Anda di halaman 1dari 24

Case Report Session

TINEA CRURIS

dipresentasikan oleh : Ai Rusmayanti (G1A218066)

Pembimbing :
dr. Rini Chrisna, M.Ked(DV), Sp.DV
PENDAHULUAN

Tinea kruris  mikosis superfisial atau


disebut juga Eczema marginatum, Dobie Indonesia termasuk daerah yang baik bagi
itch, Jockey itch, Ringworm of the groin. pertumbuhan jamur karena beriklim panas
yang termasuk golongan dermatofitosis dan lembab
pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus.

Ketiga genus jamur ini bersifat mencerna


Dermatofitosis adalah golongan penyakit keratin atau zat tanduk yang merupakan
jamur superfisial yang disebabkan oleh jamur jaringan mati dalam epidermis ( Tinea
dermatofita, yakni Trichophyton spp, korporis, Tinea kruris, Tinea manus et
Microsporum spp, dan Epidermophyton spp pedis ), rambut ( Tinea kapitis ), kuku
( Tinea unguinum )
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.S
Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Aurduri I, Kelurahan Penyengat Rendah
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Melayu
 Keluhan Utama : Gatal pada daerah selangkangan dan buah zakar ± 10 hari
Keluhan Tambahan : -

 Riwayat Perjalanan Penyakit :


Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD H.Abdul Manap dengan
keluhan gatal pada kedua selangkangan dan buah zakar. Gatal sering muncul tiba-
tiba tidak dapat ditentukan waktunya, kemudian pasien sering menggaruknya. Gatal
dirasakan semakin bertambah apabila pasien berkeringat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit kulit sebelumnya (+) : Pasien memiliki keluhan
serupa yang muncul pertama kali tahun 2018, rutin berobat , dan
keluhan dirasakan membaik setelah diberikan obat salep racikan.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami sakit yang serupa

Riwayat Sosial Ekonomi & Kebiasaan


Pasien bekerja sebagai tukang bangunan, minimal pasien sering
mengganti celana dalam 2x sehari
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda Vital :
• RR : 20x /menit
• TD :110/80 mmHg
• Nadi : 88x /menit
• Suhu : 36,0°C
PEMERIKSAAN FISIK Kulit
Sawo matang, sianosis (-)
Mata
CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor,
RC (+/+) Kepala
Normocephal

Hidung
Deviasi septum (-), Telinga
epistaksis (-) Serumen minimal

Leher
Mulut
Pembesaran KGB (-)
Sianosis (-)

Jantung
Paru Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea
Palpasi: Nyeri tekan (-), Fremitus midclavicula sinistra
taktil kanan = kiri Perkusi :
Perkusi: Sonor seluruh lapangan Batas Atas : ICS II Linea parasternal sin
paru Batas Kiri : ICS V linea axilaris anterior sin
Auskultasi :Vesikuler kanan dan Batas Kanan : ICS IV Linea parasternal dextra
kiri, basal paru, Wheezing (-/-) Auskultasi: BJ I/II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen Ekstremitas sup
Inspeksi : Datar, simetris Akral hangat, edema (-/-) CRT
Auskultasi : Bising Usus (+), Normal <2 dtk, lesi (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-),
organomegali (-)
Perkusi : Timpani (+), Shifting Dullness (-)

Genitalia
Lesi (+)
Ekstremitas inf
Akral hangat, edema (-/-)
CRT <2 dtk, lesi (+)
PEMERIKSAAN FISIK

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


STATUS DERMATOLOGI
STATUS VENEROLOGI
Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
 
 Diagnosis Banding
1. Tinea kruris
2. Kandidiasis intertriginosa
3. Eritrasma
4. Psoriasis

 Diagnosis Kerja
Tinea Cruris
 Medikamentosa
• Topikal : Terbinafrine HCL cream, dioleskan sebanyak 2x
sehari selama 2 minggu
• Sistemik : Cetirizine 1x10mg, diminum jika timbul gatal
 
 Non-medikamentosa
• Menghindari pakaian yang panas (karet, nylon) dan ketat,
disarankan untuk memakai pakaian yang menyerap
keringat (cotton) serta longgar
• Disarakan mengganti celana dalam minimal 2x sehari dan
lebih sering menggantinya bila berkeringat
• Menggunakan handuk terpisah untuk mengeringkan
daerah sela paha setelah mandi
• Meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan
• Memperbaiki status gizi dalam makanan
• Kontrol setelah 2 minggu

TATALAKSANA
Progonosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
 
Pemeriksaan Anjuran
- Pemeriksaan KOH 10%
- Lampu Wood
- Kultur Jamur
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Tinea kruris  penyakit dermatofitosis


(penyakit pada jaringan yang mengandung
zat tanduk) yang disebabkan infeksi
golongan jamur dermatofita pada daerah
kruris (sela paha, perineum, perianal,
gluteus, pubis) dan dapat meluas ke
daerah sekitarnya.
EPIDEMIOLOGI
• Paling banyak mengenai daerah tropis karena tingkat kelembapannya
yang tinggi
• Di indonesia, dermatofitosis merupakan 52% dari seluruh
dermatomikosis.
• Tinea kruris dan Tinea korporis merupakan dermatofitosis terbanyak.
• Insidensi dermatomikosis di berbagai rumah sakit pendidikan dokter di
Indonesia yang menunjukkan angka persentase terhadap seluruh
kasus dermatofitosis bervariasi dari 2,93% (Semarang) yang terendah
sampai 27,6% (Padang) yang tertinggi.
• Laki-laki pasca pubertas lebih banyak terkena dibanding wanita,
biasanya mengenai usia 18-25 tahun serta 50-65 tahun1,2.
ETIOLOGI
 Dermatofita adalah golongan jamur yang
menyebabkan dermatofitosis  sifat
mencernakan keratin.

 Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti,


yang terbagi dalam tiga genus, yaitu
Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
Penyebab tinea kruris terutama adalah
Epidermophyton floccosum dan Trichophyton
rubrum.

 Selain itu juga dapat disebabkan oleh


Trichophyton mentagrophytes dan walaupun
jarang dapat disebabkan oleh microsporum
gallinae.
PATOGENESIS
Perlekatan jamur Perkembangan
Penetrasi
superfisial respon tubuh
• Spora berkembang dan
• Harus bisa menembus sinar menembus stratum korneum • Derajat inflamasi di pengaruhi
UV, suhu, kelembaban, dengan kecepatan yang lebih
oleh status imun penderita dan
kompetisi dengan flora cepat daripada proses
organisme yang terlibat.
normal dan sphingosin yang desquamasi dibantu
Reaksi hipersensitivitas tipe IV,
diproduksi oleh keratinosit. olehsekresi proteinase, lipase
atau Delayed Type
dan enzim mucinolitik, yang
Hipersensitivity (DHT)
juga menyediakan nutrisi untuk
memainkan peran yang sangat
jamur.
penting dalam melawan
• Trauma dan maserasi juga
dermatofita.
membantu penetrasi jamur ke • Infeksi menghasilkan sedikit
keratinosit.
eritema dan skuama yang
• Pertahanan baru muncul ketika
dihasilkan oleh peningkatan
jamur mencapai lapisan
pergantian keratinosit.
terdalam epidermis
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
• Faktor virulensi dari dermatofita
• Faktor trauma
• Faktor suhu dan kelembapan
• Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
• Faktor umur dan jenis kelamin
• DM, kehamilan
• Trauma/rangsangan terus menerus pada daerah lesi
• Pemberian antibiotik yang menggangu keseimbangan jamur dan bakteri
MANIFESTASI KLINIK
• Gatal
• Kelainan lesi  plakat berbatas tegas terdiri atas
bermacam-macam efloresensi kulit (polimorfik).
• Bentuk lesi yang beraneka ragam ini dapat berupa
sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi menahun.
• Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat
atau lonjong, berbatas tegas, terdiri atas eritema,
skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di
tepi lesi.
• Daerah di tengahnya biasanya lebih tenang, sementara
yang di tepi lebih aktif yang sering disebut dengan
central healing
• Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan
• Dapat polisiklik beberapa lesi kulit yang menjadi satu.
• Lesi dapat meluas dan memberikan gambaran yang
tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi
PENEGAKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS

PEMERIKSAN
FISIK

PEMERIKSAAN

Anda mungkin juga menyukai