0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
162 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut merangkum tentang suku Gumai yang mendiami beberapa wilayah di Sumatera Selatan. Suku Gumai terbagi menjadi 3 marga dan memiliki keunikan pada bahasa, makanan, seni, pakaian, dan kepercayaan agama meskipun sebagian besar sudah memeluk Islam. Mereka juga memiliki tradisi khas dalam pengasuhan anak, pengobatan medis, dan tatakrama yang dijunjung tinggi.
Dokumen tersebut merangkum tentang suku Gumai yang mendiami beberapa wilayah di Sumatera Selatan. Suku Gumai terbagi menjadi 3 marga dan memiliki keunikan pada bahasa, makanan, seni, pakaian, dan kepercayaan agama meskipun sebagian besar sudah memeluk Islam. Mereka juga memiliki tradisi khas dalam pengasuhan anak, pengobatan medis, dan tatakrama yang dijunjung tinggi.
Dokumen tersebut merangkum tentang suku Gumai yang mendiami beberapa wilayah di Sumatera Selatan. Suku Gumai terbagi menjadi 3 marga dan memiliki keunikan pada bahasa, makanan, seni, pakaian, dan kepercayaan agama meskipun sebagian besar sudah memeluk Islam. Mereka juga memiliki tradisi khas dalam pengasuhan anak, pengobatan medis, dan tatakrama yang dijunjung tinggi.
NIM : 5303202200531 KELAS : 1B TINGKAT :I Suku Gumai (Gumay) merupakan suku yang mendiami beberapa wilayah di Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Suku Gumai terbagi menjadi 3 marga, Marga Gumai Lembak, Marga Gumai Talang, dan Marga Gumai Ulu. Ketiga marga tersebut saling hidup rukun secara berdampingan pada suatu tempat yang merupakan cikal bakal berdirinya kota Lahat, dan ketiga marga tersebut hidup dapat satu adat yang dinamakan adat Gumai. 1. FOOD (MAKANAN)
Makanan tradisional khas suku gumai adalah makanan yang berasal dari alam.
Salah satu makanan khas nya adalah Tempoyak. Tempoyak terbuat dari fermentasi buah durian. Tempoyak kemudian diolah kembali menjadi lauk pauk tradisional suku gumai. 2. LANGUAGE (BAHASA) Bahasa yang digunakan oleh suku Gumai, disebut bahasa Lematang. Bahasa ini sejatinya dipertuturkan oleh suku Lematang yang tinggal di bagian lain di wilayah Sumatra Selatan. 3. CELEBRATIONS (PERAYAAN) Misalnya Ritual Adat Sedekah, sebuah ritus yang sebenarnya sedikit banyak menggambarkan tradisi lama mereka. Dahulu ritual tersebut merupakan suatu media berkomunikasi Jurai Kebali’an (pimpinan adat Gumai) dengan Tuhan. 4.FOLK ART (KESENIAN RAKYAT) Seni dan kebudayaan suku Gumai terdiri dari beberapa tari-tarian, lagu-lagu daerah dan sastra lisan, seperti guritan dan pantun bersahut serta pencak silat serta alat musik yang menjadi ciri khas suku Gumai yang berupa ginggung, serdam, rebab, kenung dan gong. 5.CLOTHES AND DRESSING(PAKAIAN) Kepala pada bagian kepala biasa dipasang aksesoris berupa mahkota yang disebut Kopiah Cuplak untuk pria dan Karsuhun untuk perempuan. Badan Pertama yaitu ada hiasan penutup dada dan pundak untuk wanita dan pria yang disebut dengan terate dan memiliki filosofi kesucian dan kemegahan. Kedua adalah selendang sawit berhiaskan sulur dan nada akses intan di bagian tengah. Ketiga yaitu ada Kebo Munggah atau disebut juga Kalung Tapak Ijo yang berbahan dasar emas 24 karat dengan bentuk lempengan bersusun tiga. Kaki aksesoris untuk kaki berupa canela yang bentuknya mirip trompah dan bisa digunakan oleh pengantin perempuan dan laki-laki. 6. MANNERS (TATAKRAMA) Suka menyapa siapa pun yang ditemui di jalan Pemalu dan sungkan apalagi bila mereka berada dalam lingkungan yang benar-benar baru Diajarkan menjaga etika dan sopan santun sedari kecil penurut dan tidak neko-neko mau menerima apa adanya, meski sesekali mengeluh juga 7. JOKES (LELUCON) Orang Gumai menghargai atau menghormati orang lain. Sikap saling menghormati adalah rahasia umum yang tak asing lagi bagi orang Gumai. Mewujudkan sikap saling menghormati ini tidak bermakna bahwa mereka tergila-gila hormat. Ini adalah salah satu pandangan sosial yang dimiliki komunitas / etnis dimaksud secara umum dalam menjaga keharmonisan kehidupan sosialnya 8. MEDICAL CURE(PENGOBATAN MEDIS) Berbagai flora dan fauna, air dan berbagai jenis bebatuan yang terdapat di bumi Gumai, digunakan dengan arif untuk penyembuhan berbagai penyakit dan peningkatan kesehatan. Alasannya : Kebanyakan masyarakat Gumai tinggal di pedesaan yang tidak terjangkau oleh kendaraan, sementara rumah sakit (puskesmas dan balai pengobatan) tidak ada. Harga obat sangat mahal sehingga tidak terjangkau karena melampauhi kesanggupan masyarakat desa. Pelayanan para praktisi obat tradisional (dukun) lebih dekat dan menyentuh jiwa pasien di pedesaan. Di atas alam Gumai hidup berbagai flora dan fauna liar yang dapat dimanfaatkan sebagai obat atau makanan kesehatan. 9. CHILD-REARING METHODES(METODE MENGASUH ANAK)
Kedudukan sebagai anak kandung pembagian warisan masih berpatok pada
sistem patrilineal yakni anak laki-laki yang berhak mendapat warisan, namun sekarang sudah adanya perubahan pola pikir dari pemberi warisan bahwasanya perempuan juga memiliki hak yang sama. 10. RELIGION(AGAMA) Gumai secara mayoritas merupakan pemeluk agama Islam tetapi mereka juga tidak melupakan tradisi nenek moyang mereka. Beberapa tradisi yang berkesesuaian dengan agama Islam masih mereka pertahankan. 11. WORKING SCHEDULES(RENCANA KERJA)
Suku Gumai ini termasuk suku-bangsa yang hidup secara nomaden
untuk mencari lahan baru bagi usaha perladangan mereka dan juga kegiatan berburu. Praktik Keperawatan di Suku Nias Tatakrama sangat dijunjung tinggi dalam suku Gumai sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan perawat juga perlu menjaga tatakramanya. Keakraban sangat diperlukan dalam bergaul dengan orang suku Gumai. Sehingga perawat perlu cepat beradaptasi dan bergaul dengan orang-orang suku Gumai supaya menjalin hubungan baik dengan mereka. Mata pencaharian orang-orang suku Gumai memiliki penghasilan yang tak cukup memadai. Sehingga perlu perhatian terhadap biaya pengobatan yang diberikan dan juga perlu dilakukan penyuluhan tentang program kartu pengobatan gratis dari pemerintah untuk meringankan beban biaya pengobatan mereka IM A T E R SIH K A