Aktivitas Dan Latihan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA :


AKTIVITAS DAN LATIHAN
A. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
1. Definisi / Deskripsi Kebutuhan
Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi energetik
atau keadaan bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada
waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik
oleh klien maupun perawat.
Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, banyak
aspek-aspek pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat antara lain :
gerakan setiap persendian, postur tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang
dalam melakukan suatu aktivitas.
2. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, ligament,
tulang, kartilago, persendian, dan bursa. Semua struktur ini bekerja bersama-
sama untuk menghasilkan gerakan. Ada tiga jenis otot utama pada manusia,
yaitu : otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Dari ketiga otot tersebut,
otot yang paling berpengaruh untuk aktivitas atau pergerakan yaitu otot
rangka.
Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas
yang disebut fasikel, semakin besar otot semakain banyak serabutnya.
a. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan tersusun
dari 260.000 serabut.
b. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari
1.500 serabut.
Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem muskuloskeletal yaitu :
a. Molekul aktin tersusun dari tiga protein
1) F- aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang
berpilin satu sama lain.

1
2) Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi
subunit aktin dan melapisi sisi yang berkaitan dengan crossbridge
miosin.
3) Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan
menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin.
4) Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik
dan dua pasang rantai ringan.
a) Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua
kepala protein globular atau crossbridge, menonjol di salah satu
ujungnya.
b) Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filament tipis.
Setiap crossbridge memiliki sisi pengikat aktin, sisi pengikat
ATP, dan aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis aktivitas
ATP).
c) Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen
tebal dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan
kepala globularnya menghadap ke ujungnya.
Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin
berikatan dengan kepala miosin.
Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau endosketeleton.
Sistem rangka yang tersusun dari beragam jenis tulang tidak dapat bergerak
secara aktif. Akan tetapi, aktivitas otot yang melekat pada tulang
menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh sebab itu, rangka (tulang)
dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal sebagai alat gerak
aktif.
Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot mengalami
pembesaran. tendon merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan otot
dengan periosteum ( membrane fibrosa yang menutupi tulang ). Tendon
menyebabkan tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet berkontraksi. Ligamen
merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang mengikat antara

2
satu tulang dengan tulang lain, juga membantu tulang untuk bergerak. Tulang
diklasifikasikan menurut bentuk dan lokasinya.
a. Menurut bentuknya :
1. tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)
2. tulang pendek (karpal dan tarsal)
3. tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
4. tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)
5. tulang sesamoid ( patella)
b. Menurut lokasinya :
1. tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang rusuk, dan
sternum)
2. tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna,
metacarpal, tulang pelvis, femur, patella, fibula, dan metatarsal)
3. Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun pada substansi yang
kuat dan berfungsi untuk menyokong pada beberapa bagian tubuh,
seperti saluran pendengaran, dan bagian invertebrata. Persendian
merupakan pertemuan antara dua atau lebih dan setiap persendian
mempunyai rentang gerak yang bervaskularisasi. Bursa merupakan
kantong cairan synovial yang terletak pada lokasi gesekan di sekitar
persendian antara tendon, ligament, dan tulang. Fungsinya untuk
mengurangi tekanan pada struktur yang saling bersinggungan.
3. Factor – factor yang mempengaruhi fungsi system muskuloskeletal
a. Merokok, cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek, dengan
pernafasan yang pendek, gerakpun harus di batasi, dan juga dapat
muncul intoleransi aktivitas.
b. Multiple aklerosis / cidera pada saraf tulang belakang
c. Klien post operasi, cenderung membatasi gerakannya
d. usia
4. Macam – macam gangguan aktivitas
a. Fraktur
b. Gout

3
c. Arthritis oleh bakteri
d. Cidera jaringan lunak / keras

B. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas


dan Latihan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat aktivitas dan olah raga
2) Toleransi aktivitas
3) Jenis dan frekuensi olah raga
4) Faktor yang mempengaruhi mobilitas
5) Pengararuh imobilitas
b. Pemeriksaan Fisik : Data Focus
1) Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
inspeksi pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna mengamati:
a) bahu dan pinggul sejajar
b) jari - jari kaki mengarah kedepan
c) tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain
2) Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera
akibat jatuh.
a) Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
b) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
c) Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di
sisi yang berlawanan
d) Gaya berjalan halus, terkoordinasi

4
3) Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian
rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji
yaitu :
a) Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
b) Deformitas
c) Adanya nyeri tekan
d) Krepitasi
e) Peningkatan temperature di sekitar sendi
f) Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi
g) Derajat gerak sendi
4) Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
a) Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien
untuk bergerak
b) Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )
c) Keseimbangan dan koordinasi klien
d) Adanya hipotensi ortostatik
e) Kenyamanan klien
5) Kekuatan dan massa otot
mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak,
langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera
tubuh baik pada klien maupun perawat.
Tingkatan kekuatan otot

Skala Kekuatan Ciri-ciri


(%)
0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya
kontraksi

5
P 2 25 Gerakan otot penuh menentanggravitasi, dengan
e sokongan
r 3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
a 4 75 Gerakan normal penuh menentang gravitasi
w dengan sedikit tahanan
a 5 100 Gerakan normal penuh menentang gravitasi
t dengan tahana penuh

c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto rontgen
Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan
perubahan hubungan tulang.
b) CT scan tulang
Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit untuk dievaluasi (mis: asetabulum).
c) MRI
Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang).
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi mengenai
masalah musculoskeletal primer atau komplikasi yang terjadi
(infeksi).
b) Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan
akibat trauma).
2. Diagnosa keperawatan
1) Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivits
a) Definisi
Risiko untuk mengalami ketidakcukupan energy secara fisiologis
atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari yang
dibutuhkan atau diperlukan.

6
b) Batasan Karakteristik / faktor resiko
(1) Tidak berpengalaman dalam beraktivitas
(2) Terdapat masalah sirkulasi / respirasi
(3) Riwayat intoleransi
c) Faktor – Faktor yang Berhubungan
(1) Gangguan kardiovaskular
2) Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
a) Definisi
Ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam
memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau
diperlukan.
b) Batasan Karakteristik
(1) Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan
(2) Respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan
darah abnormal
(3) Perubahan EKG menunjukan aritmia atau disritmia
(4) Dispneu dan ketidaknyamanan
c) Faktor – Faktor yang Berhubungan
(1) Tirah baring atau imobilisasi
(2) Kelemahan secara menyeluruh
(3) Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
(4) Gaya hidup yang menetap
3) Diagnosa 3 :gangguan mobilitas fisik
a) Definisi
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu
atau pada satu atau lebih ekstremitas . Suatu kondisi dimana
individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya secara
total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas.
b) Batasan Karakteristik
(1) Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin

7
(2) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik
kasar
(3) Keterbatasan kemampuan melakukan ketererampilan
motorik halus
(4) Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
(5) Keterbatasan ROM
(6) Sulit berbalik
(7) Perubahan gaya berjalan (missal menjadi pelan, sulit
memulai langkah, kaki diseret, goyah pada posisi lateral)
(8) Penurunan waktu reaksi
(9) Gerakan menjadi napas pendek
(10) Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan
perhatatian dalam aktivitas lain, mengontrol perilaku, focus
dalam tidak mampu beraktivitas)
(11) Gerak lambat
(12) Gerakan menyebabkan tremor
c) Faktor – Faktor yang Berhubungan
(1) Pengobatan
(2) Terapi pembatasan gerak
(3) Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
(4) IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
(5) Kerusakan sensori persepsi
(6) Nyeri, tidak nyaman
(7) Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
(8) Depresi mood atau cemas
(9) Kerusakan kognitif
(10) Penurunan kekuatan otot, control, dan massa
(11) Keengganan untuk memulai gerak
(12) Gaya hidup menetap, tidak fit
(13) Malnutrisi umum atau spesifik
(14) Kehilangan integritas struktur tulang

8
(15) Keterlambatan perkembangan
(16) Kekakuan sendi atau kontraktur
(17) Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
(18) Berhubungan dengan metabolisme seluler
(19) Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social
(20) Kepercayaaan terhadap budaya berhubungan dengan
aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1
1) Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah teratasi
2) Kriteria Hasil :
a) berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
b) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
c) menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

Intervensi Rasional
1) kaji respon klien terhadap aktivitas, 1) Membantu dalam respon fisiologi
perhatikan frekuensi nadi lebih dari terhadap stress aktivitas dan, bila
20 kali per menit diatas frekuensi ada merupakan indicator dari
istirahat ; peningkatan TD yang kelebihan kerja yang berkaitan
nyata selama/sesudah aktivitas dengan tingkat aktivitas.
(tekanan sistolik meningkat 40
mmHg atau tekanan diastolic
meningkat 20 mmHg) ; dispnea atu
nyeri dada ; keletihan dan
kelemahan yang berlebihan ;
diaphoresis ; pusing/pingsan.

2) Instruksikan pasien tentang teknik 2) Teknik menghemat energi


penghematan energi, mis : mengurangi pengurangan energi,

9
penggunaan kursi roda saat mandi, juga membantu keseimbangan
duduk ssat menyisir rambut, antara suplai dan kebutuhan
melakukan aktivitas dengan oksigen.
perlahan.

3) Berikan dorongan untuk melakukan 3) Kemajuan aktivitas bertahap


aktivitas / perawatan diri bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
jika dapat ditoleransi. Berikan tiba-tiba. Memberikan bantuan
bantuan sesuai kebutuhan. hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas

b. Diagnosa keperawatan 2
1) Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
masalah teratasi
2) Kriteria Hasil :
a) berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
b) melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
c) menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi Rasional
1) kaji respon klien terhadap aktivitas, 1) Membantu dalam respon fisiologi
perhatikan frekuensi nadi lebih dari terhadap stress aktivitas dan, bila
20 kali per menit diatas frekuensi ada merupakan indicator dari
istirahat ; peningkatan TD yang kelebihan kerja yang berkaitan
nyata selama/sesudah aktivitas dengan tingkat aktivitas.
(tekanan sistolik meningkat 40
mmHg atau tekanan diastolic
meningkat 20 mmHg) ; dispnea atu
nyeri dada ; keletihan dan
kelemahan yang berlebihan ;

10
diaphoresis ; pusing/pingsan.

2) Instruksikan pasien tentang teknik 2) Teknik menghemat energi


penghematan energi, mis : mengurangi pengurangan energi,
penggunaan kursi roda saat mandi, juga membantu keseimbangan
dduduk ssat menyisir antara suplai dan kebutuhan
rambut,melakukan aktivitas dengan oksigen.
perlahan.

3) Berikan dorongan untuk melakukan 3) Kemajuan aktivitas bertahap


aktivitas / perawatan diri bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
jika dapat ditoleransi. Berikan tiba-tiba. Memberikan bantuan
bantuan sesuai kebutuhan. hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas

c. Diagnosa Leperawatan 3
1) Tujuan: Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam
masalah teratasi
2) Kriteria Hasil :
a) Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya
tahan ekstremitaskatkan
b) Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu
mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang
c) Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan
kemampuan untuk beraktivitas
Intervensi Rasional
1) Identifikasi factor-faktor yang 1) Memberikan kesempatan untuk
mempengaruhi kemampuan untuk memecahkan masalah untuk
aktif, seperti temperature yang mempertahankan atau meningkatkan

11
sangat tinggi, insomnia, pemasukan mobilitas.
makanan yang tidak adekuat.

2) Anjurkan klien untuk melakukan 2) Meningkatkan kemandirian dan rasa


perawatan diri sendiri, sesuai dengan control diri, dapat menurunkan
kemampuan maksimal yang dimiliki perasaan tidak berdaya.
klien.

3) Lakukan perubahan posisi secara 3) Menurunkan tekanan terus menerus


teratur ketika klien tirah baring di pada daerah yang sama, mencegah
tempat tidur atau dikursi. kerusakan kulit. Meminimalkan
spasme fleksor lutut dan panggul.

4) Konsultasikan dengan ahli terapi 4) Bermanfaat dalam mengembangkan


fisik atau terapi kerja program latihan individual dan
mengidentifikasi kebutuhan alat
untuk menghilangkan spasme otot,
meningkatkan fungsi motorik,
menurunkan atrofi, dan kontraktur
pada system musculoskeletal.

12
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal ; Nurul Cahyati. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC
NANDA 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan. EGC, Jakarta
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai