1. Qurratul Aini
2. Yosep Andrianu Loren
3. Juwita Valen Ramadhania
4. Muhammad Ihsanuddin
5. Fida Alawiyah
6. Arif Padillah
7. Muhammad Redha Ditama
8. Siti Aulia Rahmah
9. Likardo Yosi
10. Nunung Agustia Rini
11. Maylisa Santauli Manurung
I11112021
I11112050
I1011131007
I1011131025
I1011131027
I1011131045
I1011131046
I1011131063
I1011131075
I1011131080
I1011131087
BAB I
PENDAHULUAN
Melawi 24 kasus 2 meninggal, Kubu Raya 292 kasus 5 meninggal, Kayong Utara 19
kasus.
Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak terlepas dari
kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak, khususnya dari pemerintah dan
masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia juga belum menerapkan standard
penanganan kasus DBD, sehingga jumlah kematian masih tinggi. Faktor penting lainnya
adalah belum tersedianya obat spesifik atau vaksin untuk menangani dengue. Selain itu,
penyakit DBD di Indonesia bersifat multifaktorial antara lain: faktor manusia, sosial
budaya, faktor agen dan lingkungan.
1.2 Tujuan
Mengetahui program pemberantasan penyakit menular (Demam Berdarah Dengue) di
Puskemas Alianyang Sungai Bangkong, Pontianak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Endemik
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang dipengaruhinya. Untuk
(1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh daerah di
Indonesia.2
Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat,
maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada
umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga
kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.3
2.2.3 Manifestasi Klinis
Gejala / tanda utama DBD, yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali dan
kegagalan sirkulasi. Gejala klinis DBD diawali dengan demam mendadak, disertai
dengan muka kemerahan (flushed face) dan gejala klinis lain yang tidak khas,
menyerupai gejala demam dengue, seperti anoreksia, muntah, nyeri kepala, dan nyeri
pada otot dan sendi. Pada beberapa pasien mengeluh nyeri tenggorokan dan pada
pemeriksaan ditemukan faring hiperemis. Gejala lain yaitu perasaan tidak enak di
daerah epigastrium, nyeri di bawah arcus costae dextra, kadang-kadang nyeri perut
dapat dirasakan di seluruh perut.3
Gejala/tanda utama DBD adalah sebagai berikut:3
1. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus,
berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat antipiretik. Kadangkadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40C dan dapat terjadi kejang demam.
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai
cenderung menurun dan pasien tampak seakan sembuh, hati-hati karena fase
tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Biasanya pada hari ketiga dari demam.
Hari ke 3,4,5 adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi
syok. Kemungkinan terjadi perdarahan dan kadar trombosit sangat rendah
(<20.000/l).
2. Tanda-Tanda Perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah vaskulopati, trombositopenia dan
gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Jenis
perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti Uji Torniquet (uji
Rumple Leede) positif, petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan konjungtiva.
Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan. Petekie dapat
muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai pada hari ke
3,4,5 demam. Perdarahan yang lain yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena, dan
hematemesis.
hematuria.
3. Hepatomegali (Perbesaran Hati)
dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun sampai diastolik
dibawah 20 mmHg, kulit dingin serta pasien gelisah.3
2.2.5 Tatalaksana
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok4
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
2. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
b. Kebutuhan cairan parenteral
i.
ii.
iii.
c. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
d. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
4. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana
syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok4
1.
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
2.
3.
4.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan
darah/komponen.
terjadinya
perdarahan
tersembunyi;
berikan
transfusi
5.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai
kondisi klinis dan laboratorium.
6.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
Laju
Setengah rumatan
Rumatan
Rumatan + defisit 5%
Rumatan + defisit 7%
Rumatan + defisit 10%
pada
(mL/KgBB/jam)
1,5
3
5
7
10
(mL/jam)
40-50
80-100
100-120
120-150
300-500
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
Sebelah selatan
Sebelah barat
Sebelah timur
% Desa/kelurahan Universal
Child Immunization (UCI)
% Penemuan penderita
pneumonia balita
% Penemuan pasien baru
TB BTA +
% Penderita DBD yang
ditangani
% Penemuan penderita
diare
% Penderita yang
mendapatkan penanganan
HIV/AIDS
% Infeksi Menular Seksual
(IMS) yang diobati
% Target
% Capaian
Absolut
Pembilang Penyebut
Kota 2015
2015
100
78.00
663
850
80
11.90
10
84
70
25.58
11
43
100
100.00
100
28.97
854
2948
100
100
145
468
323
8
9
10
11
80
18
147
799
100
100
100
100
BAB IV
PEMBAHASAN
manifestasi
peningkatan
hematokrit
diatas
20%
1. Aspek Personal
Aspek personal dapat diperoleh dari hasil anamnesis antara dokter dan pasien
yang mana meliputi alasan kedatangan pasien, harapan, tingkat kecematan
pasien serta persepsi pasien terhadap penyakit DBD dan kesembuhannya.
2. Aspek Klinik
Aspek Klinik meliputi anamnesis lengkap terhadap penyakit, pemeriksaan fisik
untuk menentukan diagnosis banding dan diagnosis penunjang untuk
menentukan diagnosis pasti.
3. Aspek Resiko Internal
Aspek resiko internal meliputi jenis kelamin, umur, penyakit keturunan,
kebiasaan dan gaya hidup contohnya kasus DBD. DBD ini timbul karena
adanya vektor nyamuk yang membawa virus infeksi, nyamuk ini dapat
berkembang biak dengan baik apabila terdapat genangan atau simpanan air yang
tenang. Berdasarkan hasil weawancara yang kami dapatkan masyarakat
memiliki kebiasaan menyimpan air hujan di dalam tempayan yang jarang
ditutup, sehingga air didalam tempayan tersebut menjadi tempat hidup yang
baik bagi pertumbuhan nyamuk penyebab DBD.
4. Aspek Resiko Eksternal
Aspek resiko eksternal meliputi kondisi ekonomi,
lingkungan,
serta
sehari-hari baik secara fisik maupun emosional di dalam dan di luar ruangan.
Terapi: komprehensif melibatkan keluarga
A. Penatalaksanaan
Jenis Tenaga
Jumlah
Kekurangan
Dokter umum
Dokter Sp.OG
Dokter Gigi
SKM
(Penyuluh
Kesmas)
D1 Fisioterapi
S1 Gizi
D4 Kebidanan
D3 Kebidanan
S1 Keperawatan
D3 Keperawatan
D3 farmasi
D3
Analis
kesehatan
D3 Gigi
D3 Gizi
D1 Kebidanan
Perawat (SPK)
Perawat Gigi
(SPRG)
Sanitarian (SPPH)
Epidemiologi
SMAK
Farmasi (SMF)
Tenaga
Pekarya
Kesehatan
Kresprogram
D3 Rekam medik
Penolong
orang
sakit
Pramubakti
Kebersihan kantor
Pengaman Kantor
Supir
TOTAL
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Keterangan
Untuk konsulen 1
kali dalam sebulan
(On call)
2
1
1
0
8
0
4
2
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
1
47
III.
(STP)
d) Evaluasi dan analisis data
3. Fasilitas kesehatan
a. Sarana dan prasarana
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Jenis
Puskesmas Induk
Pustu
Rumah bersalin An-Nisa
Box Bayi
Mobil ambulance
Sepeda motor
Generator set
O2 mobile (kecil)
O2 tabung besar
O2 tabung kecil
Inkubator
Baby warm
EKG
Ultra Bone
Spirometer
Body Pat
USG
Suction
Infra red
Jumlah
1 buah
1 buah
4 tempat tidur
4 buah
1 buah
6 unit
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 set
1 unit
Keterangan
Kurang baik
Kurang baik
baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Rusak
Baik
b. Peralatan
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis
Box Bayi
Mobil ambulance
Sepeda motor
Generator set
O2 mobile (kecil)
O2 tabung besar
O2 tabung kecil
Jumlah
4 buah
1 buah
6 unit
1 buah
1 buah
1 buah
3 buah
Keterangan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Inkubator
Baby warm
EKG
Ultra Bone
Spirometer
Body Pat
USG
Suction
Infra red
1 buah
1 buah
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 set
1 unit
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Rusak
Baik
4.2.2
Anggaran
Realisasi
Anggaran (RP)
2.139.641.435
1.647.190.937
492.450.498
76,98
530.860.480
93.915.000
1.431.360.955
484.233.426
93.915.000
985.537.511
46.627.054
0
445.823.440
91.21
100
69
65.475.000
65.475.000
100
18.030.000
18.030.000
100
Proses
1. Perencanaan
Perencanaan dalam pemberantasan penyakit DBD di mulai dari Penyusunan Kerja
Tahunan, Program Pencegahan Penyakit Menular termasuk DBD serta melakukan
pengamatan secara terus menerus dan aktif pada waktu yang telah ditetapkan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Program Pemberantasan Penyakit
Menular (DBD) di UPK Puskesmas Aliayang tahun 2015:
1. Kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung yaitu:
a. Meningkatkan Deteksi Dini kasus tersangka DBD yang datang ke
Puskesmas
b. Pemeriksaan Laboratorium (Pemeriksaan darah bagi setiap tersangka yang
berobat ke Puskesmas).
c. Mengadakan Posko DBD
d. Membagikan Abate kepada pasien yang terdeteksi kasus DBD dan pasien
umum secara gratis yang datang ke Puskesmas.
e. Penyuluhan kepada pasien melalui pemutaran film di layar TV yang
datang ke Puskesmas.
2. Kegiatan yang dilaksanakan di luar gedung:
a. Mengadakan PE terhadap kasus tersangka/ positif DBD
b. Mengadakan penyuluhan, Puskesmas Menyapa di RT/ RW, sekolah dan
Posyandu
4.2.3
4.2.5
PSN.
2. Lokasi penyakit endemis unit kerja Puskesmas (terlampir).
Umpan balik
1. Adanya pertemuan untuk meningkatkan pencapaian program di masa selanjutnya
2. Hadir dan aktifnya masyarakat dalam menghadiri berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh petugas puskesmas guna meningkatkan kesadaran
10 penyakit terbanyak
(DBD)
Kegiatan dalam gedung
Usaha penanggulangan
Monitoring
Kendala:
Susah untuk merubah
prilaku masyakarat
Masih kurangnya
kesadaran dan
kemandirian
masyarakat untuk
memberantas sarang
nyamuk
Solusi:
Penyuluhan dan
edukasi kepada
masyarakat
ditingkatkan
Pemantauan jentik
berkala dirutinkan
Hasil:
Penurunan kasus DBD dari
tahun 2014 ke 2015
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Jumlah kasus DBD tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellius SK, Siti S, Editor. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Interna Publishing: Jakarta; 2014.
2. Hendrawanto. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1 edisi ketiga. Jakarta: Persatuan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia; 1996.
3. 10. Hadinegoro, Sri RH, Soegeng S, Waryadi T, Suharyono. Tatalaksana demam
berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Hidup; 2001.
4. Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for the Management of Common
Illnesses with Limited Resource; 2005.
Lampiran
Lampiran 1. Struktur Organisasi
Lampiran 5. Grafik penyakit DBD menurut golongan umur di UPK Puskesmas Alianyang
Lampiran 6. Grafik penyakit DBD menurut jenis kelamin di UPK Puskesmas Alianyang
Lampiran 7. Grafik penyakit DBD menurut tempat tinggal di UPK Puskesmas Alianyang