Anda di halaman 1dari 16

MENGENAL DAN RESPON TERHADAP KTD

SERTA PENGGUNAAN TEKNOLOGI UNTUK


MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN

KELOMPOK V – NERS B

Andika Mohammad Salim


Atikah Rezkia Arsyad
Ciciyanto Tumbali
Chika Eka Putri Mokait
Febriyanto Ibrahim
01
Pengertian Kejadian
yang Diharapkan

Jenis-Jenis Insiden di
RS 02
PEMBAHASAN 04 Jenis dan Metode
Pelaporan
03
Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien

05 Pengertian Teknologi
Keselamatan Pasien

06 Teknologi Dalam
Pelayanan Kesehatan
01
Pengertian Kejadian yang
Diharapkan
Kejadian yang tidak diharapkan (KTD) menjadi pembahasan yang
sangat sering dibicarakan dalm sistem patient safety.KTD
merupakan hal utama yang hendak dijauhkan dari sebuah sistem
pelayanan kesehatan berkenaan dengan keselamatan
pasien.Pembicaraan mengenai KTD tidak lepas dari risiko
dalam duania kesehatan.Risiko diartikan sebagai ketidakpastian
(uncertainty) dan kemungkinan terjadi kerugian.Kerugian dalm
hal ini yang dimaksudkan adalah kerugian yang berasal dari
tindakan-tindakan klinis.
.
02
Jenis-Jenis Insiden di RS
 Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverseevent yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.

 Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu 11 tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena:

 keberuntungan” (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat).

 “pencegahan” (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu obat dengan
dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan).

 “peringanan” (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat dengan
dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak
menimbulkan cidera yang berarti).
03
Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien
Dalam UU Keselamatan Pasien dalam UU No.44 th 2009 Tentang Rumah Sakit
Pasal 43 telah disebutkan bahwa institusi penyedia layanan kesehatan memiliki
sejumlah kewajiban berkenaan dengan keselamatan pasien, khususnya pelaporan
insiden. Hal itu diantaranya :
 Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/11 tentang
 Rs wajib menerapkan standar keselamatan pasien. keselamatan pasien rumah sakit, pasal 6.
 Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui  Setiap rumah sakit wajib membentuk tim
pelaporan insiden, menganalisa dan menetapkan keselamatan pasien rumah sakit (TKPRS) yang di
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka tetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana
kejadian tidak diharapkan (KTD). kegiatan keselamatan pasien.
 Rs melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite  TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat 1
yang membidangi keselamatan pasien yang bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit.
ditetapkan menteri.
 Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada
 Pelapor insiden keselamata pasien (IKT) pada ayat 2
ayat (1) terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur
dibuat secara anonim dan ditunjukan untuk
dari profesi kesehatan di rumah sakit.
mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan
KPRS melaksanakan sejumlah tugas. Diantara tugas
keselamatan pasien
 Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien KPRS adalah mengembangkan program keselamatan
ayat 1 dan ayat 2 di atur dengan peratuan Menteri pasien di rumah sakit sesuai dengan kekhususan
Kesehatan Republik Indonesia rumah sakit tersebut.
04
Jenis dan Metode Pelaporan
Banyak metode yang digunakan mengidentifikasi resiko, salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis insiden keselamatan pasien.
Sehingga, dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam
organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien.
Adapun ketentuan terkait pelaporan insiden sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (2008) akan di jabarkan sebagai berikut:

Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali.

Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi
kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh
karyawan.

Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi.

Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan kejadian atau yang terlibat dalam
kejadian

Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan manfaat laporan,
alur pelaporan, bagaimana cara mengisi 22 formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-
pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan .
.
05
Pengertian Teknologi Keselamatan
Pasien
Teknologi informasi sebagai seperangkat alat yang membantu untuk
bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan
dengan pemrosesan informasi.Dalam hal ini, TI dianggap alat yang
digunakan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan informasi.Pengolahan
informasi yang dihasilkan diproses menggunakan alat-alat tersebut.Alat-
alat ini adalah komputer beserta software-software
pendukungnya.Teknologi Informasi yang tidak hanya terbatas pada
teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan menyimpan
informasi melainkan juga mencakup teknologi komunikasi
untukmengirimkan informasiIT tidak hanya sebagai teknologi komputernya
saja yangdipergunakan untuk pemrosessan dan
06
Teknologi Dalam Pelayanan
Kesehatan
. Pengembangan teknologi kesehatan dapatdibedakan dalam 4 tahapan : inovasi,
pengembangan, difusi atau disiminasi,dan evaluasi

 Inovasi
Inovasi teknologi kesehatan merupakan suatu proses yang salingterkait jarang mempunyai
pengembangan teknologi yang merupakan garislurus. Biasanya dimulai dengan pengenalan akan
kebutuhan, dimanaklinisi sebagai penyedia utama pelayanan kesehatan sebagai orang
yangkemungkinan paling mengetahui apa yang dibutuhkan dan menyatakanmasalah dalam konteks
yang secara medis tepat.
 Difusi
Fase ini mengikuti tahap riset dan pengembangan dan mungkin juga tidakmengikuti
uji klinik yang teliti untuk menunjukkan efikasi dankeselamatan pasien.Pada awal
fase difusi biasanya berjalan lambat, hal inimenunjukkan kehati-hatian dari
sebagian pengguna walaupun boleh jadi juga menunjukkan masalah komunikasi
informasi tentang inovasi yangsudah dikembangkan.
 Evaluasi
Evaluasi teknologi kesehatan menyangkut beberapa faktor, diantaranya potensi terapi, kemampuan diagnosis dan
skrining, efektivitas di masyarakat,kepatuhan pasien dan cakupannya.z.
 Potensi untuk terapi
Evaluasi teknologi kesehatan hendaknya dikaitkan dengan kemampuanteknologi baru itu untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara langsungmaupun tidak langsung.

 Kemampuan untuk Diagnosis dan Skrining


Teknologi untuk diagnosis dan skrining kemungkinan merupakan areayang tumbuh paling cepat dalam teknologi
kesehatan, misalnya pengembangan dalam CT Scan dan MRI

 Efektivitas di Masyarakat
Untuk menentukan efektivitas teknologi di masyarakat perlu dilibatkan penilaian terhadap besarnya peningkatan derajat
kesehatan yang dapatdiharapkan sebagai akibat aplikasi dari teknologi spesifik di dalammasyarakat atau populasi yang
terjangkau

 Evaluasi kepatuhan pasien


Seberapa jauh kepatuhan pasien terhadap penyedia pelayanankesehatan dalam hal rekomendasi dan terapi dapat
dinilai tergantung dari jenis teknologi yang secara substansial mempengaruhi besarnya manfaat yang diperoleh darinya.

 Evaluasi cakupan (Evaluation Coverage)


Cakupan disini diartikan sebagai seberapa jauh teknologi yang bermanfaat diterapkan secara tepat terhadap semua
pasien atau masyarakatyang memperoleh manfaat darinya.Cakupan apakah pasien secaraindividual memerlukan atau
tidak teknologi tersebut.
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai