Diare
Diare
1. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu
keadaan dimana :
seringnya kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk (Susan, 2005).
b. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir
2006).
d. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
e.
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali
buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali
buang air besar (Dewi, 2010).
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare adalah
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair yang
dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari
dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik
2. Etiologi
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga
gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin
bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga
sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
Yersinia, Aeromonas.
albicans).
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
b. Faktor malabsorbsi
osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga
usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan
kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi
terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
3. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah
:
a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan
toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
e. Anusnya lecet.
6. Pemeriksaan Penunjang
yang tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 2004).
b. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan kultur urine.
7. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2001), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit
b. Syok hipovolemik.
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.
f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung lama)
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare
tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak.
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal
pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat
berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4
3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun biasanya
adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah
diare.
e. Riwayat nutrisi
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare dan
2) Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan
dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan
pencemaran.
3) Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum
seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak minum.
Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Tabel 2
Tingkat Dehidrasi
Kehilangan Berat Badan Dalam %
Tingkat Dehidrasi
Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
3) Kulit
dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku).
Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare dengan
dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik), ini
4) Kepala
biasanya cekung.
5) Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila
7) Abdomen
a) Kemungkinan distensi.
b) Mengalami kram.
8) Anus
Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang
berlebihan.
terhadap diare.
a. Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
1) Guidance
Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.
pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit.
2) Support
Rasional : Sebagai upaya mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan upaya
3) Teaching
Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien.
Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk
4) Environment
metabolik.
5) Collaboration
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
1) Guidance
Rasional : Deteksi dini untuk pemberian terapi nutrisi yang tepat dan memperbaiki
defisit.
2) Support
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera
3) Teaching
diet.
Rasional : Agar keluarga mengetahui program diet pasien untuk memperbaiki status
nutrisinya.
4) Environment
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan
metabolik.
5) Collaboration
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien.
pasien.
c. Diagnosa III : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
3) Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa)
adanya infeksi,
2) Support
panas tubuh.
3) Teaching
Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang
Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare
4) Environment
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan
metabolik.
5) Collaboration
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
1) Guidance
Kaji kecemasan klien terhadap tindakan keperawatan dan hindari persepsi yang
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan rumah
sakit.
2) Support
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal.
Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa
3) Teaching
4) Environment
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas.
5) Collaboration
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
1) Guidance
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta
2) Support
3) Teaching
4) Environment
5) Collaboration
4. Evaluasi
Menurut Wilkinson (2007), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan dan menilai keefektifitasan rencana atau
strategi asuhan keperawatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi ialah keefektifitasan asuhan
keperawatan tersebut dan apakah perubahan perilaku pasien sesuai yang diharapkan.
Dalam penafsiran hasil evaluasi disebutkan apakah tujuan tercapai, tujuan tercapai