Disusun Oleh :
Nama : Rifki Muhammad Iqbal
NIM : 1211702067
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan (Ewusie, 1990). Kenaikan
suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu (Aprianto
dan Liviawati, 1992). Menurut Soetjipta (1993), air memiliki beberapa sifat termal yang unik,
sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya
Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air
daripadadi udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama. Oleh karena itu, mahluk
akuatik sering memiliki toleransi yang sempit.
Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh,
sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan sekelilingnya
(Hooleet al., dalam Tunas, 2005). Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme
fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan
perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan (Yushinta, 2004).
Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa species mampu
hidup pada suhu air mencapai 29oC, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu airyang
sangat dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas
(Sukiya, 2005). Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan
mengalami kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius, 1992).
1.2. Tujuan
Mengetahui preferensi suhu pada ikan guppy (Poecilia reticulata) terhadap suhu air
yang berbeda-beda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.5. Pengaruh Suhu Air terhadap Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ikan
Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat
berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit
(Tunas. 2005;16). Selanjutkan Tunas menambahkan bahwa ikan akan mengalami stres
manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan
status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan
tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap
infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun (Tunas. 2005;16-17). Pada
dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah
menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung
sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
Penelitihan oleh Kuz’mina et al. (1996 dalam Tunas. 2005) menunjukkan bahwa suhu
perairan sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme dan proses-proses biologis ikan.
Ditunjukkan bahwa aktivitas enzim pencernaan karbohidrase sangat dipengaruhi oleh suhu,
aktivitas protease tertinggi dijumpai pada musim panas, adapun aktivitas amilase tertinggi
dijumpai pada musim gugur (Hofer, 1979a ; 1979b dalam Tunas. 2005; 18).
Menurut Kanisius (1992; 23) suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain
dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.
BAB III
METODE
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini sampel yang digunakan yaitu ikan guppy (Poecillia reticulata),
karena ikan ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, berdarah dingin, pergerakan yang
mudah diamati, serta mudah mengatur suhu lingkungannya. Ikan ini adalah jenis ikan hias
kecil yang mudah ditemukan di pasaran.
Preferensi suhu melibatkan banyak fungsi fisiologis dalam mempertahankan
homeostatis, dengan homeostatis sebagai mekanisme pengaturan diri agar tetap terjadi
kestabilan lingkungan internal sebagai tanggapan terhadap kondisi lingkungan eksternal yang
dapat diubah-ubah.
Setelah dilakukan pengujian dan pengamatan terhadap perilaku ikan ini, didapatkan
data seperti diatas, dan dilakukan pengolahan statistik menggunakan analisis variasi
(ANOVA), dan didapatkan sebagai berikut :
Tabel 2. ANOVA jumlah ikan untuk setiap zona suhu.
ANOVA
Jumlah ikan
Berdasarkan tabel ANOVA diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikasi jumlah
ikan pada setiap zona memiliki nilai signifikasi 0.000, dengan ini nilai signifikasi yang <
dari 0.05 menujukkan bahwa nilai signifikasi pada uji tersebut berbeda nyata.
Tabel 3. Suhu pada masing-masing zona
10 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5
Min 23 25 29 29 31
Max 25 28 30 34 36
Range 23-25 25-28 29-30 29-34 31-36
Rata-rata 23.52 25.64 29.34783 31.8 33.16
Berdasarkan data pengamatan jumlah ikan relatif banyak di zona II yang memiliki suhu
antara 25-26oC, sedangkan zona yang jarang terdapat ikan yaitu pada zona IV, hal ini
mungkin dikarenakan suhu air pada kedua zona ini terlalu dingin dan terlalu panas atau
mungkin karena pada saat pengamatan ikan / penghitungan ikan pada setiap 2 menit sekali
ikan terkejut atau dikejutkan dengan gerakan kami yang mendekati ikan karena kan
menghitung jumlahnya.
Grafik banyaknya ikan pada masing-masing zona yang berbeda-beda suhunya.
120
Jumlah ikan (Total)
100
80
60
40
20
0
Zona I Zona II Zona III Zona IV Zona V
Zona
Grafik diatas menunjukan jumlah ikan yang terbanyak pada zona II dan yang paling
sedikit pada zona IV.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tempat atau
zona yang paling banyak terdapat ikan pada saat penghitungan adalah zona II karena suhu air
pada zona II ini tidak terlalu panas, yaitu sekitar 25-26oC, sedangkan zona yang paling sedikit
terdapat ikan adalah zona IV.
DAFTAR PUSTAKA
Djamal, Zoer’aini.1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Penerbit P.T Bumi
Aksara: Jakarta.
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Penerbit Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisisologi Ikan. Penerbit P.T Rineka Cipta: Jakarta.
Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbis Kanisius: Yogjakarta.
Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Penerbit Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Yogjakarta.
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Penerbit Universitas Negeri Malang: Malang.
Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Penerbit Universitas Gadjah Mada.
Yogjakarta.