Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN HEMOSIALISA PADA KLIEN Ny. S

DI UNIT HEMODIALISA GOLDEN PMI DIY

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah KMB II

Disusunoleh :

Suci Kurniawati P07120112076

Tri Erawati Lafrana P07120112078

Vinda Astri Permatasari P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2013
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) PADA Ny. S

DI UNIT HEMODIALISA GOLDEN PMI DIY

2013

Diajukan untuk disetujui pada :

Hari :

Tanggal : Desember 2013

Tempat : Unit Hemodialisa Golden PMI DIY

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan

Eli Vristiawan, AMK Sugeng, S.Kep, Ns, M.Sc.


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001;
1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,
biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

B. Etiologi
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonephritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosismaligna,
stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amyloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan obat-obatan seperti obat analgesik dan obat
antibiotik, penyalahgunaaan suplemen, nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR atau daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak
gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

D. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium
1. Stadium 1
Penurunan cadangan ginjal, pada stadium ini kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
2. Stadium 2
Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen (
BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3
Gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

Berikut ini adalah pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :

1. Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih
normal > 90 ml/ menit/ 1,73 m2
2. Stadium 2
Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/ menit/ 1,73 m2
3. Stadium 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/ menit/ 1,73 m2
4. Stadium 4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/ menit/ 1,73 m2
5. Stadium 5
Kelainan ginjal dengan LFG <15 mL/ menit/ 1,73 m2 atau gagal ginjal terminal.

LFG : (140-umur) x BB
72 x kreatinin plasma (mg/dl) (Perempuan : dikalikan 0,85)

LFG (Laju Filtrasi Glomeruli) atau GFR (Glomerular Filtration Rate) adalah
jumlah filtrat glomeruli yang terbentuk setiap menit dari seluruh nefron kedua ginjal.
Normalnya ±125 ml/menit.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
1. Gejala dini
Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung,
depresi
2. Gejala yang lebih lanjut
Anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada
kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah.

Derajat edema :
a. Derajat I : Menekan sedalam 2 mm akan kembali dengan cepat
b. Derajat II : menekan lebih dalam 4 mm dan akan kembali dalam waktu 10-15 detik
c. Derajat III : menekan lebih dalam (6 mm) akan kembali dalam waktu > 1 menit,
tampak bengkak
d. Derajat IV : menekan lebih dalam lagi (8 mm) akan kembali dalam waktu 2-5
menit, tampak sangat bengkak yang nyata

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi perikardial dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
2. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bau ammonia.
4. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati
(kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas).
5. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh
6. Gangguan endokrin
Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. Sistem hematologi
Ginjal merupakan sumber pembentukan Erytropoetic Stimulating Factor (ESF). Anemia
yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, menyebabkan rangsangan
eritropoesis pada sum – sum tulang berkurang. Hemolisis juga terjadi akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik. Dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urine
a. Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (oligouria) atau urin tidak ada
b. Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porifirin.
c. Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat)
d. Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, dan
rasio urine/serum sering 1:1
e. Klirens kreatinin : Mungkin agak menurun
f. Natrium : Lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
g. Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2. Darah
a. BUN atau kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinin meningkat dalam 10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
b. Hitung darah lengkap : Hematokrit menurun karena adanya anemia. Hemoglobin
biasanya kurang dari 7-8 g/dL
c. Sel darah merah : Waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin seperti pada
azotemia
d. GDA : pH menunjukkan penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi
karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia
atau hasil akhir katabolisme protein. Bikrbonat menurun. PCO2 menurun.
e. Natrium serum : Mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan natrium” atau normal
(menunjukkan status dilusi hipernatremia)
f. Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dnegan perpindahan
selular (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap akhir,
perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
g. Magnesium atau fosfat : Meningkat
h. Kalsium : Menurun
i. Protein (khususnya albumin) : Kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau
penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
3. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama denngan urin
4. KUB foto : Menunjukkan ukuran ginjal atau ureter atau kandung kemih dan adanya
obstruksi (batu)
5. Pielogram retrogard : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
6. Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler,
massa
7. Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam
ureter, retensi
8. Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas
9. Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis
10. Endoskopi ginjal, nefroskopi : Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
11. EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
12. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan : Dapat menunjukkan demineralisasi,
kalsifikasi.
(Doenges, 1999; 628).

G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Konservatif
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal
1) Hati-hati dengan pemberian obat yang bersifat nefrotoksik
2) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan ekstraseluler dan
hipotensi
3) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit
4) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani
5) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi
6) Hindari instrumentasi dan sistokopi tanpa indikasi medis yang kuat
7) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi
medis yang kuat
b. Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
1) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular
2) Kendalikan terapi ISK
3) Diet protein yang proporsional
4) Kendalikan hiperfosfatemia
5) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum >10 mg%
6) Terapi hiperfosfatemia
7) Terapi keadaan asidosis metabolik
8) Kendalikan keadaan hiperglikemia
c. Terapi alleviative gejala azotemia
1) Pembatasan konsumsi protein hewani
2) Terapi keluhan gatal-gatal
3) Terapi keluhan gastrointestinal
4) Terapi keluhan neuromuskuler
5) Terapi keluhan tulang dan sendi
6) Terapi anemia
7) Terapi setiap infeksi
2. Dialisis
a. Peritoneal dialisis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialisis yang
bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan invasif di vena dan arteri dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan
1) AV fistula : menggabungkan vena dan arteri
2) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)

Indikasi dilakukannnya hemodialisis sebagai berikut


1) Pasien yang memerlukan hemodialisis adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
2) Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisis apabila
terdapat indikasi :
a) Hiperkalemia
b) Asidosis
c) Kegagalan terapi konservatif
d) Kadar ureum atau kreatinin tinggi dalam darah
e) Kelebihan cairan
f) Mual dan muntah hebat

Sedangkan kontraindikasi dilakukannya hemodialisis adalah


1) Gangguan pembekuan darah
2) Anemia berat
3) Trombosis atau emboli pembuluh darah yang berat

Komplikasi yang dapat terjadi dari terapi hemodialisis adalah


1) Ketidakseimbangan cairan
a) Hipervolemia
b) Ultrafiltrasi
c) Rangkaian Ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
d) Hipovolemia
e) Hipotensi
f) Hipertensi
g) Sindrom disequilibrium dialisis
2) Ketidakseimbangan elektrolit
a) Natrium serum
b) Kalium
c) Bikarbonat
d) Kalsium
e) Fosfor
f) Magnesium
3) Infeksi
4) Perdarahan dan heparinisasi
5) Troubleshooting
a) Masalah-masalah peralatan
b) Aliran dialisat
c) Konsentrat dialisat
d) Suhu
e) Aliran darah
f) Kebocoran darah
g) Emboli udara
6) Akses ke sirkulasi
a) Fistula arteriovenosa
b) Otot tandur
c) Tandur sintetik
d) Kateter vena sentral berlumen ganda

Tanda-tanda dialisis adekuat diantaranya :

1) Tercapai BB kering
2) Pasien tampak baik
3) Bebas simtom uremia
4) Nafsu makan baik
5) Aktif
6) TD terkendali
7) Hb > 10 gr/dl
c. Operasi : pengambilan batu, transplantasi ginjal

H. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/
gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung. Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan perdarahan.
c. Integritas ego
Gejala : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian
d. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare,
atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, cokelat, berawan,
oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan/ cairan
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/ muntah, rasa metalik tak sedap di
mulut (pernapasan amonia), penggunaan diuretik
Tanda : Distensi abdomen/ asites, pembesaran hati, perubahan turgor kulit/
kelembaban, edema (umum, tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi/ lidah,
penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki (memburuk saat
malam hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
h. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, dispnea, nocturnal paroksimal, batuk dengan/ tanpa
sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/ kedalaman (pernapasan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda – encer (edema paru).
i. Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal.
j. Interaksi sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh toksin, contoh
obat, racun lingkungan
2. Diagnosis Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis.
d. Resiko infeksi berhubugan dengan prosedur invasif berulang
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan

3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.

Intervensi untuk diagnosis ke 1 :


Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Intervensi :
a. Kaji status cairan ; timbang berat badan, keseimbangan masukan dan haluaran,
turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah, denyut dan
irama nadi.
Rasional : Pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
b. Batasi masukan cairan
Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin
dan respon terhadap terapi.
c. Identifikasi sumber potensial cairan ; medikasi dan cairan yang digunakan untuk
pengobatan oral dan intravena, makanan.
Rasional : Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan.
Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam
pembatasan cairan.
e. Beritahu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
Rasional : Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan
diet.
f. Tingkatkan dan dorong oral hygiene dengan sering
Rasional : Oral hygiene mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut.

Intervensi untuk diagnosis ke 2 :


Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi : perubahan berat badan, nilai laboratorium BUN, kreatinin.
Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi
intervensi.
b. Kaji pola diet nutrisi pasien ; riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.
Rasional : Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun
menu.
c. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi : anoreksia, mual atau
muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien, depresi, kurang memahami
pembatasan diet, stomatitis.
Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat dirubah atau
dihilangkan untuk meningkatkan masukan oral.
d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
Rasional : Mendorong peningkatan masukan diet
e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi telur, produk
susu, daging.
Rasional : Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.

Intervensi intuk diagnosis ke 3 :


Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisis
Tujuan : Berpartisipasi dalam dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Intervensi :
a. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan ; anemia,ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, retensi produk sampah, depresi.
Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
b. Tingkatkan kemndirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi ; bantu
jika keletihan terjadi.
Rasional : Meningkatkan aktivitas ringan/ sedang dan memperbaiki harga diri.
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Rasional : Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
d. Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis
Rasional : Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak
paisen sangat melelahkan.

Intervensi untuk diagnosis ke 4 :

Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan : Pasien tidak mengalami infeksi

Intervensi :

a. Pertahankan area steril selama penusukan kateter


Rasional : Mikroorganisme dapat dicegah masuk kedalam tubuh saat insersi
kateter
b. Pertahankan teknik steril selama kontak dengan akses vaskuler: penusukan,
pelepasan kateter
Rasional : Kuman tidak masuk kedalam area insersi
c. Monitor area akses HD terhadap kemerahan, bengkak, nyeri
Rasional : Inflamasi/ infeksi ditandai dengan kemerahan, nyeri, bengkak
d. Beri penjelasan pada pasien pentingnya satus gizi
Rasional : Gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh
e. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Obat antibiotik digunakan untuk membunuh ataupun menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi
Intervensi untuk diagnosis ke 5 :

Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.

Tujuan : Memperbaiki konsep diri

Intervensi :

a. Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan.
Rasional : Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam
menghadapi perubahan perubahan dalam hidup.
b. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat.
Rasional : Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi
c. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
Rasional : Pola koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin potensial destruktif
ketika memandang pembatasan yan ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.
d. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan
penanganan, perubahan peran, perubahan gaya hidup, perubahan dalam
pekerjaan, perubahan seksual, ketergantungan pada tim tenaga kesehatan.
Rasional : Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah- langkah yang
diperlukan untuk menghadapinya.

Intervensi untuk diagnosis ke 6 :

Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program penanganan berhungan dengan


kurang informasi.

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang


bersangkutan.

Intervensi :

a. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya, dan


penanganannya, penyebab gagal ginjal pasien, pengertian gagal ginjal,
pemahaman mengenai fungsi renal, hubungan antara cairan, pembatasan diet
dengan gagal ginjal, rasional penanganan (hemodialisis, dialisis peritoneal,
transplantasi)
Rasional : Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut.
b. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat
pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar
Rasional : Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah
mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
Rasional : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat
penyakit.
d. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat tentang ; fungsi
dan kegagalan renal, pembatasan cairan dan diet, medikasi, melaporkan masalah,
tanda dan gejala, jadwal tindak lanjut, sumber di komunitas, pilihan terapi.
Rasional : Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi
selanjutnya di rumah.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Data pengkajian

Tanggal pengkajian : Selasa, 10 Desember 2013

Tanggal Masuk HD : 25 Oktober 2013

Ruang : Ruang Hemodialisa PMI Golden Yogyakarta

Jam : Pukul 15.00 WIB

Sumber data : Pasien, keluarga pasien, catatan medis dan keperawatan, tim
kesehatan lain

Metode pengkajian : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen

Oleh : Suci Kurniawati

Tri Erawati Lafrana

Vinda Astri Permatasari

1. Identitas Klien
a. Klien

Nama : Ny. “S”

Tempat/ tanggal lahir : Yogyakarta, 1 Juli 1967

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Tidak sekolah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia

Alamat lengkap : Kleben, Pakuncen, Yogyakarta

Tgl. masuk HD : 25 Oktober 2013

Nomor register : 00.01.38

Diagnosis medis : Chronic Kidney Disease (CKD) on HD

b. Penanggung jawab klien

Nama lengkap : Ny. “P”

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Perkerjaan : Wiraswasta

Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia

Hubungan dengan klien : Adik Kandung

Alamat lengkap : Kleben, Pakuncen, Yogyakarta

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan kedua kakinya bengkak dan terasa kaku. Pasien menyatakan
merasa mual dan ingin muntah. Pasien menyatakan kulitnya terasa gatal-gatal dan
kering.

2) Alasan masuk RS
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluhkan sesak nafas dan kedua kaki
bengkak. Pasien juga mengatakan sering mengkonsumsi obat – obatan yang dibeli
di warung dekat rumah tanpa periksa lebih dahulu terkait dengan penyakitnya.
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien pernah dirawat di RS PKU
Muhamadiyah Yogyakarta pada bulan Januari 2013. Pasien mulai dilakukan HD
pada tanggal 10 Oktober 2013 di Instalasi Dialysis RS PKU Muhamadiyah
Yogyakarta. Dipindahkan di PMI Golden Yogyakarta pada tanggal 25 Oktober 2013.
Untuk HD dilakukan rutin 2 kali perminggu.
3) Kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian kondisi klien terlihat lemas. Pasien masih dalam keadaan bed
rest. Terpasang AV Blood Line pada HD kateter. Terdapat luka jahitan pada tangan
sebelah kiri karena dipasang AV shunt. Pasien sudah cuci darah selama 13 kali,
seminggu selama 2 kali setiap hari Selasa siang dan Jumat pagi di PMI Golden
Provinsi DIY.
b. Riwayat kesehatan dahulu

Sebelumnya pasien sudah pernah di diagnosa gejala stroke ringan, di RS PKU


Muhamadiyah Yogyakarta pada 10 Oktober 2013. Keluarga pasien menyatakan pasien
mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan Diabetes Melitus (DM) sejak 20 tahun yang
lalu. Pada tanggal 8 November 2013 pada saat cuci darah mendapat transfusi darah
sebanyak 2 kolf golongan darah O rhesus positif dengan komponen darah PRC.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien ada yang menderita gejala stroke yaitu kakak pasien. Keluarga pasien
mempunyai riwayat hipertensi. Tidak ada riwayat penyakit menular dari keluarga pasien
seperti TBC, HIV/AIDS, gonorrhoe, kusta dll.

3. Pola Kebiasaan
a. Aspek Fisik dan Psikologi
1) Pola Nutrisi
a) Intake Nutrisi
(1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan kebiasaannya makan sebelum sakit yaitu 3 x sehari,
dengan menu nasi, sayur dan lauk. Keluarga pasien mengatakan pasien
dilarang makan makanan yang terlalu asam, pedas, bersantan pekat,
terlalu asin, manis, dan daging merah.
(2) Selama sakit
Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien berkurang, Pasien
mengatakan merasa mual dan terkadang muntah. Pasien mengkonsumsi
nasi dan bubur 3x sehari dengan porsi satu entong nasi atau setengah
mangkok bubur. Dengan membatasi asupan garam dan makanan minuman
manis.
b) Intake cairan
(1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan minum ± 5 – 10 gelas (± 2500 cc) per hari. Pasien
hanya suka minum air putih dan teh manis.
(2) Selama sakit
Saat sakit dokter menganjurkan mengurangi minum menjadi ± 1 gelas per
hari, namun pasien minum ± 4 gelas (± 1.000 cc) air putih setiap harinya.
2) Pola Eliminasi
a) BAK
(1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAK, warna kuning jernih, ± 4 - 6x dalam sehari dan
suka menahan miksi. Saat malam sering terbangun karena terasa ingin
BAK.
(2) Selama sakit
Pasien menyatakan BAK yang semula (sebelum sakit) banyak sekarang
menjadi sedikit dan jarang. Keluarga pasien menyatakan pasien
menggunakan pempers, tidak terlihat darah dalam urine. Pasien
menyatakan sudah menopause sejak usia 50 tahun.
b) BAB
(1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB lancar yaitu 1 x/hari setiap pagi, warna kuning,
konsistensi feses lunak, feses berbau khas dan tidak ada lendir.
(2) Selama sakit
Pasien mengatakan BAB terkadang 3 kali sehari dengan konsistensi encer,
berwarna kuning, feses berbau khas dan berlendir.
3) Pola Istirahat
a) Jumlah: Pasien mengatakan sebelum sakit tidur ±8 jam dalam satu hari, selama
sakit ±11 jam dalam satu hari
b) Waktu : Sebelum sakit pasien mengatakan tidur dimalam hari mulai pukul
21.00 WIB – 05.00 WIB. Siang tidak pernah tidur. Selama sakit pasien
mengatakan tidur dimalam hari dari pukul 19.00 WIB – 05.00 WIB dan pada
siang hari pukul 13.00 WIB – 14.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian pasien tidur
dengan pulas.
4) Personal hygiene

Frekuensi mandi : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi 2x


sehari, selama sakit 2x sehari setiap pagi dan sore hanya dilap.

Kebersihan : Rambut terlihat lepek berminyak, kuku terlihat sedikit kotor, mulut
terlihat bersih dan pakaian diganti setiap hari.

5) Aktivitas.
a) Sebelum sakit
Kemampuan
perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan dan

minum

Mandi 
Toiletting 

Berpakaian 

Mobilitas di

tempat tidur

Berpindah 

ROM 

Keterangan :
0 :Tergantung total
1 :Dibantu orang lain dan alat
2 :Dibantu orang lain
3 :Alat bantu
4 :Mandiri
Kesimpulan : Sebelum dirawat di RS pasien dapat melakukan kegiatan sehari –
hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu.

b) Selama sakit
Kemampuan
perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan dan

minum

Mandi 

Toiletting 
Berpakaian 

Mobilitas di

tempat tidur

Berpindah 

ROM 

Keterangan :
0 :Tergantung total
1 :Dibantu orang lain dan alat
2 :Dibantu orang lain
3 :Alat bantu
4 :Mandiri
Kesimpulan : Klien dibantu orang lain dalam melaksanakan aktivitasnya mandi dan
berpakaian. Sedangkan untuk toileting klien dibantu alat yaitu
pempers. Untuk makan dan minum, mobilitas di tempat tidur,
berpindah dan ROM pasien dapat melakukannya sendiri

b. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual


1) Konsep diri
Peran sebagai Ibu/Istri dalam keluarga aktivitasnya terganggu akibat penyakit yang
diderita.
2) Intelektual
Klien kurang paham tentang cara perawatan luka HD kateter dan AV shunt beserta
penyakitnya. Pasien dan keluarga pasien terlihat gelisah dan bingung.
3) Hubungan interpersonal
Hubungan dengan anggota keluarga sangat harmonis. Hubungan dengan tetangga
dan kerabat terjalin silaturahmi dengan sangat baik.
4) Mekanisme koping
Pasien menganggap penyakit ini sebagai cobaan dari Allah SWT. Dan pasien
menganggap cobaan ini pasti ada hikmahnya.
5) Support system
Adik pasien selalu mengantar dan menemani pasien saat hemodialisa. Anak pasien
juga sering menjemput pasien setelah selesai dilakukan hemodialisa. Keluarga
pasien senantiasa memberi dukungan dan doa untuk kesembuhan pasien.
6) Aspek mental emosional
Pasien sabar menghadapi penyakit ini. Pasien tidak pernah mengeluh ataupun marah
terhadap penyakit yang dideritanya.
7) Aspek intelegensi
Ketika dilakukan pengkajian pasien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan baik dan lancar. Klien masih mengingat kejadian sebelum sakit.
8) Hubungan sosial
Klien menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari – hari. Klien tinggal di
rumahnya sendiri. Lingkungan pasien berada di wilayah kota. Air yang digunakan dan
dikonsumsi sehari – hari menggunakan air sumur. BAB, BAK dan dan kegiatan MCK
dilakukan di rumah. Hubungan pasien dan keluarga dengan para perawat dan pasien
lain yang satu ruangan dengan pasien terjalin dengan baik. Pasien terlihat apatis.
6) Pola seksualitas dan reproduksi
Selama sakit pola seksualitas pasien terganggu karena keterbatasan gerak dan
terpasang HD kateter dan pasien tampak lemah sehingga tidak memungkinkan untuk
melakukan hubungan seksualitas.
7) Sistem nilai dan keyakinan
Pasien rutin melaksanakan sholat lima waktu walaupun dengan keterbatasan gerak,
suami dan anak pasien pasien selalu membantu klien untuk melaksanakan sholat.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum

Kesadaran : Kompos mentis.

Status Gizi :

BB :

a. Terakhir : 55 kg
b. Sebelum HD : 57,7 kg
c. Setelah HD : 55,2 kg

TB : 150 cm

Tanda- tanda vital :

Nadi : 100 x/menit

RR : 25 x/menit

TD : 128/71 mmHg

Suhu : 36, 5ºC

2. Kebersihan klien

a. Rambut
Keluarga pasien menyatakan pasien tidak pernah mencuci rambut selama terpasang
HD kateter. Pasien mengaku takut luka jahitannya terkena air.

b. Kepala

Bentuk simetris, tidak terlihat kotoran yang menempel, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe.

c. Mata

Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera berwarna kemerahan, keadaan


mata cukup bersih, dan sayu.

d. Hidung

Bentuk dan posisi simetris, dalam hidung tidak terdapat kotoran tidak terdapat
peradangan, benjolan dan kelainan.
e. Mulut

Tidak terdapat perdarahan dan peradangan mulut, gigi bersih. Fungsi pengecapan
baik, tidak terdapat pembesaran tonsil.

f. Telinga

Bentuk simetris, telinga tampak bersih tidak terdapat serumen yang keluar, tidak ada
tanda peradangan dan pendarahan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

3. Pemeriksaan sistemik
a. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, bentuk leher simetris, tidak ada keluhan
gerak leher.

b. Thorax

Frekuensi napas 25 x/menit, sesak nafas. Bentuk simetris, tidak menggunakan otot
bantu pernapasan tambahan, tidak menggunakan alat bantu pernafasan.
Pengembangan paru saat inspirasi dan ekspirasi antara kanan dan kiri sama. Di
sebelah kanan atas dada terpasang HD kateter sejak 28 November 2013 tidak terlihat
kemerahan, rembesan, pus, darah, dan tidak terlihat tanda-tanda infeksi.

c. Kulit

Kebersihan kulit cukup bersih. kulit pasien sering gatal-gatal dan terasa panas saat
dilakukan cuci darah.

d. Abdomen

Bentuk simetris dengan keadaan tidak terdapat benjolan, tidak ada hiperpigmentasi,
suara perkusi timpani.

e. Ekstrimitas

Bentuk ekstrimitas atas simetris antara sebelah kanan dan kiri. Ekstrimitas atas dan
bawah dapat digerakkan. Terdapat luka jahitan AV Shunt di tangan kiri sepanjang ±5
cm sejak 21 November 2013 dengan keadaan luka kering, tidak terlihat kemerahan,
rembesan, pus, darah, dan tanda-tanda infeksi. Terdapat bengkak di kedua kaki
dengan derajat I.

f. Reproduksi

Klien berjenis kelamin perempuan, klien sudah menopause. Sudah mempunyai anak
satu berjenis kelamin laki-laki.

C. Terapi yang didapat saat ini


1. Terapi hemodialisa setiap Selasa siang dan Jumat pagi dengan akses HD kateter
sejak 2 Desember 2013.
2. Heparin 833 unit/jam saat dilakukan hemodialisa.
3. Captopril 1x25 mg
4. Asam folat 2x1
5. CaCO3 3x1
6. Furosemid 1x40 mg
7. Diet RGCP
D. Pemeriksaan yang pernah dilakukan dan hasilnya
1. Laboratorium
a. Darah
Tanggal pemeriksaan 23 Oktober 2013
Komponen Hasil Nilai normal Satuan
HB 9,1 12-16 gr/dl
Ureum darah 100 17-43 mg/dl
Kreatinin 12,8 0,9-1,3 mg/dl
HBsAg negatif negatif

b. Darah
Tanggal pemeriksaan 06 November 2013
Komponen Hasil Nilai normal Satuan
HB 7,8 12-16 gr/dl
BAB III

KESIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. S ada beberapa masalah
yang sudah teratasi, ada pula yang belum teratasi.
Diagnosa pertama yaitu kelebihan volume cairan belum teratasi dikarenakan ada
beberapa kriteria hasil yang belum tercapai diantaranya masih terlihat edema pada kaki.
Diagnosa kedua yaitu resiko infeksi sudah teratasi dengan kriteria hasil bebas
dari tanda-tanda infeksi seperti tidak terlihat kemerahan, rmbesan, pus, darah, bengkak,
nyeri, dan tanda-tanda infeksi lainnya. Faktor pendukung ketercapaiannya antara lain
rutin dilakukan perawatan luka sehingga tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Diagnosa ketiga yaitu defisiensi pengetahuan tentang penyakitnya sudah
teratasi. Pasien sudah mengerti tentang alasan pembatasan cairan dan cara perawatan
luka jahitan secara mandiri. Saat dievaluasi pasien dan keluarga juga dapat menjawab
pertanyaan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, M, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B, C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, S, A dan Lorraine M, W. 1995. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4.Jakarta : EGC

Smeltzer, S, C dan Brenda G, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC

Suyono, S. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 3. Jilid III. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai