OZAENA
OZAENA
Disusun Oleh:
Dita Titis Parameswari 20710030
Dewa Aditya Pratama Nugraha 20710155
Tika Riski Putri Setyowati 20710198
SURABAYA
Pendahuluan
Rinitis atrofi adalah infeksi hidung kronik, yang
ditandai adanya atrofi progresif pada mukosa dan
tulang konka dan pembentukan krusta. Disebut
juga rinitis chronica atrophicanscum foetida.
Secara klinis, mukosa hidung menghasilkan sekret
yang kental dan cepat mengering, sehingga
terbentuk krusta yang berbau busuk.
Beberapa ahli mengatakan akibat infeksi bakteri
Klebsiella ozaenae dan Bacillus foetidus. Faktor
lain yang diduga sebagai penyebab yaitu adanya
defisiensi nutrisi (vitamin A dan zat besi), endokrin
(estrogen) dan herediter
Anatomi Hidung
ala nasi
kolumela
• Fungsi respirasi
• Fungsi penghidu
• Fungsi fonetik
Untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan
pembentukan kata-kata.
• Fungsi static dan mekanik
untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap
trauma dan pelindung panas
• Reflek nasal
Berupa reflex bersin, reflex yang merangsang sekresi
kelenjar liur dan kelenjar saluran pencernaan.
PEMBAHASA
N 1 DEFINISI
2 EPIDEMIOLOGI
3 ETIOLOGI
4 KLASIFIKASI
5 PATOFISIOLOGI
6 GEJALA KLINIS
Definisi
Keluhan penderita rinitis atrofi (ozaena) biasanya berupa hidung tersumbat, gangguan penciuman (anosmia), ingus
kental berwarna hijau, adanya krusta (kerak) berwarna hijau, sakit kepala, epistaksis dan hidung terasa kering.
Keluhan subjektif lain yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau (sementara pasien sendiri menderita
anosmia) jadi penderita sendiri (-), orang lain (+) penciumannya.
Pasien mengeluh kehilangan indra pengecap dan tidak bisa tidur nyenyak ataupun tidak tahan udara dingin
Pemeriksaan THT pada kasus rinitis atrofi (ozaena) dapat ditemukan rongga hidung dipenuhi krusta hijau, kadang-
kadang kuning atau hitam; jika krusta diangkat, terlihat rongga hidung sangat lapang, atrofi konka (konka nasi media
dan konka nasi inferior mengalami hipotrofi atau atrofi), sekret purulen dan berwarna hijau, mukosa hidung tipis dan
kering. Bisa juga ditemui ulat/ telur larva (karena bau busuk yang timbul)
Sutomo dan Samsudin membagi ozaena
secara klinik dalam tiga tingkat :
a) Tingkat I : Atrofi mukosa hidung, mukosa tampak kemerahan dan berlendir, krusta sedikit.
b) Tingkat II : Atrofi mukosa hidung makin jelas, mukosa makin kering, warna makin pudar,
krusta banyak, keluhan anosmia belum jelas.
c) Tingkat III : Atrofi berat mukosa dan tulang sehingga konka tampak sebagai garis, rongga
hidung tampak lebar sekali, dapat ditemukan krusta di nasofaring, terdapat anosmia yang
jelas.
PEMBAHASA
N 7 TANDA KLINIS
8 DIAGNOSIS
9 DIAGNOSIS BANDING
10 PENATALAKSANAAN
11 KOMPLIKASI
12 PROGNOSIS
Tanda Klinis
• Foeter ex nasi
0 Anamnesis
1
0 Pemeriksaan Fisik
2
0 Pemeriksaan Penunjang
3
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen hidung dan sinus
paranasalis
3. Pemeriksaan mikroorganisme
4. Pemeriksaan histopatologi
• Uji resistensi kuman
• Pemeriksaan darah tepi
• Pemeriksaan serologi darah (Protein
Serum, Pemeriksaan Fe serum,
Pemeriksaan darah rutin, ANA dan
anti-DNA antibody)
Diagnosis Banding
Nasofaringitis
0
3 kronis
Diagnosis Banding
Rinitis atrofi Sinusitis Nasofaringitis kronis
• Sekret bilateral • Sekret melimpah dapat bilateral atau • Sekret post nasal bilateral
unilateral
• Penderita tidak membau • Penderita dan orang lain disekitarnya • Penderita membau sedangkan
sedangkan orang lain membau membau orang lain tidak membau
• Lebih banyak menyerang wanita • Dapat terjadi pada anak-anak maupun • Tidak ada perbedaan frekuensi
dari pada pria, terutama sekitar orang dewasa antara pria dan wanita
usia pubertas
Penatalaksanaan
Terapi Topikal Terapi Sistemik Terapi Bedah
Terdapat beberapa variasi tipe dari• Terapi sistemik biasa digunakan secaraBeberapa teknik operasi yang
bahan irigasi : simultan dengan terapi topikal dilakukan :
• Betadin solution dalam 100 ml • Operasi Young (Penutupan total
air hangat • Terapi yang biasa digunakan ialah dengan rongga hidung dengan flap)
pemberian antibiotik menggunakan
• Larutan garam dapur aminoglikosida oral atau streptomisin• Operasi Young yang dimodifikasi
injeksi (Penutupan lubang hidung dengan
• Campuran meninggalkan 3mm yang terbuka)
- Na bikarbonat 28,4 g
- Na diborat 28,4 g • Operasi Lautenschlager
- NaCl 56,7 g (Memobilisasi dinding medial
- dicampur 280 ml air hangat antrum dan bagian dari etmoid
kemudian dipindahkan ke lubang
• Larutan antibiotik berupa hidung)
Gentamisin 80 mg dalam satu
liter NaCl
Komplikasi
• Perforasi septum
• Faringitis
• Sinusitis
• Miasing hidung
• Hidung pelana
Prognosis