Anda di halaman 1dari 7

1.

Mengidentifikasi masalah melalui review awal (dapat wawancara, pengamatan,


maupun analisis konten).

Melalui analisis awal atas Artikel "Interpretasi Khalayak terhadap Humor Sexist
dalam Tayangan Komedi Lapor Pak! Trans 7," terungkap sejumlah masalah yang
menuntut pemahaman lebih mendalam. Pertama-tama, perlu dicermati jenis humor yang
dibawakan dalam tayangan tersebut, terutama yang berkaitan dengan seksisme.
Kehadiran lelucon atau komentar yang merendahkan atau menyerang jenis kelamin
tertentu memunculkan kekhawatiran akan potensi peran tayangan tersebut dalam
memperkuat stereotip gender yang tidak sehat. Kedua, penting untuk mengkaji
bagaimana masyarakat menerima dan menafsirkan humor seksis ini. Apakah penonton
hanya menertawakan lelucon tanpa memperhatikan implikasi sosial yang mendasarinya,
atau apakah mereka merasa tidak nyaman dengan konten yang merendahkan tersebut?
Perhatian pada bagaimana humor seksis diterima dapat memberikan wawasan yang
berharga tentang bagaimana pemirsa menafsirkan dan memproses pesan-pesan yang
disampaikan oleh media massa terkait gender. Terakhir, kajian ini juga harus menyoroti
peran media dalam membentuk opini dan sikap masyarakat terhadap isu-isu gender.
Apakah tayangan seperti "Lapor Pak! Trans 7" memiliki dampak signifikan dalam
memperkuat atau bahkan mengubah persepsi masyarakat tentang gender dan seksisme?
Dengan melanjutkan penyelidikan melalui wawancara, pengamatan, dan analisis konten
yang lebih mendalam, kita dapat mendapatkan pemahaman yang lebih holistik tentang
dampak humor seksis dalam media komedi dan merumuskan solusi yang lebih efektif
dalam menanggapi ketidaksetaraan gender dalam budaya populer.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap episode spesifik dari program "Lapor
Pak!" yang disiarkan pada 1 April 2021, terungkap bahwa ada beberapa insiden humor
yang mengandung unsur seksisme. Salah satunya adalah ketika Ayu Ting Ting, yang
memerankan office girl, dipersilakan oleh Andre Taulany yang memerankan komandan
dengan ucapan "Om, ada apartemen satu, kosong." Humor ini secara tidak langsung
menggambarkan perempuan sebagai objek seksual yang ditawari kepada pria dengan
keinginan seksual. Ini merupakan contoh nyata dari bagaimana humor seksis dapat
merendahkan martabat perempuan dalam suatu tayangan. Lebih lanjut, penting untuk
mencatat bahwa episode ini mendapatkan jumlah penonton yang sangat besar di platform
YouTube, menunjukkan bahwa banyak dari mereka menyukai dan menyetujui humor
yang disajikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah penonton juga setuju dengan
humor seksis yang tersirat dalam episode tersebut. Terutama, ketika program ini memiliki
rating yang tinggi dan dibawakan oleh artis-artis terkenal dengan basis penggemar yang
besar, konten humor yang disampaikan memiliki potensi untuk menjadi model perilaku
bagi penontonnya. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana penonton
memaknai dan menerima humor seksis dalam tayangan tersebut.
Pendekatan analisis resepsi David Morley dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang bagaimana penonton menafsirkan dan merespons pesan-pesan
yang disampaikan dalam tayangan tersebut. Dengan demikian, melalui penelitian ini,
peneliti berupaya untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana penonton merespons
humor seksis dalam "Lapor Pak!" pada episode tertentu, khususnya mengingat potensi
dampaknya dalam membentuk sikap dan perilaku penonton terhadap gender dan
seksisme.
Berdasarkan analisis terhadap episode "Lapor Pak!" yang disiarkan pada 1 April
2021, dapat disimpulkan bahwa terdapat keberadaan humor seksis dalam tayangan
tersebut. Humor seperti ini merendahkan martabat perempuan dengan memperlakukan
mereka sebagai objek seksual yang ditawarkan kepada pria. Meskipun episode ini
mendapatkan jumlah penonton yang besar di YouTube, termasuk banyak yang
menyetujui humor yang disajikan, hal ini memunculkan pertanyaan apakah penonton
juga secara aktif menyetujui humor seksis yang tersirat dalam episode tersebut. Penting
untuk dicatat bahwa tayangan seperti "Lapor Pak!" memiliki pengaruh besar terhadap
pandangan dan perilaku masyarakat, terutama ketika disiarkan oleh artis-artis terkenal
dengan basis penggemar yang besar. Oleh karena itu, pemahaman tentang bagaimana
penonton memaknai dan menerima humor seksis menjadi penting.
2. Diagnosis dengan mengidentifikasi penyebab serta akibat dari suatu praktek
komunikasi yang diramalkan.
Dalam kasus praktek komunikasi yang diramalkan, seperti yang diamati dalam tayangan
"Lapor Pak!" episode 1 April 2021, diagnosisnya dapat dibuat dengan mengidentifikasi
penyebab serta akibat dari keberadaan humor seksis dalam konteks tersebut.

a Penyebab:
1) Konteks Budaya: Humor seksis mungkin muncul karena adanya budaya yang
masih memperkuat stereotip gender dan meremehkan peran perempuan.
2) Target Audiens: Produsen konten mungkin mengambil risiko dengan
menyajikan humor seksis untuk menarik perhatian dan menghibur target
audiens tertentu, terutama mengingat episode tersebut mendapat jumlah
penonton yang besar di platform YouTube.
3) Kebutuhan untuk Kontroversi: Ada kemungkinan produsen konten
menggunakan humor seksis untuk menciptakan kontroversi dan meningkatkan
visibilitas tayangan tersebut di media sosial dan platform daring.

b Akibat:
1) Penguatan Stereotip: Praktek komunikasi yang mengandung humor seksis
dapat memperkuat stereotip gender dan mempertahankan ketidaksetaraan
dalam masyarakat.
2) Normalisasi Seksisme: Penayangan humor seksis di media massa dapat
memperkuat persepsi bahwa seksisme adalah hal yang biasa dan diterima
secara luas.
3) Pengaruh pada Perilaku: Penonton, terutama yang lebih muda, mungkin meniru
perilaku yang ditampilkan dalam tayangan tersebut, termasuk pandangan dan
perlakuan terhadap gender.
3. Membuat review terhadap elemen-elemen dalam proses komunikasi, termasuk
adanya SOP, teori, atau konsep sebagai acuan (standar) audit.
Tentu, berikut adalah pengembangan untuk masing-masing aspek dalam bentuk
paragraf:

a Pemilihan Isi dan Gaya Humor:


Standar operasional prosedur (SOP) dalam pemilihan konten untuk tayangan
seperti "Lapor Pak!" harus mencerminkan prinsip-prinsip etika dan keberagaman.
Sebagai contoh, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal "Journal of Broadcasting &
Electronic Media" oleh Gudykunst & Nishida (2001) menyoroti pentingnya
memperhitungkan implikasi budaya dalam konten media. Mereka menyatakan bahwa
"pembuat media harus peka terhadap budaya dan nilai-nilai masyarakat saat membuat
dan menyajikan konten media." Ini menunjukkan bahwa praktek komunikasi harus
mempertimbangkan keberagaman budaya dan etika dalam memilih konten. Seiring
dengan itu, teori-teori seperti teori representasi dalam media, seperti yang dijelaskan oleh
Hall (1997), dapat memberikan wawasan tentang bagaimana konten media dapat
memengaruhi persepsi dan representasi gender dalam masyarakat.

b Pembawaan Konten:
Pembawaan konten dalam tayangan juga harus diatur melalui SOP yang
memperhatikan aspek etika dan sensitivitas. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam
jurnal "Communication Monographs," oleh Motley et al. (2000), mereka menyoroti
pentingnya penelitian tentang bagaimana komunikator membangun dan memperkuat
identitas dalam interaksi sosial. Dalam konteks tayangan "Lapor Pak!", pembawa acara
harus menggunakan bahasa tubuh dan intonasi yang sesuai, yang tidak hanya menghibur
tetapi juga menghormati martabat setiap individu. Konsep framing, seperti yang
dikemukakan oleh Entman (1993), juga dapat menjadi dasar untuk memahami bagaimana
pesan-pesan disampaikan dan diterima oleh penonton, serta bagaimana pesan tersebut
memengaruhi persepsi mereka tentang topik tertentu.

c Interaksi dengan Penonton:


Interaksi dengan penonton juga harus dikelola melalui SOP yang tepat. Sebuah
penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "New Media & Society" oleh Haimson et al.
(2013) menyoroti pentingnya responsif terhadap komentar dan tanggapan penonton
dalam lingkungan media sosial. Mereka menemukan bahwa "responsif terhadap
komentar meningkatkan keterlibatan pengguna dan menciptakan hubungan yang lebih
kuat antara konten dan pengguna." Ini menunjukkan bahwa responsif terhadap penonton
dapat meningkatkan pengalaman pemirsa dan memperkuat hubungan antara penyiar dan
audiens. Dalam konteks ini, teori resepsi media seperti yang dijelaskan oleh Morley
(1980) dapat digunakan untuk memahami bagaimana penonton memaknai dan merespons
pesan yang disampaikan dalam tayangan tersebut.
d Analisis Respons Penonton
Analisis respons penonton harus mencakup SOP yang melibatkan pemantauan
aktif atas tanggapan di media sosial dan platform lainnya. Sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam jurnal "Communication Research" oleh Kim & Han (2014) menyoroti
pentingnya analisis dampak konten media sosial terhadap persepsi dan perilaku
pengguna. Mereka menyimpulkan bahwa "konten media sosial dapat memiliki dampak
signifikan pada persepsi dan perilaku pengguna, dan penting untuk memahami dampak
tersebut dalam merancang strategi komunikasi yang efektif." Dengan menggunakan teori-
teori seperti teori efek media atau teori kognitif sosial, kita dapat mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana konten media memengaruhi sikap dan
perilaku penonton.
4. Perencanaan audit: Membuat perencanaan kegiatan untuk pengumpulan data dan
informasi sesuai tujuan audit mencakup jadwal kegiatan, waktu, metode
pengumpulan data, tugas auditor.
Berikut adalah perencanaan audit untuk pengumpulan data dan informasi sesuai
dengan tujuan audit dalam konteks evaluasi tayangan "Lapor Pak!" episode 1 April 2021:

a Tujuan Audit:
1) Mengidentifikasi keberadaan humor seksis dalam tayangan.
2) Memahami respon dan pemaknaan penonton terhadap humor seksis yang
disajikan.
3) Menganalisis dampak konten tersebut terhadap pandangan dan perilaku
penonton.
b. Perencanaan Kegiatan:
1) Tahap 1: Persiapan
Waktu: Minggu 1
Kegiatan: Menetapkan tujuan audit, menetapkan tim auditor, dan menyusun
kerangka kerja audit.
2) Tahap 2: Pengumpulan Data
Waktu: Minggu 2-3
Kegiatan: Melakukan pengamatan terhadap episode "Lapor Pak!" yang
bersangkutan, melakukan wawancara mendalam dengan penonton yang
mewakili beragam latar belakang, dan mengadakan focus group discussions
(FGD) untuk mendalami pemaknaan dan respons penonton terhadap konten
tersebut.
3) Tahap 3: Analisis Data
Waktu: Minggu 4-5
Kegiatan: Menganalisis data yang terkumpul dari pengamatan, wawancara, dan
FGD untuk mengidentifikasi pola dan tren terkait humor seksis dalam tayangan
serta pemaknaan penonton terhadapnya.
4) Tahap 4: Pelaporan
Waktu: Minggu 6-7
Kegiatan: Menyusun laporan audit yang mencakup temuan, analisis, dan
rekomendasi berdasarkan data yang terkumpul.

c Metode Pengumpulan Data:


1) Pengamatan: Mengamati secara langsung episode "Lapor Pak!" yang
bersangkutan untuk mengidentifikasi konten humor seksis yang disajikan.
2) Wawancara Mendalam: Melakukan wawancara mendalam dengan sejumlah
penonton yang mewakili beragam latar belakang untuk memahami pemaknaan
dan respons mereka terhadap konten tersebut.
3) Focus Group Discussions (FGD): Mengadakan FGD dengan sekelompok
penonton untuk mendalami pemahaman mereka tentang konten humor seksis
dan dampaknya.

d Tugas Auditor:
1) Auditor Utama: Bertanggung jawab atas perencanaan, pengorganisasian, dan
pelaksanaan audit secara keseluruhan.
2) Auditor Pengumpul Data: Melakukan pengamatan, wawancara mendalam, dan
FGD untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan.
3) Auditor Analis: Bertanggung jawab atas analisis data yang terkumpul dan
menyusun laporan audit.

5. Hasil
Identifikasi Masalah:
Keberadaan humor seksis dalam tayangan "Lapor Pak!" menjadi masalah yang
patut diperhatikan. Penampilan karakter perempuan yang seringkali diposisikan dalam
stereotip yang merendahkan martabat perempuan menjadi titik fokus dalam analisis ini.
Episode 1 April 2021 menampilkan beberapa insiden di mana karakter perempuan
dieksploitasi secara seksual melalui humor yang mengandung stereotip gender yang
negatif. Misalnya, dalam interaksi antara Andre Taulany dan Ayu Ting Ting, terdapat
kalimat yang menyiratkan penawaran apartemen dengan nada yang merendahkan,
menimbulkan kesan bahwa perempuan dapat diperlakukan sebagai objek seksual. Hal ini
menciptakan lingkungan yang tidak sehat dalam produksi media yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku penonton terhadap gender.

Diagnosis:
Diagnosis atas masalah ini melibatkan pemahaman mendalam terhadap dampak konten
media terhadap masyarakat. Berdasarkan teori feminis dalam studi media, konten media
tidak hanya mencerminkan realitas sosial, tetapi juga membentuknya. Misalnya, Laura
Mulvey (1975) dalam teorinya tentang "gaze" mengungkapkan bahwa representasi
gender dalam media dapat memperkuat struktur kekuasaan yang ada dalam masyarakat.
Begitu pula dengan Judith Butler (1990) yang menyoroti bagaimana media membentuk
dan memperkuat identitas gender. Dengan demikian, keberadaan humor seksis dalam
tayangan "Lapor Pak!" dapat dipahami sebagai bagian dari narasi yang memperkuat
norma dan stereotip yang tidak sehat terkait gender.

Standar Audit (SOP atau Teori yang Relevan):


Dalam menetapkan standar audit, teori feminis dalam studi media menjadi dasar utama.
Standar operasional prosedur (SOP) audit harus memperhatikan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam teori feminis, termasuk analisis kritis terhadap representasi gender
dalam media serta pengakuan terhadap keberagaman dan kompleksitas pengalaman
gender. Selain itu, pedoman etika dalam produksi media juga harus dipertimbangkan
untuk memastikan bahwa konten yang dihasilkan tidak merendahkan atau memperkuat
stereotip gender yang negatif.

Metode:
Metode yang digunakan dalam audit ini melibatkan berbagai pendekatan, termasuk
pengamatan langsung, wawancara mendalam, dan analisis konten. Pengamatan langsung
terhadap episode "Lapor Pak!" memberikan pemahaman yang langsung tentang konten
humor seksis yang disajikan. Wawancara mendalam dengan penonton bertujuan untuk
memahami pemaknaan dan respons mereka terhadap konten tersebut, sementara analisis
konten dilakukan menggunakan kerangka kerja teoritis feminis untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi keberadaan stereotip gender dan dampaknya. Dengan kombinasi
metode ini, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang komprehensif tentang masalah
humor seksis dalam tayangan tersebut.

Perencanaan Audit:
Perencanaan audit akan dilakukan secara terstruktur dalam beberapa tahap. Tahap
persiapan akan melibatkan penetapan tujuan audit, pembentukan tim auditor, dan
penyusunan kerangka kerja audit berdasarkan teori feminis dan standar etika produksi
media. Tahap pengumpulan data akan mencakup pengamatan langsung terhadap
tayangan, wawancara mendalam dengan penonton, dan analisis konten menggunakan
kerangka kerja teoritis feminis. Tahap analisis data akan melibatkan interpretasi hasil-
hasil yang terkumpul untuk mengidentifikasi pola dan tren terkait humor seksis dalam
tayangan serta dampaknya terhadap penonton. Tahap pelaporan akan mencakup
penyusunan laporan audit yang berisi temuan, analisis, dan rekomendasi berdasarkan
hasil audit tersebut, dengan tujuan untuk memberikan pandangan yang komprehensif dan
rekomendasi yang berkelanjutan terkait dengan konten yang disajikan dalam tayangan
"Lapor Pak!".

Anda mungkin juga menyukai