, bermain mempunyai peranan langsung
terhadap perkembangan kognisi seorang anak, anak tidak mampu berfikir abstrak,
karena bagi mereka makna (meaning), dan objek berbaur menjadi satu.
Fungsi bermain bagi perkembangan anak:
a. Kemampuan motorik Bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas
sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Ada saat
bermain anak berlatih menyesuaikan antara pikiran dan gerakan menjadi
suatu keseimbangan. Menurut Piaget, anak terlahir dengan kemampuan
reflex, kemudian ia belajar menggabungkan dua atau lebih gerak refleks,
dan pada akhirnya ia mampu mengontrol gerakannya. Melalui bermain
anak belajar mengontrol geraknnya menjadi gerak terkoordinasi.
b. Bermain menembangkan kemampuan kognitif Menutut piaget anak belajar
memahami pengetahuan dengan berinteraksi melalui objek yang ada
disekitarnnya. Bermain memberikan kesempatan kepada anak unutk
berinteraksi dengan objek.
c. Kemampuan afektif Setiap permainan memilikin aturan. Aturan akan
diperkenalkan oleh teman bermain sedkit demi sedikit, tahap demi tahap
sampai setiap anak memahami aturan main. Oleh karena itu, bermain akan
melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan.
Hal itu merupakan tahap awal dari perkembangan moral (afeksi).
d. Kemampuan bahasa Pada saat bermain anak menggunkana bahasa, bik
untuk berkomunikasi dengan temannya maupun sekedar menyatakan
pikirannya (thinking aloud). Sering kita jumpai anak kecil bermain sendiri
sambil mengucap kata-kata seakan-akan ia bercakap-cakap dengan diri
sendiri. Ia sebenarnya sedang membahasakan apa yang ada dalam
pikirannya.
Melalui kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak-anak, guru akan
mendapat gambaran tentang tahap perkembangan dan kemampuan umum si anak
tersebut. Maka adapun bentuk-bentuk dari bermain tersebut antara lain meliputi:

5
a. Bermain sosial Peran guru yang mengamati cara bermain anak, akan
memperoleh pesan bahwa parti sipasi anak dalam kegiatan bermain, dapat
bersifat soliter (bermain seorang diri), bermian sebagai penonton, bermain
paralel, bermain asosiatif dan bermain bersama.
b. Bermain dengan benda Piaget (1962) mengemukakan bahwa ada beberapa
tipe bermain dengan objek yang meliputi bermain praktis, bermain
simbolik, dan permainan dengan peraturan-peraturan. Bermain praktis
adalah bentuk bermain, di mana pelakunya melakukan berbagai
kemungkinan mengesplorasi objek Yang di pergunakan.
c. Bermain sosio-dramatik Bermain sosio-dramatik memiliki beberapa
elemen. Yaitu a) bermain dengan melakukan imitasi. b) bermain pura-
pura. c) bermain peran. d) persisten. e) interaksi dan f) komunikasi verbal.2

B. Permaianan Anak Prasekolah


Permainan menurut Piaget ialah media yang meningkatkan perkembangan
kognitif anak. Misalnya, anak-anak yang baru saja belajar menjumlahkan atau
mengalihkan mulai bermain dengan angka melalui cara yang berbeda dan bila
mereka berhasil menyelesaikan dengan baik mereka akan tertawa dan merasa
bangga. Permainan imajiner dan permainan yang kreatif juga meningkatkan
perkembangan kognitif. Sedangkan menurut Schaller bahwa permainan
memberikan kelonggaran sesudah orang melakukan tugasnya dan sekaligus
mempunyai sifat membersihkan. Permainan adalah sebaliknya daripada bekerja.
Kemudian Spencer juga mengemukakan bahwa permainan merupakan
kemungkinan penyaluran bagi manusia untuk melepaskan sisa-sisa energi. Karena
manusia melalui evolusi mencapai suatu tingkatan yang tidak terlalu
membutuhkan banyak energi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidup, maka
kelebihan energinya harus disalurkan melalui cara yang sesuai, dalam hal ini
permainan merupakan cara yang sebaik-baiknya.
Permainan itu pada dasarnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
Sebagai berikut:

2
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
h. 74

6
a. Permainaan fisik Permainan seperti kejar-kejaran, gerobak dorong, yang
sudah mendarah daging misalnya, menggunakan banyak kegiatan fisik.
Anak usia 5-7 tahun sering bermain kejar-kejaran, menangkap temannya,
dan jatuh bergulingan. Permainan seperti itu tidak hanya terjadi di
Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Jadu, dengan bermain, fisik anak
akan tumbuh menjadi sehat dan kuat untuk melakukan gerakan dasar.
b. Lagu anak-anak Lagu anak-anak biasanya dinyanyikan sambil bergerak ,
menari, atau berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang. Berdasarkan
sifatnya ada lagu yang humoris, ada yan mengandung teka-teki, dan ada
pula yang mengandung nilai-nilai ajaran yang luhur. Unsur lagu yang
menarik ialah adanya rhyme atau bunyi akhir yang sama.
c. Bermain teka-teki dan berfikit logis matematis Banyak permainan yang
tujuannya mengembangkan kemampuan berfikir logis dan matematis.
Salah satu diantaranya ialah lowok, satu permainan yang menguunkan
karet gelang. Dengan permainan ini anak-anak belajar tentang ganjil dan
genap, lebih banyak dan lebih sedikit. Begitu pula dengan permainan
benthic dan dakon.
d. Bermain dengan benda-benda Permainan dengan objek seperti air, pasir,
dan balok dapat membantu anak mengembangkan berbagai aspek
perkembangan. Anak-anak dapat belajar ciri-ciri benda tersebut. Misalnya
saat bermain air anak dapat mengenal sifat-sifat air.
e. Bermain peran Jenis permainan ini antara lain meliputi sandiwara, drama,
bermain peran, dan jenis permainan lain ketika anak memerankan orang
lain. Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan kemampian
bahasa, komunikasi, dan memahami peran-peran dalam masyarakat.3
Kemudian ada juga yang namanya “Alat permainan edukatif”. Alat
permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana
atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif), dan
dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. Dengan demikian, alat
permainan edukatif (APE) digunakan untuk mendukung kegiatan main anak. APE
disesuaikan dengan usia anak dan rencana kegiatan belajar yang sudah disusun.
3
Iswinarti, Permainan Anak Sekolah Prasekolah di perkotaan, Pedesaan, dan perumahan,
Seminar Psikologi dan Kemanusian, 2015, h. 510-511

7
APE tidak harus yang sudah jadi tapi dapat dibuat oleh kader bersama orang tua.
Jadi, APE tidak hanya yang sudah jadi, tetapi dapat juga dibuat sendiri dengan
menggunakan bahan-bahan yang sudah tidak dapat terpakai lagi dan mudah
didapat disekitar kita.
Adapun penggunaan APE baik yang sudah jadi maupun yang
dikembangkan sendiri agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan yang amat bagi anak (tidak runcing, tajam atau tidak
mengandung zat yang membahayakan kesehatan anak)
2. Menarik minat anak untuk memainkannya
3. Dapat dimainkan oleh anak dengan berbagai cara
4. Bahannya mudah didapatkan dilingkungan sekitar
5. Mendukung tahapan perkembangan anak.
Di samping memperhatikan penggunaan APE di atas, maka perlu juga
memperhatikan persyaratan-persyaratan untuk alat permainan edukatif tersebut,
yaitu sebagai berikut:
1. Mengandung nilai pendidikan.
2. Aman atau tidak berbahaya bagi anak.
3. Menarik dilihat dari warna dan bentuknya.
4. Sesuai dengan minat dan taraf perkembangan anak.
5. Sederhana, murah, dan mudah diperoleh.
6. Awet, tidak mudah rusak, dan mudah pemeliharaannya.
7. Ukuran dan bentuknya sesuai dengan usia anak.
8. Berfungsi mengembangkan kemampuan anak.
Selain itu, permainan juga dapat memperluas interaksi sosial dan
mengembangkan keterampilan sosial, yaitu belajar bagaimana berbagi, hidup
bersama, mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat secara umum. Selain
itu, permainan akan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh, dan
mengembangkan serta memperhalus keterampilan motor kasar dan halus.
Permainan juga akan membantu anak-anak memahami tubuhnya; fungsi dan
bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak bisa mengetahui bahwa
bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan. Permainan
dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena anak-anak

8
mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri
dalam suasana yang tidak mengancam, juga memperhatikan peran orang lain.
Melalui permainan anak-anak bisa belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai
hak orang lain.4

C. Asumsi Bermain Bagi Anak Usia 3-5 Tahun


Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan
memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan lingkungan anak sehingga
pembelajaran menjadi bermakna (bermanfaat) bagi anak, ketika bermain anak
membangun pengertian dengan pengalamannya. Dengan demikian diharapkan
anak dapat mengambil berbagai pelajaran yang nantinya akan membantu anak
untuk menghadapi kehidupan nyata. Di samping itu diharapkan juga anak dapat
berkembang sesuai dengan tingkatan usianya. Pada usia tiga tahun, umumnya
anak dapat berjalan mengikuti garis yang lurus.
Pada waktu anak berusia 3 tahun umumnya mereka sudah mampu berjalan
mundur, berjalan di atas jari kaki (berjinjit) dan lari. Mereka mampu melempar
bola dan menerima bola dengan kedua tangan yang diluruskan ke depan. Mereka
telah mampu mengendarai sepeda roda tiga. Keterampilan memegang pensil
dengan jari tangan telah dikuasai, bukan dengan cara menggenggam pensil. Pada
usia 3-4 tahun, anak mulai mampu mengenal lingkaran, segi empat, segi tiga, dan
mencontoh berbagai bentuk.
Pada usia antara 4-5 tahun, biasanya mereka sudah mampu membuat
gambar, gambar orang. Bentuk gambar orang biasanya ditunjukkan dengan
lingkaran yang besar, yaitu kepala dan ditambahkan bulat kecil sebagai mata,
hidung, mulut, dan telinga. Kemudian ditarik garis-garis dengan maksud
menggambar badan, kaki dan tangan. Rhoda Kellogg (1970) telah mengumpulkan
gambar dari satu juta anak, separonya dari anak yang berusia di bawah 6 tahun.
Pada usia 4 tahun anak-anak juga telah memiliki keterampilan yang lebih baik,
mereka mampu melambungkan bola, melompat dengan satu kaki, telah mampu
menaiki tangga dengan kaki yang berganti-ganti. Sedangkan beberapa anak yang

4
Khadijah, Pendidikan Prasekolah, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 172

9
telah berusia 5 tahun telah mampu melompat dengan mengangkat dua kaki
sekaligus dan belajar melompat tali.
Umumnya kelas untuk anak usia prasekolah terdapat sarana untuk bermain
dengan menggunakan meja, kegiatan bermainnya disebut permainan meja. Materi
yang dimainkan dalam kegiatan ini mengembangkan keterampilan gerakan halus
dan koordinasi mata dan tangan. Alat atau materi dalam pembelajaran prasekolah
adalah:
1. Alat permainan menara gelang ganda bentuk bulat, segi empat, segi tiga
dan segi enam. Dengan alat permainan ini anak-anak akan mengenal
konsep warna, bentuk dan ukuran.
2. Tangga silinder bentuk silider dan kubus. Dengan memainkan alat
permainan ini anak belajar tentang bentuk, warna, jumlah, posisi benda (di
atas, di bawah, dan di samping).
3. Puzzles, (main bongkar pasang). Yang paling sederhana adalah papan
bentuk (lingkar, segi empat, segi tiga, bintang, oval dan sebagainya).
Model puzzle lain adalah suatu gambar tertentu yang kemudian dipotong-
potong, setelah gambar tersebut ditebarkan di meja anak diminta untuk
menyatukan kembali.
4. Alat mainan yang bersifat konstruksi, misalnya balok meja, alat permainan
LASY, yaitu untuk mengembangkan kreatifitas. Dengan alat permainan
tersebut anak dapat menyusun suatu bentuk tertentu, dapat dengan contoh
atau berdasarkan kreasinya sendiri.
5. Games. Sejumlah games yang sederhana juga termasuk dalam pusat ini,
games tersebut antara lain meliputi domino, lotto, ular tangga dan
sebagainya.
6. Materi yang berorientasi pada kegiatan yang bersifat akademik. Yaitu
materi yang membawa anak untuk kesiapan akademik bagi anak. Materi
tersebut meliputi: kertas dan pinsil, pola bentuk untuk diciplak: (sebagai
persiapan untuk membuat huruf), bentuk angkaangka (untuk
memperkenalkan bentuk angka) dan sebagainya.
Pada usia 6 tahun diharapkan anak sudah mampu melempar dengan tujuan
yang tepat dan mampu mengendarai sepeda roda dua. Anak laki-laki dan anak

10
perempuan dapat lari sama kencangnya dan keduanya sama-sama mampu
melempar dengan sasaran yang tepat.5

5
Novitasari, Resnia, and Supra Wimbarti. "Theory of mind pada anak usia 3-5 tahun
ditinjau dari kemampuan bermain simbolik dan kemampuan bahasa verbal." Gadjah Mada Journal
of Psychology (GamaJoP) 1.1, 2015, h. 46

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam konteks pembahasan mengenai belajar dan pembelajaran anak
prasekolah, dapat disimpulkan bahwa periode ini merupakan fase penting dalam
perkembangan anak yang membutuhkan perhatian yang besar dari berbagai pihak
terkait, seperti orang tua, pendidik, dan masyarakat secara luas. Penelitian dan
pemahaman yang mendalam tentang proses belajar dan pembelajaran pada anak
usia prasekolah merupakan kunci dalam membentuk dasar yang kuat bagi
perkembangan anak secara holistik.
Salah satu aspek penting yang dapat disimpulkan adalah bahwa belajar
pada anak prasekolah bukanlah proses yang terjadi secara sporadis atau alami.
Sebaliknya, belajar pada periode ini merupakan hasil dari interaksi yang kompleks
antara anak dengan lingkungannya, baik itu lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat. Oleh karena itu, peran lingkungan dalam mendukung
pembelajaran anak prasekolah menjadi sangat penting. Lingkungan yang
memfasilitasi, memberikan rangsangan yang sesuai dengan perkembangan anak,
dan memperhatikan kebutuhan individu anak akan membantu membentuk pola
belajar yang positif.
Selain itu, pemahaman tentang perkembangan kognitif, sosial, emosional,
dan bahasa pada anak prasekolah menjadi landasan yang penting dalam
merancang program pembelajaran yang efektif. Teori-teori perkembangan anak
dari para ahli seperti Piaget, Erikson, dan Vygotsky memberikan wawasan yang
berharga tentang bagaimana anak-anak pada usia ini memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap melalui proses belajar.
Perkembangan teknologi juga memiliki dampak yang signifikan dalam
belajar dan pembelajaran anak prasekolah. Sementara teknologi dapat menjadi
alat yang bermanfaat dalam memperluas akses ke sumber belajar dan
meningkatkan keterlibatan anak dalam pembelajaran, penggunaan teknologi juga
memerlukan pemantauan dan pengawasan yang cermat untuk memastikan bahwa
penggunaannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

12
Selain itu, aspek sosial dan budaya juga memainkan peran penting dalam belajar
dan pembelajaran anak prasekolah. Konteks sosial dan budaya di mana anak
tumbuh memengaruhi cara mereka memahami dunia, berinteraksi dengan orang
lain, dan merespons lingkungan sekitar. Oleh karena itu, penting bagi pendidik
dan orang tua untuk memahami perbedaan-perbedaan budaya dan konteks sosial
yang mungkin memengaruhi pola belajar anak prasekolah.
Dalam kesimpulan, pemahaman yang mendalam tentang proses belajar
dan pembelajaran anak prasekolah menjadi landasan yang penting dalam
merancang pendekatan pembelajaran yang efektif. Melalui pendekatan yang
holistik, yang memperhatikan interaksi antara aspek-aspek kognitif, sosial,
emosional, bahasa, teknologi, dan budaya, diharapkan kita dapat memberikan
pengalaman pendidikan yang optimal bagi anak-anak prasekolah. Dengan
demikian, kita dapat membantu mempersiapkan generasi mendatang untuk
menghadapi tantangan dan meraih kesuksesan di masa depan.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat apabila ada kesalahan baik dalam
penjelasan maupun dalam penulisan kami mohon maaf. Kami mengharap kritik
dan saran yang membangun agar dapat menjadi sumber rujukan sehingga apa
yang kami buat ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA
Iswinarti. Permainan Anak Sekolah Prasekolah di perkotaan, Pedesaan, dan
perumahan. Seminar Psikologi dan Kemanusian. 2015.
Khadijah. Pendidikan Prasekolah. Medan: Perdana Publishing. 2016.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
2003.
Andarwati, S. R., Munir, Z., & Siam, W. N. Permainan Lego (Parallel Play)
terhadap Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia 3-6 Tahun. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 8(1). 2020

14

Anda mungkin juga menyukai