Anda di halaman 1dari 18

OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4.

No 2 Februari 2020 55

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan


(Studi Kasus Di MAN 2 Kuningan Jawa Barat)
Siti Nurjanah
MA NU Asy-Syakuriyan
sitinoerjanah83@gmail.com

Abstract
The purpose of this study was to determine the moral formation of
learners based on habituation and exemplary, and to determine the
success of the formation of habitual morals and exemplary in
Madrasa Aliya Negeri 2 Kuningan, West Java. The author uses a
qualitative method with a phenomenological approach, so in
collecting data, the author uses observation techniques, in-depth
interviews, documentation and using the data technique child can
data model Miles and Huberman. Habit based and exemplary moral
formation in Madrasa Aliya Negeri 2 Kuningan West Java was
carried out with various activities, namely: Habit of dhuhur prayer
in congregation, habituation of Infaq every Friday morning,
habituation of Asr prayer in congregation, habituation of tadarus al-
Qur'an, habituation of tahfizd together every Monday the flag
ceremony is over, habituation of yasinan and khitobah (lectures)
every Friday morning, habituation in dress. The exemplary moral-
based formation is carried out with various activities, namely:
discipline, honesty, responsibility, humility, emotional control, the
ability of the teachers to control emotions differently, some are good
so that they think first before acting, polite, average the average
teacher shows a polite attitude, both in speaking and behaving,
exemplary by civilizing the S5, exemplary welcoming students in
front of the gate, so that citizens of Madrasa Aliya Negeri 2
Kuningan can improve their religion (religious), change attitudes
(akhlakul karimah), love to read and improve concern for the
environment
Keywords: Moral formation, habituation, exemplar, Madrasa

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembentukan
akhlak peserta didik berbasis pembiasaan dan keteladanan, serta
untuk mengetahui keberhasilan dari pembentukan akhlak
pembiasaan dan keteladanan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2
Kuningan Jawa Barat. Penulis menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi, maka dalam pengumpulan data,
penulis menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam,
dokumentasi dan mengunakan teknik anak bisa data model Miles
dan Huberman. Pembentukan akhlak berbasis pembiasaan dan
keteladanan di MAN 2 Kuningan Jawa Barat dilakukan dengan
berbagai kegiatan, yaitu:Pembiasaan shalat dhuhur berjama’ah,

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 56

pembiasaan Infaq setiap jum’at pagi, pembiasaan Shalat Ashar


berjamaah, pembiasaan tadarus al-Qur’an, pembiasaan tahfizd
bersama setiap senin selesai upacara bendera, pembiasaan yasinan
dan khitobah (ceramah) setiap jum’at pagi, pembiasaan dalam
berpakaian. Adapun pembentukan akhlak berbasis keteladanan
dilakukan dengan berbagai kegiatan, yaitu: kedisiplinan, kejujuran,
tanggung jawab, rendah hati, pengendalian emosi, kemampuan
guru-guru mengendalikan emosi berbeda-beda, ada yang baik
sehingga berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, sopan santun,
rata-rata guru menunjukkan sikap yang sopan, baik dalam berbicara
maupun bertingkah laku, keteladanan dengan membudayakan S5,
keteladanan menyambut peserta didik di depan gerbang, sehingga
warga MAN 2 Kuningan dapat meningkatkan keimanan (religius),
merubah sikap (akhlakul karimah), gemar membaca dan
meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

Kata Kunci: Pembentukan akhlak, Pembiasaan, Keteladanan,


Madrasah

Pendahuluan Penciptaan sistem-sistem nilai


global dapat menyebabkan merembesnya
Di kalangan siswa dan generasi
budaya dari negara maju (yang adalah
muda juga terjadi perilaku menyimpang
pemasok informasi) ke negara
yang tidak berbudi pekerti luhur seperti
berkembang. Pengaruh budaya tersebut
geng motor, perkelahian pelajar
tidak mustahil dapat menyebabkan
(tawuran), perkelahian antar mahasiswa,
ketergantungan budaya negara
tawuran di antara geng pelajar
berkembang pada negara maju. Di
perempuan, free sex, dan aborsi.
samping itu, globalisasi informasi itu
Kejadian ini menjadi indikasi kuat
sendiri dapat menyebabkan pemerkosaan
mengenai mulai hilangnya nilai-nilai
dan imperialisme budaya negara maju
luhur yang melekat pada bangsa
atas negara berkembang (dalam hal ini
Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan,
negara yang lebih lamban dalam
dan kebersamaan cukup menjadi
perkembangan modernisasinya)(Alam,
keprihatinan bersama (Unwanullah,
1998).
2012). Arus globalisasi dan informasi
Pembinaan masyarakat dapat
sekarang ini telah mengubah wajah
dilakukan dengan memberikan
dunia semakin berkembang. Akan tetapi
pendidikan, khususnya pendidikan bagi
sehubungan dengan kemajuan yang ada,
anak-anak. Manusia merupakan makhluk
banyak juga terdapat penyimpangan-
yang sempurna dibandingkan dengan
penyimpangan yang terjadi di segala
makhluk yang lainnya. Manusia
bidang. Globalisasi yang telah lama
diberikan kelebihan oleh Allah Swt
terjadi memberikan banyak dampak bagi
berupa akal dan pikiran. Akal tidak akan
seluruh Negara di dunia tak terkecuali
berkembang tanpa adanya proses
Indonesia(Nik Mohd Rahimi Nik
berpikir. Dan proses berpikir tidak akan
Yusoff, 2002).

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 57

berkembang tanpa adanya proses berita yang dipublikasikan berbagai


pendidikan, pembelajaran serta media seringkali membuat kita miris
pengalaman (Putra, 2018). mendengarnya, perkelahian, pergaulan
Siswa siswi di MAN 2 Kuningan bebas, peserta didik dan mahasiswa
tidak sedikit yang melanggar aturan yang didik terlibat kasus narkoba, remaja usia
ada di MAN 2 Kuningan seperti: datang sekolah yang melakukan perbuatan
terlambat, tidak ikut tadarusan pada amoral, hingga peserta didik Sekolah
awal masuk belajar, ribut di kelas, dan Dasar (SD) yang merayakan kelulusan
tidak memperhatikan guru ketika sedang dengan pesta minuman keras. Hal ini
proses pembelajaran, baju dikeluarkan, diperburuk lagi dengan peredaran foto
rambut, kuku, dan pakaian seragan yang dan video porno, ketidakpatuhan anak
tidak rapih, tidak mengerjakan tugas didik kepada guru,kekerasan dan
rumah, dan tugas-tugas yang lainnya, kecurangan yang bertambah, dan
merokok, bolos, dan sebagainya, kebohongan yang semakin lumrah
menurut hasil observasi penelitipada (Muzayanah, 2014).
tanggal 9 Mei 2017 di MAN 2 Kuningan Proses untuk membiasakan diri
Jawa Barat. dalam pembelajaran di sekolah yang
Dalam hal ini guru dituntut dapat berbasis Islam, seperti madrasah
berupaya membawa anak didik kearah memiliki arti penting dalam sebuah
kehidupan keagamaan yang sesuai proses pendidikan dan kebiasaan
dengan ajaran Islam, serta berupaya menjadi kunci kesuksesan seseorang
dalam membentuk keyakinan atau dalam mendidik. Untuk itu dalam sebuah
akidah peserta didik. Namun, keunggulan belajar bukanlah pada
kenyataannya akhlak generasi bangsa perbuatan semata melainkan sebuah
semakin lama semakin kebiasaan, dan dalam mengawali sebuah
memperihatinkan(Farisi, 2016). kebiasaan yang positif dan berarti bagi
Fenomena melorotnya akhlak peserta didik yang dianggap efektif dan
generasi bangsa, termasuk di dalamnya responsif itu melalui keteladanan yang
para elit bangsa, acapkali menjadi baik (uswah)(Jumhuri, 2016).
apologi bagi sebagian orang untuk Keteladanan dalam pendidikan
memberikan kritik pedasnya terhadap merupakan metode yang berpengaruh
institusi pendidikan. Hal tersebut teramat dan terbukti paling berhasil dalam
wajar karena pendidikan sesungguhnya mempersiapkan dan membentuk aspek
memiliki misi yang amat mendasar yakni moral, spiritualitas dan etos sosial anak.
membentuk manusia utuh dengan akhlak Hal ini karena pendidik adalah figur
mulia sebagai salah satu indikator utama, terbaik dalam pandangan anak, yang
generasi bangsa dengan akhlak mulia sopan santunnya, tindak tanduknya,
merupakan salah satu profil yang disadari atau tidak akan ditiru anak
diharapkan dari praktek pendidikan didiknya(Nashihin, 2015).
nasional(Sutikno, 2016). Seringkali guru melarang
Fenomena yang mengkhawatirkan merokok, padahal para guru sendiri
tersebut di antaranya bisa disimak dari tanpa rasa malu merokok di lingkungan

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 58

sekolah. Itulah contoh ketidakadaan Proses pendidikan atau pembentukan


keteladanan. Seorang ibu dari salah satu akhlak bertujuan untuk melahirkan
peserta didik mengambil raport anaknya manusia yang berakhlak mulia(Ghani,
ke sekolah dengan memakai baju yang 2015).
ketat atau tidak pantas untuk dipakai ke Akhlak yang mulia akan terwujud
tempat resmi, Sehingga perlu dicari secara kukuh dalam diri seseorang
solusi pembentukan akhlak peserta didik apabila setiap empat unsur utama
yang berbasis pembiasaan dan kebatinan diri yaitu daya akal, daya
keteladanandi MAN 2 Kuningan marah, daya syahwat, dan daya keadilan,
Ciawigebang Kuningan Jawa Barat serta berjaya dibawa ke tahap yang seimbang
apa saja faktor pendukung dan dan adil sehingga tiap satunya boleh
penghambatnya. dengan mudah mentaati kehendak syara’
Dari rumusan masalah di atas, dan akal. Akhlak mulia merupakan
pendidikan perlu adanya keteladanan tujuan pokok pembentukan akhlak Islam
yang baik dan diiringi kontrol ini. Akhlak seseorang akan dianggap
(mutaba’ah) untuk mengawal program- mulia jika perbuatannya mencerminkan
program pembiasaan secara terpadu. nilai-nilai yang terkandung dalam al-
Dengan pendidikan kebiasaan tersebut Qur’an(Rostitawati, 2015)..
disertai kontrol yang integratif akan Salah seorang tokoh teori
mampu membangun akhlak peserta pembiasaan adalah, Edward lee
didik-siswi sebagai generasi bangsa yang Thoorndike yang terkenal dengan teori
dapat diandalkan dan menjunjung tinggi connectionism (koneksionisme) yaitu
martabat ideologi bangsa.(Nashihin, belajar terjadi akibat adanya asosiasi
2015) antara stimulus dengan respon, stimulus
Akhlak manusia itu sebenarnya akan memberi kesan pada panca indra,
boleh diubah dan dibentuk. Orang yang sedangkan respon akan mendorong
jahat tidak akan selamanya jahat, seperti seseorang untuk bertindak. Berdasarkan
halnya seekor binatang yang ganas dan pendapat itulah, Thorndike mengadakan
buas bisa dijinakkan dengan latihan dan eksperimen terhadap seekor kucing,
asuhan. Maka manusia yang berakal bisa melalui hasil eksperimen inilah dia dapat
diubah dan dibentuk perangainya atau menyusun tiga hukum, salah satu
sifatnya. Oleh sebab itu usaha yang diantaranya adalah hukum latihan (the
demikian memerlukan kemauan yang low of exercise), selanjutnya hukum ini
gigih untuk menjamin terbentuknya dibagi dua yaitu hukum penggunaan (the
akhlak yang mulia(Ghani, 2015). low of use), dan hukum bukan
Tujuan pendidikan akhlak dalam penggunaan (the low of diuse).(Nashihin,
Islam adalah agar manusia berada dalam 2015).
kebenaran dan senantiasa berada di jalan Teori pembiasaan dalam
yang lurus, jalan yang telah digariskan pendidikan adalah yang proses
oleh Allah SWT. Inilah yang akan pendidikan yang berlangsung dengan
mengantarkan manusia kepada jalan membiasakan peserta didik untuk
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. bertingkah laku, berbicara, berpikir dan

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 59

melakukan aktivitas tertentu menurut Kuningan Jawa Barat, disusun secara


kebiasaan yang baik, sebab tidak semua sistematis agar memperoleh gambaran
hal yang dapat dilakukan itu yang sesuai dengan tujuan penelitian.
baik(Jumhuri, 2016). Begitupun data yang diperoleh dari
Penelitian ini bertujuan untuk informan pelengkap, disusun secara
mengetahui pembentukan akhlak peserta sistematis agar memperoleh gambaran
didik yang berbasis pembiasaan dan yang sesuai dengan tujuan penelitian
keteladanandi MAN 2 Kuningan yang penulis lakukan.
Ciawigebang Kuningan Jawa Barat serta b. Penyajian data (display data)
apa saja factor pendukung dan Data yang sudah disusun secara
penghambatnya. sistematis pada tahapan reduksi data,
kemudian dikelompokkan berdasarkan
Metode
pokok permasalahannya hingga peneliti
Penelitian ini, penulis akan dapat mengambil kesimpulan
menggunakan pendekatan kualitatif terhadappembentukan akhlak berbasis
dengan jenis pendekatan kualitatif studi pembiasaan dan keteladanan (Studi
kasus, lokasi penelitian di MAN 2 Kasus di MAN 2 Kuningan Kecamatan
Kuningan Kecamatan Ciawigebang Ciawigebang Kuningan Jawa Barat).
Kabupaten Kuningan Jawa Barat. c. Verifikasi (menarik kesimpulan)
Sumber data primer diperoleh dari Data yang banyak yang diperoleh
kepala sekolah, guru, staff TU dan siswa, dari sumber data primer ataupun dari
sedangkan data sekunder berupa sumber data sekunder tersebut
dokumen, visi dan misi, jadwal kegiatan, diverifikasi agar dapat dipisahkan mana
adapun metode pengumpulan data data yang benar-benar dibutuhkan dan
dengan observasi, dokumentasi, dan relevan dengan penelitian yang penulis
interviewkepala sekolah, guru, TU, lakukan dan mana data yang tidak
peserta didik, orang tua siswa, dan dibutuhkan dan tidak relevan dengan
penjaga sekolah. penelitian yang penulis lakukan.
Tehnik analisis data dalam Peneliti pada tahap ini mencoba
penelitian ini dimulai sejak awal menarik kesimpulan berdasarkan tema
pengumpulan dan setelah proses untuk menemukan makna dari data yang
pengmpulan data. Proses data dalam dikumpulkan.Kesimpulan ini terus
penelitian tesis ini mengandung tiga diverifikasi selama penelitian
komponen utama yaitu: berlangsung hingga mencapai
a. Reduksi data kesimpulan yang lebih mendalam.
Dalam penelitian ini, data yang d. Pengecekan keabsahan data
diperoleh dari informan kunci, yaitu Upaya untuk memperoleh
Kepala madrasah MAN 2 Kuningan kebenaran data yang diperoleh baik
Kecamatan Ciawigebang Kuningan Jawa melalui data primer maupun data
Barat. Para Guru PAI, staff dan sekunder, maka diperlukan adanya
karyawan serta para Siswa diMAN 2 pengecekan data.Hal ini perlu dilakukan
Kuningan Kecamatan Ciawigebang agar data yang dihasilkan dapat

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 60

dipercaya dan dipertanggung jawabkan berjalan dengan baik tanpa ada paksaan
secara ilmiah. dari gurunya sendiri.
Madrasah mewajibkan kegiatan
Hasil dan Pembahasan
shalat dhuhur berjamaah karena shalat
Keberhasilan pembentukan dhuhur merupakan shalat wajib yang
akhlak berbasis pembiasaan dan dikerjakan oleh semua umat Islam dan
keteladanan madrasah juga menekankan untuk
Adapun keberhasilan pembentukan dilaksanakan secara berjamaah. Dan
akhlak berbasis pembiasaan di MAN 2 shalat dhuhur ini sudah menjadi kegiatan
Kuningan adalah sebagai berikut: rutinitas siswa dalam sehari-hari.
a. Pembiasaan shalat dhuhur b. Pembiasaan Infaq setiap jum’at pagi
berjama’ah
Menurut Nengsih “Sekolah
Pembiasaan shalat dhuhur (pendidikan) merupakan salah satu
berjama’ah merupakan rutiniutas dan tempat yang strategis dalam
kewajiban siswa-siswi di MAN 2 pembentukan karakter selain di keluarga
Kuningan Jawa Barat. Metode dan masyarakat”. Hal itulah yang
keteladanan menjadi yang paling efektif mendasari perlu adanya program
dalam membina akhlakpeserta didik. pendidikan karakter di sebuah sekolah,
Memberikan contoh yang baik kepada baik di dalam kelas maupun di luar
peserta didik memiliki kesanbaik yang kelas. Maka dari itu perlu penanaman
ingin diaktualisasikan oleh peserta didik. pendidikan karakter untuk tiap sekolah
Secara psikologis, semua gerak gerik dengan berbagai kegiatan yang bisa
pendidik, cara berkomunikasi pendidik, menunjang penanaman karakter yang
penggunaan isyarat danbahasa tubuh baik ini(Ningsih, Zamroni, & Zuchdi,
pendidik ingin diikuti oleh peserta didik 2015).
(Nashihin, 2015). Salah satu kebiasaan yang
Pembiasaan shalat dhuhur diterapkan di MAN 2 Kuningan adalah
berjama’ah yang diterapkan dibagi dua pemungutan infaq yang dilakukan setiap
gelombang. Gelombang pertama setelah hari jum’at pada jam pertama ketika
adzan berkumandang siswa yang sudah KBM berlangsung, mekanisme
terjadwal maka siswa langsung bergegas pemungutan infaq dilakukan oleh
menuju masjid dengan guru yang selesai anggota OSIS seksi keagamaan yang
mengajar waktu jam pelajaran waktu itu. berjumlah 6 orang, mereka dibagi
Kemudian untuk siswa yang lain menjadi dua kelompok, masing-masing
menunggu bel istirahat untuk shalat kelompok tiga orang anggota, bertugas
dhuhur. Karena kondisi masjid yang berkeliling dari kelas X sampai kelas
kurang memuat banyak jam’ah maka XII, jumlah keseluruhan kelas adalah 24
pihak sekolah membuat jadwal sesuai rombel, waktu yang dibutuhkan setiap
dengan kondisi masjid agar cukup untuk kelas untuk pemungutan infaq adalah 5
dipakai shalat berjama’ah, meskipun menit dan setiap kelas rata-rata
tidak semua mengikuti tetapi kegiatan ini mendapat Rp. 30.000 sampai Rp. 40.000

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 61

jumlah total kurang lebih Rp. 700.000 Kebiasaan shalat ashar berjamaah
sampai Rp. 800.000, dari hasil di madrasah merupakan salah satu
pemungutan infaq tersebut dialokasikan strategi untuk meminimalisir siswa yang
untuk kemakmuran masjid madrasah, meninggalkan shalat ashar, karena seusia
bantuan untuk bencana alam dan mereka sudah masuk ketegorin baligh,
membantu warga madrasah yang bersifat setelah siswa-siswi melakukan shalat
kemanusiaan, seperti keluarga warga ashar berjamaa baru mereka
madrasah ada yang terkena musibah bisa diperbolehkan meninggalkan madrasah
mengambil dari dana infaq tapi hanya d. Pembiasaan tadarus al-Qur’an
bersifat membantu, karena di madrasah
ada dana social dari guru-guru madrasah. Pendidikan karakter bisa
membentuk budaya sekolah sesuai
c. Pembiasaan Shalat Ashar berjamaah dengan pendapat Mishbahushbahwa
Kebiasaan yang selalu diterapkan “pendidikan karakter pada tingkatan
di MAN 2 Kuningan salah satunya instusi mengarah pada pembentukan
adalah kebiasaan shalat ashar berjamaah, budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang
walau pun dalam pelaksanaannya melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
dilakukan setelah KBM berahir atau keseharian, dan simbol-simbol yang
pada jam pulang sekolah siswa harus dipraktikan oleh semua warga sekolah
mengikutinya, adapun mekanisme dan masyarakat sekitar
pelaksanaannya adalah seluruh siswa sekolah”(Mishbahush, 2016)
tidak diperbolehkan meninggalkan Selain shalat dhuhur berjamaah
madrasah sebelum melakukan shalat kedisiplinan beribadah yang nampak
ashar berjamaah. pada siswa di MAN 2 Kuningan Jawa
Pelaksanaan shalat ashar Barat yaitu tadarus al-Qur’an setiap
berjamaah ini dilaksanakan pada jam pagi. Dalam tadarus al-Qur’an ini ada
15.15 WIB ketika KBM di MAN 2 dua gelombang yaitu pada jam 06.35
Kuningan berahir, sedangkan masuknya WIB perwakilan satu kelas satu anak
waktu shalat ashar adalah jam 15.00 yang sudah dipilih oleh guru lewat
WIB, tehnis pelaksanaan shalat ashar seleksi dan membacanya di ruang tata
berjamaah sama seperti shalat dhuhur usaha memakai alat pengeras suara
yaitu ada dua gelombang, gelombang sehingga terdengar di lingkunagan MAN
pertama ketika waktu shalat ashar 2 Kuningan Jawa Barat, ini berlangsung
masuk, dan gelombang kedua ketika sampai jam masuk tiba lalu, dilanjutkan
KBM berahir, Seperti yang diungkapkan tadarus al-Qur’an dikelas-kelas selama
oleh Jumhuri bahwa memang dalam 15 menit dengan didampingi oleh guru
pendidikan karakter diutamakan pada jam pertama pembelajaran.
keteladanan dari semua warga atau Setelah membaca al-Qur’an selesai
komponen sekolah baik kepala sekolah, lalu semua siswa membaca doa lalu
guru dan staf, harus selalu konsisten dilanjut dengan surat pendek apabila jam
dalam kata, sikap dan pertamanya adalah mata pelajaran
perbuatan(Jumhuri, 2016). agama. Setiap harinya siswa selalu

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 62

diusahakan untuk tadarus al-Qur’an f. Pembiasaanyasinan dan khitobah


meskipun hanya satu ayat. Selain (ceramah) setiap jum’at pagi
membaca al-Qur’an setiap pagi, siswa
Kegiatan membaca surah Yasin
yang belum lancar membaca al- bersama yang dilakukan pada hari jum’at
Qur’annya akan ada bimbingan setiap pagi di lapangan merupakan salahsatu
hari jum’at. Dalam pelaksanaanya kegiatan rutin yang dilakukan di
dibimbing oleh siswa yang sudah dipilih lingkungan MAN 2 Kuningan, kegiatan
langsung oleh guru. yasinan dan khitobah dimulai pukul
e. Pembiasaan tahfizd bersama setiap 06.30. WIB sampai pukul 07.00 WIB.
senin selesai upacara bendera Adapun kegiatan khitobah (ceramah)
dilakukan setelah membaca yasin
Kegiatan yang selalu dilaksanakan
bersama, dan penceramah atau
di MAN 2 Kuningan adalah tahfidz al-
petugasnya adalah perwakilan dari tiap-
Qur’an yang dilaksanakan bersama di
tiap kelas, mulai kelas XII sampai kelas
tengah-tengah lapangan yang dipandu
X, dari kelas tertinggi dulu sampai ke
oleh petugas yang sudah di tunjuk oleh
kelas sebawahnya, tujuan kegiatan
kesiswaan, pelaksanaan tahfidz bersama
khitobah atau ceramah adalah untuk
ini dilaksanakan kurang lebih 20 menit
melatih mental dan keberanian peserta
setelah pelaksanaan upacara bendera,
didik tampil di depan public, adapun
semua siswa tidak diperkenankan
tema yang diangkat bebas sesuai dengan
meninggalkan lapangan upacara, mereka
keinginan petugas penceramah, seluruh
dipersilahkan duduk sambil mengikuti
kegiatan ini dilakukan sebagai
bacaan pemandu atau petugas, adapun
pembekalan spiritual dan mental peserta
surat yang dibaca adalah surat-surat
didik dari hal-hal yang negative, selain
pendek, sama seperti bacaan yang
tujuan tersebut, dalam kegiatan ini siswa
dilakukan di kelas setiap hari sebelum
juga mendoakan orang tua, keluarga,
belajar, cuman kalau hari senin
saudara mereka yang sudah meninggal
dilaksanakan bersama-sama di lapangan
dunia.
upacara bendera.
Menurut Rosniati “Sekolah
Dimana kegiatan pembiasaan ini
(pendidikan) merupakan salah satu
diangkat dari Karakter Religius dan
tempat yang strategis dalam
Akhlak Mulia serta Karakter Peduli
pembentukan karakter selain di keluarga
Lingkungan. Dimana hal ini sejalan
dan masyarakat”. Hal itulah yang
dengan Supian bahwa pendidikan
mendasari perlu adanya program
karakter adalah salah satu usaha untuk
pendidikan karakter di sebuah sekolah,
menanamkan nilai-nilai baik pada
baik di dalam kelas maupun di luar
peserta didik yang berkaitan dengan
kelas.Maka dari itu perlu penanaman
Tuhan YME, diri sendiri, sesama
pendidikan karakter untuk tiap sekolah
manusia, dan lingkungan serta
dengan berbagai kegiatan yang bisa
kebangsaan berdasarkan norma-norma
menunjang penanaman karakter yang
agama, hukum, tata krama, serta adat
baik ini.Salah satu kegiatan yang bisa
istiadat (Bakar, 2008).
dilakukan untuk menguatkan dan

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 63

menanamkan nilai-nilai karakter adalah dengan menyobek pinggir celana sekitar


dengan kegiatan pembiasaan yang 15 cm dan siswa yang betnya belum
dilakukan di sekolah. Karena memang dipasang peringatan pertamnya yaitu
hal yang rutin dilakukan setiap hari akan menyuruh siswa tersebut untuk membeli
tertanam dengan baik dalam diri peserta bet yang ada di koprasi madrasah. Kalau
didik maupun warga sekolah yang sudah tiga kali melanggar maka petugas
lain(Hakim, 2015). ketertiban menyerahkan siswa tersebut
ke guru BK utuk di tindak lanjuti dengan
g. Pembiasaan dalam berpakaian
memanggil orang tuanya untuk datang
Selain pembiasaan dalam tadarus ke madrasah.
al-Qur’an di MAN 2 Kuningan Jawa Menurut Rosanti, pendidikan
Barat juga sangat memperhatikan karakter memiliki esensi dan makna
kedisiplinan dalam berpakaian pada yang sama dengan pendidikan moral
siswa. Perkembangan zaman yang dan pendidikan akhlak. Tujuannya
modern ini banyak sekali model-model adalah membentuk pribadi anak, supaya
pakaian yang beraneka ragam menjadi manusia yang baik, warga
bentuknya, sehingga banyak siswa yang masyarakat, dan warga negara yang baik.
mengikuti model tersebut. Sampai- Adapun kriteria manusia yang baik,
sampai baju seragamnya mereka model warga masyarakat yang baik, dan
yang tidak sesuai dengan peraturan warga negara yang baik bagi suatu
madrasah. Untuk itu di MAN 2 masyarakat atau bangsa, secara umum
Kuningan Jawa Barat sangat adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang
memperhatikan kedisiplinan berpakaian banyak dipengaruhi oleh budaya
atau berseragam sesuai dengan peraturan masyarakat dan bangsanya. Oleh karena
madrasah. Setiap hari senin tepatnya itu, hakikat dari pendidikan karakter
setelah upacara bendera petugas dalam konteks pendidikan di Indonesia
ketertiban dibantu wali kelas mengakan adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan
pengecekan seragam siswa dan di lain nilai-nilai luhur yang bersumber dari
hari juga diadakan penertiban yang budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam
mendadak yang dilakukan oleh petugas rangka membina kepribadian generasi
ketertiban. muda(Hakim, 2015).
Apabila ada siswa yang melanggar Adapun keberhasilan pembentukan
peraturan tersebut maka guru langsung akhlak dengan menggunakan metode
memerintahkan mereka untuk membuat keteladanan di MAN 2 Kuningan adalah
barisan sendiri di depan. Lalu petugas sebagai berikut:
ketertiban yang mengatasinya. Petugas a. Kedisiplinan
ketertiban dan dibantu oleh wali kelas Kedisiplinan dapat dipahami
langsung meneliti satu persatu siswa. sebagai sikap yang taat pada peraturan.
Pada saat itu ada siswa yang melanggar Aturan yang dimaksud di sini tentu
model seragam yaitu celananya di model peraturan yang ditetapkan di sekolah.
pensil langsung petugas ketertiban Guru sebagai pendidik tidak hanya
memberi peringatan pertama yaitu bertugas mengajarkan peserta didik

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 64

tentang kedisiplinan, tapi lebih dari itu, hal yang ditekankan oleh kepala sekolah
guru menunjukkan sikap yang disiplin. demikelancaran proses pembelajaran.
Kedisiplinan guru dalam Hanya terdapat beberapa guru yang
melaksanakan tugasnya menjadi salah masihterkadang tidak tepat waktu dalam
satu kunci keberhasilan proses melaksanakan tugasnya.
pembelajaran. Bukan hanya karena Salah satu yang dilakukan oleh
materi pelajaran tidak tertinggal, tetapi pendidik di lingkungan MAN 2
kedisiplinan tersebut akan menjadi Kuningan adalah menegakkan
contoh yang baik bagi pesertadidik. kedisiplinan, ruang lingkup disiplin
Kedisiplinan yang ditunjukkan sangat luas dari mulai cara berpakaian,
oleh guru meliputi tiga hal, yaitu datang ke sekolah, masuk kelas, dan
disiplinwaktu, disiplin kerja dan disiplin keluar kelas, semuanya dilakukan sesuai
aturan. Untuk mengetahui gambaran dengan jadwal yang telah ditentukan,
kedisiplinan guru-guru MAN 2 misalnya pada hari senin pendidik
Kuningan dalam ketiga hal tersebut, diwajibkan memakai pakaian putih
Peneliti juga melakukan observasi hitam, hari selasa berpakaian sepe, hari
pada tanggal 23 januari 2017 di MAN 2 rabu berpakaian biru dongker, hari kamis
Kuningan, dan dari hasil observasi berpakaian batik sekolah, hari jum’at
penulis menilai bahwa kedisiplinan guru berpakaian kokoh, dan hari sabtu
dalam menjalankan tugas cukup baik. berpakaian batik kuningan,
Walaupun tidak semua guru telah hadir pemandangan ini terliahat oleh peserta
di lingkungan sekolah sebelum pukul didik sehingga mereka pun memakai
07.00, tetapi hal tersebut tidak pakaian yang sudah ditentukan dari
menjadikan terabaikannya tugas-tugas pihak madrasah, untuk peserta didik
guru, karena guru-guru yang bertugas kalau hari senin dan selasa berpakaian
mengajar di jam pelajaran pertama, putih abu-abu, rabu dan kamis
bertugas sebagai guru piket atau tugas- berpakaian batik dan celana putih, kalau
tugas pendidik lainnya tetap akan hadir hari jum’at dan sabtu berpakaian
di sekolah lebih awal. pramuka, mereka memakai pakaian
Kedisiplinan kerja jugacukup baik, sesuai aturan dari madrasah dikarenakan
rata-rata guru segera menuju ke ruang melihat bapak-ibu guru yang selalu
kelas untuk mengajar sesuaidengan yang disiplin dalam berpakaian.
telah dijadwalkan. Kedisiplinan dalam
b. Kejujuran
menaati aturan juga demikian,terlihat
dalam berpakaian rata-rata guru Jujur ialah menyampaikan apa
menggunakan pakaian sesuai dengan adanya sesuai hati nurani, seperti
aturan. mengatakan yang sebenarnya dan tidak
Dari keterangan-keterangan melakukan tindakan kecurangan
tersebut di atas dipahami bahwa rata- sepertimenyontek. Kejujuran menjadi
rataguru-guru di MAN 2 Kuningan salah satu kunci keberhasilan dakwah
kecamatan Ciawigebang bersikap Rasulullah Saw, sehingga beliau pun
disiplin. Kedisiplinan menjadi salah satu digelari al-amin (yang dapat dipercaya).

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 65

Dalam mendidik, guru mesti bersikap Guru harus menyadari tanggung


jujur. Sebab tanpa kejujuran, pelajaran- jawabnya untuk mengarahkan peserta
pelajaran atau berita-berita yang didik menuju kesuksesan dunia akhirat.
disampaikan akan menjadi sesuatu yang Instrument untuk meraih kesuksesan
meragukan. Jika seorang guru sering tersebut tidak lain adalah
terlihat tidak bersikap jujur, maka itu ilmupengetahuan. Dengan demikian
akan menyebabkanpeserta didik dapat dipahami bahwa dalam
meragukan apa yang dikatakannya merealisasikan tugas utamanya sebagai
termasuk pelajaran yang disampaikan. seorang pendidik, guru mengajarkan
berbagai ilmu kepada peserta didik
c. Tanggung Jawab
supaya dapat dipahami, dihayati dan
Tanggung jawab ialah diamalkan.
melaksanakan tugas secara sungguh- Tanggung jawab guru sebagai
sungguh, serta berani menanggung pendidik tidak hanya sekedar
konsekuensi dari sikap, perkataan dan mengajarkan materi pelajaran kepada
tingkahlakunya. Setiapguru di MAN 2 peserta didik, tetapi juga melakukan hal-
Kuningan menyadari tanggung jawabnya hal yang dapat mengantarkan peserta
sebagaiseorang pendidik. Kesadaran didiknya kearah yang lebih baik untuk
mendorong para guru MAN 2 Kuningan meraih kesuksesan. Itulah yang
untuk selalu memerhatikan dan dilakukan oleh sebagian guru-guru di
mengawasi peserta didiknya, MAN 2 Kuningan, sehingga tidak hanya
mengarahkannya, dan sekedar datang kesekolah untuk
mendisiplinkannya. Setiap pendidik mengajar di kelas tapi juga terus
bertanggung jawab untuk membimbing mengawasi tingkah laku peserta didik.
peserta didiknya kearah yang lebih baik Materi yang diajarkan tidak hanya untuk
dan bermanfaat, baik dari sisi keimanan, sekedar diketahui, melainkan untuk
perilaku, fisik, mental, akal dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
sosialnya. hari.
Guru MAN 2 Kuningan menyadari
konsekuaensi jika guru melalaikan d. Rendah Hati
tanggung jawabnya, yang dapat Bersikap rendah hati dengan
menyebabkan peserta didik menujupada menunjukkan perilaku yang
kerusakan, lalai dengan kewajiban, dan mencerminkansifat yang berlawanan
melakukan kesalahan secaraberulang- dengan kesombongan perlu ditunjukkan
ulang, dan pada akhirnya anak akan oleh setiap guru.Perilaku yang dapat
tumbuh menjadi orang yangberperilaku dijadikan sebagai indikator dalam hal ini
menyimpang, dan lalai terhadap seperti tidakmemamerkan kekayaan, dan
tanggung jawabnya. Karena itu tidak memamerkan kemampuan. Untuk
parapendidik harus memperlihatkan mengetahui keteladanan guru dengan
contoh kepada peserta didiknya sifat rendah hati,
denganmelaksanakan tanggung jawab Kerendahan hati yang ditunjukkan
dengan sebaik-baiknya. seseorang apalagi pendidik tidak akan

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 66

menjadikan dirinya direndahkan, justru menegur secara halus, tidak jarang juga
sebaliknya akan menambah wibawanya. guru-guru memarahi peserta didik ketika
Pada dasarnya seseorang yang benar- melakukan pelanggaran atau
benar memiliki kelebihan tidak perlu mengabaikan tugas yang diberikan.
menyombongkan kelebihan tersebut, Setiap guru memang selayaknya
cukup dengan memanfaatkan kelebihan memahami karakter peserta
tersebut pada tempatnya dan dengan didiknya,supaya tidak salah dalam
sewajarnya. Baik kelebihan itu dari mengambil tindakan terhadap perilaku
segimateri maupun kemampuan yang mereka. Mendukung yang berprestasi
dimiliki. dengan dukungan yang selayaknya
Dari keterangan yang penulis supaya tidakmenjadikannya sombong
dapatkan melalui wawancara, guru-guru dan dan meremehkan yang lain.
MAN 2 Kuningan bersikap rendah hati Demikian juga sebaliknya, tindakan
terlihat dari cara berpakaian mereka terhadap peserta didik yang melanggar
yang seadanya, seperti itu juga yang tidak boleh didasari dengan kebencian.
penulis amati. Kemampuan yang berupa Tugas guru adalah mengarahkan
keterampilan ataupun pengetahuan yang peserta didik pada kebaikan,jika yang
dimiliki tidak untuk dipamer pamerkan, melakukan kesalahan sudah bisa
kemampuan diperlihatkan atau menghentikan kesalahannya dengan
diceritakan pada saat dibutuhkan atau memberi nasehat, maka hukuman atau
dalam rangka melaksanakan tugas memarahi tidak perlu lagi, bahkan
sebagai pendidik. memarahi atau menghukum dapat
berdampak negatif bagi mental peserta
e. Pengendalian Emosi
didik.
Pengendalian emosi yang Dari keterangan-keterangan
dimaksud adalah bagaimana mengelola tersebut di atas, dapat dipahami
danmengatur emosi, sehingga tidak bahwapengendalian emosi guru-guru
mudah marah atau bersedih, dan berpikir MAN 2 Kuningan berbeda-beda,
terlebihdahulu sebelum bertindak. yangpengendalian emosinya baik akan
Ketika mendapati masalah seperti berpikir terlebih dahulu sebelum
peserta didik yang melakukan bertindak, dan tindakan-tindakan yang
pelanggaran tidak sertamerta dihadapi diambil disesuaikan dengan situasi dan
dengan kemarahan, tetapiberpikir kondisi. Tetapi ada juga yang tidak
terlebih dahulu tentang kondisi yang demikian, sehingga menimbulkan kesan
terjadi. Kemudian menentukantindakan mudah marah daripeserta didik. Marah
apa yang tepat dilakukan dalam tentu tidak jadi masalah jika memang
menangani permasalahan tersebut. ditempatkan padatempatnya sebagai
Untuk mengetahui bagaimana upaya membina peserta didik.
pengendalian emosi guru-guru, Yang perlu dimiliki seorang guru
penelitimelakukan observasi dan bukan hanya pengendalian emosi, tetapi
wawancara. Dari hasil observasi, penulis juga perlu memahami karakter-karakter
melihat bahwa selain menasehati dan peserta didik yang tentunya berasal

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 67

darilatar belakang yang berbeda. lokal, danyang lebih penting dari itu
Perbedaan karakter peserta didik dapat adalah keseharian guru yang memberi
dijadikanacuan dalam menyikapi teladan dengan menunjukkan sikap
perilakunya. Sehingga kekurangan atau sopan santun. Untuk mengetahui
kekeliruan yang sama dari berbagai bagaimana guru-guru memberi teladan
peserta didik tidak harus disikapi dengan dengan sikap sopan santun,
cara yang sama pula. Dari keterangan-keterangan
Jika menasehati dengan lembut tersebut di atas, peneliti menilai bahwa
sudah bisa merubah perilaku negatif atau secara umum guru-guru MAN 2
kekurangan dari peserta didik, maka Kuningan berperilaku sopan, baik
menghukum ataupun memarahi sudah terhadap peserta didik maupun sesama
tidak perlu lagi dilakukan. guru dan orang lain. Adab sopan santun
yang ditunjukkan disesuaikan dengan
f. Sopan Santun
situasi dan kondisi. Akan tetapi ada di
Sopan santun merupakan sikap antara guru yang kadang bersikap kurang
yang menunjukkan perilaku sopan sehingga tidak semuanya patut
interpersonalsesuai tataran norma dan diteladani. Untuk menjadi teladan, sikap
adat istiadat setempat. Secara sosiologis, yang baik seharusnya ditunjukkan oleh
sopan santun menjadi pertimbangan seluruh pendidik baik guru terlebih lagi
pokok untuk menilai baik buruknya orang tua. Teladan ditunjukkan setiap
seseorang. Karenabiasanya setiap suku saat, sehingga guru menjadi teladan
atau bangsa memiliki adat istiadat bukan hanya di lingkungan sekolah,
tertentu yangdiwariskannya dari nenek tetapi juga menjadi teladan ketika berada
moyangnya. Dipandang baik bagi orang di lingkungan masyarakat.
yangmengikutinya dan dipandang buruk
bagi orang yang melanggarnya (Lazim, g. Keteladanan dengan
2011). membudayakan S5
Penilaianbaik buruk secara Penerapan metode keteladanan
sosiologis ini kadang berubah-ubah yang dilaksanakan di MAN 2 Kuningan
karena berdasarkan tradisiatau adat Jawa Barat adalah membudayakan 5 S
istiadat, sedangkan adat istiadat berubah (Senyum, salam, sapa, sopan dan
sesuai perkembangan zaman. Menjadi santun). Sebelum masuk kelas siswa
salah satu tugas guru adalah bagaimana terlebih dahulu berjabat tangan dengan
menjadikan pesertadidiknya dinilai baik guru yang sudah datang saat itu.Ketika
dalam pandangan masyarakat. Sehingga setelah bel masuk siswa dibiasakan
tidak sekedar mengajarkan berbagai ilmu membaca do’a tanda dimulainya
kepada peserta didik untuk diketahui, pelajaran.Ketika siswa bertemu dengan
tetapi juga mendidiknya sehingga guru ataupun berbicara dengan guru
menjadi orang yang memiliki sikap siswa dibiasakan untuk senyum, sapa
sopan santun. dan bertutur kata yang baik dan sopan.
Pelajaran sopan santun tersebut Contoh para guru yang disiplin waktu
termuat dalam mata pelajaran muatan dengan hal ini murid akan memandang

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 68

gurunya sebagai guru yang disiplin efektifitas dari pelaksanaan


waktu sehingga mereka juga mengikuti pembentukan akhlak melalui kegiatan
apa yang dilakukan gurunya, dan para pembiasaan.Yang mana guru memiliki
guru di sini bersikap sopan santun dan banyak peran yakni sebagai pengawas
berbicara dengan sopan dan pelakasanaan pembiasaan di pagi hari
baik(Prayogo, 2018). sebagai pembina kegiatan keagamaan
(tidak semua guru), mentertibkan peserta
h. Keteladanan menyambut peserta
didik dalam beberapa kegiatan, serta
didik di depan gerbang
memberi teladan pada saat di kelas
Keteladanan yang dilakukan oleh maupun di luar kelas.
kepala madrasah dan guru MAN 2 Kedua, keterlibatan peserta didik
Kuningan adalah menyambut peserta dalam pelaksanaan ini dimaksudkan
didik yang datang ke madrasah, sambil adalah membantu proses pengawasan
senyum dan memperhatikan cara serta terlibat langsung dalam kegiatan
berpakaian peserta didik, hal ini sehingga memberikan teladan yang baik
membuat peserta didik merasa bagi peserta didik yang lain. Peserta
diperhatikan oleh bapak ibu guru mereka didik ini adalah anggota OSIS, ASBN,
sehingga mereka bergegas untuk PIK-R dan POKJA.
berangkat ke madrasah dan merapikan Ketiga, optimalisasi peran komite
pakaian sebelum masuk madrasah serta sekolah dan paguyuban, dimana sekolah
memberi hormat kepada guru yang melibatkan Komite Sekolah dan
menyambut mereka di depan pintu paguyuban dalam proses pengawasan
gerbang, keteladanan dalam pelaksanaan serta meminta bantuan
memberlakukan peserta didik secara dalam bentuk materi, jasa dan pemikiran
baik dan sopan membuat karakter positif dalam pelaksanaan kegiatan pembiasaan.
dalam diri peserta didik, mereka merasa Keempat, kepedulian wali murid
semua guru di madrasah selalu menjadi salah satu pendukung yang
memantau mereka, sehingga mereka pun sangat kuat dalam keberhasilan
tidak melalukan hal-hal yang tidak penguatan pembentukan akhlak. Karena
diinginkan. orang tua akan membantu anak
Faktor-faktor Pendukung dan menumbuhkan kesadaran agar mau
Penghambat Pembentukan Akhlak mengikuti kegiatan pembiasaan dengan
baik. Selain itu orang tua juga membantu
a. Faktor Pendukung
sekolah dalam hal pendanaan atau dalam
Pelaksanaan pembentukan akhlak
bentuk lainnya.Seperti pendanaan untuk
melalui kegiatan pembiasaan di MAN 2
kegiatan madin, sumbangan makanan
Kuningan memiliki hal pendukung dan
untuk kegiatan bakti sosial dan lain
penghambat adalah sama. Namun,
sebagainya.Terkadang orang tua juga
memang dari sudut pandang dan
melaporkan tindakan peserta didik yang
permasalahan yang berbeda. Seperti
kurang baik pada paguyuban atau komite
pada faktor pendukung:
sekolah sehingga dapat ditindaklanjuti
Pertama, komitmen guru dalam
oleh sekolah.
menjalankan peran sangatmempengaruhi

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 69

Kelima, kesadaran peserta didik pelaksanaan sholat berjamaah, masjid


dalam melaksanakan juga menjadi salah yang dimiliki sekolah tidak dapat
satu kunci sukses pelaksanaan dari menampung seluruh peserta didik.
kegiatan pembiasaan. Karena ia adalah c. Solusi faktor penghambat
subjek dari kegiatan tersebut, maka
biasanya juga akan mengimbas pada Solusi dari faktor peghambat yang
peserta didik yang tidak mau mengikuti dialami di MAN 2 Kuningan adalah
dengan baik sehingga mau mengikuti sebagai berikut:
dengan baik juga. Pertama, longgarnya komitmen
Keenam, sarana prasarana sekolah guru dalam menjalankan perannya juga
yang memadai salah satu faktor dapat melonggarkan keseriusan peserta
pendukung dalam pelaksanaan didik dalam melaksanakan kegiatan
pembentukan akhlak melalui kegiatan pembiasaan. Sehingga kepala sekolah
pembiasaan di MAN 2 Kuningan.Karena melakukan pemantauan, pengawasan,
dalam pelaksanaannya memanfaatkan pengarahan dan pembinaan yang
sarana dan prasarana yang ada di sekolah biasanya dilakukan langsung di kelas
seperti ruang kelas, mushola, maupun pada saat rapat dinas. Hal ini
seperangkat audio sistem, dan ruang- juga berlaku pada staf dan karyawan
ruang lainnya. sekolah.
Kedua, kurangnya kesadaran
b. Faktor penghambat peserta didik terhadap pelaksanaan,
Sedangkan untuk faktor penghambat karena memang tak semua peserta didik
dalam pembentukan akhlak di MAN 2 bisa tertib saat tidak ada
Kuningan adalah: pengawasan.Sehingga untuk mengatasi
Pertama, longgarnya komitmen hal tersebut dibuatkan jadwal piket yang
guru dalam menjalankan perannya juga mana guru dan staf yang mendapat
dapat melonggarkan keseriusan peserta jadwal harus berkeliling mengawasi
didik dalam melaksanakan kegiatan kegiatan pembiasaan.Petugas piket ini
pembiasaan. juga dibantu oleh guru agama, guru BK
Kedua, kurangnya kesadaran peserta dan juga Waka Kesiswaan.
didik terhadap pelaksanaan, karena Ketiga, kurangnya kepedulian wali
memang tak semua peserta didik bisa murid juga membuat peserta didik tidak
tertib saat tidak ada pengawasan. memiliki motivasi dalam melaksanakan
Ketiga, kurangnya kepedulian wali kegiatan pembiasaan di sekolah.Maka
murid juga membuat peserta didik tidak dari itu, sekolah memberitahukan kepada
memiliki motivasi dalam melaksanakan orang tua terkait perilaku anak yang
kegiatan pembiasaan di sekolah. kurang baik melalui BK jika perilaku
Keempat, keterbatasan sarana dan peserta didik yang dimaksud sudah
prasarana yang ada juga menjadi berlebihan.
hambatan.Karena memang kegiatan Keempat, keterbatasan sarana dan
pembiasaan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada juga menjadi
prasarana yang ada.Seperti dalam hambatan.Karena memang kegiatan

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 70

pembiasaan memanfaatkan sarana dan dalam berbagai sifat positif berupa: (1)
prasarana yang ada.Seperti dalam Kedisiplinan; (2) Kejujuran; (3)
pelaksanaan sholat berjamaah, masjid tanggung jawab; (4) rendah hati; (5)
yang dimiliki sekolah tidak dapat pengendalian emosi; (6) sopan santun;
menampung seluruh peserta didik (7) Keteladanan dengan membudayakan
sehingga pelaksanaan sholat berjamaah S 5; (8) Keteladanan menyambut peserta
dini dilakuka secara bergilir dalam satu didik di depan gerbang.
hari dan dibuat jadwal kelas yang Keberhasilan pembentukan
melakukan sholat berjamaah pada hari karakter berbasis pembiasaan dan
itu.Namun, bagi peserta didik yang keteladanan di Madrasah Aliyah Negeri
rumahnya jauh, Guru Agama 2 Kuningan Jawa Barat, telah berhasil
menghimbau agar juga turus serta sholat membentuk meningkatkan prestasi
berjamaah di sekolah. akademik dan non akademik peserta
didik, meningkatkan keimanan
Kesimpulan
(religius), merubah sikap (akhlakul
Pembentukan karakter peserta karimah), gemar membaca dan
didik berbasis pembiasaan adalah meningkatkan kepedulian terhadap
landasan yang digunakan oleh pendidik lingkungan.
kepada peserta didik dalam proses
Daftar Pustaka
belajar mengajar baik intrakulikuler
maupun ekstrakulikuler, dengan Alam, B. (1998). Globalisasi dan
melakukan suatu perbuatan atau Perubahan Budaya. Antropologi
keterampilan tertentu secara terus- Indonesia, 10(1), 52–59.
menerus dan konsisten untuk waktu yang https://doi.org/10.7454/ai.v0i54.33
cukup lama, sehingga perbuatan atau 25
keterampilan itu benar-benar dikuasai Bakar. (2008). Pengaruh Globalisasi
dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan Terhadap Peradaban. Jurnal
yang sulit ditinggalkan. Bentuk-bentuk Peradaban, 35–54(5), 5–25.
implementasi pembentukan karakter Farisi, S. (2016). Pendidikan Agama
peserta didik berbasis pembiasaan di Islam Berbasis Nilai Ukhuwwah
MAN 2 Kuningan Jawa Barat yaitu: (1) Islamiyyah (Studi- Kasus-
Pembiasaan shalat dhuhur berjama’ah Pembelajaran- PAI- di-
(2) Pembiasaan Infaq setiap jum’at pagi SMA-Lazuardi- GIS,- Depok).
(3) Pembiasaan Shalat Ashar berjamaah SAFINA Jurnal Pendidikan Agama
(4) Pembiasaan tadarus al-Qur’an (5) Islam, 1(1), 26–43. Retrieved from
Pembiasaan tahfizd bersama setiap senin http://journal.staimi-
selesai upacara bendera (6) Pembiasaan depok.ac.id/index.php/safina/articl
yasinan dan khitobah (ceramah) setiap e/view/3
jum’at pagi (7) Pembiasaan dalam Ghani, A. (2015). Peranan Akidah
berpakaian. Dalam Perancangan Pembangunan
Penerapan metode keteladanan Ummah : Satu Analisis Dalam
guru di MAN 2 Kuningan ditunjukkan Konteks Masyarakat Kini. Jurnal

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 71

Usuluddin, 3(March), 13–34. Islam -Siri 1. Fakulti Pendidikan.


Hakim, R. (2015). Pembentukan Ningsih, T., Zamroni, Z., & Zuchdi, D.
Karakter Peserta Didik Melalui (2015). Implementasi pendidikan
Pendidikan Berbasis Al-Quran. karakter di SMP Negeri 8 dan
Jurnal Pendidikan Karakter, 45– SMP Negeri 9 Purwekerto. Jurnal
65(2), 12–32. Pembangunan Pendidikan:
Jumhuri, M. (2016). Pembinaan Moral Fondasi Dan Aplikasi, 12–22(2),
Spiritual Siswa Melalui 43–56.
Pembiasaan Shalat Jamaah (Studi Prayogo, H. (2018). Pendidikan Agama
Analisis Siswa Madrasah Islam Berbasis Multikultural
Tsanawiyah NWPutra Narmada). (Studi Kasus Konsep Dan
Al-Amin Kajian Pendidikan Dan Implementasi Pendidikan Agama
Sosial Kemasyarakatan, 15(2), 25– Islam Berbasis Multikultural Di
37. Kelas X Tav Smk Negeri 1
Lazim, M. (2011). Konsep Materi Bulakamba Kabupaten Brebes).
Pendidikan Akhlak Anak Didik Jurnal Oasis, Vol 15, No, 1–20.
dalam Perspektif Islam. Institut Putra, B. (2018). Pendidikan Karakter
Agama Islam Negeri Walisongo. Berbasis Manajemen Qolbu dalam
https://doi.org/10.1017/CBO97811 Mengembangkan Karakter
39172332.002 Religius Sebagai Bagian
Mishbahush. (2016). Nilai-Nilai pendidikan Kewarganegaraan di
Pendidikan Akhlak dalam Al- Pesantren. Citizenship Jurnal
Qur’an (Kajian Tafsir Surat Al- Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Hujurat Ayat 11-13). Sumbula : https://doi.org/10.25273/citizenshi
Jurnal Studi Keagamaan, Sosial p.v6i1.2407
Dan Budaya, 200–223(2), 65–76. Rostitawati. (2015). Konsep Pendidikan
https://doi.org/https://www.mendel Akhlak dalam Al-quran. Irfani,
ey.com/profiles/sumbula-e-journal/ 56–67(1), 54–70.
Muzayanah. (2014). Strategi Pendidikan https://doi.org/10.1016/j.cub.2012.
Karakter Pada Madrasah 12.041
Tsanawiyah Muhammadiyah 01 Sutikno, S. (2016). Pola pendidikan
Purbalingga, Jawa Tengah. Islam dalam surat Luqman ayat
Edukasi, 13–21(2), 68–74. 12-19. Jurnal Pendidikan Agama
Nashihin. (2015). Internalisasi nilai-nilai Islam (Journal of Islamic
agama Islam dalam pembinaan Education Studies), 34–41(2), 45–
akhlak mulia. Jurnal Ummul Qura. 72.
https://doi.org/10.1111/medu.1228 https://doi.org/10.15642/jpai.2013.
5 1.2.287-302
Nik Mohd Rahimi Nik Yusoff. (2002). Unwanullah, A. (2012). Transformasi
Kurikulum Pendidikan Islam Pendidikan untuk Mengatasi
Menghadapi Cabaran Globalisas. Konflik Masyarakat dalam
In Prosiding Wacana Pendidikan Perspektif Multikultural. Jurnal

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)
OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 4. No 2 Februari 2020 72

Pembangunan Pendidikan:
Fondasi Dan Aplikasi, 1(1), 45–
57.

Pembentukan Akhlak Berbasis Pembiasaan Dan Keteladanan (Studi kasus di MAN 2 Kuningan
SITI NURJANAH
Jawa Barat)

Anda mungkin juga menyukai