Siemens Indonesia
Stephen, katanya lagi, di PHK oleh PT Siemens Indonesia pada Oktober 2011 tanpakesalahan, tanpa
pemberitahuan, dan tanpa izin dari (LPPHI), maka konsekwesinya perusahaan itu harus membayar
pesangon, uang penghargaan masa kerja, penggantianhak-hak yg blm dibayar dan hak2 lain yang
menjadi hak Penggugat/Steven menurutUU No 13/2003.Sementara itu, menurut jawaban kuasa
hukum PT Siemens Indonesia, Kantor HukumAdnan Kelana Haryanto & Hermanto (AKHH), pihak
tergugat menolak dalil yangdisampai penggugat yang dinilai tidak logis dan keliru.Dalam jawaban
disebutkan, bahwa dalil tentang selama masa kerja penggugat ditergugat telah melewati batas 3
tahun, kemudian oleh penggugat dianggap sebagaikaryawan tetap, adalah sesuatu yang keliru.
Analisis kasus :
dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-
undangan, dan dibayarkan atas dasari suatu perjanjian kerja antara pengusaha termasuk
tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya.
Stephen Michael Young adalah seorang pekerja di Perusahaan PT. Siemens Indonesiayang
hak-hak pekerjanya telah dilanggar oleh perusahaan di mana dia bekerja.Stepehen diputus
hubungan kerjanya oleh perusahaan secara sepihak tanpa
adanya pemberitahuan dan alasan yang jelas. Menurut Pasal 151 ayat (2) Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemutusan Hubungan Kerja dapat
dilakukan didahului dengan perundingan dengna serikat pekerja atau dengan pekerjayang
akan diputus hubungan kerjanya. Kemudian jika tidak ada persetujuan
tentang pemutusan hubungan kerja tersebut, PT. Siemens Indonesia dapat mengajukan pen
etapan PHK kepada Lembaga Pernyelesaian Perselisihan Hubungan Industrialsebagaimana
diatur dalam Pasal 151 ayat (2) UU Ketenagakerjaan.
Stephen Young juga tidak mendapatkan hak-haknya berupa pesangon sebesar Euro347,602
ditambah bonus tahun 2011 sebesar Rp80,659 juta dan sebesar Euro 11,118,serta gaji yang
belum dibayarkan kepadanya. Kejadian ini tidak boleh terjadi karenaUU No. 13/2003
tentang Ketenagakerjaan dalam Pasal 156 ayat (1) diatur bahwa pesangon harus dibayarkan
dalam hal pemutusan hubungan kerja dan bonus Stephena dalah uang penghargaan masa
kerja yang diatur dalam Pasal 156 ayat (3) UU Ketenagakerjaan.
Selain itu, tidak dibayarnya upah Stephen oleh PT. Siemens Indonesia melanggar ketentuan
dalam Pasal 88 UU No. 13/2003 tentangKetenagakerjaan yang menyatakan bahwa setiap
pekerja berhak mendapatkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Oleh karenaitu, setiap pekerjaan harus dinilai dengan upah dan harus dibayar
berdasarkan asas nowork no pay.
Alasan Pemutusan Hubungan Kerja atas Stephen Young juga sangat tidak mendasar,yaitu
dikarenakan Stephen Young tidak menyetujui draf Perjanjian Kerja WaktuTertentu yang
diajukan oleh PT. Siemens Indonesia. Draf perpanjangan PerjanjianKerja Waktu Tertentu
tersebut dinilai sangat merugikan karena isinya
menyatakan bahwa pekerja dapat diputus hubungan kerjanya sewaktu-
waktu dan tidakmendapatkan pesangon pada saat pemutusan hubungan kerja yang
sangat bertentangan dengan Pasal 156 ayat (1) UU No. 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan.Mengenai kewarganegaraan Stephen Young yang merupakan Warga
Negara Asing,UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa Stephen seharusnya dapat bekerja
denganwaktu tertentu dan paling lama jangka waktu 3 (tiga) tahun. Apabila
akandiperpanjang, perjanjian kerja harus diperbaharui dengan ketentuan jeda
waktu pembaharuan selama 30 hari. Akan tetapi, PT. Siemens Indonesia mengindahkankete
ntuan tersebut dengan mempekerjakan Stephen secara kontinu selama 13 tahunseakan-
akan Stephen adalah karyawan tetap PT. Siemens yang berkewarganegaraanIndonesia. Hal
inilah yang juga menjadi kelalaian Stephen Young karena tidakmemperhatikan ketentuan
yang ada di dalam UU Ketenagakerjaan yang mengaturtentang Warga Negara Asing.Warga
Negara Asing sebagaimana dijelaskan di atas memiliki pengaturan khusus.Dalam hal ini
Stephen tidak memperhatikannya dan akan menimbulkan kerugian bagidirinya sendiri
sebagai pekerja. Penggunaan Tenaga Kerja Asing harus tunduk padaBab VIII tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang diatur dalam Pasal 42
dalam hal ini UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 51 ayat (2)mengatur
bahwa perjanjian kerja yang disyaratkan tertulis harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam kasus ini, apabila draf perjanjiankerja waktu tertentu yang
disodorkan oleh PT. Siemens Indonesia tidakmencantumkan ketentuan mengenai hak
berupa pesangon bagi pekerja,
maka perjanjian tersebut sangat bertentangan dengan Pasal 156 ayat (1) UU No. 13/2003da
n harus dinyatakan batal demi hukum. Hal itu menjadi wajar apabila Stephen tidakmau
menandatangani perpanjangan perjanjian tersebut karena di samping bertentangan dengan
peraturan yang berlaku, juga sangat merugikan dirinya.Selanjutnya, dengan alasan tersebut
Stephen Michael Young mengajukan gugatanterhadap PT. Siemens Indonesia ke Pengadilan
Hubungan Industrial Jakarta Pusatdengan register perkara No: 85/PHI.G/2012/PN. JKT.PST
tertanggal 14 Mei 2012.Pengadilan Hubungan Industrial menurut Pasal 55 UU No. 2/2004
merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum. Hukum acara ya
ng berlaku adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum kecuali diatur secara khusus sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 57UU No. 2/2004 tentang Penyelesaiaan Perselisihan Hubungan Industrial.
Langkahnyauntuk menggugat PT. Siemens Indonesia merupakan hal yang tepat
mengenaikompetensi absolut. Akan tetapi, sebelum mengajukan gugatan ke
PengadilanHubungan Industrial, antara Stephen Young dan PT. Siemens Indonesia
harusdiusahakan penyelesaian hubungan industrial di luar pengadilan (non ajudication)
terlebih dahulu melalui tahap mediasi dan konsiliasi sebagaimana diatur dalam Pasal3 dan 4
UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaiaan Perselisihan HubunganIndustrial. Apabila
mediasi dan konsiliasi tidak juga mencapai kesepakatan, sesuaidengan Pasal 5 UU No.
2/2004, baru kemudian dapat diajukan gugatan ke PengadilanHubungan Industrial