Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOTERAPI BPH

(Benign Prostatic Hyperplasia)

Dosen : Numlil Khaira R

KELOMPOK 17
SISKA MUKHAROMAH (1504015372)
SITI CHOLIFAH (1504015376)
Anatomi dan Fisiologi

Anatomi
Prostat adalah bagian dari sistem reproduksi pria,
berfungsi memproduksi cairan semen, yang berguna
sebagai transport sperma

Terletak dibawah kandung kemih, ditengahnya terdapat


urethra, saluran yang mengalirkan urin dari kandung
kemih keluar melalui penis.

Prostat normal pada pria dewasa berukuran 15-20 cc


Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)?

BPH

 adalah pertumbuhan berlebihan


dari sel-sel prostat yang tidak ganas.
Pembesaran prostat jinak
diakibatkan sel-sel prostat
memperbanyak diri melebihi
kondisi normal, biasanya dialami
laki-laki berusia di atas 50 tahun
yang menyumbat saluran kemih.
NORMAL TIDAK NORMAL
PATOFISIOLOGI
Apa tanda dan gejala BPH?

TANDA DAN GEJALA


Derajat BPH, Dibedakan menjadi 4 Stadium :

 Ada berapa derajat BPH?  Stadium 1 :


Obstruktif tetapi kandung kemih masih mengeluarkan urin
sampai habis.
 Stadium 2 : masih tersisa urin 60-150 cc.
 Stadium 3 : setiap BAK urin tersisa kira-kira 150 cc.
 Stadium 4 :
retensi urin total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan urin
menetes secara periodik.
DIAGNOSIS

Pengukuran kadar prostat – spesifik antigen (PSA)


Pengukuran kadar kreatinin
Kategori Keparahan Penyakit BPH Berdasarkan Gejala
dan Tanda (WHO)
Keparahan Skor gejala AUA (Asosiasi Gejala khas dan tanda-tanda
penyakit Urologis Amerika)

Ringan ≤7 • Asimtomatik (tanpa gejala)


• Kecepatan urinari puncak < 10 mL/s
• Volume urine residual setelah pengosongan 25-50 mL
• Peningkatan BUN dan kreatinin serum

Sedang 8-19 Semua tanda di atas ditambah obstruktif gejala


berkemih dan iritasi gejala berkemih (tanda dari
detrusor yang tidak stabil)

Parah ≥ 20 Semua hal di atas ditambah satu atau lebih komplikasi


BPH
TERAPI BPH
Terapi Farmakologi
1. Jika gejala ringan  maka pasien cukup dilakukan watchful waiting
(perubahan gaya hidup).
2. Jika gejala sedang  maka pasien diberikan obat tunggal antagonis α
adrenergik atau inhibitor 5α- reductase.
3. Jika keparahan berlanjut  maka obat yang diberikan bisa dalam bentuk
kombinasi keduanya.
4. Jika gejala parah dan komplikasi BPH, dilakukan pembedahan.
Terapi Non Farmakologi
1. Pembatasan Minuman Berkafein
2. Tidak mengkonsumsi alkohol
3. Pemantauan beberapa obat seperti diuretik, dekongestan, antihistamin,
antidepresan
4. Diet rendah lemak
5. Meningkatkan asupan buah-buahan dan sayuran
6. Latihan fisik secara teratur
7. Tidak merokok
Algoritma manajemen terapi BPH
BPH

Menghilangkan gejala Menghilangkan gejala Menghilangkan gejala


ringan sedang berat

Watchful waiting Komplikasi BPH

Operasi

Disfungsi ereksi Prostat mengecil dan Prostat membesar dan iritasi yang dominan
PSA rendah PSA meningkat pada gejala berkemih

α-adrenergik antagonis,
5α -reduktase inhibitor atau
phospodiesterase inhibitor. α-adrenergik antagonis α-adrenergik antagonis
5α -reduktase inhibitor
+ α-adrenergik antagonis + antikolinergik
PENGGOLONGAN OBAT

1. α ADRENERGIK ANTAGONIS
MK : memblok reseptor adrenergik α 1 sehingga
mengurangi faktor dinamis pada BPH dan akhirnya berefek
relaksasi pada otot polos prostat.
Contoh obat : prazosin, terazosin, doxazosin, alfuzosin,
tamsulosin, silodosin.
PRAZOSIN

 Indikasi : retensi urin, gagal jantung, anti hipertensi dan penyakit vascular.
 Kontraindikasi : hipotensi ortostatik
 Peringatan
dosis pertama menyebabkan kolaps karena hipotensi (oleh karena itu harus istirahat
ditempat tidur), usia lanjut dosis mula – mula dikurangi pada gagal ginjal.
 Interaksi
penghambat ACE : meningkatkan efek hipotensi. Alkohol : meningkatkan efek
hipotensif, meningkatkan efek sedative dari indoramin.
 Efek Samping
hipotensi, sedasi, pusing, kantuk, lemah, lesu, depresi, sakit kepala, mulut kering, mual,
sering berkemih, takikardia, palpitasi.
TERAZOSIN

 Indikasi : Terapi untuk gejala hiperplasia prostat jinak (BPH) dan


hipertensi
 Efek samping
Mengantuk, sering urinasi, peningkatan berat badan, dyspnoea (gangguan
pernafasan), penurunan libido.
 Interaksi Obat
Meningkatkan efek/toksisitas : Efek hipotensi terazosin ditingkatkan oleh
beta-blocker, diuretik, inhibitor ACE.
 Peringatan
Dosis pertama dapat menyebabkan kolaps karena hipotensi (dalam 30-90
menit, sehingga harus diminum sebelum tidur) .
DOXAZOSIN

 Indikasi
hipertensi , BPH.
 Kontraindikasi
hypersensitive.
 Efek samping
hipotensi postural, sakit kepala, kelelahan, vertigo dan edema.
ALFUZOSIN

 Indikasi: Gejala pembesaran prostat (benign prostatic hyperplasia-BPH)


 Interaksi obat: Antijamur azole (seperti itraconazole, ketoconazole)
 Efek Samping: Reaksi alergi yang sangat serius terhadap obat ini jarang
terjadi, reaksi alergi yang serius, termasuk: ruam, gatal / bengkak (terutama
pada wajah / lidah / tenggorokan), pusing berat, kesulitan bernafas.
 Peringatan: Sebelum menggunakan obat ini, beri tahu dokter atau apoteker
riwayat kesehatan Anda, terutama tentang: penyakit hati, penyakit ginjal,
masalah jantung (seperti nyeri dada / angina, serangan jantung), tekanan
darah rendah, masalah mata tertentu (katarak, glaukoma).
TAMSULOSIN
 Indikasi :
Gangguan miksi pada hiperplasia prostat jinak.
Efek samping :
Pusing, sakit kepala, gelisah, hipotensi ortostatik, takikardi, palpitasi, obstruksi nasal.
Interaksi obat :
Antihipertensi, sildenafil sitrat, vardenafil HCl.
Peringatan :
Hipotensi ortostatik, Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal ringan s/d sedang.
Dapat mengganggu kemampuan mengemudi kendaraan bermotor atau menjalankan
mesin.
Kontraindikasi
Gangguan fungsi ginjal, insufisiensi hati berat. Pemberian bersama dengan vardenafil
HCl.
SILODOSIN

 Indikasi : Gangguan miksi pada hiperplasia prostat jinak.


 Peringatan: Obat ini dapat menyebabkan reaksi alergi yang parah. Gejala mungkin
termasuk,kesulitan bernapas,pembengkakan tenggorokan atau lidahmu, gatal-gatal, ruam.
 Efek samping: Diare,ortostatik hipotensi (tekanan darah rendah ketika Anda berdiri
setelah duduk atau berbaring),sakit kepala,ejaculation retrograde (terjadi ketika memasuki
semen kandung kemih bukannya keluar dari ujung penis)
 Kontra Indikasi: Anti jamur (silodosin dapat meningkatkan kadar silodosin dalam tubuh
jika diminum bersama itraconazole dan ketavonazole)
PENGGOLONGAN OBAT

2. 5-α REDUKTASE INHIBITOR


MK : mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar
hormon testosteron.
Contoh obat : dutasteride, finasteride
FINASTERIDE

 Indikasi : Hiperplasia prostat ringan.


 Efek samping :
Impotensi, Libido dan volume ejakulat menurun, nyeri dan tegang payudara.
 Interaksi obat : Tidak ada interaksi penting yang dilaporkan.
 Peringatan
Obstruksi kemih, kanker prostat, menggunakan kondom bila pasangan seksual sedang
hamil atau diharapkan hamil.
DUTASTERIDE

 Indikasi : mengobati dan mencegah progresifitas BPH dengan


meredakan gejala, mengurangi volume prostat, dan memprbaiki aliran
berkemih.
 Peringatan : penyakit hati ringan s/d sedang
 Kontraindikasi : hipersensitif terhadap penghambat 5- α reduktase lain.
 Interaksi obat : verapamil, diltiazem.
 Efek samping : penurunan libido dan gangguan ejakulasi.
PENGGOLONGAN OBAT

3. PHOSPHODIESTERASE INHIBITOR
MK : Peningkatan GMP siklik oleh phosphodiesterase
inhibitor (PI) dapat mengendurkan otot polos di prostat dan
leher kandung kemih.
Contoh obat : Tadalafil
TADALAFIL

 Indikasi : pengobatan disfungsi ereksi pada pria dewasa


 Kontraindikasi : pemberian bersama dengan nitrat oksida, nitrat organik,
atau nitrit organik dalam bentuk sediaan apapun.
 Peringatan : insufisiensi ginjal atau hati berat , pasien dengan gangguan
anatomis atau hematologi yang berisiko intoleransi galaktosa, dan pasien
yang sedang menggunakan obat penyekat α. lanjut usia.
 Efek samping : sakit kepala, dispepsia, nyeri punggung, hidung
tersumbat, sensasi panas dan kemerahan pada kulit.
 Interaksi obat : ketokonazol, ritonavir, saquinavir, eritromisin.
PENGGOLONGAN OBAT

4. ANTIKOLINERGIK AGENTS
MK : mengurangi iritasi berkemih gejala termasuk
frekuensi kencing, urgensi, dan nokturia.
Contoh obat : oxybutynin, tolterodine, solifenacin
OXYBUTYNIN

 Indikasi: Gangguan kandung kemih


 Peringatan: Ginakan hati-hati dalam situadi keadaan seperti aritmia, gagal
jantung, dan rhinitis alergi
 Interaksi obat: alkohol, CNS depressants, Anticholinergic drug
 Efek samping: Pembilasan,Mual,Kulit kering,Sembelit,Retensi
urin,Muntah,Penglihatan kabur
TOLTERODINE

 Indikasi : untuk pengobatan kandung kemih dengan gejala urgensi,


frekuensi, inkontinensia urin.
 Peringatan : obstruksi kandung empedu yang merupakan resiko retensi
urin, penyakit ginjal dan hati.
 Interaksi obat : obat lain dengan efek antimuskarinik misalnya
antidepresan.
 Efek samping :mulut kering, konstipasi, muntah, sakit kepala, kulit
kering dan gelisah.
SOLIFENACIN

 Indikasi : Terapi simtomatik untuk inkontinensia urin atau peningkatan


frekuensi berkemih
 Peringatan : Obstruksi aliran kandung kemih yang signifikan
 Interaksi Obat : Ketokonazol, ritonavir, nelfinaviir, itrakonazol, verapamil,
diltiazem, rifampisin, fenitoin dan karbamazepin
 Efek Samping : Mulut kering, konstipasi, mual, kesulitan berkemih dan kulit
kering.

Anda mungkin juga menyukai