Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PUSKESMAS

PENYAKIT ENDEMIK DI KALIMANTAN BARAT


PUSKESMAS ALIANYANG
KELOMPOK DISKUSI 2

1. Qurratul Aini
2. Yosep Andrianu Loren
3. Juwita Valen Ramadhania
4. Muhammad Ihsanuddin
5. Fida Alawiyah
6. Arif Padillah
7. Muhammad Redha Ditama
8. Siti Aulia Rahmah
9. Likardo Yosi
10. Nunung Agustia Rini
11. Maylisa Santauli Manurung

I11112021
I11112050
I1011131007
I1011131025
I1011131027
I1011131045
I1011131046
I1011131063
I1011131075
I1011131080
I1011131087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Fungsi dari puskesmas itu sendiri adalah
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas
selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya sehingga aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di
Indonesia. DBD adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue dan ditandai dengan
empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,
hematomegali dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom
renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang menyebabkan kematian.
World Health Organization (WHO) (1995) memperkirakan populasi didunia yang
beresiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,53 miliar terutama yang tinggal di daerah
perkotaan di negara tropis dan subtropis. Diperkirakan untuk Asia Tenggara (ASEAN)
terdapat 100 juta kasus Demam Dengue dan 500.000 kasus DBD yang memerlukan
perawatan dirumah sakit, dan 90% penderitanya anak-anak usia kurang dari 15 tahun dan
jumlah kematian oleh penyakit DBD mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian
setiap tahunnya (WHO, 2011).
Kementerian Kesehatan RI mencatat penderita DBD di Indonesia pada bulan
Januari-Februari 2015 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian
108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada 5-14 tahun
mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%. Menurut data Dinas
Kesehatan Kalbar tercatat 2546 kasus dengan korban jiwa/meninggal dunia 42 orang,
adapun data tersebut antara lain untuk di Kota Pontianak sebanyak 186 kasus 2
meninggal, Kabupaten Pontianak 387 kasus 2 meninggal, Landak 36 kasus 1 meninggal,
Sambas 277 kasus 5 meninggal, Bengkayang 81 kasus, Sanggau 149 kasus 5 meninggal,
Sintang 366 kasus 8 meninggal, kapuas Hulu 118 kasus 1 meninggal, Ketapang 345
kasus 3 meninggal, Singkawang 288 kasus 5 meninggal, Sekadau 88 kasus 3 meninggal,

Melawi 24 kasus 2 meninggal, Kubu Raya 292 kasus 5 meninggal, Kayong Utara 19
kasus.
Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak terlepas dari
kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak, khususnya dari pemerintah dan
masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia juga belum menerapkan standard
penanganan kasus DBD, sehingga jumlah kematian masih tinggi. Faktor penting lainnya
adalah belum tersedianya obat spesifik atau vaksin untuk menangani dengue. Selain itu,
penyakit DBD di Indonesia bersifat multifaktorial antara lain: faktor manusia, sosial
budaya, faktor agen dan lingkungan.
1.2 Tujuan
Mengetahui program pemberantasan penyakit menular (Demam Berdarah Dengue) di
Puskemas Alianyang Sungai Bangkong, Pontianak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Endemik
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang dipengaruhinya. Untuk

menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.


Sebaran peyakit di Indonesia disebabkan berbagai factor. Karena Indonesia merupakan
Negara pariwisata yang setiap tahunnya dapat mendatangkan bayak wisatawan asing.
Endemik dalam biologi dan ekologi berarti secara ekslusif merupakan spesies asli dari
suatu tempat yang berupa wilayah geografis tertentu seperti pulau, kepulauan atau
negara. Pulau atau kepulauan mudah mengembangkan spesies endemik dikarenakan
isolasi geografisnya.
Sebaran penyakit di Indonesia dapat disebabkan rendahnya kualitas gizi dan
makanan yang dikonsumsi orang Endemik dalam biologi dan ekologi berarti secara
ekslusif merupakan spesies asli dari suatu tempat yang berupa wilayah geografis tertentu
seperti pulau, kepulauan atau negara. Pulau atau kepulauan mudah mengembangkan
spesies endemik dikarenakan isolasi geografisnya. Indonesia. Kebanyakan masyarakat
Indonesia tidak memperhatikan kualitas makanan dan gizi mereka, sehingga kualitas
hidup dan kesehatan mereka juga berkurang. Seiring dengan berkurangmya kualitas
hidup, berkurang pula kualitas daya tahan mereka terhadap penyakit. Untuk itu
diperlukan adanya upaya pencegahan penyebaran penyakit di Indonesia.
Pencegahan sebaran penyakit di Indonesia dapat dilakukan dengan banyak cara.
Salah satunya dengan diperketat penjagaan turis asing yang masuk ke Indonesia. Dan
juga dilakukan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan orang Indonesia. Hal tersebur
harus dilakukan untuk mencegah penyebaran peyakit endemik di Indonesia.
2.2 Demam Berdarah Dengue
2.1.1 Definisi
Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfa denopati,
trombositopenia dan diabetes hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh.1
2.2.2 Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah asia tenggara, pasifik barat dan
karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah.
Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya
pada tahun 1986, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970.
Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swandana

(1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh daerah di
Indonesia.2
Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat,
maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada
umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga
kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.3
2.2.3 Manifestasi Klinis
Gejala / tanda utama DBD, yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali dan
kegagalan sirkulasi. Gejala klinis DBD diawali dengan demam mendadak, disertai
dengan muka kemerahan (flushed face) dan gejala klinis lain yang tidak khas,
menyerupai gejala demam dengue, seperti anoreksia, muntah, nyeri kepala, dan nyeri
pada otot dan sendi. Pada beberapa pasien mengeluh nyeri tenggorokan dan pada
pemeriksaan ditemukan faring hiperemis. Gejala lain yaitu perasaan tidak enak di
daerah epigastrium, nyeri di bawah arcus costae dextra, kadang-kadang nyeri perut
dapat dirasakan di seluruh perut.3
Gejala/tanda utama DBD adalah sebagai berikut:3
1. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus,
berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat antipiretik. Kadangkadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40C dan dapat terjadi kejang demam.
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai
cenderung menurun dan pasien tampak seakan sembuh, hati-hati karena fase
tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Biasanya pada hari ketiga dari demam.
Hari ke 3,4,5 adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi
syok. Kemungkinan terjadi perdarahan dan kadar trombosit sangat rendah
(<20.000/l).
2. Tanda-Tanda Perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah vaskulopati, trombositopenia dan
gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Jenis
perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti Uji Torniquet (uji
Rumple Leede) positif, petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva.
Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Petekie dapat
muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke
3,4,5 demam. Perdarahan yang lain yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena, dan
hematemesis.

Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva atau

hematuria.
3. Hepatomegali (Perbesaran Hati)

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,


bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4 cm di
bawah arcus costae dextra. Proses pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi
teraba, dapat meramalkan perjalanan penyakit DBD. Derajat pembesaran hati
tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hati,
berhubungan dengan adanya perdarahan. Nyeri perut tampak jelas pada anak
besar daripada anak kecil. Pada sebagian kecil kasus dapat dijumpai ikterus.
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah
demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut
nadi dan tekanan darah, akral ekstremitas teraba dingin, disertai dengan kongesti
kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat
dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pasien
biasanya akan sembuh spontan setelah pemberian cairan dan elektrolit. Pada
kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa
hari demam. Pada saat atau beberapa hari setelah suhu turun, antara hari sakit ke
3-7, terdapat kegagalan sirkulasi: kulit teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat,
lemah, kecil, sampai tak teraba. Pada saat akan terjadi syok, beberapa pasien
tampak sangat lemah dan sangat gelisah. Sesaat sebelum syok seringkali pasien
mengeluh nyeri perut.
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis demam berdarah dengue dapat ditegakkan bila semua hal dibawah ini
terpenuhi:3
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif,
terdapat petekie, perdarahan mukosa atau perdarahan dari bagian tubuh lain
danhematemesis atau melena.
c. Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/ul).
d. Terdapat minimal satu tanda dari kebocoran plasma seperti peningkatan
hematokrit lebih dari 20%, penurunan hematokrit lebih dari 20% setelah
mendapat terapi cairan dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya dan
tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites, atau hipoproteinemia.
Seorang penderita DBD dikatakan mengalami Sindrom Syok Dengue (SSD)
apabila seluruh kriteria diatas terjadi ditambah tanda-tanda kegagalan sirkulasi

dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun sampai diastolik
dibawah 20 mmHg, kulit dingin serta pasien gelisah.3
2.2.5 Tatalaksana
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok4
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
2. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
b. Kebutuhan cairan parenteral
i.

Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

ii.

Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

iii.

Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

c. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
d. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
4. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana
syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok4
1.

Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.

2.

Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.

3.

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB


secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 1020ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.

4.

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan
darah/komponen.

terjadinya

perdarahan

tersembunyi;

berikan

transfusi

5.

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai
kondisi klinis dan laboratorium.

6.

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
Laju
Setengah rumatan
Rumatan
Rumatan + defisit 5%
Rumatan + defisit 7%
Rumatan + defisit 10%

pada

anak Laju pada dewasa

(mL/KgBB/jam)
1,5
3
5
7
10

(mL/jam)
40-50
80-100
100-120
120-150
300-500

BAB III
PROFIL PUSKESMAS

3.1 Struktur Organisasi


(terlampir)
3.2 Peta Wilayah Kerja
UPK Puskesmas Aliyanyang Pontianak secara administratif berada di kelurahan
Sungai Bangkong Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan
Barat dengan wilayah bina sebagian wilayah kelurahan Sungai Bangkong yang terdiri
atas 25 RW (rukun warga) dan 114 RT (rukun tetangga) dengan luas wilayah kerja 4,57
km2 dan berbatasan wilayah kerja sebagai berikut :
Sebelah utara

: Jalan K.H.W Hasyim gg ambotin, hingga jalan HM. Suwignyo Gg


rahma.

Sebelah selatan

: Jalan Sultan A.Rahman (kantor pelayanan pajak) hingga batas jalan


St. Syahrir.

Sebelah barat

: Jalan HM. Suwignyo gg rahma, gg kemakmuran, gg sepakat 2 sampai


batas jalan ampera sebelah selatan hingga simpang jalan dr.Wahidin.

Sebelah timur

: Jalan K.H.A Dahlan (kantor pelayanan pajak) hingga jalan K.W.H


hasyim, gg Ambotin.

3.3 Pemberantasan Penyakit Menular


Upaya pemberantasam penyakit menular merupakan upaya yang harus dilaksanakan
secara komperhensif timbulnya penyakit menular tidak hanya disebabkan oleh satu hal
saja, melainkan oleh beberapa penyebab yang saling berhubungan. Berdasarkan teori
Epidemiologi, timbulnya penyakit menular karena adanya keterkaitan antara host, agent,
environment. Oleh karena itu intervensi yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka
kesakitan yang disebabkan oleh penyakit menular ini harus diarahkan kepada ketiga
faktor di atas, seperti meningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi dan perbaikan
gizi, memberantas virus/bakteri penyebab penyakit dengan membasmi vektor/perantara
melalui PSN atau meningkatkan kebersihan lingkungan. Adapaun beberapa indikator
yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan program pemberantasan penyakit
menular adalah
Tabel 2.1
Hasil Capaian Program Pemberantasan Penyakit Menular
UPK Puskesmas Alianyang
Tahun 2015
No. Indikator
1
2
3
4
5

% Desa/kelurahan Universal
Child Immunization (UCI)
% Penemuan penderita
pneumonia balita
% Penemuan pasien baru
TB BTA +
% Penderita DBD yang
ditangani
% Penemuan penderita
diare
% Penderita yang
mendapatkan penanganan
HIV/AIDS
% Infeksi Menular Seksual
(IMS) yang diobati

% Target

% Capaian

Absolut
Pembilang Penyebut

Kota 2015

2015

100

78.00

663

850

80

11.90

10

84

70

25.58

11

43

100

100.00

100

28.97

854

2948

100

100

145

468

323

8
9
10
11

% Balita dengan diare yang


ditangani
% Penderita malaria yang
diobati
% Penderita kusta yang
selesai berobat (RFT Rate)
% Penderita filariasis yang
ditangani

80

18

147

799

100

100

100

100

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus


4.1.1 Aspek komunikasi dokter puskesmas
Dari hasil wawancara bersama dokter yang berada di puskesmas Alianyang
sudah menyampaikan tentang penyakit demam berdarah dengue (DBD) kepada
masyarakat yang berada di wilayah UPK Puskesmas Alianyang. Sebagaimana dari
hasil wawancara tersebut bahwasanya masyarakat sudah mengetahui bahaya dari
DBD.
Dalam hal ini masyarakat memahami bahwa ketika terjadi demam naik turun
selama 3 hari atau lebih, maka mereka langsung datang ke puskesmas untuk
memeriksakan diri karena mereka mencurigai terkena DBD. Kemudian dokter
memberikan edukasi, dan informasi mengenai pencegahan dan alur tatalaksana
tentang DBD sesuai dengan panduan yang digunakan oleh puskesmas (PMK no
5/2014/tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan primer)
dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.
Selain itu dokter juga aktif memberikan penyuluhan mengenai bahayanya
DBD kepada masyarakat baik melalui lintas sektor maupun kader-kader yang telah
dibina dalam upaya penanggulangan penyakit DBD di wilayah UPK Puskesmas
4.1.2

Alianyang Kota Pontianak.


Kelengkapan anamnesis
A. Masalah Kesehatan
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus Dengue. Virus Dengue memiliki 4 jenis serotype: DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan

antibody terhadap serotype yang bersangkutan, namun tidak untuk serotype


lainnya, sehingga seseorang dapat terinfeksi demam Dengue 4 kali selama
hidupnya. Indonesia merupakan Negara yang endemis untuk Demam Dengue
maupun Demam Berdarah Dengue.

B. Hasil Anamnesis (Subjective)


1. Keluhan
Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam bifasik akut 2-7
hari, nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia/atralgia, ruam, gusi berdarah,
mimisan, nyeri perut, mual/muntah, hematemesis dan dapat juga melena.
2. Faktor Risiko
a. Tinggal di daerah endemis dan padat penduduknya.
b. Pada musim panas (28-32 0C) dan kelembaban tinggi.
c. Sekitar rumah banyak genangan air.
3. Kelengkapan pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Fisik
Tanda patognomonik untuk demam dengue
a. Suhu Suhu > 37,5 derajat celcius
b. Ptekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa
d. Rumple Leed (+)
2. Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue
e. Suhu > 37,5 derajat celcius
f. Ptekie, ekimosis, purpura
g. Perdarahan mukosa
h. Rumple Leed (+)
i. Hepatomegali
j. Splenomegali
k. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda
efusi pleura dan asites.
l. Hematemesis atau melena
3. Pemeriksaan Penunjang
i. Leukosit: leukopenia cenderung pada demam dengue

ii. Adanya bukti kebocoran plasma yang disebabkan oleh peningkatan


permeabilitas
dengan

pembuluh darah pada Demam Berdarah Dengue

manifestasi

peningkatan

hematokrit

diatas

20%

dibandingkan standard sesuai usia dan jenis kelamin dan atau


menurun dibandingkan nilai hematokrit sebelumnya > 20% setelah
pemberian terapi cairan.
iii. Trombositopenia (Trombosit <100.000/ml) ditemukan pada Demam
Berdarah Dengue
C. Penegakan Diagnosis (Assessment)
1. Diagnosis Klinis
Kriteria WHO, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
terpenuhi:
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik/
pola pelana
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut
1. Uji bendung positif
2. Petekie, ekimosis atau purpura
3. Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain
4. Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
5. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standard sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
6. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
7. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asistes atau
hipoproteinemia.
4.1.3

Diagnosis holistik dan diagnosis keluarga


Diagnosis holistik merupakan tatacara diagnosa suatu penyakit pasien yang
didasari dengan beberapa aspek diantaranya aspek personal, aspek klinik, aspek
resiko internal, aspek resiko eksternal dan aspek fungsional. Diagnosis ini dilakukan
dengan di mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
untuk menegakan diagnosis banding dan diagnosis kerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa Puskesmas


Alianyang telah melakukan diagnosis penyakit secara holistik, artinya diagnosis ini
dilakukan secara menyeluruh, salah satunya adalah penyakit DBD (Demam
Berdarah Dengue). Untuk mendiagnosis penyakit DBD ini dapat dilihat dari 5 aspek:

1. Aspek Personal
Aspek personal dapat diperoleh dari hasil anamnesis antara dokter dan pasien
yang mana meliputi alasan kedatangan pasien, harapan, tingkat kecematan
pasien serta persepsi pasien terhadap penyakit DBD dan kesembuhannya.
2. Aspek Klinik
Aspek Klinik meliputi anamnesis lengkap terhadap penyakit, pemeriksaan fisik
untuk menentukan diagnosis banding dan diagnosis penunjang untuk
menentukan diagnosis pasti.
3. Aspek Resiko Internal
Aspek resiko internal meliputi jenis kelamin, umur, penyakit keturunan,
kebiasaan dan gaya hidup contohnya kasus DBD. DBD ini timbul karena
adanya vektor nyamuk yang membawa virus infeksi, nyamuk ini dapat
berkembang biak dengan baik apabila terdapat genangan atau simpanan air yang
tenang. Berdasarkan hasil weawancara yang kami dapatkan masyarakat
memiliki kebiasaan menyimpan air hujan di dalam tempayan yang jarang
ditutup, sehingga air didalam tempayan tersebut menjadi tempat hidup yang
baik bagi pertumbuhan nyamuk penyebab DBD.
4. Aspek Resiko Eksternal
Aspek resiko eksternal meliputi kondisi ekonomi,

lingkungan,

serta

keikutsertaan suatu keluarga dalam menjalani program penanggulangan


penyakit menular salah satunya adalah DBD DBD merupakan salah satu
penyakit infeksi yang proses penyebarannya sangat cepat melalui vektor
nyamuk. Apabila salah satu warga di suatu daerah terinfeksi penyakit DBD
maka petugas puskesmas segera bertindak cepat dalam menanggulangi masalah
DBD, yaitu dengan pengasapan (Fogging), abatesasi dan PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk) sehingga penyebaran penyakit DBD segera ditanggulangi.
5. Aspek Fungsional
Aspek fungsional meliputik kemampuan individu dalam melakukan aktivitas
4.1.4

sehari-hari baik secara fisik maupun emosional di dalam dan di luar ruangan.
Terapi: komprehensif melibatkan keluarga
A. Penatalaksanaan

a. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3 x 500- 1000


mg).
b. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
c. Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue,
yaitu:

Gambar 4.1 Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah


dengue
B. Konseling dan Edukasi
a. Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan
pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan
tata laksananya, sehingga pasien dapat mengerti bahwa tidak ada
obat/medikamentosa untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif
dan mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan
perjalanan alamiah penyakit.
b. Modifikasi gaya hidup
1. Melakukan kegiatan 3M menguras, mengubur, menutup.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi
dan melakukan olahraga secara rutin.

4.2 Program Pemberantasan Penyakit Menular


4.2.1 Input
1. Sumber daya
No

Jenis Tenaga

Jumlah

Kekurangan

Dokter umum

Dokter Sp.OG

Dokter Gigi
SKM
(Penyuluh
Kesmas)
D1 Fisioterapi
S1 Gizi
D4 Kebidanan
D3 Kebidanan
S1 Keperawatan
D3 Keperawatan
D3 farmasi
D3
Analis
kesehatan
D3 Gigi
D3 Gizi
D1 Kebidanan
Perawat (SPK)
Perawat Gigi
(SPRG)
Sanitarian (SPPH)
Epidemiologi
SMAK
Farmasi (SMF)
Tenaga
Pekarya
Kesehatan
Kresprogram
D3 Rekam medik
Penolong
orang
sakit
Pramubakti
Kebersihan kantor
Pengaman Kantor
Supir
TOTAL

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Keterangan
Untuk konsulen 1
kali dalam sebulan
(On call)

2
1
1
0
8
0
4
2
1
2
1
2
2

2
1
1
1

2
1
1
2
1
2
1
1
47

Dalam penanganan penyakit endemik, khususnya kasus demam berdarah


dengue di UPK Puskesmas Alianyang, program epidemiologik penyakit endemis
dan program pemberantasan penyakit menular dipegang oleh poli sanitasi
lingkungan. Terdapat 3 orang petugas puskesmas yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaan program, namun seluruh petugas puskesmas terlibat dalam pelaksaan
program di lapangan.
2. Metode pelaksanaan

Dalam melaksanakan penanganan kasus endemis DBD, puskesmas memiliki jenis


kegiatan sebagai berikut :
I.
Penyusunan kerja tahunan
II.
Pencegahan penyakit menular:
a) Pengumpulan data
b) Penyuluhan DBD di posyandu/RT/Sekolah
c) Pelacakan kasus DBD
d) Persiapan dan pengawasan pelaksanaan fogging fokus di masyarakat
e) Persiapan dan pengawasan pelaksanaan fogging Sebelum Masa
Penularan (SMP) di masyarakat
f) Persiapan dan pengawasan pelaksanaan fogging di sekolah
g) Pemberian abate/PSN di RT/RW
h) Pemberian abate di sekolah
i) Penanggulangan KLB DBD
j) Pembinaan kader DBD
Kegiatan surveilance aktif
a) Pengumpul data
b) Pembuatan laporan W2 (laporan mingguan)
c) Pembuatan laporan Sistem Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas

III.

(STP)
d) Evaluasi dan analisis data
3. Fasilitas kesehatan
a. Sarana dan prasarana
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Jenis
Puskesmas Induk
Pustu
Rumah bersalin An-Nisa
Box Bayi
Mobil ambulance
Sepeda motor
Generator set
O2 mobile (kecil)
O2 tabung besar
O2 tabung kecil
Inkubator
Baby warm
EKG
Ultra Bone
Spirometer
Body Pat
USG
Suction
Infra red

Jumlah
1 buah
1 buah
4 tempat tidur
4 buah
1 buah
6 unit
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 set
1 unit

Keterangan
Kurang baik
Kurang baik
baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Rusak
Baik

b. Peralatan
No
1
2
3
4
5
6
7

Jenis
Box Bayi
Mobil ambulance
Sepeda motor
Generator set
O2 mobile (kecil)
O2 tabung besar
O2 tabung kecil

Jumlah
4 buah
1 buah
6 unit
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah

Keterangan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

8
9
10
11
12
13
14
15
16

Inkubator
Baby warm
EKG
Ultra Bone
Spirometer
Body Pat
USG
Suction
Infra red

1 buah
1 buah
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 set
1 unit

Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Rusak
Baik

c. Obat dan BHP


(Terlampir)
4. Pendanaan
Berikut sumber pembiayaan operasional puskesmas Alianyang secara umum :
Uraian
Belanja
Langsung
APBD
BOK
BPJS
NON
KAPITASI
(PONED)
NON
KAPITASI
(PROLANIS)

4.2.2

Anggaran

Realisasi

Anggaran (RP)

2.139.641.435

1.647.190.937

492.450.498

76,98

530.860.480
93.915.000
1.431.360.955

484.233.426
93.915.000
985.537.511

46.627.054
0
445.823.440

91.21
100
69

65.475.000

65.475.000

100

18.030.000

18.030.000

100

Proses
1. Perencanaan
Perencanaan dalam pemberantasan penyakit DBD di mulai dari Penyusunan Kerja
Tahunan, Program Pencegahan Penyakit Menular termasuk DBD serta melakukan
pengamatan secara terus menerus dan aktif pada waktu yang telah ditetapkan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Program Pemberantasan Penyakit
Menular (DBD) di UPK Puskesmas Aliayang tahun 2015:
1. Kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung yaitu:
a. Meningkatkan Deteksi Dini kasus tersangka DBD yang datang ke
Puskesmas
b. Pemeriksaan Laboratorium (Pemeriksaan darah bagi setiap tersangka yang
berobat ke Puskesmas).
c. Mengadakan Posko DBD
d. Membagikan Abate kepada pasien yang terdeteksi kasus DBD dan pasien
umum secara gratis yang datang ke Puskesmas.
e. Penyuluhan kepada pasien melalui pemutaran film di layar TV yang
datang ke Puskesmas.
2. Kegiatan yang dilaksanakan di luar gedung:
a. Mengadakan PE terhadap kasus tersangka/ positif DBD
b. Mengadakan penyuluhan, Puskesmas Menyapa di RT/ RW, sekolah dan
Posyandu

c. Mengadakan PSN-DBD secara berkala setiap hari Jumat yang


dilaksanakan bersama Dinkes, Kec, kelurahan, Puskesmas Kecamatan
Pontianak Kota dan Mahasiswa.
d. Mengadakan PJB yang dilaksanakan oleh Kader, PKK, dan Petugas
Puskesmas di rumah penduduk dan sekolah.
e. Mengadakan Abatesasi yang dilaksanakan oleh Kader, PKK, dan Petugas.
f. Melaksanakan Fogging fokus 5 RT, Fogging SMP 30 RT dan Fogging
Sekolah terdiri dari 3 SMA, 3 SMP, 12 SDN/SDS, 10 TK di Kelurahan
Sui Bangkong.
3. Monitoring
a. Pembagian Kartu Pemantau Jentik Nyamuk
Warga sekitar diharapkan mengisi kartu pemantau jentik setiap 1 minggu
sekali dan petugas akan mengecek ke rumah warga setiap 3 bulan sekali.
Apabila kartu jentik terisi penuh, maka akan dibagikan kartu yang baru.
b. Laporan Mingguan (W2)
Laporan ini berisikan data laporan epidemiologi penyakit menular
termasuk DBD untuk mendata jumlah kasus baru yang terjadi.
c. Laporan STP Berbasis Puskesmas
Laporan ini untuk mendata kasus baru penyakit menular termasuk DBD
berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin yang dilakukan setiap bulan
oleh petugas puskesmas.
4. Evaluasi
Hasil kegiatan ABJ yang telah dilaksanakan di wilayah UPK Puskesmas
Aliayang Kota Pontianak, yaitu:
a. Triwulan 1: 75,62 %
b. Triwulan 2 : 74,95 %
c. Triwulan 3 : 74,49 %
d. Triwulan 4 : 73,75 %
Berdasarkan proses dalm pemberantasan penyakit DBD, didapatkan :
1. Jumlah kasus DBD tahun 2014 berjumlah 17 orang dan tahun 2015 berjumlah
7 orang berarti jumlah kasus DBD menurun dibandingkan tahun 2014.
2. Kasus terbanyak di tahun 2015 pada tahun 2015 pada bulan Oktober dan
November 2015, umur yang terbanyak 1 4 tahun sebanyak 3 orang, umur 59 tahun sebanyak 2 orang dan kasus perempuan lebih banyak dibandingkan

4.2.3

kasus laki-laki (Grafik Terlampir).


3. Kasus meninggal tahun 2015 tidak ada.
Output
1. Indikator pencapaian program
a. Grafik angka bebas jentik di UPK Puskesmas Alianyang 2015 (terlampir)
b. Grafik penyakit DBD menurut bulan di UPK Puskesmas Alianyang (terlampir)

c. Grafik penyakit DBD menurut golongan umur di UPK Puskesmas Alianyang


(terlampir)
d. Grafik penyakit DBD menurut jenis kelamin di UPK Puskesmas Alianyang
(terlampir)
e. Grafik penyakit DBD menurut tempat tinggal di UPK Puskesmas Alianyang
(terlampir)
2. Jangkauan pelayanan
UPK Puskesmas Alianyang memiliki wilayah kerja meliputi 25 RW/114 RT di
Kelurahan Sungai Bangkong. Dalam penyebaran kasus DBD dan pelaksanaan
fogging di wilayah kerja Puskesmas Alianyang kota Pontianak tahun 2015
terdapat 21 RW dengan fogging fokus pada 4 RW dan fogging SMP pada 7 RW.
Selain melakukkan fogging di RT/RW, dilakukan juga fogging ke lokasi-lokasi
rawan berkembangnya nyamuk DBD seperti yang telah dilakukan di 25 sekolah
dari 40 sekolah yang berada di wilayah bina UPK Puskesmas Alianyang. (Daftar
4.2.4

jangkauan pelayanan Puskesmas terlampir).


Lingkungan
1. Aspek kondisi ekonomi atau pendidikan masyarakat
Berdasarkan data yang didapat dari puskesmas, mayoritas masyarakat di
kelurahan Sui Bangkong adalah masyarakat ekonomi menengah ke bawah hingga
menengah ke atas. Dalam tingkat pendidikan, status pendidikan tertinggi adalah
tamatan SMA/MA (terlampir). Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Alianyang
memiliki kebiasaan menampung air hujan di sekitar rumah dengan menggunakan
berbagai bentuk jenis penampungan seperti ember, tempayan, dan lain-lain.
Kebiasaan yang sering dilakukan masyarakatnya adalah tidak menutup tempat
penampungan air dengan rapat, sehingga nyamuk berkembang biak dengan baik.
Kebanyakan masyarakatnya menutup tempat penampungan air ketika petugas
puskesmas datang untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk. Partisipasi
masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sudah cukup baik,
namun masih kurang mandiri karena masih menunggu kedatangan petugas
ataupun adanya kegiatan gotong royong untuk membuat masyarakat aktif dalam

4.2.5

PSN.
2. Lokasi penyakit endemis unit kerja Puskesmas (terlampir).
Umpan balik
1. Adanya pertemuan untuk meningkatkan pencapaian program di masa selanjutnya
2. Hadir dan aktifnya masyarakat dalam menghadiri berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh petugas puskesmas guna meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk hidup sehat dan mencegah terjadinya perluasan penyakit


menular salah satunya DBD
3. Tanggapnya masyarakat terhadap suatu penyakit dengan melaporkan kepada
kades, lurah dan puskesmas setempat guna mencegah perluasan penyakit.
4. Timbulnya kesadaran masyarakat untuk mencegah terjadinya perluasan penyakit
termasuk DBD dengan meminta abate ke puskesmas setempat.
4.2.6 Analisis masalah dan solusi

UPK Puskesmas Alianyang

10 penyakit terbanyak
(DBD)
Kegiatan dalam gedung
Usaha penanggulangan

Monitoring

Kendala:
Susah untuk merubah
prilaku masyakarat
Masih kurangnya
kesadaran dan
kemandirian
masyarakat untuk
memberantas sarang
nyamuk

Solusi:
Penyuluhan dan
edukasi kepada
masyarakat
ditingkatkan
Pemantauan jentik
berkala dirutinkan

Kegiatan luar gedung

Hasil:
Penurunan kasus DBD dari
tahun 2014 ke 2015

BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan

Puskesmas Alianyang Kota Pontianak memiliki program pencegahan dan


pemberantasan demam berdarah dengue dan telah dilaksanakan diantaranya adalah
pemeriksaan jentik berkala, pembagian abate dan penyuluhan.

Jumlah kasus DBD tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014

5.2 Saran

Penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat ditingkatkan

Mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik berkala

Menggalakkan program 3M plus dilingkungan sekitar

DAFTAR PUSTAKA

1. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellius SK, Siti S, Editor. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Interna Publishing: Jakarta; 2014.
2. Hendrawanto. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1 edisi ketiga. Jakarta: Persatuan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia; 1996.
3. 10. Hadinegoro, Sri RH, Soegeng S, Waryadi T, Suharyono. Tatalaksana demam
berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Hidup; 2001.
4. Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for the Management of Common
Illnesses with Limited Resource; 2005.

Lampiran
Lampiran 1. Struktur Organisasi

Lampiran 2. Obat dan BHP di UPK PUSKESMAS Alianyang KotaPontianak

Lampiran 3. Grafik angka bebas jentik di UPK Puskesmas Alianyang 2015

Lampiran 4. Grafik penyakit DBD menurut bulan di UPK Puskesmas Alianyang

Lampiran 5. Grafik penyakit DBD menurut golongan umur di UPK Puskesmas Alianyang

Lampiran 6. Grafik penyakit DBD menurut jenis kelamin di UPK Puskesmas Alianyang

Lampiran 7. Grafik penyakit DBD menurut tempat tinggal di UPK Puskesmas Alianyang

Lampiran 8. Jangkauan pelayanan UPK Puskesmas Alianyang

Lampiran 9. Aspek kondisi ekonomi atau pendidikan masyarakat

Lampiran 10. Lokasi penyakit endemis unit kerja Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai