Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

PEMERIKSAAN BNO-IVP

OLEH:

Annisa Kamilah 03012027


Ariel Ardinda 03012130
Efi Purwanti 03013066
Libry Selviana 03011166

PEMBIMBING:
dr. Partogi, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


PERIODE 19 FEBRUARI– 24 MARET 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “Pemeriksaan BNO-IVP”.
Referat ini dibuat untuk memenuhi sebagian tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Dalam penulisan referat
ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis berkat doa, kasih sayang dan dukungan yang tiada
hentinya yang telah diberikan kepada penulis.
2. dr.Partogi, Sp. Rad selaku dokter pembimbing yang telah senantiasa bersabar
dalam membimbing penulis serta bersedia menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran juga memberikan kritik dan saran sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Teman–teman sejawat kepaniteraan klinik ilmu radiologi yang telah
memberikan bantuan dan dukungan selama kepaniteraan klinik ilmu
radiologi.
Penulis menyadari penyusuan referat ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari saudara-
saudari yang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan referat ini.

Jakarta, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
2.1 Definisi ....................................................................................................... 2
2.2 Persiapan Pasien ........................................................................................... 2
2.3 Indikasi .......................................................................................................... 2
2.4 Kontraindikasi ............................................................................................... 3
2.5 Prosedur Pemeriksaan ................................................................................. 4
2.6 Aspek Penilaian BNO-IVP ........................................................................... 5
2.7 Gambaran BNO-IVP dengan Kelainan ........................................................ 6
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 15

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Foto BNO-IVP polos......................................................................... 6


Gambar 2. Foto Menit ke-5 ................................................................................. 7
Gambar3. Foto Menit ke-15 ................................................................................ 7
Gambar 4. Foto Menit ke- 20-30 ........................................................................ 8
Gambar 5. Foto Menit ke- 60 atau lebih ............................................................. 8
Gambar 6. Gambar Foto Post Void ..................................................................... 9
Gambar 7. Gambaran Radiologis Nefrolithiasis ................................................. 10
Gambar 8. Batu radiolusen pada pelvis dan kalik ginjal kiri, pada PIV ............. 10
Gambar 9. Batu radiolusen di kalik tengah ginjal kiri pada PIV ........................ 11
Gambar 10. Gambaran Radiologis Hidronefrosis ............................................... 12
Gambar 11. Hidronefrosis kanan disebabkan oleh batu kanan pada PIV ........... 12
Gambar 12. Gambaran Radiologis BPH ............................................................. 13
Gambar 13. Hipertrofi prostat yang memberikan kelaianan pada buli-buli........ 13
Gambar 14. Tumor ganas primer buli-buli, pada sistogram ............................... 14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Radio – opasitas Jenis Batu Saluran Kemih ......................................... 5

4
5
6
BAB I

PENDAHULUAN

Cara-cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai


cra, salah satunya dengan intravena pyelografi (IVP) dan setiap pemeriksaan
traktus urinarius sebaiknya didahului oleh foto polos abdomen. Yang harus di
perhatikan pada foto ini adalah bayangan, besar (ukuran ), dan posisi kedua ginjal.
Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, baru radioopak dan
perkapuran dalam ginjal

Intravena pyelografi (IVP) merupakan pemeriksaaan dasar dari


pemeriksaan radiologis traktus urinarius dengan menggunakan media kontras.
Pemeriksaan ini dianggap menguntungkan karena dapat menunjukkan seluruh
system traktus urinarius.

IVP digunakan untuk menemukan berbagai kelainan termasuk frekuensi


berkemih yang terlalu sering, nyeri pada punggung bagian bawah, dapat juga
mendeteksi masalah pada traktus urinarius seperti batu ginjal, pembesarah prostat,
tumor pada ginjal, ureter, dan vesica urinaria.1

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk mengetahuikelainan-


kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria.

IVP atau Intra Venous Pyelography merupakan pemeriksaan radiografi padasistem


urinaria (dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras melaluipembuluh darah
vena.1

2.2 Persiapan

Pemeriksaan PIV memerluksn persiapan, yaitu malam sebelum


pemeriksaan diberikan kastor oli (catharsis) atau laksans untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal. Pasien dipuasakan dari jam 10
malam sebelum pemeriksaan untuk mendapatkan dehidrasi ringan. Sebelum
pasien disuntik urografin 60mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan.
Dapat berupa pengujian subkutan. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras,
pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.

Dosis urografin 60mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. jika perlu dapat
diberikan dosis rangkap yaitu 40 ml.1

2.3 Indikasi2

 Mengevaluasi fungsi normal ginjal


 Mengevaluasi anatomi atau kelainan kongenital pada ginjal
 Mengevaluasi aliran ureter
 Mendeteksi dan mengetahui lokasi obstruksi ureter (urolitiasis)
 Menilai adanya penyakit penyerta di traktus lebih tinggi pada pasien
dengan karsinoma sel transisi pada vesika urinaria

2
2.4 Kontraindikasi2

1. Alergi: Riwayat reaksi alergi seperti sebelumnya terhadap media kontras


dikaitkan dengan kenaikan hingga 5 kali lipat dalam kemungkinan
mengalami reaksi selanjutnya. Selain itu, setiap pasien dengan predileksi
terhadap reaksi alergi dapat menjadi predisposisi mereka terhadap reaksi
setelah pemberian media kontras. Dengan meningkatnya risiko anafilaksis
yang mengancam jiwa yang parah terkait dengan pemberian media kontras
dalam setting sejarah atopi, risiko versus manfaat harus didiskusikan
sebelum mengikuti prosedur ini. Regimen premedikasi dapat digunakan
untuk mengurangi risiko anafilaksis.
2. Asma: Riwayat asma mungkin menunjukkan kemungkinan terjadinya
reaksi kontras yang lebih tinggi.
3. Status jantung: Perhatian harus diberikan pada pasien dengan penyakit
jantung yang signifikan (gagal jantung kongestif, stenosis aorta,
kardiomiopati berat, dan / atau hipertensi pulmonal), karena volume dan
osmolalitas bahan kontras yang lebih tinggi dapat menyebabkan
peningkatan risiko reaksi kontra
4. Insufisiensi ginjal: Kontras nefrotoksisitas didefinisikan sebagai
kemunduran fungsi ginjal yang cepat setelah pemberian media kontras,
bila tidak ada etiologi lain yang dapat ditentukan dari catatan klinis. Faktor
risiko utama predisposisi termasuk insufisiensi ginjal yang sudah ada
sebelumnya (didefinisikan sebagai kadar kreatinin serum> 1,5 mg / dL)
dan diabetes.

3
2.5 Prosedur Pemeriksaan BNO-IVP3

1. Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan pasien.

2. Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui intravena 1


cc saja, diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis.

3. Jika tidak ada reaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan dengan memasang
alat compressive ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan dan kiri.

4. Setelah itu lakukan foto nephogram dengan posisi AP supine 1 menit setelah
injeksi media kontras untuk melihat masuknya media kontras ke collecting
sistem, terutama pada pasien hypertensi dan anak-anak.

5. Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan


ukuran film 24 x 30 untuk melihat pelviocaliseal dan ureter proximal terisi media
kontras.

6. Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan film


24 x 30 mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi
media kontras.

7. Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat gambaran


bladder terisi penuh media kontras. Film yang digunakan ukuran 30 x 40.

8. Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi,


biasanya dibuat foto blast oblique untuk melihat prostate (umumnya pada pasien
yang lanjut usia).

9. Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak
normal) pada kasus pos hematuri.

4
2.6 Aspek Penilaian BNO-IVP(1,4)
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah bayangan,
besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista
dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas
otot Psoas kanan dan kiri.
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu – batu berjenis kalsium oksalat atau
kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis
lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak / radiolusen. Jenis-jenis batu
yang ditemukan dalam traktus urinarius umumnya adalah kalsium oksalat, fosfat,
tripel fosfat, asam urat, sistin, disertai papilla yang mengapur. Nefrokalsinosis,
nefrokalsinosis-medula, hiperparatiroidisme, asidosis tubuli ginjal, dan
hiperoksalmia, daapat pula ditemukan, penyebab lain dari perkapuran fokal ginjal
adalah trauma, tuberculosis, kista hidatit, sistosomiasis, perkapuran pembuluh
darah, dan perkapuran tumor.4

JENIS BATU RADIO - OPASITAS

KALSIUM OPAK

MAP SEMI OPAK

URAT/SISTIN NON OPAK

Tabel 1. radio – opasitas jenis batu saluran kemih

Penilaian batu ginjal, penting diperhatikan:1

a. jumlah, densitas, dan bayangan batu


b. lokasi
c. komplikasi (obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur)
d. terjadinya anomali

5
e. nefrokalsinosis

Gambar 1. Foto BNO-IVP polos

Menurut Meschan, digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah


penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan jarak
waktu setelah disuntik kontras intravena, masing-masing adalah :
1. Empat sampai 5 menit :
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada
pertengahan proccecus xyphoideus dan pusat. Foto ini untuk melihat
perjalanan kontras mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai ukuran
kaset 24 x 30 cm dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen. Penekanan ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan
kontras media tetap berada pada sistem pelvikalises dan bagian ureter
proksimal. Penekanan ureter diketatkan setelah dilakukan pengambilan
foto menit kelima.

6
Gambar 2. Foto menit ke-5

2. Delapan sampai 15 menit


Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima
kurang baik, maka foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan
tomografi untuk memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm
mencakup gambaran pelviokaliseal, ureter dan buli-buli mulai terisi media
kontras dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen,
pertengahan di antara proccesus xyphoideus dengan umbilicus.

Gambar 3. Foto menit ke-15


3. Duapuluh lima sampai 30 menit
Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan
menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit

7
setelah menit ke -30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan bahan
kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen.

Gambar 4. Foto menit ke-20 – 30

4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x
40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi
dan dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di
foto kembali. Jika dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan
biasanya dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-posterior sama
seperti foto abdomen

8
Gambar 5. Foto menit ke 60 atau lebih
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void.
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau
erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-
buli. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya ren mobile
(perpindahan posisi ginjal yang tidak normal) pada kasus posthematuri.

Gambar 6. Foto Post Void

2.7 Gambaran Radiologis BNO-IVP dengan Kelainan(1,4)


a. Nefrolithiasis
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari
jenis apa yang ditemukan. Neprolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau
lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.
Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni. Pada yang
radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu
ginjal bila diambil foto dua arah.
Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,
sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu

9
ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan
bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu
berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak
berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan
pielografi retrograd.

Gambar 7. Gambaran Radiologis Nefrolithiasis

Gambar 8. Batu radiolusen pada pelvis dan kalik ginjal kiri, pada PIV

10
Gambar 9. Batu radiolusen di kalik tengah ginjal kiri pada PIV
b. Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung
kemih yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks
ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.
Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang
sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali
ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam
daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan
ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhirnya,
tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal
sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
Pemeriksaan UIV akan menghasilkan sebuah gambaran yang disebut
dengan pielogram. Pada pielogram normal, akan didapatkan gambaran bentuk
kedua ginjal seperti kacang. Kutub atas ginjal kiri setinggi vertebra Th11, batas
bawahnya setinggi korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira – kira 2 cm
lebih rendah daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak, dan
pergerakan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral
sejajar dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal,
ginjal menjadi lebih jelas terlihat.
Hal ini terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renis lalu
dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya berjumlah 2 buah. Dari kalik mayor
dilanjutkan dengan kalik minor yang jumlahnya antara 6 – 14 buah. Kedua ureter

11
berjalan lurus dari pelvis renis ke daerah pertengahan sakrum dan berputar ke
belakang lateral dalam suatu arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam dan
depan untuk memasuki trigonum vesika urinaria. Tiga tempat penyempitan ureter
normal adalah pada ureteropelvical junction, ureterovesical junction, dan
persilangan pembuluh darah iliaka.

Gambar 10. Gambaran Radiologis Hidronefrosis

Gambar 11. Hidronefrosis kanan disebabkan oleh batu kanan pada PIV
c. Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
Benign prostatic hyperplasia (BPH), atau yang biasa juga disebut benign

12
prostatic hypertrophy, adalah suatu neoplasma jinak (hiperplasia) yang
mengenai kelenjar prostat. Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen
kelenjar, stroma dan muskuler. Penyakit ini ditandai dengan pembesaran yang
progresif dari kelenjar prostat yang berakibat pada obstruksi pengeluaran kandung
kemih dan peningkatan kesulitan berkemih.Gambaran radiologi pada IVP/IVU
pada BPH adalah adanya indentasi buli-buli (pendesakan buli-buli oleh kelenjar
prostat) dan ureter di sebelah distal berbentuk seperti mata kail atau fish hooked
appearance.

Gambar 12. Gambaran Radiologis BPH

Gambar 13. Hipertrofi prostat yang memberikan kelaianan pada buli-buli

13
c. Karsinoma Buli
Karsinoma buli/kandung kemih merupakan suatu penyakit keganasan yang
mana sel-sel yang melapisi kandung kemih kehilangan kemampuan dalam
mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel-selnya. Penyebab tumor urotelial
adalah faktor pekerjaan. Tidakadanya perlindungan terhadap zat warna anilin,
karet, dan zat kimia lainnya. Pada pria perokok terdapat insiden karsinoma buli-
buli yang tinggi. Secara histologik terdapat 3 tipe sel tumor transisional. Padat,
papiler, dan karsinoma insitu.
Suatu pertumbuhan yang abnormal ini akan menghasilkan suatu
kelompok sel-sel yang kemudian membentuk tumor. Pemeriksaan IVP dapat
mendeteksi adanya tumor buli berupa filling deffect. Didapatkannya hidroureter
atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda tanda adanya infiltrasi tumor ke
ureter atau muara ureter.

Gambar 14. Tumor ganas primer buli-buli, pada sistogram

14
BAB III

KESIMPULAN

Untuk penatalaksanaan pemeriksaan IVP, diperlukan berbagai macam persiapan,


antara lain memahami indikasi pemeriksaan IVP, antara lain seperti kecurigaan
kelainan pada traktus urinarius, sehingga pemeriksaan IVP tersebut tepat guna dan
tidak mubazir. memahami kontraindikasi pemeriksaan IVP, memahami efek
samping dari pemeriksaan IVP, antara lain berupa efek samping karena kontras
maupun paparan radiasi sinar-X. memahami syarat-syarat pemeriksaan IVP.
Memahami persiapan dari segi pasien sebelum IVP dilaksanakan, antara lain
berupa puasa, urus-urus, dan mengurangi aktivitas yang mampu meningkatkan
udara dalam tubuh. memahami langkah-langkah IVP secara terorganisir.
Mengetahui waktu-waktu spesifik untuk pengambilan foto IVP (5’, 15’, 30’, 60’
dan lainnya).

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad, S. 2016. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2. Shetty A, Waerakkody Y, et al. Intravenous Urography. [Online, 2014].
Available at: https://radiopaedia.org/articles/intravenous-urography
3. Dyer RB, Chen MY, Zagoria RJ. 2001. “Intravenous urography: technique and
interpretation”. Radiographics. 21(4):799-821
4. Purnomo, Basuki.2003. Dasar – Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai