Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis dan alamiah, dimana setiap
perempuan yang memiliki organ reproduksi sehat, telah mengalami menstruasi,
kemudian terjadi pembuahan dimana sel telur bertemu dengan sel sperma yang
kemudian dinamakan fertilisasi. Kehamilan juga dikenal sebagai gravida atau
gestasi adalah waktu dimana satu atau lebih janin berkembang dalam diri
seorang wanita. Pada proses pembuahan, sel telur dimasuki oleh sperma
sehingga terjadi proses interaksi hingga menjadi embrio, embrio memasuki
uterus dan menempel pada dinding uterus. Kemudian embrio berkembang
menjadi janin (Wulandari et al., 2021, h.26).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama
280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester yaitu trimester pertama
untuk usia kehamilan 1 – 12 minggu (0 – 3 bulan), trimester kedua untuk usia
kehamilan 13 – 28 minggu (4 – 6 bulan), dan trimester ketiga untuk usia
kehamilan 29 – 40 minggu (7 – 9 bulan) (Wulandari et al., 2021, h.27).
2. Perubahan dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Hamil.
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Menurut Nugroho, dkk (2014) Selama kehamilan, uterus terus berubah
menjadi organ muskular dengan dinding relatif tipis yang mampu
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Uterus akan mengalami
pembesaran pada awal kehamilan dibawah pengaruh hormon estrogen dan
progesterone. Pembasaran tersebut disebabkan oleh peningkatan hormon
estrogen dan progesterone, vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
hyperplasia dan hipertrofi, dan perkembangan desidua.
Tabel 2.1 Perbedaan Uterus Normal dan Uterus Hamil
Uterus Normal Uterus Hamil
Berat : 30 gram Berat : pada 40 minggu menjadi
1000 gram
Ukuran : 7 – 7,5 cm x 5,2 cm Ukuran : 20 cm x 5,2 cm x 2,5
x 2,5 cm cm
Bentuk : Alfokat Bentuk :
 4 bulan : bulat
 Akhir kehamilan :
lonjong telur
Besar : telur ayam Besar :
 8 minggu : telur bebek
 12 minggu : telur angsa
(TFU teraba diatas simfisis)
Tanda hegar : ismus panjang
dan lebih lunak
 16 minggu : sebesar
kepala bayi atau tinju orang
dewasa
(Nugroho et al., 2014).

Tabel 2.2 Pertambahan Berat Janin dan TFU


Umur
Berat Janin
Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
(gram)
(minggu)
12 120 3 jari diatas simpisis
16 280 1/2 simpisis dan pusat
20 600 3 jari dibawah pusat
24 1000 Setinggi pusat
28 1800 3 jari diatas pusat
½ pusat dan prosessus
32 2500
xifoideus
2 jari dibawah prosessus
36 3000
xifoideus
3 jari dibawah prosesus
40 >3000
xifoideus
(Wulandari et al., 2021).
2) Serviks
Pada kondisi perempuan tidak hamil, berkas kolagen pada serviks
terbungkus rapat dan tidak beraturan. Selama masa kehamilan, terjadi
sekresi oleh sel-sel serviks dan neutrofil membuat kolagen secara aktif
disentis dan secara terus menerus diremodel oleh kolagenase. Pada
akhir trimester pertama kehamilan terjadi penurunan konsentrasi
kolagen secara keseluruhan sehingga berkas kolagen menjadi kurang
kuat terbungkus. Dengan sel-sel otot polos dan jaringan elastis,
serabut kolagen bersatu dengan arah pararel terhadap sesamanya
sehingga serviks menjadi lunak pada dinding kondisi tidak hamil,
tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilan. Pada saat kehamilan
mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi
kolagen. Kosentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang
relative dilusi dalam keadaan menyebar (dispresi) dan mengalami
remodel menjadi serat. Proses remodelling sangat kompleks dan
melibatkan proses kaskade biokimia, interaksi antara komponen
seluler dan matriks ekstraseluler, serta infiltrasi stroma serviks oleh
sel-sel inflamasi seperti netrofil dan makrofag. Proses remodelling ini
berfungsi agar uterus dapat mempertahankan kehamilan sampai aterm
dan kemudian proses destruksi serviks yang membuatnya berdilatasi
memfasilitasi persalinan. (Prawirohardjo, 2018, h.177).
3) Ovarium
Pada masa kehamilan, proses ovulasi akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya terdapat satu korpus luteum yang
dapat ditemukan di ovarium yaitu folikel yang dapat menghasilkan
hormon progesteron dalam jumlah yang relatif minimal. Hormone
progesteron ini memiliki aksi biologi utama dalam proses remodelling
jaringan ikat pada proses reproduksi yang kemudian akan
mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan dalam proses persalinan
(Prawirohardjo, 2018, h.178).
4) Vagina dan Vulva
Hipervaskularisasi pada vagina dan vulva mengakibatkan lebih merah,
kebiruan-biruan (livide) yang disebut tanda Chadwick. Warna portio
tampak livide. Selama hamil pH sekresi vagina menjadi lebih asam,
keasaman berubah dari 4 menjadi 6,5 rentan terhadap infeksi jamur
(Prawirohardjo, 2018, h.178).
b. Sistem Payudara
Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mammae membuat ukuran
payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu warna cairan agak
putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai
anak lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak
mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum
(Prawirohardjo, 2018, h.179)
.
c. Sistem Metabolik
Pada masa kehamilan, metabolisme basal meningkat sekitar 20- 25%.
Peningkatan asupan nutrisi selama hamil membuat kerja sistem pencernaan
berubah, disertai dengan perubahan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein. HPL menjadikan glukosa siap diserap tubuh untuk perkembangan
otak janin dan melindungi ibu dari defisiensi nutrisi. Pada kehamilan 25
minggu kosentrasi protein plasma dan partikel albumin turun dari 35 g/dl
menjadi 25 g/dl akibat peningkatan plasma darah hal ini menyebabkan
penurunan tekanan osmotic dan mengakibatkan edema di bagaian tungkai
atas dan bawah pada akhir kematian (Prawirohardjo, 2018, h.180).
d. Sistem Endokrin
Menurut Prawirohardjo (2018), terdapat beberapa perubahan hormon selama
kehamilan :
1) Estrogen
Estrogen dihasilkan dalam hati janin dan paling banyak dalam kehamilan
manusia. Menyebabkan pertumbuhan, baik ukuran maupun jumlah sel,
penebalan endometrium sehingga ovum yang dibuahi tertanam,
hypertrophy dinding uterus, peningkatan ukurang pembuluh darah,
lympatics yang mengakibatkan peningkatan vascularitas, kongesti dan
oedem. Akibat perubahn ini: Tanda Chadwick, tanda Goodell, tanda
Hegar, hypertrophy & hyperplasia otot uterus, hypertrophy & hyperplasia
jaringan payudara termasuk sistem pembuluh/pipa.
2) Progesteron
Peningkatan sekresi, mengendurkan otot-otot halus, menyebabkan
penebalan endometrium sehingga ovum yang dibuahi tertanam, menjaga
peningkatan suhu basai bu, merangsang perkembangan system alveolar
payudara. Dengan hormone relaxin melembutkan atau mengendurkan
jaringan penghubung, ligament dan otot, sakit punggung, nyeri ligamen.
Progesterone pada kehamilan kadarnya lebih tinggi sehingga menginduksi
perubahan desidua. Sampai minggu ke-6 dan ke-7 kehamilan sumber
utamanya adalah ovarium, setelah itu plasenta memainkan peran utama.
Fungsi progesteron adalah mencegah abortus spontan, kontraksi rahim,
menginduksi beberapa kekebalan tubuh untuk hasil konsepsi.
3) HCG (Human Corionic Gonadotropic)
Gonadotropin korionik manusia (HCG) yang diskresi oleh sel trofoblas dari
plasenta untuk mempertahankan kehamilan. HCG meningkat 8 hari setelah
ovulasi (9 hari setelah puncak LH pertengahan siklus). Selama 6-8 mg
kehamilan HCG mempertahankan korpus luteum untuk memproduksi
estrogen dan progesterone dan selanjutnya akan diambil alih oleh plasenta.
4) HPL (Hormone Placenta Lagtogene)
Lactogen plasenta manusia (HPL) dihasilkan oleh plasenta. Pada kehamilan
cukup bulan HPL meningkat 10% dari produksi protein plasenta. HPL
bersifat diabetogenik sehingga kebutuhan insulin wanita hamil naik.
5) Prolaktin
Prolaktin meningkat selama kehamilan sebagai respon terhadap
meningkatnya estrogen. Fungsi prolaktin adalah perangsangan produksi
susu. Pada trimester II prolaktin yang disekresi oleh hipofisis janin
merupakan perangsang pertumbuhan adrenal janin yang penting.
e. Sistem Perkemihan
Ketidakmampuan untuk mengendalikan aliran urin, khususnya akibat
desakan yang ditimbulkan oleh peningkatan tekanan intra abdomen dapat
terjadi menjelang akhir kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh penurunan
tonus otot pada dasar panggul (akibat progesteron) dan peningkatan tekanan
akibat penambahan isi uterus. Akibat perubahan ini pada bulan-bulan
pertama kehamilan, kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai
membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul
(Dartiwen, 2019).
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering
kencing akan timbul kembali karena kandung kemih mulai tertekan. Di
samping sering kencing, terdapat pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh
adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan sehingga
filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai reabsorpsi di tubulus tidak
berubah. sehingga lebih banyak dapat di keluarkan urea, asam urik, glukosa,
asam amino, asam folik dalam kehamilan (Romauli, 2015, h.86).
f. Sistem Pencernaan
Peningkatan hormone estrogen mengakibatkan perasaan enek (nausea).
Gejala muntah (emesis) dijumpai pada bulan I kehamilan yang terjadi pada
pagi hari (morning sickness). Emesis yang berlebihan (hyperemesis
gravidarum) merupakan situasi patoligus. Tonus otot-otot traktus digestivus
menurun, motilitas seluruh traktus digestivus berkurang sehingga makanan
lama berada di usus. Hal ini baik untuk reabsorbsi, tetapi menyebabkan
obstipasi karena penurunan tonus otot-otot traktus digestivus
(Dartiwen, 2019, h.61)
.
g. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis progresif merupakan gambaran karakteristik pada kehamilan
normal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus yang membesar,
lordosis menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai bawah.
Mobilitas sendi sakroiliaka, sakro coksigeal dan sendi pubis bertambah
besar dan karena itu menyebabkan rasa tidak nyaman pada punggung bagian
bawah, khususnya pada akhir kehamilan. Berat uterus dan isinya
menyebabkan perubahan pada titik pusat gaya tarik burni dan garis bentuk
tubuh. Lengkung tulang belakang akan berubah bentuk untuk mengimbangi
pembesaran abdomen dan menjelang akhir kehamilan banyak wanita yang
memperlihatkan postur tubuh yang khas (lordosis). Demikian juga jaringan
ikat pada persendian panggul akan melunak dalam mempersiapkan
persalinan (Prawirohardjo, 2018, h.186).
h. Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat 30% pada minggu ke-10 kehamilan. Tekanan
darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunan dalam perifer vaskuler resistance yang disebabkan oleh
pengaruh peregangan otot halus oleh progesterone. Hipertropi atau dilatasi
ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan volume darah dan
curah jantung (Prawirohardjo, 2018, h.182 – 184 ).
Tabel 2.3 Perubahan Kardiovaskular Dalam Kehamilan
TD pada darah arteri Semua dasar pada usia
1) Sistolik ↓ pada usia kehamilan 20 – 24 minggu,
kehamilan 4 – 6 minggu kemudian secara berangsur-
2) Diastolik ↓ pada usia angsur naik ke nilai-nilai
kehamilan 8 – 15 minggu sebelum kehamilan.
3) Rata-rata ↓ pada usia
kehamilan 6 – 10 minggu
Frekuensi denyut jantung ↑ pada Puncak trimester II awal
usia kehamilan 12 – 18 minggu kemudian stabil
Volume stroke ↑ 10 – 30 % Puncak trimester II awal
kemudian stabil
Curah jantung ↑ 33 – 35 % Puncak trimester II awal
kemudian stabil
(Nugroho et al., 2014).
i. Sistem Integumen
Adanya perubahan yang terjadi pada kulit karena pituitary melanosit
stimulating hormone mengalami peningkatan yang menyebabkan
bermacam – macam peningkatan pigmentasi pada tubuh, tempat yang
mengalami pigmentasi diantaranya areola mammae, garis tengah abdomen
(linea abdomen), perineum, aksila dan wajah
(Wulandari et al., 2021, h.18)
.
j. Sistem Peredaran Darah
Pada usia kehamilan 24-32 minggu biasanya ibu hamil mengalami anemia
fisiologis karena adanya hemodilusi (pengenceran darah). Hb normal ibu
hamil ± 11-13 gr%, dianggap anemia jika Hb <11 gr/dL. Adapun kategori
anemia yaitu :
1) Anemia ringan jika Hb antara 9 – 10 gr/dL
2) Anemia sedang jika Hb antara 7 – 8,9 gr/dL
3) Anemia berat jika Hb < 7 gr/dL
Kemudian terjadi peningkatan fibrinogen dari 200-400 menjadi 300-600
saat kehamilan aterm, peningkatan ini berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan pembekuan darah pada masa kehamilan, dan post partum
(Yuliani et al., 2017).
k. Sistem Pernapasan
Sistem respirasi terjadi perubahan guna dapat memenuhi kebutuhan O2.
Karena pembesaran uterus terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan
dan kebutuhan oksigen yang meningkat ± 20% untuk metabolisme janin.
Oleh karena diaphragmanya tidak dapat bergerak bebas menyebabkan
bagian thorax juga melebar kesisi luar. Dorongan rahim yang membesar
terjadi desakan diafragma. Terjadi desakan rahim dan kebutuhan O2
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih cepat 20-25% dari biasanya
(Prawirohardjo, 2018, h.185).
l. Sistem Persarafan
Perubahan spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala
neurologis dan neuromuskular sebagai berikut :
1) Kompresi saraf panggul akibat pembesaran uterus dapat menyebabkan
perubahan sensiro ditungkai bawah
2) Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada
syaraf atau kompresi akar syaraf
3) Edema yang melibatkan syaraf perifer dapat mneyebabkan capul
tunnned syndrome selama trimester akhir kehamilan
4) Akroestesis (rasa gatal ditangan)yang timbul akibat posisi tubuh yang
membungkuk berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus barkialis
(Nugroho et al., 2014).
m. Berat Badan (BB) dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Kenaikan berat badan selama kehamilan dapat dihitung dengan
mengetahui indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil, yaitu kilogram
BB/(TB dalam m)² atau pon BB/(inci TB)², nilai BB dan TB yang
digunakan adalah sebelum hamil (Yuliani et al., 2017).
Tabel 2.4 Indikator Penilaian IMT sebagai berikut :
Total kenaikan berat
2 Selama trimester II
IMT (kg/m ) badan yang
dan III
dirasakan
Kurus (IMT <18,5) 12,7 – 18,1 kg 0,45 kg/minggu
Normal (IMT 18,5 –
11,35 – 15,89 kg 0,45 kg/minggu
22,9)
Berat badan berlebih
6,81 – 11,35 kg 0,27 kg/minggu
(IMT 23 – 29,9)
Obesitas (IMT >30) 4,99 – 9,08 kg 0,23 kg/minggu
(Suryaningsih, 2018).

Tabel 2.5 Adaptasi Fisiologis dalam Kehamilan


Organ Tubuh Perubahan Fisiologis Yang Dirasakan Ibu
Sistem endokrin: HCG(Human Chorionic Adanya hormon ini
penting, karena hormone Gonadotropin) merupakan dasar untuk
akan mempengaruhi ibu hasil positif dalam tes
selama kehamilan. kehamilan.
Hormone yang paling
Estrogen: diproduksi Meningkatnya nausea
berperan adalah :
oleh plasenta setelah 12 (mual).
1) HCG
minggu, menekan
2) Estrogen
ovulasi dan menghambat
3) Progesterone
laktasi, berperan dalam
4) TSH
pertumbuhan payudara,
5) MSH
uterus dan vagina.
Progesterone: diproduksi Payudara terasa lunak,
oleh plasenta setelah 12 amanorea, pertumbuhan
minggu, merespon uterus.
pertumbuhan jaringan
payudara, relaksasi otot
polos di seluruh tubuh.
Thyroid-stimulating Payudara terasa lunak,
Hormon: menstimulasi mencegah kontraksi
metabolismyang uterus, dapat
dipengaruh ikerja
meningkatkan tekanan
hormone thyroksin. vena, konstipasi dan
infeksi saluran kencing.
Melanocyte-Stimulating Ibu merasa hangat
Hormone: selama Hyperpigmentasi di kulit
kehamilan berlangsung dan aerola mammae,
produksi MSh oleh linea nigra, chloasma
glandula pituitary
meningkat
Metabolisme Meningkat untuk Berat badan meningkat
memenuhi kebutuhan 10 - 12 kg
ibu dan janin
Sistem pernapasan Dyspnoe (sesak nafas)
pada akhir kehamilan
Sistem pencernaan Keseluruhan system ini Heartbun (rasa panas di
relaksasi, oleh karena ulu hati), kontipasi
pengaruh hormone
progesterone
Sistem perkemihan Peningkatan aliran darah Glycosuria (gula dalam
ke ginjal menyebabkan urine).
50% peningkatan
penyaringan oleh
glumerolus.

Efek dari progesterone Terjadi ISK, peningkatan


akan mempengaruhi frekuensi berkemih
ureter karena tekanan pada
kandung kencing oleh
uterus yang membesar
Sistem reproduksi Uterus: pertumbuhan Perubahan body image:
dari dalam rongga pada 12 minggu uterus
panggul 70 gram dan teraba diatas os.pubis,
dalam rongga perut 1 kg pada 24 minggu uterus
teraba setinggi pusat,
kanalis servikalis pada 36 minggu teraba
dipenuhi operculum, di bawah prosesus
secret/getah mucosa xifoideus

Vagina: peningkatan Peningkat pengeluaran


aliran darah ke vagina pervaginam, keputihan
dan pengaruh estrogen. (flour albus).
Payudara Baik estrogen maupun Vaskularisaasi,
progesterone kolostrum keluar sejak
mempengaruhi 16 minggu
pertumbuhan dan
peningkatan suplay
darah ke payudara
kelenjar Montgomery
menjadi lebih aktif
Sistem rangka Progesteron Nyeri Punggung,
menyebabkan lordosis
melemahnya ligamentum
yang akan membantu
proses persalinan

(Nugroho et al., 2014).

3. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam Kehamilan


Pada trimester 3 disebut sebagai periode penantian, dimana ibu mulai
menantikan kelahiran bayinya dengan penuh kewaspadaan, perhatian juga akan
terfokus pada anaknya yang akan dilahirkan. Sejumlah ketakutan atau kecemasan
pada dirinya dan anaknya akan muncul pada trimester 3, selain itu ibu juga akan
merasakan ketidaknyamanan secara fisik, biasa pada trimester ini libido ibu
cenderung turun kembali. Sehingga ibu perlu dukungan dari keluarga pada
trimester 3 ini (Wulandari et al., 2021, h. 20 – 23 ).
4. Kebutuhan Dasar Pada Masa Kehamilan
a. Oksigen
Bertambah besarnya uterus menyebabkan diafragma tertekan dan
menimbulkan sesak nafas. Ibu hamil dianjurkan tidak berada di tempat yang
ramai dan sempit hal ini karena akan mengurangi masukan oksigen. Kebutuhan
oksigen meningkat 20% (Suryaningsih, 2018).
b. Nutrisi
Selama masa kehamilan, ibu hamil memerlukan gizi seimbang yang lebih
banyak dibanding sebelum hamil. Adapun manfaat gizi bagi ibu hamil
diantaranya untuk mencegah KEK, untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, serta untuk mempersiapkan produksi ASI. Gizi yang diperlukan ibu
hamil yaitu sumber kalori, protein, asam folat, vitamin A, B, C, D, E, K,
Kalsium, zat besi, dan lainnya (Yuliani et al., 2017).
c. Personal Hygiene
Kebutuhan diri terhadap kebersihan diri sangatlah penting untuk ibu hamil. Hal ini
dikarenakan personal hygiens yang buruk dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin. Adapun bentuk personal hygiens tersebut meliputi :
1) Mandi minimal 2x sehari
2) Gosok gisi minimal 2x sehari
3) Ganti pakaian minimal 2x sehari
4) Menjaga kebersihan genetalia dengan cebok yang benar dan menjaga
kebersihan pakaian dalam
5) Menjaga kebersihan payudara dengan rajin membersihkan payudara
selama hamil
(Yuliani et al., 2017).
d. Eliminasi
Kebutuhan dasar ibu hamil yang penting yaitu kebutuhan eliminasi terutama pada
trimester I dan III karena pada keadaan tersebut secara fisiologis terjadi perubahan
fisiologi ibu hamil (Nugroho et al., 2014).
e. Mobilisasi dan Body Mekanik
Menurut Nugroho et al (2014), mobilisasi dan body mekanik perlu
memperhatikan cara – cara yang benar antara lain :
1) Melakukan senam hamil agar otot – otot tidak kaku
2) Jangan melakukan gerakan secara tiba – tiba
3) Jangan mengangkat secara langsung beban yang cukup berat, jongkoklah
terlebih dahulu kemudian mengangkat benda
4) Apabila bangun tidur, miring terkebih dahulu, duduk sebentar kemudian
berdiri dan berjalan
f. Istirahat
Kebutuhan istirahat pada ibu hamil yaitu 7 – 9 jam pada malam hari dan 1 – 2 jam
pada siang hari. Hal ini dikarenakan tubuh ibu hamil mudah lelah, sehingga
memerlukan istirahat yang cukup untuk menjaga kesehatan ibu dan janin
(Suryaningsih, 2018).
5. Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III
a) Sering Berkemih
Ketidaknyamanan ibu sering BAK disebabkan progesterone dan tekanan
pada kandung kemih karena pembesaran rahim atau kepala bayi yang turun ke
rongga panggul. Ketidaknyamanan sering BAK yang dirasakan oleh ibu hamil
trimester III secara fisiologis disebabkan karena ginjal bekerja lebih berat dari
biasanya, karena organ harus menyaring volume darah lebih banyak disbanding
sebelum hamil. Proses penyaringan tersebut kemudian menghasilkan lebih
banyak urine, janin dan plasenta yang membesar juga memberikan tekanan
pada kandung kemih, sehingga menjadikan ibu hamil harus sering ke kamar
kecil untuk buang air kecil (Yuliani et al., 2017).
Asuhan yang dapat diberikan pada ibu hamil trimester III dengan keluhan
sering BAK yaitu ibu harus tetap menjaga kebersihan diri, mengganti celana
dalam setiap selesai buang air kecil atau menyediakan handuk bersih dan
kering, mengurangi minum setelah makan malam atau minimal 2 jam sebelum
tidur, menghindari minum yang mengandung kafein, jangan mengurangi
kebutuhan air minum (minimal 8 gelas/hari) perbanyak di siang hari
(Yuliani et al., 2017)
.
b) Bengkak Pada Tungkai Bawah
Bengkak atau oedem adalah penumpukan atau retensi cairan pada daerah luar
sel akibat dari berpindahnya cairan intrasesuler ke ekstraseluler dan dikeluhkan
pada usia kehamilan diatas 34 minggu. Hal ini dikarenakan tekanan uterus yang
semakin meningkat dan mempengaruhi sirkulasi cairan (Suryaningsih, 2018).
Menurut Khairoh et al (2019), bengkak pada kaki yang terjadi pada ibu hamil
trimester 2 dan 3 disebabkan oleh :
(1) Kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah
(2) Peningkatan kadar permeabilitas kapiler
(3) Tekanan dari pernbesaran uterus pada vena pelvic ketila duduk/pada vena
kava inferior ketika berbaring
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan
bengkak pada kaki yaitu :
(1) Hindari posisi berbaring terlentang
(2) Hindari posisi berdiri untuk waktu lama. istirahat dengan berbaring ke kiri,
dengan kaki agak ditinggikan
(3) Lakukan senam secara teratur
(4) Tanda-tanda bahaya jika muncul pada muka dan tangan dan disertai
dengan proteinuria serta hipertensi (waspada preeklampsi /eklampsia).
c) Gangguan Tidur dan Mudah Lelah
Gangguan tidur dan sering lelah adalah salah satu keluhan yang paling sering
dilaporkan oleh ibu. Rata-rata 60% dari ibu hamil merasakan sering lelah pada
akhir trimester dan lebih dari 75% mengeluhkan gangguan tidur. Pada trimester
III, hampir semua wanita mengalami gangguan tidur. Cepat lelah pada kehamilan
disebabkan oleh nokturia (sering berkemih di malam hari), terbangun di malam
hari dan mengganggu tidur yang nyenyak. Dari beberapa penelitian menyatakan
bahwa cepat lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak
karena terbangun tengah malam untuk berkemih.
Asuhan kebidanan untuk mengatasi keluhan ini dengan mandi air hangat, minum
air hangat (susu sebelum tidur), lakukan aktivitas yang tidak menimbulkan
stimulus sebelum tidur (Irianti et al., 2015).
d) Nyeri Perut Bawah
Nyeri perut bawah dikeluhkan oleh sebagian besar ib hamil. Keluhan ini dapat
bersifat fisiologis dan beberapa lainnya merupakan tanda bahaya dalam
kehamilan. Secara normal, nyeri perut bawah dapat disebabkan oleh muntah yang
berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh sebagian besar ibu dalam
kehamilannya. Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya kontrasi
Braxton-Hicks juga mempengaruhi keluhan ibu terkait dengan nyeri pada perut
bagian bawah.
Torsi uterus yang parah biasanya dapat diatasi dengan tirah baring, mengubah
posisi ibu agar uterus yang mengalami torsi dapat kembali ke keadaannya semula
tanpa harus diberikan manipulasi. Pemberian analgesik dalam hal ini harus
mendapatkan pemantauan dari bidan atau dokter (Irianti et al., 2015).
e) Heartburn
Perasaan panas pada perut atau heartburns atau pirosis didefinisikan sebagai rasa
terbakar di saluran pencernaan bagian atas, termasuk tenggorokan. Penyebab dari
keluhan ini selama kehamilan dapat disebabkan oleh peningkatan kadar
progesterone atau meningkatnya metabolisme yang menyebabkan relaksasi dari
otot polos, sehingga terjadi penurunan pada irama dan pergerakan lambung dan
penurunan tekanan pada spinkter esophagus bawah. Tekanan dari uterus yang
semakin membesar pada isi lambung juga dapat memberburuk keluhan panas
perut. Panas perut juga dapat disebabkan oleh obat obatan yang dikonsumsi
selama kehamilan, salah satu contohnya adalah antiemetic.
Penatalaksanaan pertama untuk heartburn selama kehamilan adalah mengubah
gaya hidup dan pola nutrisi. Perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan adalah
menghindari berbaring dalam waktu 3 jam setelah makan, perubahan pola nutrisi
dengan menghindari dan mengurangi asupan makanan yang dapat merangsang
terjadinya refluks seperti makanan berminyak dan pedas, tomat, jeruk yang sangat
masam, minuman bersoda dan zat-zat berkafein (Irianti et al., 2015).
f) Braxton Hicks
Braxton Hicks atau sering disebut kontraksi palsu merupakan kontraksi rahim
dengan sifat tidak seirama/ teratur, tidak sporadic dan tidak menimbulkan nyeri
sebagai upaya untuk persiapan persalinan. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi keluhan tersebut adalah dengan istirahat dan relaksasi misalnya
dengan teknik nafas (Yuliani et al., 2017).
g) Kram Kaki
Kram kaki dapat muncul setelah usia kehamilan 24 minggu, belum pasti
penyebabnya namun selama beberapa tahun diperkirakan disebabkan oleh
kekurangan asupan kalsium atau ketidakseimbangan antara rasio akalsium-fosfor
didalam tubuh dan kemungkinan terhambatnya aliran darah ke pembuluh darah
perifer akibat penekanan pembukuh darah di sekitar pelvis oleh pembesaran uterus
pada vena yang membawa darah ke bagian ektermitas bawah (Irianti et al., 2015).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:
Latihan dorsofleksi pada kaki dan meregangkan otot yang kram
(1) Lakukan olahraga ringan secara teratur dan lakukan body mekanik yang
baik untuk meningkatkan sirkulasi
(2) Lakukan evaluasi pada kaki (mengangkat kaki) secara periodik sepanjang
hari
(3) Konsumsi susu dengan kandungan kalsium dan fosfor secara seimbang
(4) Gunakan hangat penghangat untuk otot
h) Sakit Gigi
Wanita hamil amat lazim mengalami masalah yang mengganggu gigi dan
mulut selama kehamilan, antara lain hipersalivasi (air liur berlebihan), gigi
berlubang, perdarahan gusi, gingivitis (peradangan gusi). Masalah gigi dan mulut
pada ibu hamil sering terjadi, hal ini cenderung diabaikan, baik oleh penderita
maupun oleh dokter atau bidan. Masalah gigi dan mulut apabila tidak dirasakan
sebagai gangguan, maka wanita hamil biasanya tidak mengeluhkan kepada dokter
atau bidan yang memeriksa kehamilannya. Calon ibu cenderung lebih peduli akan
kesehatan janinnya dan kehamilan itu sendiri sehingga mengabaikan kesehatan
gigi dan mulut.
6. Kehamilan Risiko Tinggi
a. Pengertian Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki risiko lebih besar
dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau
kematian sebelum maupun sesudah persalinan yang mana pada kondisi hamil
disertai dengan kondisi tertentu, sehingga memberi tingkat kesakitan dan
kematian perinatal yang tinggi (Maryunani, 2016)(Maryunani, 2016).

b. Deteksi dini ibu hamil beresiko


Menurut Maryunani (2016), ibu hamil yang masuk dalam kategori faktor risiko
yaitu :
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Usia terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
3) Jarak kehamilan terlalu dekat (kurang dari 3 tahun) atau terlalu jauh (lebih
dari
10 tahun) yang disebut dengan primi sekunder
4) Anak lebih dari 4
5) Tinggi badan kurang dari 145 cm
6) Berat badan kurang dari 38 kg atau lila kurang dari 23,5 cm
7) Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat kongenital
8) Kelainan bentuk tubuh misalnya kelainan tulang belakang atau punggul
Sedangkan ibu hamil yang memiliki faktor risiko tinggi yaitu:
1) Hb kurang dari 8 gr%
2) Tekanan darah tinggi
3) Oedema yang nyata
4) Eklamsia
5) Perdarahan pervaginam
6) Ketuban pecah dini
7) Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
8) Letak sungsang
9) Persalinan prematur
10) Kehamilan ganda
11) Janin yang besar
12) Riwayat kronis pada ibu
13) Riwayat obstetrik yang buruk
14) Infeksi berat

Tabel 2.2 Deteksi Dini Faktor Resiko Kehamilan (Rochyati, 2014)


I II III IV
KEL NO Masalah / Faktor Resiko SKOR Triwulan
F.R . I II III.1 III.2
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 4
Tahun
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 4
Tahun
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 4
Tahun
5 Terlalu banyak anak, 4 atau 4
lebih
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan 4
a.terikan tang/vakum
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II 11 Penyakit pada ibu hamil 4
a. Kurang Darah b.
Malaria,
c. TBC Paru d. 4
Payah Jantung
e. Kencing Manis 4
(Diabetes)
f. Penyakit Menular 4
Seksual
12 Bengkak pada muka / tungkai 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

B. Kehamilan Dengan Riwayat Abortus


1. Pengertian Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat

500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Menurut WHO dan

VIGO dikatakan abortus jika usia kehamilan terjadi kurang dari 20-22
minggu. Abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan 80% diantaranya

terjadi pada trimester pertama ( ≤ 13 minggu ) dan sangat sedikit terjadi pada

trimester kedua. ( Salim dalam Jurcovic, 2011 ).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat- akibat

tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah

kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya

kurang dari 20 minggu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore,

tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran jaringan

plasenta dan kemungkinan kematian janin. Pada abortus septik, perdarahan

per vagina yang banyak atau sedang, demam (mengigil), kemungkinan gejala

iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok. (Elizabeth Siwi Walyani, 2015)

Abortus insipiens adalah suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi

ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. ( Nita

dan Mustika, 2013 )

2. Patofisiologi Abortus

Patofisiologi abortus pada awalnya terjadi karena pendarahan dalam

desidu basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian

atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena di anggap benda asing uterus

akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8

minggu, hasil konsepsi di keluarkan seluruhnya karena villi korialis belum

menembus desidua terlalu dalam. Pada kehamilan 8-14 minggu, volli korialis

telah masuk agak dalam,sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal atau melekat pada uterus. Hilangnya kontraksi yang di hasilkan dari

aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan terjadi pandarahan.

Ketika plasenta, seluruh atau sebagian tertinggal di dalam uterus,

akan menimbulkan pendarahan yang terjadi seketika ataupun kemudian.

Abortus biasanya disertai oleh pendarahan ke dalam desidua basalis dan

nekrosis di jaringan dekat tempat pendarahan. Hasil konsepsi terlepas, hal ini

memicu kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi. Apabila kantung

dibuka biasanya janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh

cairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam kantung dan di sebut

blighted ovum.

3. Etiologi Abortus
a. Faktor genetik
Faktor genetik ( kromosom ) merupakan faktor yang paling sering
menyebabkan abortus yaitu 70% dalam 6 minggu pertama, 50% sebelum
10 minggu dan 5% setelah 12 minggu kehamilan. Kelainan kromosom
dapat di bedakan atas kelainan jumlah kromosom dan struktur kromosom
yang terjadi saat fertilisasi ataupun implantasi.
b. Faktor infeksi
Infeksi adalah penyebab kedua abortus yaitu dengan prevalensi 15%.
Infeksi disebabkan oleh kuman yang menginfeksi indung telur,
endometrium. (listeria, toksoplasma, ricketsia, mikoplasma), infeksi virus
(rubella, helpes, CMV, HbAv), infeksi non spesifik (colibacilli), infeksi
lokal (servisitis dan endometritis) dan malaria. Infeksi dapat
mengakibatkan kematian atau cacat berat pada janin, sehingga sulit untuk
bertahan hidup. Jika infeksi terjadi pada plasenta dapat berakibat pada
insufisiensi plasenta dan menyebabkan kematian janin.
c. Faktor Mekanik
1) Ovum : kehamilan kembar, hidamnion yang menyebabkan
overdistensi rahim, kontraksi dilatasi servix dan pecah selaput
ketuban.
2) Rahim : hipoplasia da hipotropi, cacat bawaan. Pada ibu dengan
riwayat abortus ditemukan anomali uterus sebanyak 27%. Penyebab
abortus terbanyak adalah septum rahim (60%), uterus bikornis atau
uterus didelfis atau unikornis. Mioma uteri bisa menyebabkan abortus
berulang.
3) Servix inkompetensi : menyebabkan 30% dari abortus pada trimester
II.
d. Faktor hormonal
Berdasarkan study yang di lakukan oleh Osmnagoglu (2010) bahwa
kadar β-HCG yang tinggi dan kadar progesteron rendah (<15 ng/ml )
akan beresiko terjadi abortus. Selain itu ibu dengan ketergantungan
insulin dan glukosa yang tidak terkontrol pada diabetes mempunyai
peluang 2-3 kali lipat mengalami abortus.
e. Faktor autrium
Lebih dari 80% kasus abortus terjadi akibat dari kelainan dalam
imunologi (Coulam, 2011). Terdapat hubungan yang nyata antara abortus
berulang dengan penyakit autuimun misalnya sistematic lupus
erithematosus (SLE) dan anti phosplipid antibodyes (aPA).
f. Lingkungan
Kelainan janin sebanyak 1-10% diakibatkan paparan obat,bahan kimia,
radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus. Rokok dapat
menyebabkan hambatan pada sirkulasi uteroplasenter seperti halnya
karbon monoksida yang dapat menurunkan pasokan oksigen ibu dan
janin sehingga dapat meningkatkan terjadinya abortus.Abortus pada
wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya:
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling
umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur
kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini
antara lain : kelainan kromosom / genetik, lingkungan tempat
menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti
radiasi, obat-obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2) Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan
pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh
karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3) Faktor ibu seperti penyakit-penyakit kronis yang diderita oleh sang
ibu seperti radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan dan
infeksi virus toxoplasma.
4) Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada
mulut rahim, kelainan bentuk ahim terutama rahim yang
lengkungannya kebelakang (secara umum rahim melengkung ke
depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim. (Elizabeth
Siwi Walyani, 2015).

4. Faktor Resiko Abortus

a. Usia

Pada penelitian yang dilakukan oleh Grande ( 2012 ) 29% kejadian


abortus terjadi pada usia >35 tahun akibat anomali struktur genetik, 57%
akibat kelainan trisomik.

b. Berat badan ibu

Ibu dengan IMT lebih memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar terjadi
abortus. (Low, 2012)
c. Riwayat abortus sebelumnya
Kejadian abortus akan meningkat pada ibu dengan riwayat abortus
sebelumnya, ibu dengan riwayat abortus 1 kali memiliki kemungkinan
8% untuk mengalami abortus kembali, 40% pada ibu dengan 3 kali
riwayat abortus dan 60% pada ibu dengan 4 kali riwayat abortus.
d. Faktor lain seperti paritas dan jarak kehamilan yang terlalu dekat.
5. Klasifikasi Abortus
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah keadaan terjadinya pengeluaran sebagian atau
seluruh bagian hasil konsepsi secara alami,bukan tindakan pengeluaran
secara sengaja. Abortus spontan ditndai dengan terjadinya perdarahan
dari jalan lahir dengan adanya jaringan dan disertai dengan rasa mulas
pada perut bagian bawah. Keadaan ini disebut sebagai keadaan
keguguran yang sebenarnya (Pubmed, 2014).
b. Abortus Imminens
Suatu abortus yang dicurigai bila terdapat pengeluaran vagina yang
mengandung darah atau perdarahan pervagina pada trimester pertama
kehamilan. Suatu abortus imminens dapat atau tanpa disertai rasa mulas
ringan, sama dengan waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah.
Perdarahan pada abortus imminens sering kali hanya sedikit, namun hal
tersebut beberapa hari atau minggu. (Nita dan Mustika, 2014)

c. Abortsu Insipiens
Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai
dengan pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada
keadaan ini di dapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik
uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi
ostiun serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil
pemeriksaan USG mungkin di dapatkan jantung janin masih berdenyut,
kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau
perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah.(Nita dan
Mustika,2014)
d. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal
dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah
menonjol dari ostium ueri eksternum. Pada USG di dapatkan
endometriun yang tipis dan irreguler. (Nita dan Mustika, 2014)
e. Abortus Komplt
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan prarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Selain itu, tidak ada lagi gejala kehamilan
dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan USG didapatkan
uterus yang kosong. (Nita dan Mustika, 2014)
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak di keluarkan selama 8 minggu atau lebih. (Nita dan
Mustika, 2014)
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturut- turut tiga
kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,
namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. (Nita dan Mustika,
2014)
6. Diagnosis Abortus
Sebagai seorang bidan pada kasus perdarahan awal kehamilan yang harus
di lakukan adalah memastikan arah kemungkinan keabnormalan yang
terjadi berdasarkan hasil tanda dan gejala yang di temukan, yaitu melalui :
a. Anamnesa
1) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu)
2) Adanya kram perut atau mules daerah atas simpisis,nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
3) Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi
b. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik di dapati :
1) Biasanya keadaan umum ( KU ) tampak lemah
2) Tekanan darah normal atau menurun
3) Denyut nadi normal,cepat atau kecil dan lambat
4) Suhu badan normal atau meningkat
5) Pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan.
c. Pemeriksaan ginekologi
Hasil pemeriksaan ginekologi di dapati :
1) Inspeksi vulva untuk menilai perdarahan pervagina dengan atau
tanpa jaringan hasil konsepsi
2) Pemeriksaan pembukaan servik.
3) Inspekulo menilai ada atau tidaknya perdarahan dari kavum uteri,
ostium uteri terbuka atau tertutup, ada atau tidaknya jaringan di
ostium.
4) Vaginal toucher ( VT ) menilai porsio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, tidak
nyeriadneksa, kovum doglas tidak nyeri.
5) Pemeriksaan penunjang dengan USG oleh dokter.
7. Komplikasi Abortus
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa- sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak di berikan pada
waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus
provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera di lakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukaan alat-alat lain.
c. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik ) dan
karena infeksi berat.
d. Infeksi
Pada genetalia eksterna dan vagina terdapat flora normal, khususnya
pada genetalia eksterna yaitu staphylococci, steptococci, gram
negatif enteric bacilli, Mycoplasma,Treponema (selain
T.pallimdum, Leptospira, jamur Trichomonas vaginalis, sedangkan pada
vagina ada Lactobacili, streptococci, straphylococci, Gram negatif enteric
bacilli, Clostridium sp., Bacteriodes sp., Listeria) dan jamur. Umumnya
pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua.Pada abortus septik
virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba,
parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering
menyebabkan infeksi paska abortus adalah E. colli, Streptococcus non
hemolitikus, Streptococci anaerob, Straphylococcus aureus,
Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain
yang kadang di jumpai adalah Neisseriagonorrhoeae, Pneumococcus,
Clostridium tetani Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh
karena itu dapat membentuk gas.

e. Kematian
Abortus berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15% . data tersebut
seringkali tersembunyi dibalik data kematian ibu akibat pardarahan
sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70% kematian ibu
disebabkan oleh perdarahandan sekitar 60% kematian akibat perdarahan
tersebut atau sekitar 35-40% dari seluruh kematian ibu di sebabkan oleh
pendarahan post partum. Sekitar 15-20% kematian ibu di sebabkan oleh
sepsis.
8. Hubungan Riwayat Abortus dengan Kehamilan sekarang
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di
definisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau inplantasi. Bila dihitung saat fertilitas hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan tapat atau 9 bulan menurut kalender internasional.
(Prawihardjo, 2010).
Sedangkan Abortus atau miscarriage adalah dikeluarkannya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan sekitar 500 atau
gram kurang dari 1000 gram, terhentinya proses kehamilan sebelum usia
kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba, 2010).
Salah satu faktor terjadinya abortus adalah riwayat abortus juga
merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus
pada ibu hamil. Menuurut penelitian Rahmani (2014) menyatakan faktor yang
menjadi penyebab abortus adalah faktor janin. Faktor janin merupakan
penyebab yang sering terjadi pada abortus spontan. Kelainan yang
menyebabkan abortus spontan tersebut yaitu kelainan telur (blighted ovum),
kerusakan embrio dengan adanya kelainan kromosom, dan abnormalitas
pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas) (Rahmani, 2014).
Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Resya
(2016), sekitar 21 dari 35 ibu hamil dengan riwayat abortus mengalami
abortus spontan pada kehamilan selanjutnya. Ibu hamil dengan riwayat
abortus sebelumnya memiliki risiko 1,4 kali lebih besar mengalami abortus
pada kehamilan selanjutnya (Kuntari, Wilopo, & Emilia, 2010).
Hal ini juga selaras dengan penelitian milik Hamidah dan Masitoh
menyatakan pada variabel riwayat aborsi faktor riwayat abortus, faktor ini
berisiko 4,2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang tidak
memiliki riwayat abortus. Analisis data menunjukkan bahwa usia kehamilan
pada ibu yang mengalami abortus imminen lebih banyak terjadi pada usia 12-
19 minggu.(Hamidah and Masitoh 2013) Penelitian lain menjelaskan faktor
risiko kejadian abortus spontan, menunjukkan bahwa risiko abortus spontan
pada ibu yang memliki riwayat abortus adalah 5 kali lebih besar dibandingkan
ibu yang tidak memiliki riwayat abortus. (Purwaningrum.E.D 2017).
Penelitian milik Putri (2018) juga menunjukkan 81,8% dari ibu yang
memiliki riwayat abortus sebelumnya mengalami abortus spontan pada
kehamilan selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa riwayat abortus
sebelumnya berpengaruh secara bermakna terhadap abortus spontan dan ibu
yang memiliki riwayat abortus berpeluang 5 kali lebih besar untuk mengalami
abortus pada kehamilan selanjutnya. Pada ibu yang telah hamil > 3 kali ,
elastisitas dan kekuatan rahim cenderung menurun sehingga rentan
mengalami abortus. menurunnya fungsi dan vaskularisasi endometrium di
korpus uteri pada ibu dengan gravida > 3 mengakibatkan berkurangnya
kesuburan dan uterus tidak siap menerima hasil konsepsi (Putri 2018) Hal ini
juga sejalan dengan penelitian Mailana (2016) menunjukkan bahwa dari 460
responden terdapat terdapat (66.3%) pernah ada riwayat abortus dalam
penelitiannya menemukan terdapat hubungan antara riwayat abortus dengan
abortus inkomplit.
Riwayat abortus merupakan keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram yang pernah
dialami oleh ibu pada kehamilan sebelumnya atau memiliki keluarga yang
sering mengalami abortus setiap menjalani kehamilan. Melihat kondisi yang
menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang mengalami riwayat abortus.Oleh
sebab itu ibu perlu mewasapadai kondisi riwayat abortus yang dialaminya
dengan melakukan kunjungan rutin untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

C. Grande Multipara
1. Pengertian
Grande multipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan
persalinan .Grande Multipara adalah wanita yang telah melahirkan sampai
lima anak atau lebih (Morgan, 2014).
2. Gambaran Klinis
a. Komplikasi antepartum potensial
1) Anemia, terutama bila jarak kehamilan kurang dari 1 tahun
lamanya.
2) Obesitas.
3) Hipertensi.
4) Plasenta previa.
b. Intrapartum dan pascapartum
1) Presentasi abnormal.
2) Persalinan dan pelahiran yang dipercepat, atau keduanya.
3) Distosia persalinan karena tonus otot yang buruk.
4) Bayi besar pada masa kehamilan yang memiliki masalah penyerta
saat pelahiran.
5) Perdarahan pascapartum (Morgan, 2014).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam penyelesaian

proses pembelajaran secara formal. Makin tinggi tingkat pendidikan

seseorang diharapkan pengetahuan dan perilakunya juga semakin

baik. Karena dengan pendidikan yang makin tinggi, maka informasi

dan pengetahuan yang diperoleh juga makin banyak, sehingga

perubahan perilaku kearah yang baik diharapkan dapat terjadi.

(Suryani, 2007) Sehingga, semakin rendah tingkat pendidikan

seseorang maka akan kurang berpikir rasional bahwa jumlah anak

yang ideal adalah 2 orang.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga

kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai

pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak

yang ideal adalah 2 orang.


b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

dilakukan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-

masing. Beberapa segi positif menurut (Jacinta F.Rini, 2002) adalah

mendukung ekonomi rumah tangga. Pekerjaan jembatan untuk

memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan

untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik untuk keluarga dalam

hal gizi, pendidikan, tempat tinggal, sandang, liburan dan hiburan

serta fasilitas

c. Keadaan ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk

mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam

memenuhi kebutuhan hidup.

d. Latar belakang budaya


Culture universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat

universal, semua kebudayaan yang ada di dunia seperti pengetahuan

bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan soaial, adat-istiadat,

penilaian-penilaian umum. Tanpa didasari, kebudayaan telah

menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,

karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman

individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat

asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan

kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam


pembentukan sikap individu.

Latar belakang individu yang mempengaruhi paritas antara lain

adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, makin banyak

rejeki.

e. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang maka perilaku akan lebih bersifat

langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang

jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan

apa yang ia ketahui (Friedman, 2014).

4. Penatalaksaan

a. Saat kunjungan awal, kaji graviditas dan paritas. Tanyakan secara


spesifik apakah ada komplikasi pada poin II di atas saat kehamilan
sebelumnya.

b. Rencana pelaksanaan yang biasa

1) Antepartum
a) Waspada terhadapmasalah potensial.
b) Rencanakan untuk bersalin di rumah sakit, jangan di rumah bersalin.
c) Bila sebelumnya ada riwayat melahirkan bayi besar, rencanakan
pelahiran saat cukup bulan untuk menghindari makrosomia.
d) Bila sebelumnya ada riwayat persalinan dan atau pelahiran yang dipicu :
e) Anjurkan pasien/pasangan untuk pergi ke rumah sakit saat tanda
pertama persalinan.
f) Ajarkan pasien/pasangan mengenai penatalaksanaan kegawat- daruratan
bersalin.
g) Diskusikan mengenai rencana KB kepada pasien/pasangan.
2) Intrapartum
a) Pastikan dokter jaga diberitahu saat pasien masuk rumah sakit.
b) Profilaksis atau heparin lock per IV direkomendasikan.
3) Pascapartum
a) Waspada terhadap potensial terjadi perdarahan pascapartum dalam 24
jam pertama.
b) Pertimbangkan oksitosin profilaksis per IV segera setelah pelahiran
plasenta (Morgan, 2014).
5. Kebutuhan Pertolongan Medik

a. Perawatan kehamilan teratur agar gizi seimbang, tidak anemis.

b. Sebaiknya persalinan ditolong oleh bidan di Puskesmas atau Rumah

Sakit.

c. Memberikan KIE untuk melakukan perawatan kehamilan teratur.

d. Membuat perencanaan persalinan dengan ibu hamail, suami dan

keluarga agar persalinan yang akan datang ditolong oleh bidan/ Rumah

sakit, lebih-lebih pada ibu grandemulti dengan perut gantung waspada

terhadap bahaya perdarahan pasca persalinan.

e. Rujukan ke Rumah Sakit segera dilakukan bila ada kesukaran

persalinan ( Poedji Rochjati, 2014).

Anda mungkin juga menyukai