Anda di halaman 1dari 29

KEPANITERAAN KLINIK

KSM ILMU PENYAKIT MATA


RSUD dr. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UPR

SELULITIS
ORBITA
Pembimbing :
dr. YUDIKA IWAN KAHARAP
TOEMON, Sp.M
Disusun oleh:
Evan Kristanto Gampa, S.Ked
FAB 117 036
2

PENDAHULUAN
Sinusitis (tersering) Trauma (termasuk insect bites) Bakteremia primer

Jaringan periorbita dapat mengalami infeksi

Salah satunya adalah


SELULITIS ORBITA

LOKAL : Jika terjadi komplikasi SISTEMIK :


Abses intraorbita, Meningitis, abses
endoftalmitis, dll serebri, cerebritis

KEBUTAAN MENINGGAL
3

DEFINISI
SELULITIS ORBITA merupakan infeksi serius pada
jaringan adneksa yang berada di sekitar mata.
Jaringan adneksa yang dimaksud adalah yang
berada di posterior dari septum orbita.

Selulitis preseptal hanya


Harus dibedakan dari
mengenai jaringan adneksa di
selulitis preseptal
anterior dari septum orbita
4

ANATOMI
ORBITA

Orbita terbagi menjadi 6 sisi, yaitu :


 Medial (os. maxillaris, os. lacrimalis, os. ethmoidalis, os. Sphenoidalis)
 Lateral (sebagian os. sphenoidalis dan os. Zygomaticum)
 Langit-langit (os. sphenoidalis dan os frontalis)
 Lantai orbita (os. palatina, os. maxillaris, dan os. Zygomaticum)
 Basis orbita (bukaan anterior orbita)
 Apeks orbita (bagian posterior orbita)
5

ANATOMI SEPTUM ORBITA

SEPTUM ORBITA adalah membran tipis yang berasal dari


periosteum orbital dan masuk ke permukaan anterior lapisan tarsal
palpebra. SEPTUM ORBITA memisahkan palpebra superfisial dari
struktur dalam orbital dan membentuk barrier (mencegah infeksi
dari palpebra menuju rongga orbita).
6

EPIDEMIOLOGI
 Lebih dari 90% kasus terjadi akibat sinusitis bakterialis
akut atau kronis.
 Gambaran klinisnya : demam (>75% kasus disertai
leukositosis), proptosis, kemosis, limitasi pergerakan
bola mata, dan nyeri pergerakan bola mata.
 Selulitis orbita karena infeksi gigi (odontogen) hanya
2-5% saja → terutama premolar dan molar superior.
 Kasus selulitis orbita dengan endoftalmitis atau
panoftalmitis termasuk jarang.
7

ETIOLOGI

INFEKSI LOCAL INFEKSI


EKSOGEN SPREADING ENDOGEN

 Trauma tembus  Sinusitis Hampir serupa


mata  Infeksi dengan etiologi
 Tindakan bedah odontogenik selulitis preseptal,
(eviserasi,  Infeksi struktur biasanya infeksi
enukleasi, intraorbital Streptococcus
orbitotomi) pneumoniae
8

KLASIFIKASI
Klasifikasi Chandlers :
1. Kelompok 1 : Selulitis preseptal
2. Kelompok 2 : Selulitis orbita
3. Kelompok 3 : Abses subperiosteal
4. Kelompok 4 : Abses intraorbital
5. Kelompok 5 : Trombosis sinus kavernosus
9

KLASIFIKASI
Klasifikasi Jain dan Rubin menyederhanakan selulitis
orbita dan periorbita ke dalam 3 tipe, yaitu:
1. Selulitis preseptal
2. Selulitis orbita (dengan atau tanpa komplikasi)
3. Abses orbita (dengan atau tanpa komplikasi)
 Abses intraorbital (akumulasi materi purulen dari
selulitis orbita)
 Abses subperiosteal
10

PATOGENESIS
Rute dasar penyebaran
infeksi, yaitu :
1. Sinus paranasalis,
2. Jaringan lunak
premaksila
3. Fossa infratemporalis
dan fisura orbitalis
inferior

Paling sering : Sinusitis


ethmoidalis
11

PATOLOGI
Tabel 2.1. Gambaran histopatologi pada lesi inflamasi orbital
Tipe Lesi Gambaran Patologi Inflamatorik Contoh Penyakit
Akut Polimorfonuklear (PMN), nekrosis, Selulitis, IOI akut (intraocular
eosinofil debris seluler, dengan/tanpa inflammation), Sjogren,
mikroorganisme aspergilosis sino-orbital
Subakut PMN, limfosit, sel-sel plasma, dan Selulitis penyembuhan
histiosit (resolving), IOI subakut
Kronik Limfosit, sel-sel plasma, histiosit, dan IOI kronis, neoplasma
proliferasi fibroblas
Limfo-proliferatif Limfosit dengan/tanpa pusat germinal Limfoma, limfangioma,
hiperplasia limfositik
Granulomatosa Limfosit, giant cell, histiosit Benda asing, sarkoidosis,
dengan/tanpa nekrosis fokal, tuberkulosis, infeksi fungal,
dengan/tanpa mikroorganisme rupture dermoid
Vaskulitis Sel-sel inflamatorik akut dan kronis di Arteritis giant cell,
pembuluh darah, nekrosis vaskular, Wegener’s granulomatosa,
dengan/tanpa giant cell poliarteritis
12

PATOLOGI

Gambar 2.3.
Tuberkulosis orbital

Giant cell

Nekrosis
kaseosa
13

MANIFESTASI KLINIS
Gejala : Tanda :
 Pembengkakan dan nyeri  Pembengkakan palpebra
hebat pada daerah mata  Kemosis konjungtiva
yang meningkat dengan  Bola mata mengalami
gerakan bola mata atau proptosis aksial
pada penekanan.
 Restriksi gerakan okular
 Gejala lainnya : demam,
mual, muntah, dan  Funduskopi : kongesti
terkadang kehilangan vena retinal dan tanda
penglihatan. papilitis atau
papiloedema
14

GAMBARAN KLINIS SELULITIS ORBITA


15

DIAGNOSIS
ANAMNESIS
 Usia pasien
 Riwayat infeksi sebelumnya
 Riwayat masalah pada mata
 Riwayat cedera pada mata, kulit wajah, atau wajah
 Riwayat operasi atau tindakan bedah pada mata, duktus
lakrimalis, gigi, atau sinus.
 Status imunisasi dan status immunocompromised.
 Komorbiditas, seperti diabetes melitus.
 Riawayat keluarga dengan keluhan yang sama.
 Pasien yang datang dengan keluhan mata bengkak dan
merah, nyeri pada mata, nyeri kepala, demam, dan gejala
neurologis
16

DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS
 Pemeriksaan  Palpebra dan kulit di sekitarnya
generalisata (tanda-  Konjungtiva (injeksi, kemosis, dan
tanda syok septik). sekret)
 Pemeriksaan suhu  Sklera (injeksi)
dan vs  Proptosis
 Pemeriksaan  Pergerakan bola mata
neurologis jika  Ketajaman penglihatan menurun
terdapat penurunan  Lapang pandang dapat menurun
kesadaran  Interpretasi warna
 Lesi atau luka pada  Ukuran dan reaksi pupil untuk
kulit sebagai sumber memeriksa RAPD
infeksi.  Funduskopi
17

PEM. PENUNJANG
 Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan
spesimen darah.
 Pemeriksaan darah perifer lengkap.
 X-Ray PNS untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait.
 USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital.
 CT-scan dan MRI untuk:
 Membedakan selulitits preseptal dan selulitis orbita
 Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital
 Mendeteksi penyebaran ke intrakranial
 Menentukan darimana dilakukan drainase abses orbital
 Punksi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan
meningeal dan serebral.
18

PENCITRAAN (X-RAY PNS)


Foto Water’s dengan
gambaran sinusitis maksilaris
dan etmoidalis kanan serta
penebalan kavum nasi.
19

PENCITRAAN CT-SCAN

Anak laki-laki 10 tahun dengan gambaran edema palpebra kanan


bersamaan dengan proptosis, disertai bukti sinusitis maksilaris dan ethmoidalis.
20

KASUS SELULITIS ORBITA


Laki-laki 69 tahun dengan
riwayat diabetes melitus
dengan gambaran
edema palpebra kiri,
proptosis, dan penurunan
tajam penglihatan. Hasil
radiologis menunujukkan
gambaran
panendoftalmitis dan
selulitis orbita. Tindakan
yang dilakukan adalah
eviserasi dan drainase
sinus.
21

DIAGNOSIS BANDING
1. Selulitis preseptal
2. Pseudotumor orbita
3. Wegener’s granulomatosis

Selulitis Preseptal Selulitis Orbita


Proptosis Tidak Ya
Pergerakan mata Normal Nyeri dan pergerakan
bola mata terbatas
Ketajaman penglihatan Normal Pada kasus yang berat
Interpretasi warna Normal Pada kasus yang berat
RAPD Tidak ada Ditemukan pada kasus
yang berat
22

TATALAKSANA
Pada anak-anak, PENGOBATAN SELULITIS ORBITA
TANPA KOMPLIKASI CUKUP DENGAN ANTIBIOTIK
BERDASARKAN EMPIRIS dan jika memungkinkan
dilakukan kultur untuk memilih regimen antibiotik yang
tepat. Durasi pemberian antibiotik sekitar 2-3 minggu
dan diperpanjang hingga sedikitnya 4 minggu pada
pasien dengan sinusitis ethmoidalis berat dan erosi
tulang sinus.
23

REGIMEN ANTIBIOTIK
TERAPI INTRAVENA (PARENTERAL)

VANCOMISIN
Anak : 40-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
Dewasa : 15-20 mg/kgBB/hari setiap 8-12 jam
ditambah dengan salah satu obat di bawah ini

Ampicillin- Piperacillin- Metronida-


Ceftriaxone Cefotaxime
Sulbactam Tazobactam zole
Anak 50 mg/kgBB/ 150-200 mg/kg/ 150-200 mg/kg/ 240 mg/kg/hari
dosis diberikan dosis dibagi dosis dibagi terbagi dalam 30 mg/kg/hari
1-2 kali/hari dalam 3 dosis dalam 3 dosis 3 dosis
Dewasa
2 gram/hari 2 gram/hari 4,5 gram/hari 500 mg/kg/hari
2-4 gr/hari
setiap 4 jam setiap 4 jam setiap 6 jam atau /8 jam PO
24

REGIMEN ANTIBIOTIK
TERAPI PEROPRAL (ENTERAL)

CLINDAMISIN
Anak : 30-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
Dewasa : 300 mg setiap 8 jam
TRIMETHOPRIM-SULFAMETHOXAZOLE
Anak : 10-12 mg/kgBB/hari dibagi dalam 12 jam sekali
Dewasa : 1-2 tablet per hari
ditambah dengan salah satu obat di bawah ini
AMOXICILLIN CEFDINIR
Anak 45 mg/kg/dosis dibagi dalam 2 dosis 7 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
atau 80-100 mg/kg/hari setiap 8 jam
Dewasa 875 mg/hari setiap 12 jam 300 mg setiap 12 jam
25

TERAPI BEDAH
Indikasi bedah pada kasus selulitis orbita :
 Penurunan visus
 Defek pupil aferen (RAPD)
 Proptosis memberat dengan terapi antibiotik.
 Ukuran abses tidak berkurang dalam 48-72 jam
(pada CT-scan) walau dengan pemberian
antibiotik.
 Gambaran akumulasi cairan yang drainable pada
CT-scan pada pasien >16 tahun.
26

KOMPLIKASI
KOMPLIKASI OKULAR KOMPLIKASI SISTEMIK
Penyakit kornea, retinitis, uveitis,  Penyebaran intrakranial
detachment retina eksudatif, neuropati  Sepsis
optik, endoftalmitis, dan globe rupture.  Kematian

PERLU DIWASPADAI ORBITAL COMPARTMENT SYNDROME, Tanda-


tanda OBS : tanda-tanda kompresi nervus optikus
(ketidakmampuan membuka dan menutup mata spontan,
proptosis, optalmoplegia eksternal, persepsi warna merah
menurun, visus ↓, RAPD, dan peningkatan TIO).
27

CONTOH KASUS KOMPLIKASI


SELULITIS ORBITA

Seorang wanita 21 tahun yang didiagnosa dengan selulitis


orbita kanan dan berkembang menjadi abses orbita kanan.
Pasien menolak tindakan drainase, sehingga lama-kelamaan
terjadi erosi dinding orbita dan penyebaran ke intrakranial.
28

PROGNOSIS
Morbiditas terjadi dari penyebaran patogen ke orbita yang
dapat mengancam penglihatan dan berlanjut ke
penyebaran intrakranial. Pada studi terhadap pasien
pediatrik, faktor risiko mortalitas yang tinggi adalah sebagai
berikut.
 Usia di atas 7 tahun
 Abses subperiosteal
 Nyeri kepala dan demam yang menetap setelah
pemberian antibiotik IV.
TERIMA
KASIH
29

Anda mungkin juga menyukai