Pendahuluan
III.II Promosi
Agar produk laku keras dipasaran, maka dilakukan pemasaran produk.
Namun bila tidak mengerti cara memasarkannya berarti bisa menghambat produk.
Masyarakat tidak mengenal apa yang telah diproduksi. Untuk itu disini akan
dijelaskan cara pemasaran mebel ini antara lain :
a) Membuat iklan mengenai Tas Kayu yang di produksi Tas Kayu Etnik.
b) Memberikan penjelasan tentang produk yang dibuat agar masyarakat
memahaminya.
c) Memberi diskon sebagai langkah awal promosi.
d) Mengadakan promosi produk di daerahdaerah, instansi pemerintah,
instansi swasta, dll.
e) Menyediakan situs belanja secara online agar mudah diakses olah
masyarakat.
III.III Harga
Gambaran harga jual dari Tas Kayu Etnik
Dompet : Rp. 200.000,00 - Rp. 300.000,00
Clutch : Rp. 400.000,00 - Rp. 600.000,00
Tas Selempang : Rp. 500.000,00 - Rp. 800.000,00
Tas Laptop : Rp. 900.000,00 - Rp. 1.200.000,00
Tas Ransel : Rp. 900.000,00 - Rp. 1.400.000,00
BAB IV
Analisa SWOT
IV.I Strength
Meningkatnya minat konsumen akan produk tas, menjadi salah satu
keuntungan bagi bisnis ini. Karena saat ini tas menjadi salah satu kebutuhan wajib
dalam berbusana, oleh sebagian besar masyarakat baik pria maupun wanita.
Sehingga permintaan pasar akan tas juga menunjukan peningkatan yang cukup
bagus. Selain itu untuk membuka usaha ini juga tidak memerlukan modal yang
tidak terlalu besar. Sehingga siapa saja bisa mencoba peluang usaha kecil
menengah tersebut, karena usaha ini bisa dibuka dengan modal dana kurang dari
Rp 10 juta. Selain itu Tas Kayu Etnik memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Kualitas kayu, kuat, awet dan indah.
b) Model dan bentuk tas yang unik serta menyesuaikan pesanan pelanggan,
sehingga pelanggan tertarik untuk berbelanja.
c) Pelayanan yang memuaskan.
IV.II Weakness
Hambatan yang sering dihadapi oleh bisnis ini antara lain melonjaknya
harga bahan baku tas, biasanya semakin banyak permintaan tas maka bahan
baku pun akan ikut langka dan harganya melonjak. Selain itu persaingan bisnis
yang cukup ketat, kondisi ini menuntut para produsen untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam menciptakan desain tas yang unik dan menarik guna
memenangkan persaingan. Selain itu kelemahan Tas Kayu Etnik ini belum
dikenal secara luas dan masih tergantung terhadap supplier sehingga sulit
menentukan harga jual.
IV.III Opportunity
Semakin meningkatnya peminat tas membuat permintaan akan tas terus
bertambah. Bahan tas seperti biasanya kain, kulit dan rotan. Menggunakan bahan
dasar kayu sebagai bahan dasar tas merupakan sebuah peluang dikarenakan
belum banyak yang memanfaatkan kayu sebagai tas. Selain terdengar unik,
olahan kayu ini bisa merepresentasikan kesan estetika natural yang tidak dibuat-
buat. Bentuknya yang kotak tidak lantas terkesan kaku, tetapi justru autentik.
Penampakannya yang minimalis dan serat kayu jati yang unik sangat serasi
dengan warna kayu yang cerah cenderung kuning langsat. Selain itu belum
banyak pengerajin yang memanfaatkan kayu sebagai tas sehingga peluang untuk
memasarkan tas kayu di Bali menjadi salah satu peluang besar yang bisa
diciptakan untuk dijadikan bisnis.
IV.IV Threath
Ancaman dari bisnis ini dikarenakan bentuk kayu yang kaku maka bentuk
tas hanya berbentuk kotak. Masih sulitnya pengrajin tas dalam mengolah bentuk
kayu menjadi sebuah tas selain bentuk kotak. Jadi apabila ingin memodifikasi
bentuk tas maka diperlukannya bahan tambahan yang bisa untuk merubah bentuk
tas kayu tersebut. Untuk jangka panjang minat akan tas kayu akan menurunn
dikarenakan bentuk tas yang monoton dan bahan baku yang semakin susah untuk
ditemukan.
BAB V
MANAJEMEN TENAGA KERJA PERUSAHAAN
V.I Struktur Organisasi
Di dalam suatu bisnis usaha diperlukan struktur organisasi yang jelas,
sehingga dapat mengatur pekerjaan dari para tenaga kerja agar sesuai dengan
bidang tugas yang dikerjakannya. Maka diharapkan dengan adanya struktur
organisasi yang jelas dapat menunjang bisnis yang akan dihasilkan. Berikut ini
struktur organisasi dari Tas Kayu Etnik:
Jabatan Jumlah Personil Pendidikan Minimum
Manajer 1 S1 Manajemen
Pemilik Usaha
Manajer
Biaya penyusutan Peralatan dan perlengkapan setelah pemakaian satu tahun (12
bulan)
= 1/12 x Rp 2.500.000,00 = Rp 208.300,00
Biaya Operasional per Bulan
No Pengeluaran Nominal
1 Sewa tempat per tahun Rp 10.000.000,-
2 Biaya sewa per bulan = 1/12 x Rp Rp 833.300,-
10.000.000,00
3 Bahan baku (kayu dan aksesoris lainnya) Rp 2.500.000,-
5 Gaji 1 orang pegawai Rp 800.000,-
6 Plastik kemasan Rp 150.000,-
7 Listrik dan telepon Rp 300.000,-
8 Transportasi Rp 300.000,-
9 Biaya penyusutan Rp 208.300,-
Total Rp 5.091.600,-
Omzet per bulan
Penjualan Dompet per bulan Rp. 200.000,- 5 Buah Rp. 1.000.000,-
Penjualan Clutch per bulan Rp. 400.000,- 5 Buah Rp. 2.000.000,-
Penjualan Tas Selempang per bulan Rp. 500.000,- 3 Buah Rp. 1.500.000,-
Penjualan Tas Laptop per bulan Rp. 900.000,- 3 Buah Rp. 1.800.000,-
Penjualan Tas Ransel per bulan Rp. 900.000,- 3 Buah Rp. 1.800.000,-
Total Penjualan Tas Perbulan Rp. 7.100.000,-
VII.I Kesimpulan
Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa target pasar
cukup luas untuk prospek kedepannya cukup menjanjikan. Dengan modal awal Rp
5.500.000,- di dapat kan laba sebesar Rp 2.008.400,- Per bulannya. Jadi semakin
besar modal yang kita tanam, maka semakin besar pula laba yang kita peroleh,
dan diiringi dengan keuletan, keteguhan jiwa pantang menyerah dan cara kerja
yang baik.
VII.II Rekomendasi
Demikianlah proposal yang penulis buat, dengan serinci-rinci, dan sedetail-
detailnya, semoga langkah yang saya lakukan bermanfaat bagi penulis sebagai
pegusul dan masyarakat pada umumnya demi peningkatan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang kokoh, dan dapat dipertimbangkan oleh Dosen
Entrepreneurship. Semoga kebijakan ini dapat turut andil dalam mencerdaskan
umat dan memberikan lapangan pekerjaan dan memajukan ekonomi berbasis
Kerakyatan. Terima kasih.