Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

MELAKSANAKAN PROSES EKSTRAKSI

EKSTRAKSI MINYAK KACANG TANAH DARI BIJI


KACANG TANAH

Oleh :

1. Latifatul Jannah
2. Luthfiyatul Khoiroh
3. Muhammad Akmalul Musthofa
4. Muhammad Irfan Ma’ruf
5. Muhmmad Reysaldy Hernawan

DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CERME GRESIK
KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA INDUSTRI
Jl. Jurit Kec. Cerme Kab. Gresik – Jawa Timur 61171
2013 – 2014
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas Melaksanakan Proses Ekstraksi


(MPEKS)

Judul : Ekstraksi Minyak Kacang Tanah Dari Biji Kacang Tanah

Oleh :
1. Latifatul Jannah
2. Luthfiyatul Khoiroh
3. Muhammad Akmalul Musthofah
4. Muhammad Irfan Ma’ruf
5. Muhammad Reysaldy Hernawan

Telah disetujui dan disahkan :

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Imam Muchlis, ST Afida Kartika Sari, A.Md

NIP 197112122007011012 NIP –

Menyetujuui

Kepala Kompetensi Keahlian KI

Luluk Mashluchah

NIP
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan ini tanpa
ada halangan yang berarti.
Laporan yang berjudul “Ekstraksi Zat Pewarna Dari Daun Mangga” ini
kami susun dalam rangka memnuhi tugas Melaksanakan Proses Ekstraksi
(MPEKS). Laporan dan uji praktik penelitian ini, kami laksanakan mulai November
2014 bertempat di Laboratorium SMK Negeri 1 Cerme Gresik.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Kepala SMK Negeri 1
Cerme Gresik yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan, Bapak/Ibu
Pembimbing yang juga telah banyak memberikan pengarahan teknis berkaitan
dengan penyelesaian laporan ini, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita, khususnya pembaca.

Gresik, 15 November 2014


EKSTRAKSI ZAT PEWARNA ALAMI DARI DAUN MANGGA

Oleh :
Latifatul Jannah, Luthfiyatul Khoiroh, Muhammad Akmalul Musthofa, Muhammad Irfan Ma’ruf,
Muhammad Reysaldy Hernawan
SMK Negeri 1 Cerme - Gresik

ABSTRAK
Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang di
ekstraksi hingga meengalami perubahan bentuk maupun zat. Di dalam daun mangga yang digunakan
sebagai zat pewarna merupakan pigmen mangiferine yang terdapat pada daun mangga. Disini
mangiferine memiliki gugus kromofor yaitu C = O. Gugus auksokrom yaitu – OH yang berasal dari
golongan anion dan senyawa oragnaik tak jenuh hidrokarbon aromatik. Kandungan xanton jenis
mangiferin pada mangga sebanyak 7 % - 15 %. Di dalam daun mangga mengandung kristal kuning
(xanton). Sedangkan xanton merupakan senyawa sejenis flavonoid yang telah digunakan sebagai zat
warna selama beratus- ratus tahun. Xanton dari mangiferaindica ini adalah glukosida – C mangiferin.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari bagaimana cara membuat pewarna alami yang
tidak mengandung bahan kimia menggunakan proses ekstraksi, destilasi dan evaporasi. Prosedur
dalam pembuatan pewarna alami terdiri dari beberapa tahap. Yakni tahap persiapan, tahap percobaan
dan tahap pengujian hasil akhir. Tahap analisa merupakan tahap pengecilan partikel, pengeringan
sampel dan penimbangan berat bahan produk. Untuk tahapan percobaan terdiri ekstraksi
menggunakan ethanol sebanyak 170 ml dan menstabilkan suhu ketika destilasi di suhu 75 – 85 0C.
Dan pada tahapan terakhir yakni pada tahapan pengujian hasil akhir atau produk. Dan dapat
disimpulkan bahwa dari 15 gram bahan yang digunakan dapat menghasilkan pewarna alami (non
tekstil) sebanyak 13,6674 gram. Sedangkan warna dari hasil pewarna alami yakni hijau kehitaman,
namun dalam percobaan menghasilkan warna hijau tua.

Kata Kunci : pewarrna alami, pigmen mangiferin, flavonoid, glukosida,


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….ii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………….vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………v
ABSTRAK …………………………………………………………..vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….1
1.3 Tujuan………………………………………………………2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


BAB III METODELOGI
3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………….3
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………3
3.3 Alat dan Bahan………………………………………………….3
3.4 Prosedur Pembuatan…………………………………………….5
a. Pengambilan Sampel…………………………………………..5
b. Uji Mutu Produk………………………………………………….7
1) DO (Dissolved Oxygen)………………………………7
2) Ph……………………………………………………..8
3) Turbidity……………………………………………..8
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................15
B. Saran..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
beberapa zat warna telah mengalami perkembangan seperti halnya zat warna
hasil rekayasa teknologi yang ikut berkembang. Warna merupakan salah satu
faktor penentu yang dilihat oleh seseorang sebelum memutuskan untuk
memilih suatu barang yang termasuk didalamnya adalah makanan dan
minuman.
Makanan yang memiliki warna cenderung lebih menarik untuk dipilih
konsumen daripada makanan yang tidak berwarna. Pemakaian pewarna
sintetik pada makanan dan minuman telah banyak digunakan, khususnya zat
warna. Masih banyak ditemukan pemakaian zat warna yang berbahaya bagi
manusia, contohnya: Rhodamin B, Sudan I, Metanil Yellow, Citrus Red,
Violet, dan lain-lain.
Pewarna-pewarna tersebut dinyatakan berbahaya oleh peraturan
menteri kesehatan RI No. 239/Men.Kes/Per/V/85. Harga pada makanan yang
menggunakan pewarna sintetik biasanya relatif lebih murah dan lebih menarik
jika dibandingkan dengan zat pewarna untuk makanan.
Seiring dengan meluasnya pemakaian pewarna sintetik, sering terjadi
penyalahgunaan pewarna pada makanan. Sebagai contoh digunakannya
pewarna tekstil untuk makanan sehingga membahayakan konsumen. Zat
pewarna tekstil dan pewarna cat biasanya mengandung logam berat, seperti:
arsen, timbal, dan raksa sehingga bersifat racun. Beberapa bahan pewarna
yang harus dibatasi penggunaannya diantaranya adalah amaran, allura merah,
citrus merah, karamel, eritrosin, indigotine, karbon hitam dan karkumin.
Amaran dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan tumor, reaksi
alergi pada pernafasan dan dapat mengakibatkan hiperarki pada anak-anak.
Allura merah dapat memicu kanker limpa sedangkan karamel dapat
menimbulkan efek pada sistem saraf dan dapat menyebabkan gangguan
kekebalan. Penggunaan tartrazine maupun sunset yellow yang berlebihan
dapat menyebabkan reaksi alergi, khususnya bagi orang yang sensitif pada
asam asetilsiklik dan asam benzoate, selain dapat mengakibatkan asma dapat
pula menyebabkan hiperarki pada anak. Fast green FCF yang berlebihan akan
menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor, sedangkan sunset yellow
dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lender pada
hidung, sakit pinggang, muntah-muntah dan gangguan pencernaan.
Indigotine dalam dosis tertentu mengakibatkan hiperaktif pada anak-
anak. Pemakaian eritrosin akan mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan
hiperaktif pada anak dan efek yang kurang baik pada otak dan perilaku,
sedangkan poncean SX dapat mengakibatkan kerusakan sistem urin,
kemudian dapat memicu timbulnya tumor.
Begitu juga dengan zat pewarna yang berbahaya seperti Rhodamin B,
pemakaian zat warna ini tidak diizinkan karena dapat menimbulkan bahaya
bagi konsumen. Bahan ini apabila dikonsumsi dapat menyebabkan gangguan
pada fungsi hati bahkan kanker hati.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemisahan zat pewarna dengan metode ekstraksi soxhlet?
2. Bagaimana cara menentukan kadar pewarna dalam sampel dengan metode
ekstraksi soxhlet?
3. Bagaimana cara mengetahui kemampuan pelarut etanol dalam
mengekstraksi pewarna pada daun mangga?
1.3. Tujuan
1. Dapat memisahkan zat pewarna dengan metode ekstraksi soxhlet.
2. Dapat menentukan kadar pewarna sampel dengan metode ekstraksi
soxhlet.
3. Dapat mengetahui kemampuan pelarut etanol dalam mengekstraksi
pewarna alami didalam daun mangga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ekstraksi

Kelarutan Senyawa dalam suau pelarut dinyatakan sebagai jumlah


gram zat terlarut dalam 100 mL pelarut pada 25 0C. Senyawa akan larut dalam
suatu pelarut jika kekuatan atraktif antara kedua molekul (zat terlarut dan
pelarut) adalah sesuai atau disukai. Yang polar larut dalam pelarut polar, dan
sebaliknya. Jadi sifat kepolaran senyawa non polar terjadi karena perbedaan
keelektronegatifannya kecil atau sama, misalnya C-C, C-H ; sedangkan
senyawa polar terdapat perbedaan keelektronegatifan besar seperti pada C-O,
C-N, C-X. Demikian pula diantara molekul yang mengandung O-H, atau N-
H akan terjadi ikatan hidrogen (antar molekul) sangat menentukan kelarutan.

Gambar 2.1 Alat ekstraksi

Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan proses


pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan
kepada prinsip kelarutan. Jika kedua fasa tersebut adalah zat cair yang tidak
saling bercampur, disebut ekstraksi cair-cair.Partisi adalah keadaan
kesetimbangan keberhasilan pemisahan sangat tergantung pada perbedaan
kelarutan senyawa tersebut dalam kedua pelarut.Secara umum prinsip
pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu
dan sangat larut di pelarut lainnya.Air banyak dipakai dalam sistem ekstraksi
cair-cair senyawa organik karena banyak senyawa organik yang bersifat ion
atau sangat polar yang cukup larut dalam air Pelarut lainnya adalah pelarut
organik yang tidak bercampur dengan air (yaitu bukan dari golongan alkohol
dan aseton). Dalam sistem ekstraksi ini akan dihasilkan dua fasa yaitu fasa air
(aqueos) dan fasa organik. Selain syarat kelarutan yang harus berbeda jauh
perbedaannya di kedua pelarut tersebut, juga syarat lain adalah pelarut
organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari senyawa
terekstraksi (biasanya dibawah 100 0C), tidak mahal dan tidak bersifat racun

Dasar metoda ekstraksi cair-cair adalah distribusi senyawa diantara


dua fasa cair yang berada dalam keadaan kesetimbangan. Perbandingan
konsentrasi di kedua fasa cair disebut koefisien distribusi (K) yaitu K=Ca/Cb.
Perpindahan senyawa terlarut dari satu fasa ke fasa lain akhirnya mencapai
keadaan setimbang (pada suhu tertentu). Maka K bisa ditentukan. Efisiensi
proses ekstraksi ini tergantung pada jumlah ekstraksi dilakukan, bukan
volume pelarut. Hal ini dinyatakan dengan perhitungan konsentrasi zat
terlarut :

Cn = Co [KV1/(KV1+V2)]n

Dimana Co adalah konsentrasi semula, V1 volume semula, K koefisien


distribusi dan V2 volume pengekstrak. Dengan persamaan ini kelihatan akan
lebih efektif n kali ekstraksi dari pada satu kali ekstraksi. Lebih baik dilakukan
beberapa kali ekstraksi dari pada satu kali dengan jumlah yang sama.
Tabel 2.1 Beberapa pelarut yang biasa digunakan ekstraksi
Jenis Pelarut Titik Didih Kerapatan Sifat dan
0C g/mL penggunaanya
Sangat luas, polar,
Air 100 1,000
ionik
Sangat luas, mudah
Dietil Eter 35 0,714
terbakar
Hidrokarbon/nonpolar,
Heksan 61 0,659
terbakar
Aromatik, mudah
Benzen 80 0,879
terbakar racun
Toluen 111 0,876 Seperti benzen
Non polar, mudah
Pentan 36 0,626
terbakar

Metanol 65 Mudah terbakar racun

Kloroform 61 1,492 Sangat polar


Metilen Klorida 41 1,335 Polar, beracun
Hidrokarbon, non
Karbontetraklorida 77 1,594
polar, racun
Mudah menguap,
Etanol 79 0,789 mudah terbakan dan
tak berwarna

2.1.1. Proses Ekstraksi


2.1.1.1. Ekstraksi asam basa
Ekstraksi asam basa adalah termasuk jenis ekstraksi
yang didasarkan pada sifat asam dan basa senyawa organik,
disamping kelarutannya.Senyawa asam atau basa organik
direaksikan dengan basa atau asam sehingga membentuk
garamnya.Garam ini tidak larut dalam pelarut organik (non
polar) tetapi larut baik dalam air. Ekstraksi basa dikembangkan
untuk isolasi kovalen asam organik dari campurannya, juga
kovalen basa organik (alkaloid) yang diekstraksi dengan asam
mineral dengan cara titrasi
2.1.1.2. Ekstraksi padat-cair
Ekstraksi padat-cair adalah juga termasuk cara
ekstraksi yang lazim disebut ekstraksi pelarut, dimana zat yang
akan diekstraksi )biasanya zat padat) terdapat dalam fasa
padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi senyawa
organik (padat) dari bahan alam.Efesiensi ekstraksi padat cair
ini ditentukan oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang
mengandung zat organik dan banyaknya kontak dengan
pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan alam harus
menggunakan peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut
soxhlet
2.1.1.3. Penyaringan dan corong pisah
Corong pisah adalah alat untuk melakukan ekstraksi
cair-cair yaitu proses pengocokan sistem dua pelarut, agar
proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan
beberapa lama sampai kedua pelarut terpisah dengan baik,
baru dilakukan pemisahan salah satu pelarut.Identifikasi
pelarut bagian atas dan bawah, ditentukan atas dasar perbedaan
kerapatannya.Kerapatan yang besar ada di bagian bawah.
Proses penyaringan merupakan bagian penting dalam
pemisahan zat padat dari larutan atau zat cair. Dilakukan
dengan menggunakan kertas saring yang dipasang dalam
corong.
Ada dua macam cara penyaringan yaitu penyaringan
gaya berat (biasa) dan penyaringan dengan pengisapan
(suction). Penyaringan biasa digunakan untuk mengumpulkan
cairan dari zat padat yang tak larut. Kertas saring yang
digunakan adalah jenis lipat (fluted). Penyaringan cara ini
sering dilakukan pada kondisi panas (penyaringan panas),
misalnya untuk memisahkan karbon aktif setelah proses
penghilangan warna larutan (decolorizing). Cara penyaringan
lain adalah penyaringan dengan pengisapan (suction), yaitu
cara penyaringan yang memerlukan kecepatan dan kuat dan
digunakan untuk memisahkan padatan kristal dari cairannya
dalam rektalisasi. Pengisapan dilakukan dengan menggunakan
aspirator-air atau pompa vakum dengan desain khusus. Dan
corongnya yang digunakan adalah corong buchner atau corong
hirsch
2.1.1.4. Pengeringan ekstrak

Ekstraksi yang melibatkan air sebagai pelarut


umumnya air akan sedikit terlarut dalam sejumlah pelarut
organik seperti kloroform, benzen dan eter. A ir ini harus
dikeluarkan sebelum dilakuakn destilasi pelarut. Ada dua
tahap pengeringan, pertama ekstrak ditambahkan larutan jenuh
natrium klorida (garam dapur) sejumlah volume yang sama.
Garam akan menaikkan polaritas air berarti menurunkan
kelarutannya dalam pelarut organik. Kemudian tambahkan zat
pengering garam anorganik anhidrat yang betul betul kering
atau baru. Zat pengering ini adalah anhidrat dari garam berair
kristal yang kapasitasnya sebanding dengan jumlah air
kristalnya. Yang umum digunakan adalah Magnesium Sulfat,
Natrium Sulfat. Magnesium sulfat adalah pengering paling
efektif akan tetapi sangat mahal. Kalsium klorida lebih murah
akan tetapi sering membentuk komplek dengan beberapa
senyawa organik yang mengandung oksigen (misalnya etanol).

2.1.2. Prinsip dasar ekstraksi pelarut


Hukum fase Gibb’s menyatakan bahwa :
P+V=C+2
Keterangan :
P = fase
C = Komponen
V = Derjat kebebasan

Pada ekstraksi pelarut , kita mempunyai P = 2 , yaitu fase air dan


organik, C= 1, yaitu zat terlarut di dalam pelarut dan fase air pada
temperatur dan tekanan tetap, sehingga V = 1,
jadi kita akan dapat :
2 + 1 = 1+2, yaitu P + V = C + 2
2.1.3. Klasifikasi Ekstraksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara
kalsik adalah mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang
diekstraksi., sebagai khelat atau sistem ion berasosiasi. Sekarang
klasifikasi didasarkan atas proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam
berlangsung , maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme
tertentu .
Golongan ekstraksi berikutnya dikenali sebagai ekstraksi
melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik.
Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan
pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui
pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase
organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis .
Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat
yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan
pelarut pengekstraksi.
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi
bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi
bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup
dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur
dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga
terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua
lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada pada banyaknya
ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika jumlah
ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-
sedikit.(Khopkar 1990).Perbandingan antara konsentrasi solut dalam
fase organik terhadap solut dalam fase air disebut koefisien distribusi
(Kd).
2.1.4. Tujuan Ekstraksi
Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat didalam simplisia. Basic daripada
ekstraksi ini adalah perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan
ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan
dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk
mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan
pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia
tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun
struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya
belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang
dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat
diperoleh dari pustaka.Hal ini diikuti dengan uji kimia atau
kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia
tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional
Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai
obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan
melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya
jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya
dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program
skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji
organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada
penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan
aktivitas biologi khusus.
2.1.5. Syarat Pelarut
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada
larutan air yang mengandung gugus yang bersangkutan.
Adapun syarat pelarut lainnya yaitu :
1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan
dan konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
2. Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
3. Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya untuk
keperluan analisa lebih lanjut
2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
1. Tipe persiapan sampel
2. Waktu ekstraksi
3. Kuantitas pelarut
4. Suhu pelarut
5. Tipe pelarut

Zat pewarna dalam daun mangga dapat diekstraksi dengan


perkolasi, imersi, dan gabungan perkolasi-imersi. Dengan metode
perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa merendam dan
berkontak dengan seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi
terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang bersirkulasi
di dalam ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:
a. Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan
permukaan bahan selalu tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat
membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.
b. Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara
periodeik sampai bahan benar-banar terendam oleh pelarut. Oleh
karena itu pelarut mengalir perlahan pada permukaan bahan,
bahkan saat sirkulasinya cepat.
c. Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk
mempermudah pelarut bergerak melalui bahan.
d. Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-
current terhadap bahan. Sehingga bahan dengan kandungan zat
pewarna yang paling sedikit harus berkontak dengan pelarut yang
kosentrasinya paling rendah.

Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan


yang kandungan zat pewarnanya lebih mudah terekstraksi. Sementara
metode imersi lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak
atau zat lain yang berdifusi lambat.
2.2. Pengertian Mangga
Tumbuhan mangga (Mangifera indica L.) menurut perkiraan para ahli
berasal dari daerah sekitar Bombay dan daerah di sekitar kaki gunung
Himalaya, kemudian menyebar keluar daerah, diantaranya Amerika Latin,
benua Afrika, juga negara - negara di kawasan Asia Tenggara, seperti
Vietnam, Philipina, dan Indonesia.
Klasifikasi Mangga :
1. Kingdom : Plantae
2. Divisi : Spermatopyhta
3. Kelas : Dicotyledonae
4. Ordo : Anancardiales
5. Famili : Anacardiaceae
6. Genus : Mangifera
7. Species : Mangifera indica Linn
Untuk kondisi alam di Indonesia, mangga dapat tumbuh baik pada
tempat yang musim panasnya kuat, di dataran rendah dengan volume curah
hujan rendah sampai sedang. Sebagai contoh : di pesisir utara pulau jawa,
sebagaian besar daerah jawa timur, sampai pesisir sebelah timur antara
Pasuruan, Situbondo dan Probolinggo, Kepulauan Sunda Kecil, daerah
propinsi Riau, tenggara pulau Sulawesi sampai pulau Buton dan sekitarnya.
Dilihat dari unsur botani dan habitatnya, tumbuhan mangga memiliki
pohon yang tinggi mencapai 10 meter - 30 meter atau lebih dan umumnya
dapat mencapai puluhan tahun. Batangnya tumbuh tegak, kokoh, berkayu dan
berkulit tebal yang warnanya abu - abu kecoklatan, pecah - pecah serta
mengandung damar. Percabangannya banyak yang tumbuh ke segala arah
hingga tampak rimbun. Akar bercabang - cabang, kokoh dan berkulit tebal
warna kecoklatan. Daun tumbuh tunggal pada ranting, letaknya berselang -
seling dan bertangkai panjang. Bentuk daun panjang lonjong dengan bagian
ujung meruncing. Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua,
sedangkan permukan sebelah bawah berwarna hijau muda. Tumbuhan
mangga dapat tumbuh dan diproduksi di daerah tropik maupun sub tropik. Di
daerah tropik Indonesia, mangga tumbuh baik di dataran rendah sampai
ketinggian maksimal 500 meter diatas permukan laut, meskipun dapat hidup
sampai pada ketinggian lebih kurang 1300 meter, namun produksinya tidak
begitu banyak dan kualitasnya pun tidak baik. Unsur iklim yang penting bagi
tumbuhan mangga adalah curah hujan, suhu (temperatur) dan angin, suhu
yang ideal adalah antara 270 C - 340 C dan tidak ada angin kencang atau panas,
serta membutuhkan penyinaran antara 50 % - 80 %.
Kandungan kimia tumbuhan mangga antara lain : Octane, Alanine,
Alpha-phellandrene, Alpha - pinene, Ambolic - acid, Cembonic - acid,
Arginie, Ascorbic-acid, Beta - carotene beta pinene, Carotenoids, Fulfural,
Gaba, Gallic - acid, Mangiferic - acid, Mangiferine, Mangiferol, Mangiferlic
- acid, Myristic - acid, Neo-beta- carotene-b, Neo-beta-carotene-u,
Neoxantophyll, Nerol, Neryl - acetate, Oloic -acid, Oxalic-acid, P-coumaric-
acid, Palmitic-acid, Palmitoleic-acid, Pantothenic-acid, Peroxidase,
Phenylalanine, Phytin, Proline, Quercetin, Xanthophll.
Kegunaan tumbuhan mangga antara lain untuk obat - obatan misalnya:
gatal-gatal, rematik, gangguan darah, empedu, pencernaan, diare, desentri,
wasir, sembelit, susah tidur. Selain itu untuk diolah menjadi makanan dan
minuman seperti sale, selai, dodol, sari buah mangga.
Kegunaan lainnya adalah sebagai sumber zat warna dan yang
digunakan sebagai zat warna pada tumbuhan mangga ini adalah pigmen
mangiferine yang terdapat pada daun mangga. Mangiferine disini memiliki
gugus kromofor yaitu C = O, gugus auksokrom yaitu - OH yang berasal
dari golongan anion dan senyawa organik tak jenuh hidrokarbon aromatik.
Kandungan xanton jenis mangiferin pada mangga sebanyak 7 % - 15 %. Di
dalam daun mangga mengandung kristal kuning (xanton).
Xanton adalah senyawa sejenis flavonoid yang telah digunakan
sebagai zat warna selama beratus - ratus tahun. Xanton dari mangifera indica
ini adalah glukosida - C mangiferin.
Mangiferin yang terdapat pada daun batang mangga ini
mempunyai gugus - gugus penting dalam standar zat warna antara lain :
1. Zat organik tak jenuh : Hidrokarbon Aromatik
2. Gugus kromofor : = C =O (karbonil) dan = C = C (etenil)
3. Gugus auksokrom : OH (golongan anion)
Zat warna dari daun mangga larut dalam air, alkohol, aseton, asam,
piridin, tri chlor as acetat (TCA), dan etil asetat sehingga tergolong water-
soluble dyes.
Bagian yang akan digunakan sebagai zat warna adalah daun mangga,
karena di dalam daun mangga terdapat pembuluh yang digunakan untuk
membawa zat - zat makanan dari akar menuju ke daun.

2.2.1 Klasifikasi Ilmiah Mangga

Mangga
Nama latin: Mangifera indica L.
Nama lain: Pao / taipa (Sulawesi selatan)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Division : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Rosidae
Order : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Species : Mangifera indica L.

Morfologi
Pada umumnya pohon mangga berperawakan besar, tinggi dapat
mencapai 40 meter atau lebih, meski kebanyakan pohon mangga hanya
sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat;
dengan daun-daun lebat membentuk tajuk berbentuk kubah, oval atau
memanjang, dengan diameter batang sampai 10 m. Kulit batangnya
tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas
tangkai daun. Warna kulit batang yang sudah tua biasanya coklat
keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.
Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat
panjang bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke bawah semakin
sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30 -
60 cm. Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu.
Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25 - 12,5 cm, bagian pangkalnya
membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya.
Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin
mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya
seperti dalam lingkaran (roset). Helai daun bervariasi namun
kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2 - 10 × 8 - 40 cm, agak
liat seperti kulit, hijau tua mengkilap, berpangkal melancip dengan tepi
daun bergelombang dan ujung meruncing, dengan 12 - 30 tulang daun
sekunder.
Beberapa variasi bentuk daun mangga:
 Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.
 Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.
 Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
 Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.

Daun yang masih muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan


atau kekuningan; yang kemudian akan berubah pada bagian permukaan
sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan
bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau
lebih.

Anatomi
Mangga merupakan tanaman berdivisi magnoliophyta dengan
kelas magnoliopsida yang mana mempunyai ciri anatomi: batang dan
akar berkambium, dengan pertumbuhan menebal sekunder, serta
memiliki berkas pengangkut kolateral dan bikoteral.

Kegunaan
Tanaman mangga memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai
desinfektan tubuh sehingga melindungi tubuh dari serangan infeksi,
pembersih darah, menurunkan kolestrol, sembelit, reumatik, susah
tidur, dan gatal-gatal. Mangga memiliki sifat kimia dan efek
farmakologis tertentu yang bersifat pengelat, peluruh urine, penambah
nafsu makan, peluruh (mengencerkan) dahak, pencahar dingin.
Kandungan asam galat pada mangga sangat baik utnuk saluran
pencernaan. Selain itu dapat pula menyembuhkan radang kulit,
influenza, asma, gusi berdarah, radang tenggorokan dan sesak napas,
bisa mengatasi bisul, kudis, cacingan dan keputihan.

Kegunaan bagian-bagian dari tanaman mangga sebagai obat cukup


beragam, berikut ini kegunaan dari beberapa bagian tanaman mangga:
1. Buah: obat asma, bronkitis, sesak nafas dan influenza berat.
2. Isi Biji: sebagai obat cacing, dan digoreng sebagai obat murus.

2.2.2 Komposisi Buah Mangga

Buah masak (isi 100 g):

 78 – 85 g air,
 13 – 20 g karbohidrat,
 0,3 – 0,8 g protein,
 0,1 – 0,2 g lemak,
 0,6 – 0,7 g serabut,
 0,1 – 0,2 mg besi,
 10 – 15 mg fosforus,
 9 – 25 mg kalsium,
 vitamin B1, 0,05 – 0,08 mg vitamin B2,
 14 – 62 mg vitamin C, dan
 bahan kimia asid benzoik, asid sitrik, mangiferin, mangin, pewarna
kuning dan tanin.

Biji banyak mengandung bahan lemak, karbohidrat, tanin dan


asid galik. Minyak oleodistearin, fosforus, kalsium dan magnesium.

Daun mangga mengandung senyawa organik tarakserol-3beta


dan ekstrak etil asetat yang bersinergis dengan insulin mengaktivasi
GLUT4, dan menstimulasi sintesis glikogen, sehingga dapat
menurunkan gejala hiperglisemia.
2.3 Zat Pewarna Alami Daun Mangga
Dalam percobaan ini, tinjauan umum zat warna adalah senyawa
organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna ke suatu objek atau
suatu kain. Suatu zat berwarna bila zat tersebut melakukan absorbsi selektif
dari sinar yang masuk, dan meneruskan (memantulkan) sebagian dari sinar
yang tidak di absorbsi, seperti yang nampak dalam indera penglihatan. Sinar
yang terlihat oleh mata adalah yang panjang gelombangnya = 400-800Ǻ,
Apabila zat tidak melakukan adsorbsi selektif, maka zat itu tak berwarna.
Pada tahun 1876, Witt menyatakan bahwa molekul zat warna
merupakan gabungan dari zat organik tak jenuh, kromofor sebagai pembawa
warna danauksokrom sebagai pengikat antara zat warna dengan serat. Zat
organik tak jenuh yang biasa dijumpai dalam pembentukan molekul zat warna
adalah senyawa aromatik. Golongan dari senyawa hidrokarbon aromatik yang
bisa digunakan sebagai zat warna adalah senyawa organik yang diperoleh dari
reaksi suatu amino aromatik primer yang disuspensi dari suatu larutan asam
mineral dalam air, kemudian direaksikan dengan natriun nitrit, untuk
menghasilkan suatu zat warna pada hidrokarbon aromatik dimana senyawa
tersebut harus mengandung senyawa azo. Adapun gugus yang dapat
digunakan untuk zat warna adalah gugus kromofor.
Gugus kromofor ini yang dapat menyebabkan molekul menjadi
berwarna. Pada gugus kromofor yang biasanya digunakan dalam pewarnaan
adalah jenis - jenis gugus fungsi yang didalamnya mengandung zat warna
diantaranya ialah azo, nitroso, nitro, karbonil, tio, etenil, karbonitrogen.,
azometin, dan lain sebagainya.
Gugus Auksokrom adalah gugus yang mengaktifkan kerja kromofor
dan memberikan daya ikat terhadap serat atau kain yang diwarnainya. Pada
gugus auksokrom yang digunakan sebagai daya ikat terhadap serat atau kain
digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Golongan kation yaitu suatu gugus fungsi yang didalamnya bisa
mengandung gugus amino primer dan asam amino.
Misalnya adalah :- NH2, - NHCH3, - NCH3, - NCH3Cl.
2. Sedangkan untuk golongan anion yaitu suatu gugus fungsi yang
didalamnya mengandung gugus alkana dan fenol, tetapi ada juga yang
mengandung asam, misalnya : - SO3H, - OH, - COOH.
Gugus auksokrom pada zat warna alam, kecuali indigo, pada
umumnya golongan anion, yang memiliki sifat mudah larut dalam air,
sehingga dapat diduga ketahanan luntur zat warnanya rendah sebab ikatan
yang terjadi ialah ikatan hidrogen. Untuk memperkuat ikatan tersebut perlu
dilakukan proses iring (after treatment atau fiksasi).
Dalam zat warna terdapat suatu golongan diantaranya zat warna pada
alam adalah zat warna yang di peroleh dari alam atau tumbuh - tumbuhan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan cara ekstraksi menurut
aplikasinya atau pemakainnya pada bahan tekstil, zat warna alam dapat
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu : Zat warna direk, zat warna asam -
basa, zat warna mordan, dan zat warna bejana.
Zat warna direk adalah suatu zat warna yang dapat langsung mewarnai
bahan tekstil (dari serat alam) secara langsung. Ikatan antara serat alam
(bahan tekstil), dengan zat warna yang berdasarkan ikatan hidrogen. Setelah
proses pencelupan selesai perlu diperlukan proses fiksasi agar daya tahan
luntur warna kain yang dicelupkan dengan zat warna ini baik. Contoh
golongan ini ialah curcumin.
Zat warna asam - basa karena pada proses pencelupannya memerlukan
suasana asam - basa. Zat warna pada jenis ini memiliki gugus kombinasi asam
dan basa, tetapi diterapkan pada pewarnaan serat sutra atau wol, tetapi tidak
memberikan warna yang permanen pada katon. Contoh golongan ini adalah
flavanoid pigmen.
Zat warna mordan adalah zat yang dibuat tidak larut pada tekstil
dengan mengkomplekskan atau penyepitan (chelation) dengan suatu ion
logam yang disebut mordan. Zat pewarna jenis ini tidak mampu mewarnai
kain (tenunan), kecuali dengan bantuan mordan. Mordan yang digunakan
biasanya mengandung hidroksida atau garam basa yang berasal dari Al, Cr,
Fe, Cu, Co. Mordan ini mampu membentuk suatu senyawa yang dapat larut
bersama pewarna dalam kain, sehingga dapat mewarnai dengan baik. Contoh
Zat warna ini adalah alizarin.
Zat warna bejana yaitu zat warna yang dapat mewarnai serat melalui
proses reduksi - oksidasi (redoks) dikenal sebagai pewarna yang paling tua di
dunia, dengan ketahanan yang paling unggul dibandingkan ketiga jenis zat
warna alam lainnya. Zat warna ini memiliki sifat tidak larut dalam air, tetapi
dengan reduksi-oksidasi akan dihasilkan senyawa yang larut dalam air.
Tenunan (kain) kemudian di celup, setelah beberapa lama kain tersebut di
ambil, dan dioksidasikan dengan udara, sampai timbul warna yang melekat
dengan baik pada kain tersebut. Contoh zat warna jenis ini adalah indigo.

BAB III
METODOLOGI
3.1. Jenis Penelitian
Dalam percobaan ini, kami menggunakan jenis penelitian yang bersifat
Eksperimen (uji coba).
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Praktek percobaan ini telah dilaksanakan pada 15 November 2014.
Praktek percobaan ini dilakukan di Laboratorium SMK Negeri 1 Cerme
Gresik.
3.3. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktek percobaan ini
ditunjukkan pada tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3.
Tabel 3.1.Nama alat yang dibutuhkan untuk ekstraksi minyak kacang tanah

No. Nama Alat Spesifikasi Satuan Jumlah


1. Statif buah 1
2. Klem buah 2
3. Elektromantel buah 1
4. Soxhlet buah 1
5. Kondensor buah 1
6. Selang buah 2
7. Gelas Ukur 100 ml buah 1
8. Labu alas Bulat 250 ml buah 1
9. Botol Semprot buah 1
10. Stopwatch buah 1
11. Termometer Alkohol buah 1
12. Kertas Saring buah 1
13. Corong buah 1
14. Neraca Analitik buah 1
15. Spatula buah 1
16. Ember buah 1
17. Filter buah 1
18. Benang Helai Secukupnya
19. Mortal + Alu Buah 1

Tabel 3.1.Nama bahan yang dibutuhkan untuk ekstraksi minyak kacang tanah
No. Nama Bahan Spesifikasi Satuan Jumlah
1. Daun Mangga gram 15
2. Etanol ml 175
3. Air secukupnya

3.4. Gambar Alat

3
2
4

5
6
Nama-nama instrument dan fungsinya :
1. Kondensor : Untuk pengembunan/ mengubah uap menjadi titik-
titik
2. Pipa samping : Pipa tempat lewatnya uap pelarut ke kondensor
3. Timbel : Tempat untuk menampung bahan ekstraksi
4. Sivon : Pipa kecil untuk mengembalikan cairan ekstrak
kedalam labu
5. Labu datar bulat : Tempat untuk menampung pelarut maupun sampel
6. Elektromantel : Pemanas

3.5 Prosedur Percobaan


3.5.1 Merangkai Alat Ekstraksi
1. Menghaluskan helaian daun dengan menggunakan belender.
2. Menimbang kertas saring dan dicatat hasilnya kemudian
menimbang butiran kacang tanah diatas kertas saring sebanyak 15
gram dan mengikat dengan benang.
3. Mengisi labu alas bulat 250 ml dengan etanol (pelarut) 96%
sebanyak 175 ml menggunakan corong.
4. Menempatkan helaian daun yang telah halus dan yang telah diikat
di dalam alat soxhlet.
5. Merangkai alat ekstraksi dengan benar, dan memastikan alat
ekstraksi telah terpasang kuat.
6. Mengekstraksi daun mangga selama 3 sirkulasi.
7. Menentukan kadar pewarna dalam gr.
3.5.2 Destilasi Hasil Ekstraksi
1. Menyiapkan satu set alat destilasi.
2. Membersihkan alat dan membilas dengan aquadest setelah itu
mengeringkannya.
3. Menyipkan statif dan klem.
4. Memasang elektromantel diatas statif.
5. Menyiapkan sampel (air kondensor) yang akan di destilasi.
6. Mengambil larutan yang telah diekstraksi kemudian memasukkan
kedalam labu alas bulat menggunakan corong.
7. Meletakkan labu alas bulat yang sudah diisi dengan sampel air
diatas elektromantel.
8. Memasang thermometer diatas labu datar bulat dengan
penyumbat karet.
9. Memasang klem pada leher atas labu datar bulan hingga terpasang
erat.
10. Memasang selat sebagai keluar masuknya air pada kondensor.
11. Merangkai alat kondensor dengan menyatukan dengan pipa labu
datar bulat.
12. Memasang alat adaptor dan menyatukan dengan kondensor.
13. Meletakkan erlenmeyer sebagai tempat destilat di bawah adaptor
dengan penyumbat karet.
14. Menyambungkan selang air masuk pada filter dan menyalakan
filter, air akan otomatis masuk menuju kondensor.
15. Memanaskan cairan dan mengamati kenaikan temperature.
16. Menghitung waktu tetesan pertama hingga didapat destilat
(pelarut) dan sisakan ±25 ml di dalam labu alas bulat.
17. Sisa larutan yang ada di labu alas bulat tersebut di evaporasi
dengan cara memasukkan larutan kedalam cawan porselen dan
memanaskan diatas elektromantel hingga pelarut habis dan
menyisakan produk (minyak).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kacang tanah diambil sebanyak 15 gram dan sebelumnya telah dihaluskan


dan dikeringkan didalam oven menghasilkan zat pewarna sebanyak …..ml setelah
dilakukan proses ekstraksi, destilasi dan evaporasi.

4.1. Data Pengamatan Proses Ekstraksi


NO PENGAMATAN KETERANGAN
1 Nama Alat Ekstraksi Soxhlet
2 Berat Bahan Ekstraksi 15 gram
3 Prosen Kapasitas Operasioanal Alat 15 gr/250 ml
4 Kadar Minyak Bahan Ekstraksi ?
5 Volume Pelarut 250 ml
7 Suhu Ekstraksi Rata-rata -
8 Suhu Kondensor 320C
9 Laju Pengembunan Pelarut (tetes/menit) 124 tetes/menit
Laju Aliran Pelarut (Sirkulasi/jam) 1
10 sirkulasi/menit
26,40

11 Suhu Air Pendingin Inlet 290C


12 Suhu Air Pendingin Outlet 350C
13 Waktu Ekstraksi 1 jam 3 menit
14 Berat Ekstrak (Minyak yang dihasilkan) 5,0432 gram
15 Berat Rafinat 48,8515 gram
16 Kadar Minyak dalam Rafinat 18,9577
20 Kenampakan Produk Hasil Ekstraksi Hijau Kehitaman
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
1. Cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet yaitu dengan merangkai
alat ekstraksi lalu memasukkan pelarut ke labu pemanas dan mengisi zat
padat pada selongsong dan selanjutnya diekstraksi sampai menghasilkan
minyak. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak zat pewarna atau
mangiferia menggunakan pelarut organic setelah pelarutnya diuapkan zat
pewarnanya dapat ditimbang dan dihitung persentasenya. Pelarut yang
digunakan pada percobaan ini adalah etanol. Pemilihan pelarut ini
didasarkan pada sifatnya yang non-polar, volatile dan dapat menarik zat
pewarna serta sukar larut dalam air.
2. Untuk mengetahui berapa banyak kah kadar pewarna yang terdapat pada
daun mangga, khususnya pada 15 gr sampel daun manggay yang telah di
ekstraksi. Yakni dengan cara melakukan pengekstraksian dan dilanjutkan
dengan metode distilasi, serta pada proses yang akhir yakni proses ng
penguapan atau yang sering disebut dengan proses evaporasi. Yani
pemisahan antara sisa – sisa etanol yang masih tercampur dengan
pewarna. Dan dihentikan ketika sudah dirasa cukup habis menguap etanol
tersebut. Dan kadar pewarna ditimbang, namun tidak melupakan sebelum
menimbang. Cawan petri telah diketahui berapa beranya sehingga
dilakukan pengurangan antara cawan yang berisi zat pewarna dikurangi
dengan beratnya cawan kosong.
3. Dalam pemilihan jenis pelarut faktor yang perlu diperhatikan antara lain
adalah daya melarutkan bahan (berdasarkan kepolaritasan), titik didih,
sifat racun, mudah tidaknya terbakar dan pengaruh terhadap alat
peralatan ekstraksi. Pada umumnya pelarut yang sering digunakan
adalah etanol karena etanol mempunyai polaritas yang tinggi sehingga
dapat mengekstrak bahan lebih banyak dibandingkan jenis pelarut
organik yang lain. Pelarut yang mempunyai gugus karboksil (alkohol)
dan karbonil (keton) termasuk dalam pelarut polar. Etanol mempunyai
titik didih yang rendah dan cenderung aman. Etanol juga tidak beracun
dan berbahaya. Kelemahan penggunaan pelarut etanol adalah etanol larut
dalam air, dan juga melarutkan komponen lain seperti karbohidrat, resin
dan gum. Larutnya komponen ini mengakibatkan berkurangnya tingkat
kemurniannya. Keuntungan menggunakan pelarut etanol dibandingkan
dengan aseton yaitu etanol mempunyai kepolaran lebih tinggi sehingga
mudah untuk melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak,
karbohidrat, dan senyawa organik lainnya.
5.2. Saran
1. Sebelum melaksanakan praktek mempelajari atau memahami prosedur
yang akan dilaksanakan.
2. Mengecek alat sebelum dilaksanakan praktikum serta melakukan
pengontrolan saat proses berlangsung.
3. Berhati-hati saat melakukan proses ekstraksi, kerjasama kelompok sangat
diperlukan serta menjaga kebersihan selama praktikum.

Anda mungkin juga menyukai