Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI KASUS

DISLOKASI IUD

Disusun Untuk Memenuhi Syarat
Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter
Di RSB Budi Rahayu Magelang











Di Ajukan Kepada :
dr. Adi Pramono, Sp. OG

Disusun Oleh :
Tilovi Gani Ciputra
20090310161


SMF/BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD TIDAR MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014





HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Di RSUD Tidar Magelang









Disusun Oleh:
Tilovi Gani Ciputra
20090310161
Telah dipresentasikan pada tanggal Februari 2014
dan telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

dr. Adi Pramono, Sp. OG


A. PENGALAMAN
Wanita 68 tahun G5P4A1 membawa surat perintah mondok dari dr.Sapar
Setyoko Sp.OG dengan dislokasi IUD. Riwayat pemakaian IUD selama 23tahun tanpa
kontrol. Pasien mengeluh nyeri pada daerah perut bawah sejak 1 bulan yang lalu tidak
disertai dengan perdarahan pervaginam menopause pada usia 52tahun.
B. MASALAH YANG DIKAJI?
Apakah yang dimaksud dengan IUD dan bagaimana mekanisme kerjanya?
Bagaimana penatalaksanaannya bila terjadi dislokasi IUD?

C. ANALISA KASUS
1. Definisi
Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah
benda asing yang ditempatkan didalam cavum uteri untuk mencegah kehamilan.
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahuin dengan pasti, tapi pendapat
terbanyak adalah IUD yang berada dalam cavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sperma.
Pada pemeriksaan cairan uterus, pemakai IUD seringkali dijumpai pulsa sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Sifat-sifat dan isi cairan uterus
mengalami perubahan pada pemakai IUD menyebabkan blastokista tidak dapat hidup
dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus perempuan tersebut.
Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti IUD
biasa, juga oleh karena IONISASI ion logam atau bahan lain yang terdapat pada IUD
mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penelitian, ion logam yang paling
efektif adalah ion logam tembaga (Cu) / Cuprum, yang lambat laun masa aktifnya terus
berkurang dengan lamanya pemakaian.

2. Jenis Dislokasi
Ekspulsi IUD: hilangnya AKDR dari uterus atau pengeluaran IUD, paling sering terjadi
pada bulan pertama. Jadi para akseptor tersebut harus diperiksa kira-kira 1 bulan
pemasangan. Biasanya setelah menstruasi untuk mengidentifikasi adanya benang IUD di
dalam uterus hal ini terjadi ketika IUD tidak berada lagi ditempat yang seharusnya yaitu
pada fundus rongga uterus sehingga dapat tertanam pada dinding uterus.
Dislokasi IUD: berpindahnya posisi IUD di dalam uterus hal ini terjadi ketika IUD tidak
berada lagi di tempat yang seharusnya yaitu pada fundus rongga uterus sehingga dapat
tertanam pada dinding uterus. Dislokasi IUD dapat menimbulkan komplikasi yang serius
bila tidak secepatnya ditangani, yaitu ketika telah terjadi translokasi.
Translokasi IUD: berpindahnya IUD keluar dari uterus sehingga bisa menyebabkan
perforasi lalu masuk ke jaringan atau organ tubuh lain dan menimbulkan komplikasi
yang serius.

3. Gejala Klinis
Gejala yang timbul bila IUD mengalami dislokasi adalah
Abdominal pain
Nyeri ketika bersenggama
Perdarahan diluar siklus menstruasi
Sedangkan tanda terjadinya dislokasi IUD adalah
Terjadi kehamilan, dimana perubahan posisi IUD yang bergeser ini 52%
terjadi di leher rahim sehingga mengurangi efektivitasnya.

4. Etiologi
Terjadinya dislokasi IUD kadang tidak diketahui secara pasti penyebabnya atau
idiopatik, tetapi diduga karena:
tekhnik pemasangan yang kurang hati-hati
adanya infeksi pada uterus

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi IUD adalah dengan dilakukannya Aff IUD, kemudian
diganti dengan IUD yang baru. Jika benang IUD tidak dapat dilihat maka alat tersebut
mungkin telah lepas atau telah menembus uterus. Pada keadaan lain, mungkin terjadi
kehamilan. Setelah menyingkirkan kehamilan, rongga uterus diperiksa secara hati-hati
menggunakan klem batu randall atau menggunakan batang khusus dengan ujung berkait
untuk menarik kembali benang tersebut. Jangan pernah mengasumsikan bahwa alat
tersebut telah terlepas jika tidak melihatnya.
Jika benang tidak terlihat dan alat tersebut tidak teraba melalui pemeriksaan rongga
uterus secara hati-hati, sonografi dapat digunakan untuk memastikan bahwa alat tersebut
berada didalam uterus. Jika tidak meyakinkan atau jika tidak ada alat yang terlihat, maka
foto polos abdomen dan pelvis dilakukan, sebelumnya masukan terlebih dahulu sonde ke
dalam rongga uterus sebagai tanda letak cavum uterus di dalam foto polos tersebut.
Computed Tomography (CT) Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan
histeroskopi merupakan alternative lainnya.

D. DOKUMENTASI
Nama : Ny. Sumirah
Usia : 68 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
Nama suami : Tn. M
Usia : 67 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
Alamat : Malangan Magelang
Anamnesis
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada region perut
bawah (suprapubik).
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan membawa surat perintah
mondok dari poli dr. Sapar Sp.OG dengan dislokasi
IUD dengan G5P4A1. Riwayat pemakaian IUD selama
33tahun tanpa kontrol yang jelas. Pasien mengeluhkan
nyeri pada region suprapubik semenjak 1bulan yang
lalu tidak disertai dengan perdarahan pervaginam.
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi.
.
Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi.
Riwayat Menstruasi : Menarche : 13 tahun
Lama : 7 hari
Siklus : 28 hari
Menopause : usia 52tahun
Riwayat Perkawinan : Menikah 1 x dengan suami sekarang hingga saat ini.

Riwayat Operasi dan penyakit yang pernah dijalani
Disangkal
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Vital sign : TD : 130/80 mmHg S : 36,5
0
C
N : 80 x/menit R : 22 x/menit
Kepala : Mesochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thorak : Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak ada ketinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, iktus kordis tak teraba
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : paru : vesikuler(+), ronkhi dan wheezing(-)
Cor : suara jantung reguler, gallop dan bising(-)
Abdomen : Inspeksi : simetris, striae gravidarum (-)
Auskultasi : peristaltik normal, bunyi usus (+)
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan region suprapubik (+).
Ekstremitas : Edema inferior/ superior : -/-
Diagnosis : G5P4A1, 68 tahun dengan dislokasi IUD.

E. REFERENSI
1. Cunningham, dkk. Williams Obstetrics, 21st edition. USA: McGraw-Hill.
2001.
2. Saifudin, Abdul Bari. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP





Magelang, Januari 2014
Dokter Pembimbing Koass Jaga




Dr. Adi Pramono Sp. OG Tilovi Gani Ciputra

Anda mungkin juga menyukai