Anda di halaman 1dari 30

KASUS PELANGGARAN KODE ETIK KEPERAWATAN

“Sidak ke RS, Dokter dan Perawat Tidur, Gubernur Zumi Zola Ngamuk”

Untuk memenuhi

Tugas mata kuliah Etika Keperawatan

Oleh:

Doni Nurdiansyah

DIII Keperawatan

Kelas Kasuari
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang “Kasus Pelanggaran Kode Etik Keperawatan”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Kasus Pelanggaran
Kode Etik Keperawatan” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Malang, 10 November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Teori Etika Keperawatan 3

2.2 Kode Etik Keperawatan 4

2.2.1 Kode Etik International Council of Nurses 5

2.2.2 Kode Etik American Nurses Association 6

2.2.3 Kode Etik Canadian Nurses Association Klien 7

2.2.4 Kode Etik Perawat Indonesia 8

2.3 Masalah/Etik Issu Keperawatan 12

2.3.1 Dilema Etik 15

2.4 Pengambilan Keputusan Etis 17

BAB III PENUTUP 21

3.1 Kesimpulan 21

3.2 Saran 21

Daftar Pustaka 22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,


yang ikut berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
yang dilaksanakan pada berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit
maupun di komunitas. Keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang
dianggap sebagai kunci keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit, karena selain
jumlahnya yang paling besar jika dibandingkan dengan profesi lain, juga karena
selama duapuluh empat jam perawat harus selalu berada di smaping klien. Sebagai
seorang profesional, perawat bertanggung jawab dan mengemban tanggung gugat
untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang asuhan
keperawatan yang diberikan.

Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus
memahami dan mampu menerapakan pelayanan keperawatan sesuai dengan filosofi
yang dianut. Pada dasarnya dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas ada tiga
pokok penting, antara lain: pendekatan sikap berkaitan dengan kepedulian pada
klien, upaya untuk melayani dengan tindakan terbaik, serta tujuan untuk
memuaskan klien yang berorientasi pada standar pelayanan. Pelayanan dapat
dikatakan berkualitas apabila dapat memnuhi hak-hak klien yang telah disepakati
oleh komunitas profesi itu sendiri, dan pemenuhan hak-hak klien sangat bergantung
pada kompetensi profesional tenaga keperawatannya. Perawat dapat dikatakan
profesioanl apabila telah memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu kompetensi
intelektual, interpersonal, dan tehnikal, serta berlandaskan pada etika profesi.

Oleh karena itu, seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan,


standar praktik, dan kode etik untuk melindungi masyarakat, serta memajukan
profesinya.

1
1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis
ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut
antaralain:

1. Bagaimana teori etika keperawatan?

2. Bagaimana kode etik keperawatan?

3. Apa saja issu etika keperawatan?

4. Bagaimana pengambilan keputusan etis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan tentang teori etika keperawatan.

2. Untuk menjelaskan tentang kode etik keperawatan.

3. Untuk menjelaskan tentang issu etika keperawatan.

4. Untuk menjelaskan tentang pengambilan keputusan etis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Etika Keperawatan

Dalam lietratur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai


moralitas, pengakuan kewenangan, kepatuhan dan peraturan, etika sosial, loyal
pada rekan kerja, serta bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan.
Untuk menjadi seorang profesional yang mampu berpartisipasi secara aktif dalam
dimensi etik praktik keperawatan, perawat harus secara terus-menerus
mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka, mencari
dukungan dari sumber profesional yang ada, serta mengembangkan kemampuan
dalam bidang etik.

Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi perawat bersumber dari


pernyataan Florence Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge), yang
berbunyi sebagai berikut.

3
“Saya sungguh-sungguh berjanji pada Tuhan dan demi keberadaan majelis ini,
untuk menjalani hidup saya dalam kesucian dan melaksanakan profesi saya dengan
setia”

“Saya akan pantang melakukan apapun yang merugikan atau mencelakakan,


dan tidak akan mengambil atau dengan sengaja memberikan obat yang
berbahaya”

“Dengan segala upaya, saya akan mengangkat standar profesi saya dan akan
menjaga kepercayaan semua hal yang bersifat pribadi, yang diberikan untuk saya
jaga, dan semua affair keluarga yang saya ketahui dalam praktik panggilan saya”

Selanjutnya pernyataan tersebut dianggap sebagai ikrar profesi keperawatan


pada masyarakat. Perawat mengemban identitas profesional dengan berikrar untuk
mengerti, menerjemahkan dan memperluas pohon pengetahuan, mengkritik dan
mengatur diri dengan disiplin yang sama, serta membudayakan sikap dan tingkah
laku terpuji yang kemudian dijadikan sebagai acuan.

Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum ada
dua teori penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism dan
Deontologi.

1. Teori Utilitarianism

Sumijatun (2009), utilitarianism merupakan salah satu teori spesifik dari


teleologi yang lebih mencerminkan pada pengambilan keputusan yang terbaik
dari sejumlah pilihan atau tindakan yang dianggap oleh sebagian besar orang
baik. Selain itu juga dilihat ketepatan dan kuatnya alasan mengapa pilihan atau
tindakan tersebut dilakukan. Sedangkan Teleologi sendiri pada umumnya lebih
banyak melihat pada konsekuensi kegiatan yang dapat dinyatakan benar dan
salah. Dalam Huda M., 2008, dikatakan bahwa etika teleologi mengukur baik
buruknya suatu tindakan itu, atau berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna.
Oleh karena itu etika teleologi juga diidentikkan dengan teori utillitarian, yakni
baik buruknya sesuatu berdasarkan sifat berguna atau tidaknya. Utulitarianism
adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada konsekuensi dan lebih
mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan mendatangkan
kebahagiaan untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi kerugian yang
sedikit atau minimal. Kesenangan seseorang sangat diperhatikan,
4
mempertimbangkan tindakan yang alami, dan dihubungkan dengan
prinsip-prinsip tanpa memikirkan posisi seseorang atau konsekuensi dari suatu
tindakan.

2. Teori Deontologi

Deon berasal dari kata Yunani yang artinya adalah kewajiban yang akan
dilakukan tidak mengukur baik buruknya suatu perbuatan/tindakan berdasarkan
hasil/dampaknya, melainkan berdasarkan maksud pelaku dalam melaksanakan
perbuatan tersebut. Pendekatan deontologi berfokus pada kegiatan atau ukuran
moral, pengambilan keputusan dengan pendekatan deontologi akan selalu
menjaga pada ukuran itu sendiri. Keputusan diambil dengan
mempertimbangkan keadaan pada saat itu dan dibandingkan dengan
dampaknya apabila keputusan tesebut diambil.

2.2 Kode Etik Keperawatan

Kode etik dari bahasa Latin codex yang berarti himpunan, kode etik adalah
usaha meghimpun apa yang tersebar serta menghimpun norma-norma yang
disepakati dan ditetapkan oleh dan untuk anggota profesi tertentu.

Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang


menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang
konsekuen dan absolut. Landasan utama dalam kode etik adalah prinsip
penghargaan terhadap orang lain yang diikuti dengan prinsip otonomi yang
menempatkan klien sebagai fokus dari keputusan yang rasional. Kode etik
keperawatan dari berbagai sumber yaitu:

2.2.1 Kode Etik International Council of Nurses

Tanggung jawab dasar bagi seorang perawat terbagi menjadi empat,


yaitu meningkatakan kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki
kesehatan, dan mengurangi penderitaan.

Kebutuhan terhadap keperawatan bersifat universal. Perawat


memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, komunitas,
serta mengoordinasi pelayanan mereka dengan kelompok yang terkait.

Perawat dan Individu

5
1. Tanggung jawab utama perawat adalah pada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.

2. Perawat dalam memberikan perawatan, meningkatkan kondisi di mana


kebiasaan dan kepercayaan individu bersangkutan dihargai.

3. Perawat menjaga kerahasiaan informasi pribadi serta menggunakan


pertimbangan dalam membagi informasi tertentu.

Perawat dan Praktik

1. Perawat memiliki tanggung jawab pribadi pada praktik keperawatan


dan dalam mempertahankan kompetensi dengan terus belajar.

2. Perawat mempertahankan standar asuhan keperawatan tertinggi yang


mungkin dalam realita situasi tertentu.

3. Perawat menggunakan pertimbangan dalam hubungannya dengan


kompetensi individual ketika menerima dan mengalihkan tanggung
jawab.

4. Ketika bertindak dalam kapasitas profesional, seorang perawat harus


selalu mempertahankan standar perilaku pribadi yang merefleksikan
kemampuan dalam profesinya.

Perawat dan Masyarakat

Perawat dan anggota masyarakat lainnya membagi tanggung jawab


untuk mengadakan dan mendukung tindakan dalam memenuhi kebutuhan
sosial dan kesehatan penduduk.

Perawat dan Sejawat

Perawat mendukung hubungan kooperatif dengan rekan sekerja dalam


keperawatan dan dari bidang lain. Perawat mengambil tindakan yang
diperlukan untuk melindungi individu ketika perawatannya terancam oleh
rekan sekerja atau orang lain.

Perawat dan Profesi

1. Perawat memainkan peran utama dalam menetapkan dan


mengimplementasikan standar yang diharapkan dalam praktik
keperawatan dan pendidikan keperawatan.
6
2. Perawat turut aktif dalam pengembangan inti pengetahuan profesional.

3. Perawat bertindak dalam organisasi profesi, berpartisipasi dalam


menetapkan serta mempertahankan kondisi kerja sosial dan ekonomi
yang wajar dalam keperawatan.

2.2.2 Kode Etik American Nurses Association

1. Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai martabat manusia


dan keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial atau
ekonomi, kepribadian, atau sifat masalah kesehatan.

2. Perawat melindungi hak terhadap kerahasiaan informasi tertentu.

3. Perawat bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat ketika


perawatan kesehatan dan keamanan dipengaruhi oleh praktik yang
tidak kompeten, tidak berdasarkan etik, atau bersifat ilegal terhadap
siapapun.

4. Perawat memikul tanggung jawab dan tanggungan gugat untuk


tindakan dan pertimbangan keperawatan individual.

5. Perawat mempertahankan kompetensi dalam keperawatan.

6. Perawat melatih pertimbangan dan menggunakan kompetensi serta


kualifikasi individual sebagai kriteria dalam mencari konsultasi,
menerima tanggung jawab, dan menyerahkan aktivitas keperawatan
kepada orang lain.

7. Perawat berpartisipasi dalam aktivitas membantu pengembangan


pengetahuan profesi.

8. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melakukan implementasi


serta meningkatkan standar keperawatan.

9. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melindungi masyarakat


dari terjadinya salah informasi dan salah interpretasis serta
mempertahankan integritas keperawatan.

10. Perawat melakukan kerjasama dengan anggota profesi kesehatan lain


masyarakat dalam meningkatkan usaha komunitas dan nasional untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan umum.

7
2.2.3 Kode Etik Canadian Nurses Association

Klien

- Nilai I: menghargai kebutuhan dan nilai klien

Seorang perawat memperlakukan klien dengan menghormati


kebutuhan dan nilai mereka.

- Nilai II: menghargai pilihan klien

Berdasarkan penghargaan dan hak klien untuk mengontrol


perawatan mereka sendiri, asuhan keperawatan merefleksikan
penghargaan hak untuk memilih yang dimiliki klie.

- Nilai III: kerahasiaan

Perawat memegang kerahasiaan seluruh informasi mengenai klien


yang dipelajari dalam lingkungan perawatan kesehatan.

- Nilai IV: harga diri klien

Perawat dipandu dalam menghargai harga diri klien.

- Nilai V: kompetensi asuhan keperawatan

Perawat memberikan perawatan yang kompeten kepada klien.

Peran dan Hubungan Keperawatan

- Nilai VI: praktik, pendidikan, penelitian, dan administrasi keperawatn

Perawat mempertahankan rasa percaya dalam perawatan dan


keperawatan.

- Nilai VII: kerja sama dalam asuhan keperawatan

Perawat menghargai dukungan dan keahlian rekan sejawat dalam


keperawatan dan bidang lainnya sebagai sesuatu yang penting untuk
perawatan kesehatan yang baik.

- Nilai VIII: perlindungan terhadap klien dari ketidak percayaan

Perawat melakukan langkah-langkah untuk meyakinkan bahwa


klien menerima perawatan yang profesional dan etis.

- Nilai IX: kondisi kepegawaian


8
Kondisi kepegawaian harus dilakukan dengan cara yang positif,
untuk perawatan klien dan kepuasan profesional perawatan.

- Nilai X: tindakan kerja

Tindakan kerja yang dilakukan oleh perawat ditujukan pada


kondisi melindungi kepegawaian sehingga memungkinkan perawatan
yang aman dan layak bagi klien dan meningkatkan kepuasan
profesional perawat.

Etik Keperawatan masyarakat

- Nilai XI: edvokasi terhadap minat klien, komunitas, dan masyarakat

Perawat melindungi minat klien.

- Nilai XII: menunjukkan nilai dan etik keperawatan

Perawat menunjukkan nilai dan etik keperawatan pada rekar kerja


dan orang lain.

Profesi Keperawatan

- Nilai XIII: tanggung jawab asosiasi perawat profesional

Organisasi perawat profesional bertanggung jawab atas penjelasan,


perlindungan, dan mempertahankan tindakan keperawatan secara etis.
Upaya menjalankan tugas ini menurut organisasi perawat
profesional tetap bersifat responsif terhadap hak, kebutuhan, serta
legitimasi klien dan perawat.

2.2.4 Kode Etik Perawat Indonesia

Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor:


09/MUNAS-VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Keperawatan Indonesia.

Mukadimah

Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya


kesejahteraab fisik, material, dan mental, spiritual untuk makhluk insani
dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan
di Indonesia berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan
masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.

9
Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan
keperawatan bersifat universal bagi klien (individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat
selalu berdasarkan pada cita-cita yang luhur, niat yang murni untuk
keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang
dianut, serta kedudukan sosial.

Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien,


cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah meningkatkan derajat
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan
penderitaan, serta memulihkan kesehatan yang semuanya ini dilaksanakan
atas dasar pelayanan paripurna.

Dalam mmelaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan


berhasil guna, para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan
yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang memadai serta dengan
kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya
kesehatan secara menyeluruh.

Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas


pengabdian untuk kepentingan kamanusiaan, bangsa, dan tanah air;
Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyadari bahwa perawat Indonesia
yang berhiwa Pancasila dan berlandaskan pada Undang-Undang Dasar
1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang
keperawatan dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada
dasar-dasar seperti yang tertera berikut.

Perawat dan Klien

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai


harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh
oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial.

2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa


memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat, dan kelangsungan hidup beragama klie.

10
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuahn keperawatan.

4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui


sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
deperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hukum yang
berlaku.

Perawat dan Praktik

1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang


keperawatan melalui belajar terus-menerus.

2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang


tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan sesuai denngan kebutuhan klien.

3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang


adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi, dan
memberikan delegasi kepada orang lalin.

4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan


dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk


memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat.

Perawat dan Teman Sejawat

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat


maupun denngan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang


memberiakan pelyanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis,
dan ilegal.

11
Perawat dan Profesi

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar


pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi


keperawatan.

3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi membangun dan


memelihara kondisi kerja kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

Dengan melihat contoh-contoh dari kode etik tersebut, maka dapat


diambil kesimpulan bahwa setiap profesi-termasuk perawat-telah
mengembankan kode etik yang menjelaskan tindakan profesional.
Walaupun kode etik keperawatan dari berbagai sumber berbeda, tetapi
semuanya merefleksikan prinsip-prinsip etik.

Prinsip-prinsip Etik

Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985)


dan juga PPNI (2003) prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Respek

Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati


klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai hak-hak klien untuk
pencegahan bahaya dan mendapatkan penjelasan secara benar.

Dalam prinsip ini terkandung arti bahwa kehidupan merupakan


hak milik yang paling berharga dan mendasar pada manusia. Prinsip
ini menjelaskan mengapa penghentian pengobatan pada seseorang
tidak pernah dianggap ringan.

2. Otonomi

Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan


membuat keputusan sendiri, meskipun demikian masih terdapat
berbagai keterbatasan, terutama yang terkait dengan situasi dan
kondisi, latar belakang individu, cmapur tangan hukum, dan tenaga
kesehatan profesional yang ada.
12
3. Beneficence (kemurahan hati/muslahat)

Kemurahan hati atau maslahat berkaitan dengan kewajiban untuk


melakukan hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain.
Kesulitan biasanya muncul pada saat menentukan siapa yang harus
memutuskan hal yang terbaik untuk seseorang.

Apabila prinsip kemurahan hati mengalahkan prinsip otonomi,


maka hasilnya adalah paternalisme yang berarti perlakuan yang
berdasarkan pada apa yang dipercayai oleh para profesional kesehatan
untuk kebaikan klien, kadang-kadang tidak melibatkan keputusan dari
klien.

4. Non-maleficence (tidak merugikan)

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak


menimbulkan kerugian atau cedera pada kliennya. Kerugian atau
cedera dapat diartikan sebagai kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan,
kematian, atau adanya gangguan emosi seperti perasaan tidak berdaya,
merasa terisolasi, dan adanya penyesalan.

5. Veracity (kejujuran)

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban porawat untuk


mengatakan suatu kebenaran dan tidak berbohong atau menipu orang
lain. Prinsip ini mempunyai implikasi yang cukup berat bagi perawat,
karena terkadang perawat harus melakukan suatu kebohongan yang
tidak dikehendakinya.

6. Confidensialitas (kerahasiaan)

Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat untuk


merahasiakan semua informasi tentang klien yang dirawatnya, dan
perawat hanya akan memberikan informasi tersebut pada orang yang
tepat. Perawat menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien
dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibat dalam perawatan
klien.

7. Fidelity (kesetiaan)

13
Prinsip kesetiaan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk
selalu setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat.
Perawat harus memegang janji yang dibuatnya pada klien, kejujuran
dan kesetiaan merupakan modal dalam memupuk rasa percaya klien
oada perawat. Apabila klien dan keluarganya sudah tidak percaya lagi
pada perawat yang menanganinya, maka tujuan dari asuhan
keperawatan tidak akan berhasil.

8. Justice (keadilan)

Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk dapat


berlaku adil pada semua orang yaitu tidak memihak atau berat sebelah.
Persepsi keadilan bagi perawat dan klien sering berbeda, terutama
yang terkait dengan pemberian pelayanan. Perawat akan
mendahulukan klien yang situasi dan kondisinya memerlukan
penanganan segera dan menunda melayani klien lain yang
kebutuhannya termasuk di bawah prioritas. Tidak seluruh klien dapat
memahami situasi ini, sehingga akan menimbulkan rasa kurang
nyaman bagi klien yang merasa dirinya kurang diperhatikan oleh
perawat.

2.3 Masalah/Etik Issu Keperawatan

Setelah beberapa penjelasan mengenai teori etika keperawatan, kode etik


perawat dalam praktek keperawatan, masalah etik menimbulkan konflik antara
kebutuhan pasien dengan harapan perawat. Masalah eika keperawatan pada
dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah
etika biomedis atau bioetis.

Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti
berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian
pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa
permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti:
evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang,
memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang
buruk, masalah peran merawat dan mengobati. Disini akan dibahas sekilas beberapa
hal yang berikaitan dengan masalah etik yang berkaitan lansung pada praktik
keperawatan.

14
1. Konflik Etik antara Teman Sejawat

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian


kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien,
maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan
yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut.

Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik antara perawat


sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain
pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada
teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang
perlu diselesaikan dengan bijaksana.

2. Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan atau


pengobatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang
memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya.

Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi


oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat,
keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan
keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien,
pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap
tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah
menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan
masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

3. Masalah antara peran merawat dan mengobati

Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering
kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran
sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga
kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama
oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

15
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan
antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan
ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di
Negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini
mempunyai implikasi besar. Antara pengetahuan perawat yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang
jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal
inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.

4. Berkata Jujur atau Tidak jujur

Di dalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat


tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang
dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.

Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat
ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab
“tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”.
Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya
sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang
diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik.
Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi
pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.

5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang


berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang
sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa
obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya
membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi
ruangan tanpa seijin keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat
merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak
artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting
pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga
pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting,
Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat
itu diambil.

16
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain
bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak
dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab
terhadap peralatan dan barang din tempat kerja.

2.3.1 Dilema Etik

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang
memuaskan dan tidak memuaskan sebanding.

Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat
keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional. Kerangka Pemecahan Masalah Etik:

a. Mengembangkan data dasar

b. Mengidentifikasi konflik

c. Membuat tindakan alternatif

d. Menentukan siapa yang terlibat dan siapa pengambil keputusan

e. Mengidentifikasi kewajiaban perawat

f. Membuat keputusan

Kasus permasalah etik dalam keperawatan:

Sidak ke RS, Dokter dan Perawat Tidur, Gubernur Zumi Zola


Ngamuk

JAMBI – Gubernur Jambi Zumi Zola, yang juga artis, mengamuk


melihat perawat dan dokter di RSUD Raden Mattaher tidur saat dia
melakukan inspeksi mendadak (sidak), Jum’at (20/01/2017) dini hari.

Dalam sidak itu, sekitar pukul 01.00 WIB, Zumi Zola ditemani
beberapa rombongan tiba di gedung perawatan kelas III RSUD Raden
Mattaher Jalan Letjen Soeprapto, No31, Telanaipura, Jambi. Ketika
memasuki ruangan, Zola mendapati tempat perawat dan dokter jaga
kosong.

17
Kesal dengan apa yang dilihat, Zumi pun langsung menggedor pintu
kamar yang ada di meja penjagaan. Begitu masuk ke dalam kamar tersebut,
Zola mendapati para perawat dan dokter sedang terlelap tidur.

Sang Gubernur pun berteriak membangunkan mereka. Betapa


terkejutnya mereka, saat terbangun, dilihatnya Gubernur Jambi yang
membangunkannya. Lalu, para perawat dan dokter disuruh keluar kamar
dan diminta untuk berbaris di ruang jaga dan Zumi Zola memarahi mereka
dengan nada tinggi.

Tidak di ruangan itu saja, Zola kemudian melanjutkan sidaknya ke


gedung perawatan Jantung. Di sana, ruang jaga juga kosong. Namun, di
kamar belakang ruang jaga, pintu kamar dikunci dari dalam. Zola pun
berkali-kali menggedor pintu tersebut yang akhirnya pintu dibuka.

Begitu masuk, Zola menyaksikan para perawat dan dokter yang


terbangun dan terkaget-kaget melihat kehadiran dirinya ada di depan mata.
Ketika mendatangi ruang perawatan lainnya, para perawat dan dokter
sudah ada di ruang jaga.

“Ada pegawai rumah sakit yang memberi tahu para perawat dan
dokter di ruang perawatan lainnya. Sidak bocor,” ujar salah seorang staf
yang mengikuti Zumi Zola.

Gubernur Zumi Zola mengatakan, dirinyamengadakan sidak di RSUD


Raden Mattaher lantaran sering mendapatkan pengaduan dari warga yang
mengeluhkan pelayanan para perawat dan dokter rumah sakit.

“Makanya, Saya mengecek para dokter dan perawat yang bertugas


malam di rumah sakit. Ada yang mengadu ke saya, di waktu malam jam 12
ke atas, jika infus habis atau kondisi pasien memburuk, perawat dan dokter
rumah sakit ini tidak ada di tempat,” tutur Zola.

Ketika mengecek sendiri, ternyata para perawat dan dokter sedang


tidur di dalam kamar. “Apalagi ada yang kamarnya dikunci dari dalam.
Lalu jika terjadi sesuatu pada pasien bagaimana. Ini tidak boleh,” ungkap
Zola.

Zumi Zola mengaku akan memberi sanksi tegas kepada para perawat
dan dokter yang ketahuan terlelap tidur saat bertugas ketika dilakukan
18
sidak. “Yang pegawai negeri, termasuk dokternya, akan dipindah dari
rumah sakit. Yang honorer, akan menyusul diberhentikan. Baru-baru ini
kan kami sudah memberhentikan 59 honorer, mereka yang tidur akan
menyusul,” tukas Zola.

Plt Direktur Utama RSUD Raden Mattaher, drg Iwan Hendrawan


menyebutkan perawat dan dokter yang kedapatan tidur saat disidak
gubernur berjumlah 12 orang. “Sesuai perintah Pak Gubernur, mereka
akan mendapatkan sanksi tegas,” katanya. (poskotanews.com)

2.4 Pengambilan Keputusan Etis

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai


komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat, terutama yang
terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannyan
dengan perkembangan praktik keperawatan yang semakin kompleks, adanya
tuntutan efisiensi layanan kesehatan di tengah situasi yang selalu berubah, serta
perkembangan budaya yang ada menyababkan tugas pengambilan keputusan
menjadi lebih berat. Dampak pengambilan keputusan yang kurang tepat akan
dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun
untuk institusi di mana individu tersebut bekerja.

Pengambil keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau


kemungkinan. Pengambilan keputusan dalam keperawatan diaplikasikan dengan
cara membangun model dari beberapa disiplin ilmu yang antara lain adalah
ekonomi, filosofi, politik, psikologi, sosiologi, budaya, kesehatan, dan ilmu
keperawatan itu sendiri. Model dibuat spesifik dalam pemecahan masalah etika dan
permasalahan.

Pemecahan Masalah Sidak di Rumah Sakit :

Kasus “Sidak di Rumah Sakit” termasuk permasalahan etik yaitu dilema etik.
Menurut pendapat saya, perbuatan para perawat di Rumah Sakit tersebut kurang
manusiawi dan tidak selayaknya dia tidur sewaktu dinas di tempat kerjanya.
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, seorang perawat harusnya selalu siap setiap
saat. Karena, jika ada keterlambatan dalam penanganan kepada pasien, hal tersebut
bisa berakibat fatal pada keadaan pasien.

19
Jika saya diminta bantuan untuk menyelesaikan kasus tersebut, saya akan
mencari tahu apa penyebab keselahan sistem pelayanan di Rumah Sakit tersebut.
Serta menasehati dan memberi tahu perawat disana, bahwa apa yang dia lakukan itu
salah dan menyimpang dari etik keperawatan, karena saya sebagai teman
sejawatnya seharusnya mengingatkan jika ada teman yang melakukan pelanggaran
atau dilema etik.

Penerapan penyelesaian dilema etik pada kasus tersebut, saya memakai


Kerangka Penyelesaian/Pemecahan Masalah Etik/Dilema Etik menurut Kozier &
Erb tahun 1989 :

1. Mengembangkan data dasar.

a. Orang yang terlibat: Dokter jaga, Perawat, Gubernur, Direktur Rumah


Sakit

b. Tindakan yang diusulkan: pemberian sanksi kepada perawat karena telah


melanggar kode etik dan membebastugaskan perawat dalam kurun waktu
tertentu..

c. Maksud dari tindakan tersebut: untuk mencegah kelalaian perawat akan


tugasnya saat sedang dinas atau berhubungan dengan pasien.

2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.

a. Konflik yang terjadi pada Perawat:

- Merasa prihatin terhadap perawat di RS tersebut, karena telah


melanggar prinsip-prinsip keperawatan seperti, Non-maleficence
(tidak merugikan), beneficence (kemurahan hati).

- Konflik yang mungkin timbul dengan apa yang dilakukan para


perawat saat sedang tidur pulas, bisa berakibat fatal pada keadaan
pasien.

b. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang


direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut.

c. Mengikuti sanksi yang diberikan Gubernur:

20
- Mematuhi peraturan yang dibuat oleh Gubernur.

- Mengingkari kode etik perawat dengan teman sejawat.

- Sudah berbuat adil terhadap teman sejawat lainnya.

- Para perawat di pindahkan ke Rumah Sakit lain.

d. Mendiskusikan masalah dengan Direktur RS dengan memberitahu


bahwa para perawat mempunyai tanggungan anak dan istri:

- Direktur RS mungkin akan mempertimbangan sanksi yang diberikan


kepeda para perawat.

- Direktur RS mungkin tetap bersih kukuh dengan sanksi yang diberikan


kepada para perawat karena menuruti perintah Gubernur.

3. Mengidentifikasi kewajiban perawat.

Dalam membantu para perawat membuat keputusan, saya sebagai teman


sejawat perlu membuat daftar kewajiban perawat terhadap teman sejawat:

a. Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga


kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan perlayanan kesehatan secara
menyeluruh.

b. Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya


kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari
profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang
keperawatan.

4. Membuat keputusan.

a. Menasehati para perawat untuk tidak tidur lagi sewaktu dinas.

b. Mendiskusikan permasalahan tersebut dengan Direktur RS dan perawat


lainnya.

Nilai-nilai esensial yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan


perawat yang tidur saat dinas tersebut adalah:

21
a. Altruism (mengutamakan orang lain): Kesediaan memperhatikan kesejahteraan
orang lain termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan,
kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.

b. Equality (kesetaraan): Memiliki hak atau status yang sama termasuk


penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi.

Prinsip-prinsip etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan


perawat yang tidur saat dinas tersebut adalah:

a. Respek: dalam prinsip ini terkandung arti bahwa kehidupan merupakan hak
milik yang paling berharga dan mendasar pada manusia.

b. Beneficence (kemurahan hati/muslahat): kemurahan hati atau maslahat


berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal yang baik dan tidak
membahayakan orang lain. Kesulitan biasanya muncul pada saat menentukan
siapa yang harus memutuskan hal yang terbaik untuk seseorang.

Kode etik yang saya gunakan dalam menyelesaikan permasalahan perawat


yang tidur saat dinas tersebut adalah:

a. Perawat dan Teman Sejawat: perawat senantiasa memelihara hubungan baik


dengan perawat maupun denngan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Teori etik yang saya gunakan untuk menyelesaikan permasalahan perawat yang
tidur saat dinas tersebut adalah:

a. Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada


konsekuensi dan lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan
mendatangkan kebahagiaan untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi
kerugian yang sedikit atau minimal.

22
23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum ada
dua teori penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism dan
Deontologi.

Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu: kode etik International
Council of Nurses, kode etik American Nurses Assosciation, kode etik Canadian
Nurses Association, kode etik Perawat Indonesia. Masalah eika keperawatan pada
dasarnya merupakan masalah etika kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah
etika biomedis atau bioetis.

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif
yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding. Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang
melibatkan berbagai komponen yang harus dipertimbangkan secara matang oleh
perawat, terutama yang terkait dengan permasalahan pada tatanan klinik.

3.2 Saran

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

Dalam setiap melakukan tindakan perawat dituntut untuk dapat bertindak


secara mandiri maupun secara kolaborasi. Namun, tetap ingat akan etika-etika
keperawatan tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Setyawan, Dody. 2012. Etik, Dilema Etik Dan Contoh Kasus Dilema Etik.

http://poskotanews.com/2017/01/21/sidak-ke-rs-dokter-dan-perawat-tidur-gubernur-zu
mi-zola-ngamuk/ (diakses pada tanggal 10 November 2017, pukul 12.33)

25

Anda mungkin juga menyukai