Anda di halaman 1dari 37

Prinsip Dasar Pelayanan

Kedaruratan Psikiatrik

ed.jarwo@gmail.com
Tujuan Pembelajaran
Tujuan : Setelah mengikuti pelatihan peserta
diharapkan mampu:
 Memahami konsep kedaruratan psikiatri
 Memahami konsep perawatan intensif psikiatri
 Memahami alur penanganan kedaruratan psikiatri
Instalasi Gawat Darurat
1. Triase
 Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan
adalah rapid assessment/screening assessment yang
dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati.
Pengkajian ini harus meliputi identitas pasien yaitu:
nama pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal
(KTP/SIM/Paspor), alamat, nomor telepon, serta
nama dan nomor telepon orang terdekat pasien
yang dapat dihubungi.
 Pengkajian kondisi pasien yaitu tanda vital dan
keluhan utama
 Penentuan kedaruratan psikiatrik
KEDARURATAN PSIKIATRI
• Kedaruratan psikiatri adalah gangguan pikiran,
perasaan, perilaku dan atau sosial yang
membahayakan diri sendiri atau orang lain yang
membutuhkan tindakan intensif yang segera, (Allen,
Forster, Zealberg, & Currier, 2002).
• Gangguan alam pikiran, perasaan atau perilaku yang
membutuhkan intervensi terapeutik segera, (Kaplan
dan Sadock, 1993).
• Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah
kondisi darurat dan tindakan intensif yang segera.
RUFA PERILAKU KEKERASAN
Domain Intensif I Intensif II Intensif III
1 - 10 11 - 20 21 - 30
Pikiran Orang lain / Orang lain / Orang lain /
makhluk lain makhluk lain makhluk lain
mengancam mengancam mengancam
Perasaan Marah dan jengkel Marah dan jengkelKadang marah dan
terus-menerus (seringkali) jengkel, sering
tenang
Tindakan Terus-menerus Hanya Kadang-kadang
mengancam orang mengancam secara masing
lain (verbal) verbal mengancam secara
Terus-menerus Tidak ada verbal.
berusaha tindakan Komunikasi cukup
mencederai orang kekerasan fisik koheren
lain (fisik) Komunikasi kacau
Komunikasi sangat
kacau
RUFA WAHAM
Domain Intensif I Intensif II Intensif III
1 - 10 11 - 20 21 - 30
Pikiran Terus menerus Pikiran didominasi Pikiran kadang-
terfiksasi dengan oleh isi waham, kadang
wahamnya kadang masih dikendalikan
memiliki pikiran wahamnya
yang rasional
Perasaan Sangat Lebih dipengaruhiKadang masih
dipengaruhi oleh wahamnya dipengaruhi
wahamnya wahamnya
Tindakan Komunikasi sangat Komunikasi masih Komunikasi sering
kacau, selalu kacau. terganggu waham
dipengaruhi oleh Tidak mencederai
waham. orang lain
Mungkin
mengancam orang
lain
Mencederai orang
lain
Penilaian Kedaruratan Psikiatrik
Ggg Pikiran (Proses Pikir)
1. Waham (delusion)
Skor Karakteristik
0 Tidak cukup informasi
1 Sangat Berat Waham sangat banyak, teguh dipertahankan, dan
mendominasi bidang utama kehidupan penderita.
Seringkali reaksi yg tidak serasi, tidak bertanggung jawab,
bahkan membahayakan keselamatan penderita atau orang
lain
2 Berat Ada serangkaian waham yg terkristal, teguh
dipertahankan, jelas mempengaruhi proses pikir,
hubungan sosial, dan tingkah laku
3 Sedang Ada beberapa waham nyata, teguh dipertahankan dan
kadang-kadang mempengaruhi proses pikir, hubungan
sosial, dan tingkah laku
4 Ringan Ada 1 atau 2 waham/ide aneh, tidak bertahan lama
2.Waham Kebesaran (Grandiosity)

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Proses pikir, interaksi, dan tingkah laku didominasi oleh
waham multiple
2 Berat Waham nyata tentang lebih dari 1 parameter ( kekayaan,
pengetahuan, kekuasaan, kekuatan, kepopuleran, dll)
diekspresikan dan mempengaruhi interaksi dgn orang
lain
3 Sedang Waham nyata ttg kemampuan, status atau kekuatan yg
tinggi diekspresikan dan mempengaruhi sikap
4 Ringan Beberapa bualan atau perasaan menguasai, tetapi tanpa
waham kebesaran yg nyata
3.Waham curiga/kejaran

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Waham curiga yg nyata dan mendominasi proses pikir,
relasi, dan tingkah lakunya
2 Berat Penderita menunjukan ketidakpercayaan yg nyata, yg
menyebabkan putusnya hubungan interpersonal. Atau ada
waham curiga yg membatasi hub interpersonal dan
tingkah laku
3 Sedang Rasa tidak percaya nyata, mempengaruhi wawancara dan
tingkah laku, tetapi tidak di dapatkan waham curiga
4 Ringan Menunjukan sikap waspada atau tdk percaya, tetapi
pikiran, interaksi dan tingkah lakunya tidak/sedikit
terpengaruh
4. Halusinasi

0 Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Penderita terpreokupasi dgn halusinasinya
mendominasi proses pikir dan tingkah laku, termasuk
patuh akan perintah halusinasi
2 Berat Halusinasi hampir selalu ada, menyebabkan gangguan
nyata dlm proses pikir dan tingkah laku. Penderita
menganggap ini sebagai persepsi yg nyata dan sering
bereaksi secara emosional atau verbal
3 Sedang Frekwensi halusinasi sering dan cenderung
mengakibatkan distorsi proses pikir atau tingkah laku
4 Ringan 1 atau 2 halusinasi yg jelas tetapi jarang, atau beberapa
persepsi abnormal yg tdk jelas, yang tdk berakibat
distorsi proses pikir atau tingkah laku
5. Kekacauan Proses Pikir (Conceptual Disorganization)

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Proses pikir terputus sehingga jelas inkoheren,
dan terdapat kegagalan total utk berkomunikasi
2 Berat Proses pikir kacau dan tidak konsisten, irelevan,
non realistik meskipun tanpa tekanan
3 Sedang Sulit mengorganisasi proses pikir, sehingga
kadang-kadang terdapat asosiasi longgar
(aslong) terutama bila di bawah tekanan
4 Ringan Proses pikir sirkumstansial, tangensial,
blocking, pikiran tidak memadai (PTM)
2. Perasaan
a. Anxietas

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Aktifitas kehidupan penderita terputus secara serius
terganggu oleh anxietas yg selalu ada dan kadang-
kadang menjadi PANIK
2 Berat Secara subyektif adanya ketakutan yg terus menerus yg
berhubungan dgn fobia dan memberikan dampak pd
aspek fisik dan tingkah laku
3 Sedang Adanya kecemasan yg serius yang memberikan akibat
pada fisik dan tingkah laku seperti sulit konsentrasi, ggn
tidur, dll
4 Ringan Menyatakan beberapa kekhawatiran, dan adanya
kegelisahan subyektif tanpa adanya akibat/masalah
tingkah laku
b.Depresi

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Perasaan depresi sangat mempengaruhi hampir semua
fungsi. Manifestasi dapat berupa sering menangis, sulit
berkonsentrasi, tidak ada minat dalam berhubungan sosial,
dan adanya penelantaran diri.
2 Berat Afek depresi berhubungan jelas dgn rasa sedih, pesimisme,
kehilangan minat berhubungan, kadang-kadang menangis
3 Sedang Perasaan sedih dan rasa tidak ada harapan diungkapkan
secara spontan, penderita umumnya masih dapat dibuat
gembira
4 Ringan Menyatakan kesedihan dan tdk ada harapan (saat di tanya),
tetapi tdk ada bukti adanya depresi dalam sikapnya
c. Kemauan

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Perasaan depresi mempengaruhi hampir semua fungsi
anatara lain: kesulitan konsentrasi. penelantaran diri,
kemungkinan adanya waham nihilistik, adanya
fikiran/tindakan bunuh diri.
2 Berat secara spontan mengungkapan pesimisme, menangis,
gangguan pemenuhan makan minum dan istirahat, dan
kehilangan minat sosial
3 Sedang Menyatakan kesedihan dan merasa tidak ada harapan
diungkapkan secara spontan
4 Ringan Menyatakan kesedihan dan merasa tidak ada harapan
(saat ditanya) tetapi tidak terdapat bukti adanya sikap
depresi dalam penampilannya
3. Perilaku
a. Psikomotor

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Agitasi nyata sangat mengganggu fungsi ADL dan tidak
mungkin melakukan interaksi interpersonal

2 Berat Agitasi seperti mendominasi wawancara, fungsi ADL


terganggu misalnya makan, minum, mandi, dll

3 Sedang Sering hyperaktifitas, penderita sulit utk duduk atau


diam lebih dari beberapa menit

4 Ringan Cenderung agitasi ringan, kewaspadaan berlebih, bicara


agak tergesa-gesa
b.Permusuhan

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Kemarahan yg nyata menyebabkan penderita sangat tdk
kooperatif, kadang-kadang terdapat episode
penyerangan fisik kpd orang lain.
2 Berat Sikap tdk kooperatif dan mengancam secara verbal
mempengaruhi wawancara dan berdampak nyata pd hub
sosial. Penderita mungkin berbahaya atau merusak
tetapi tidak menyerang orang lain
3 Sedang Sikap permusuhan yg nyata, kadang-kadang mengancam
secara verbal
4 Ringan Komunikasi terbatas (sarkasme, tidak menghargai,
ekspresi permusuhan)
c. Hubungan sosial

0 Tidak ada Tidak cukup informasi


1 Sangat Berat Sikap apatis, isolasi diri secara sosial, dan sering
mengabaikan kebutuhan sehari-hari
2 Berat Hanya berpartisipasi dalam sedikit kegiatan dan
menunjukan tdk adanya minat (miskin ide)
3 Sedang Secara pasif ikut dlm banyak kegiatan sosial dgn sikap
acuh, tidak berminat atau ikut-ikutan saja
4 Ringan Kadang-kadang menunjukan minat dlm aktifitas sosial
tetapi inisiatifnya kurang. Mau berinteraksi dgn orang
lain bila diajak terlebih dahulu
Klasifikasi Kedaruratan Psikiatrik
1. Skor 1-10 : Intensife 1
2.Skor 11-20: Intensife 2
3.Skor 21-30 : Intensife 3
4.Skor 31-40 : Ruang Perawatan parsial care
Masalah keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Bunuh diri
3. Perubahan sensori persepsi: halusinasi
pendengaran
4. Perubahan proses pikir: waham curiga,megaloman
5. Menarik diri
Intensif Psikiatrik Care Unit (IPCU)
Adalah suatu unit yang memberikan perawatan
khusus kepada penderita psikiatri yang berada dalam
kondisi membutuhkan pengawasan ketat.
Tindakan intensif adalah tindakan yang diberikan
secara terus menerus pada pasien dengan kondisi
darurat
Fase Intensif
1. Prinsip tindakan
 Life saving
 Mencegah cidera pada penderita, orang lain dan lingkungan
2. Indikasi
 Penderita dengan skor:
3. Pengkajian
 Riwayat perawatan yang lalu
 Psikiater/perawat jiwa yang baru-baru ini menangani pasien (bila
memungkinkan)
 Diagnosa gangguan jiwa di waktu yang lalu yang berhubungan dengan dengan
tanda dan gejala yang dialami pasien saat ini
 Stresor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah pasien saat
ini
 Kemampuan dan keinginan pasien untuk bekerjasama dalam proses tritmen
 Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis obat yang
didapat, dosis, respons terhadap obat, efek samping dan kepatuhan minum obat,
serta daftar obat terakhir yg diresepkan dan nama dokter yang meresepkan
 Tes kehamilan untuk semua pasien perempuan usia subur
Intervensi
1. Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi ketat
Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan,
minum, perawatan diri)
Manajemen pengamanan pasien yang efektif
(jika dibutuhkan).
Evaluasi
Evaluasi tingkat kedaruratan penderita
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan
apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
dipindahkan ke ruang
Fase Intensif II
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
Mempertahankan pencegahan cedera pada pasien,
orang lain dan lingkungan
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah
dari fase intensif I
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini
adalah terapi musik dan terapi olah raga.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan
apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
dipindahkan ke ruang intensif III.
Fase intensif III
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)
Memfasilitasi perawatan mandiri pasien
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi dilakukan secara minimal
Pasien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini
adalah terapi musik, terapi olah raga dan life skill
therapy.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan
apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
dipulangkan.
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PERILAKU KEKERASAN

Intensif I Intensif II Intensif III


•Kendalikan secara •Dengarkan keluhan
•Dengarkan keluhan
pasien
verbal pasien tanpa •Latih cara
•Pengikatan ATAU menghakimi mengendalikan marah
Isolasi •Latih cara fisik dengan cara verbal,
•Psikofarmaka: mengendalikan spiritual.
marah: nafas dalam •Pertahankan
anti psikotik
•Beri psikofarmaka: pemberian
parenteral, anti psikofarmaka oral: anti
ansietas antipsikotik oral psikotik
TINDAKAN KEPERAWATAN PADA WAHAM

Intensif I Intensif II Intensif III


•Dengarkan ungkapan •Dengarkan •Dengarkan keluhan
klien walaupun terkait pasien
wahamnya tanpa
keluhan pasien •Bantu identifikasi
membantah atau tanpa menghakimi stimulus waham dan
mendukung •Komunikasi sesuai usahakan menghindari
•Berkomunikasi sesuai kondisi obyektif stimulus tersebut
kondisi obyektif •Pertahankan
•Psikofarmaka: anti
pasien
pemberian
psikotik parenteral, anti
•Beri psikofarmaka: psikofarmaka oral: anti
ansietas antipsikotik oral psikotik
Alur Penanganan kedaruratan Psikiatri
Intensif I
Skor : 1-10

YA IPCU Intensif II
Skor:1-30
Skor: 11-20

Penderita
Rujukan Intensif III
Skor 21-30
TRIAGE: Vital sign,
KEDARURATAN Pemeriksaan TRIAGE
UGD/ PSIKIATRIK: Ruang
Penderita datang Poliklinik MEDIK, BEDAH, kesadaran, Ya Perawatan Pulang > 41
sendiri DAN PSIKIATRI neurologik, /Rapid Skor: 31-40
assessment Parsial
laboratorium Care

Penderita diantar
oleh Polisi

Tidak Pulang
Restrain pada kedaruratan psikiatrik
Manajemen Krisis

a. Pembatasan gerak
- Memisahkan klien di tempat yang aman dengan
tujuan melindungi klien, orang lain dan
lingkungan
- Pembatasan interaksi & pengurangan stimulus
dari lingkungan (Stuart & Laraia, 1998)
Langkah-langkah pembatasan gerak
Tunjuk ketua tim krisis
Jelaskan kepada klien tujuan, prosedur & lama
tindakan
Buat perjanjian dg klien untuk dapat mengontrol
perilaku
Bantu klien memenuhi kebutuhan ADL
Lakukan supervisi secara periodik untuk memantau
& memberikan tindakan
Libatkan klien dlm memutuskan pemindahan klien
Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan
yang dilakukan, rerspon klien & alasan penghentian
pembatasan gerak
b. Pengekangan/pengikatan fisik
Pengekangan adalah pembatasan gerak klien
dengan mengikat tungkai klien (Stuart & Sundeen,
1998)
Jenis Pengekangan Mekanik
1. Camisoles (jaket pengekang)
2. Pengekangan dengan manset utk pergelangan
tangan dan kaki
3. Pengekangan dengan sprei
Indikasi Pengekangan
1. Perilaku amuk yg membahayakan diri sendiri/ orang
lain
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat di kendaliakan
dengan obat
3. Ancaman terhadap integritas fisik
4. Permintaan penderita utk pengendalian perilaku
eksternal
Langkah-langkah pengekangan (Stuart & Laraia, 1998)
Tunjuk ketua tim
Beri suasana yang menghargai dengan supervisi
yang adekuat
Siapkan jumlah staf yang cukup
Jelaskan pada klien tujuan, prosedur dan lama
tindakan
Jelaskan perilaku yang mengindikasikan
penglepasan pd klien & staf
Ikat dengan posisi anatatomis, ikatan tidak
terjangkau oleh klien
Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan
therapeutik dan pemberian ras nyaman
Perawatan pada daerah pengikatan :
- Pantau kondisi kulit yang diikat (warna,
temperatur, sensasi)
- Lakukan latihan gerak pada tungkai yang
diikat
- Lakukan perubahan posisi tidur
- Periksa TTV tiap 2 jam
Bantu pemenuhan kebutuhan ADL
Libatkan & latih klien untuk mengontrol perilaku
sebelum ikatan dibuka
Kurangi pengekangan secara bertahap
Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan
beserta respon klien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai