Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“ANTIKOAGULAN”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 B

NAMA ANGGOTA:
LAIYINATUL AFIDAH 11171020000033
SHANIFA DIAN MURDEDI 11171020000036
DEA YULIA FITRIS 11171020000041
SAKINAH RAMADHANI FARDIANI 11171020000048
TIFANY PUTRI SAHARA 11171020000049
NADHIA PUTRI KARIMAH 11171020000050

DOSEN PEMBIMBING:
VIA RIFKIA S. Farm., M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
APRIL/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum “Antikoagulan” ini
dengan baik.

Kami menyadari laporan praktikum ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang ada.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam proses pembuatan laporan praktikum ini, sehingga dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
tim dosen pengajar matakuliah Praktikum Farmakologi yang telah memberikan
arahan dan bimbingannya.

Ciputat, April 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Darah merupakan jaringan ikat khusus yang beredar di seluruh tubuh,
berperan dalam pengangkutan gas-gas pernafasan, hasil pencernaan,
komponen-komponen fungsional seperti enzim, hormon, dan berbagai molekul
lainnya, serta pembuangan limbah metabolisme. Darah tersusun dari
komponen sel dan cairan yang disebut plasma. Sel-sel darah terdiri atas
eritrosit, leukosit, dan trombosit. Masing-masing sel memiliki tugas yang
penting untuk menunjang aktivitas tubuh (Keohane et al., 2015). Oleh karena
itu, pemeriksaan darah dapat menunjukkan kondisi fisiologis suatu individu
sebagai bentuk tanggapan terhadap perubahan status fisiko-kimia di
lingkungannya. (Fitria dan Sarto, 2014).
Antikoagulan adalah terapi utama untuk pencegahan dan pengobatan
akut dan jangka panjang dari berbagai macam tipe penyakit tromboemboli.
Atrial fibrilasi merupakan salah satu penyakit yang banyak menggunakan
antikoagulan untuk pencegahan stroke tromboemboli. Selain itu, antikoagulan
juga banyak digunakan pada pasien dengan sindrom koroner akut.
(Erlanda,2018)
Antikoagulan mempunyai cara kerja yang berbeda-beda yaitu,
antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion Ca2+, antikoagulan yang
bekerja dengan cara mengaktifkan antitrombin, dan antikoagulan yang bekerja
dengan penghambatan reduksi vitamin K. ( Sadikin, 2002)
Untuk mengevalusi efek obat antikoagulan maka dilakukanlah
beberapa metode eksperimental. Salah satunya dengan melakukan pengujian
efek antikoagulan pada hewan percobaan yaitu pada mencit, tikus, atau kelinci.
Prinsip pengujian efek antikoagulan secara eksperimental pada hewan uji
adalah dengan mengukur kemampuan obat untuk menahan proses pembekuan
darah yang diberikan secara eksperimental kepada hewan percobaan, yaitu
seperti dengan pemberian luka pada salah satu bagian tubuh hewan uji.
1.2. Tujuan Percobaan
a. Mampu melaksanakan pengujian antikoagulan.
b. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari
manifestasi efek antikoagulan.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Koagulasi
Koagulasi (penggumpalan) adalah proses dimana perubahan darah dari
cairan menjadi gel. Ini berpotensi menghasilkan hemostatis, penghentian
kehilangan darah dari pembuluh yang rusak, diikuti dengan perbaikan.
Mekanisme koagulasi melibatkan aktivasi, adhesi, dan agregasi trombosit
bersama dengan deposisi dan pematangan fibrin. Gangguan koagulasi adalah
penyakit yang dapat mengakibatkan perdarahan (perdarahan atau memar) atau
pembekuan obstruktif (trombosis). (Goodman and Gilman, 2012).

2.2. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah. Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan
meluasnya trombus dan emboli maupun untuk mencegah bekunya darah in
vitro pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi (Delina dkk, 2018).
Obat ini tidak melarutkan bekuan yang sudah ada tetapi bekerja sebagai
pencegahan pembentukan bekuan baru. Antikoagulan dipakai pada klien yang
memiliki gangguan pembuluh arteri dan vena yang membuat mereka berisiko
tinggi untuk pembekuaan darah. Gangguan pada vena mencakup trombosis
vena dalam dan emboli paru (akhirnya adalah masalah arteri), dan gangguan
arteri mencakup trombosis koronaria (infark miokardium), adanya katup
jantung buatan, dan serangan pembuluh darah otak (CVA, atau stroke) (Joyce
L, 1996).
Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu heparin,
antikoagulan oral, dan antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion
kalsium.
a. Heparin, diperkenalkan pada tahun 1938, adalah substansi alami yang
berasal dari hati yang berfungsi untuk mencegah pembentukan bekuan.
Heparin dipakai pada bedah jantung terbuka untuk mencegah pembekuan
darah dan pada klien gawat darurat yang menderita koagulasi intravaskular
diseminata (DIC). Fungsi utamanya adalah untuk mencegah trombosis
vena yang bisa menimbulkan emboli paru. Karena heparin tidak diabsorpsi
dengan baik dari saluran cerna, obat ini diberikan secara subkutan untuk
pencegahan atau intravena untuk mengobati trombosis akut. Heparin dapat
diberikan sebagai bolus intravena (IV) atau dalam cairan intravena yang
terus diinfuskan. Heparin memperpanjang masa pembekuan, dan PTT
(masa tromboplastin parsial) dan APTT (waktu tromboplastin parsial
teraktivasi), dipantau selama pemberian terapi. Heparin dapat menurunkan
hitung trombosit, menyebabkan trombositopenia.
b. Antikoagulan Oral. Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna
untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan,
umumnya obat ini digunakan dalam jangka panjang. Terhadap trombosis
vena, efek antikoagulan oral sama dengan heparin, tetapi terhadap
tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang efektif.
Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan
timbulnya tromboemboli, antara lain infark miokard, penyakit jantung
rematik, serangan iskemia selintas, trombosis vena, emboli paru. Contoh
obatnya warfarin, nicumalone, anisindione, kumarin dan dicumarol.
c. Antikoagulan pengikat ion kalsium. Natrium sitrat dalam darah akan
mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak
digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak tosik. Tetapi dosis
yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat
menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya
digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis
untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium edetat mengikat
kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.

2.3.Warfarin
Warfarin adalah contoh antagonis vitamin K. Warfarin bekerja dengan
menghambat reduksi vitamin K epoksid yang merupakan ko-faktor dalam
sintesis faktor II, VII, IX, dan X. Warfarin diberikan melalui oral sebagai
profilaksis dan pengobatan trombosis vena dalam dan emboli paru, profilaksis
embolisasi pada fibrilasi atrial dan penyakit rematik, dan pada pasien katup
jantung prostetik. Warfarin tidak boleh digunakan untuk trombosis serebral,
oklusi arteri perifer, ulkus peptik, hipertensi, dan kehamilan. Efek samping dari
penggunaan warfarin adalah terjadi perdarahan. (Battista, 2015)
Dosis lazim dewasa warfarin (Coumadin) untuk dewasa adalah 5
mg/hari selama 2 hingga 4 hari, diikuti dengan 2 hingga 10 mg/hari
sebagaimana ditunjukkan melalui pengukuran rasio normalisasi internasional
(international normalized ratio, INR), suatu nilai yang diperoleh dari nilai PT
pasien. Ketersediaan hayati larutan warfarin natrium rasemat hampir lengkap
jika diberikan secara oral, intramuskular, intravena, atau rektal. Warfarin
biasanya dapat dideteksi di plasma dalam waktu 1 jam setelah pemberian oral
dan konsentrasi puncak dicapai dalam 2 hingga 8 jam. Rentang waktu paruh
25 hingga 60 jam, dengan rata-rata sekitar 40 jam dan durasi kerja warfarin 2
hingga 5 hari. (Goodman and Gilman, 2012)

2.4.Aspirin
Aspirin adalah asam asetilsalisilat, berasal dari pohon willow. Aspirin
bekerja dengan memblok sintesis tromboksan A2 dari asam arakidonat dengan
cara asetilasi pada trombosit/platelet, sehingga menghambat enzim
siklooksigenase. Tromboksan A2 menstimulasi fosfolipase C, sehingga
meningkatkan kadar kalsium dan menyebabkan agregasi trombosit. Namun,
efek ini hanya berlangsung singkat karena sel endotel dapat mensintesis
siklooksigenase yang baru, berbeda dengan trombosit. (Battista, 2015)
Aspirin diberikan secara oral untuk pencegahan dan pengobatan infark
miokard dan stroke iskemik. Aspirin juga digunakan sebagai analgesik dan
antiinflamasi. Aspirin tidak boleh digunakan untuk anak di bawah usia 12
tahun (risiko sindrom Reye), selama menyusui, hemofilia, ulkus peptik atau
reaksi hipersensitivitas. Efek samping dari penggunaan aspirin adalah
bronkospasme dan pendarahan gastrointestinal. (Battista, 2015)
Aspirin cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan dan segera dihidrolisis
menjadi asam salisilat, dengan kadar puncak asam salisilat dalam plasma
tercapai dalam 1‐2 jam (Beckman Coulter, 2003). Sediaan tablet salut selaput
menunjukkan kecepatan absorpsi yang bervariasi, dimana konsentrasi puncak
dalam plasma tercapai dalam 4‐6 jam setelah pemberian, namun onset ini dapat
tertunda sampai 8‐12 jam pada dosis tinggi (Chyka et al., 2007). Kecepatan
absorpsi ini dipengaruhi oleh bentuk sediaan, ada tidaknya makanan dalam
lambung, tingkat keasaman lambung, dan faktor fisiologis lainnya (Beckman
Coulter, 2003).
Aspirin dihidrolisis menjadi asam salisilat di dalam sistem
gastrointestinal dan sirkulasi darah (dengan waktu paruh aspirin 15menit)
(Chyka et al., 2007). Dalam bentuk asam salisilat, waktu paruh dalam plasma
dalam dosis terapetik menjadi 2‐4,5 jam, namun dalam dosis yang berlebihan
(overdosis) waktu ini dapat lebih panjang, antara 18 sampai 36 jam (Ijaz et al.,
2003).

2.5. Klopidogrel
Klopidogrel menghambat aktivasi reseptor glikoprotein Iib/IIIa pada
permukaan trombosit/platelet, yang diperlukan untuk agregasi. Klopidogrel
diberikan secara oral untuk pencegahan sekunder kejadian kardiovaskuler dan
serebrovaskular. Klopidogrel dapat digunakan pada pasien yang alergi
terhadap aspirin. Efek samping dari penggunaan klopidogrel adalah terjadi
perdarahan, gangguan abdominal, mual dan muntah. (Battista, 2015)
Klopidogrel merupakan prodrug dengan onset kerja lambat. Dosis
lazim adalah 75 mg/hari dengan atau tanpa dosis muatan 300 mg. (Goodman
and Gilman, 2012). Klopidogrel memiliki waktu paruh obat selama 8 jam dan
biasanya dieliminasi melalui feses atau ginjal (Sigit, J.I, 2003).
BAB III

METODE KERJA

3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:


a) Mencit
b) Kandang mencit
c) Sarung tangan
d) Masker
e) Jarum oral
f) Kanulla
g) Gunting
h) Alkohol swab
i) Timbangan mencit
j) Gelas beker
k) Stopwatch
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
a) Suspensi Na CMC
b) Suspensi warfarin
c) Suspensi aspirin
d) Suspensi klopidogrel
Hewan yang digunakan:
Hewan yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit betina
dengan berat badan 22, 26, dan 28 gram.

3.2. Prosedur Kerja


3.2.1. Percobaan Pada Hewan Coba
1. Hewan coba dipuasakan semalam sebelum percobaan.
2. Hewan coba ditimbang terlebih dahulu.
3. Pada bagian tertentu dari hewan coba diberikan tanda untuk
menyatakan berat hewan coba.
4. Dosis pemberian obat antikoagulan dan VAO dihitung sebelum
diberikan kepada hewan coba.
5. Hewan coba diinjeksikan dengan obat antikoagulan.
6. 30 menit setelah diinjeksi, ekor mencit dipotong dengan gunting
kira-kira 0,3 cm dari ujung paling distal.
7. Setelah ekor dipotong, ekor mencit cepat-cepat dicelupkan ke dalam
NaCl fisiologis.
8. Waktu pendarahan mulai pada saat memotong ekor sampai darah
berhenti mengalir dicatat.
9. Waktu pendarahan antara kontrol dengan perlakuan antara
kelompok-kelompok obat lain dibandingkan.
10. Hasil percobaan dibahas dan disimpulkan.

3.2.2. Pembuatan Suspensi


1. 0,05 gram Na CMC dikembangkan dalam 1 ml air hangat.
2. 49 ml aquadest di ad dan dicampur hingga homogen.
3. 5 ml suspensi Na CMC diambil kemudian dicampur hingga
homogen dengan obat antikoagulan (warfarin, aspirin, dan
klopidogrel) yang telah digerus terlebih dahulu.
4. Injeksikan 0,05 ml suspensi Na CMC ke mencit 1 dan 5 ml suspensi
warfarin, aspirin, dan klopidogrel ke mencit 2, 3, dan 4.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4
Bobot badan 22 g 28 g 26 g
Suspensi Na
Obat Warfarin Aspirin Klopidogrel
CMC
Dosis manusia - 5 mg 325 mg 300 mg
100 mg/5
Konsentrasi - 2 mg/5 ml 75 mg/5 ml
ml
1,028 61,728
Dosis mencit - 66,8 mg/kg
mg/kg mg/kg
VAO 0,05 ml 0,056 ml 0,093 ml 0,1069 ml
Waktu
1 menit 59 5 menit 32 27 menit 59
pendarahan 0 detik
detik detik detik
mulai-berhenti

4.2. Pembahasan
Pada praktikum antikoagulan kali ini, hewan percobaan yang
digunakan adalah mencit. Mencit dipilih karena struktur dan sistem organ yang
mirip dengan manusia. Mencit yang diperlakukan merupakan mencit betina
sehingga hormon pada saat siklus menstruasi mempengaruhi efek kerja obat.
Sebelum diperlakukan, mencit dipuasakan terlebih dahulu dengan tujuan untuk
mempercepat proses absorbsi.
Pemberian obat dilakukan secara oral, yaitu dengan memberikan
suspensi Na CMC (sebagai kontrol negatif), suspensi warfarin, suspensi
aspirin, dan suspensi klopidogrel pada tiap mencit yang berbeda.
Mencit yang diberikan Na CMC berperan sebagai kontrol negatif
dikarenakan Na CMC tidak memberikan efek sebagai pembeku darah atau
pengencer darah. Terjadinya pembekuan darah yang ditandai dengan
berhentinya darah yang mengalir dari ekor mencit disebabkan oleh adanya
antikoagulan alami yang terdapat di dalam mencit. Bukan dikarenakan
pemberian Na CMC.
Pemberian suspensi Na CMC secara oral sebagai zat pensuspensi
adalah CMC-Na, golongan ini bersifat non toksik dan aman digunakan sebagai
zat pensuspensi, CMC-Na dapat larut dengan mudah dalam air panas atau
dingin membentuk larutan kental (Anief, 2000). Waktu pendarahan yang
terjadi pada mencit yang diberikan suspensi Na CMC berakhir pada 1 menit 59
detik, hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kisaran waktu terjadinya
koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir
dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar
40% dari volume semula dalam waktu 24 jam. (Frandson, 1992)
Pada mencit kedua diberikan suspensi warfarin dengan dosis hewan
yaitu sebanyak 1,028 mg/kg untuk berat badan mencit 22 gram dan VAO 0,05
ml. Namun berdasarkan hasil pengamatan, setelah diperlakukan dengan
memotong 3 mm dari ujung ekor mencit menggunakan gunting jaringan,
pendarahan tidak terjadi dan bagian ekor mencit yang dipotong berubah warna
menjadi merah.
Warfarin merupakan antagonis vitamin K, yaitu antikoagulan oral yang
diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan trombosis vena dan
perluasannya serta pencegahan dan pengobatan komplikasi tromboemboli
yang terkait dengan fibrilasi atrium. Onset warfarin biasanya 24 hingga 72 jam.
Efek terapi puncak terlihat 5 sampai 7 hari setelah inisiasi. Dari hal tersebut
dapat dilihat bahwa efek kerja warfarin setelah 30 menit pemberian belum
bereaksi karena onset yang dibutuhkan warfarin belum tercapai. Kemungkinan
lain tidak berdarahnya ekor mencit karena praktikan memotong ekor mencit
pada jaringan ekor yang sudah mati sehingga ekor tersebut tidak mengeluarkan
darah.
Pada mencit ketiga diberikan suspensi aspirin dengan dosis hewan yaitu
66,8 mg/kg untuk berat mencit 28 gram dan VAO 0,093 ml. Berdasarkan hasil
pengamatan, pendarahan ekor mencit terjadi sampai 5 menit 32 detik.
Aspirin adalah antikoagulan oral yang diindikasikan untuk
menghambat pembentukan tromboksan yang merupakan senyawa yang
berperan dalam pembekuan darah. Onset aspirin sekitar 5-30 menit, serta akan
tereliminasi dalam 3-6 jam. Dari hal tersebut, dapat dilihat waktu pendarahan
mencit berhenti yang menandakan bahwa kerja aspirin berefek pada menit ke
5 dan berakhir dalam 3-6 jam.
Hal ini berbeda dengan hasil percobaan pada mencit yang diberikan
aspirin yang diketahui efek aspirin berakhir pada menit ke 5 dan detik ke 32
yang ditandai dengan berhentinya darah yang keluar dari ekor mencit yang
dipotong. Namun, setelah mencit dibiarkan beraktivitas kembali ditempatnya,
dalam beberapa menit kemudian tampak bercak darah di sekitar mencit yang
berarti ekor mencit masih mengalami pendarahan. Dengan demikian, hasil atau
waktu pengamatan yang didapat tersebut kurang tepat disebabkan oleh
kesalahan praktikan dalam menentukan waktu akhir pendarahan pada ekor
mencit.
Pada mencit keempat diberikan klopidogrel dengan dosis hewan 64,39
mg/kg untuk berat mencit 26 gram dan VAO 0,1 mL. Klopidogrel adalah
antikoagulan oral yang bekerja menghambat Adenosine Diphosphate (ADP)
dengan mengikat reseptor P2Y12 pada permukaan trombosit dalam mencegah
aktivasi dan agregasi trombosit yang diinduksi oleh ADP. Onset klopidogrel
yaitu 2 jam setelah diinjeksikan serta akan tereliminasi dalam 5 hari.
Berdasarkan hasil pengamatan, efek klopidogrel muncul setelah 30 menit
pemberian dan berlangsung selama 27 menit 59 detik. Cepatnya efek yang
muncul pada mencit tersebut disebabkan oleh laju absorbsi yang meningkat
karena mencit telah dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui antikoagulan yang
memiliki efek paling lama secara berturut-turut adalah klopidogrel, aspirin, dan
warfarin.
Menurut Goodman and Gilman (2012), warfarin biasanya dapat
dideteksi di plasma dalam waktu 1 jam setelah pemberian oral dan konsentrasi
puncak dicapai dalam 2 hingga 8 jam. Rentang waktu paruh 25 hingga 60 jam,
dengan rata-rata sekitar 40 jam dan durasi kerja warfarin 2 hingga 5 hari.
Menurut Ijaz et al (2003), waktu paruh warfarin dalam plasma dalam dosis
terapetik menjadi 2‐4,5 jam, namun dalam dosis yang berlebihan (overdosis)
waktu ini dapat lebih panjang, antara 18 sampai 36 jam. Menurut Sigit, J.I
(2003), klopidogrel memiliki waktu paruh obat selama 8 jam dan biasanya
dieliminasi melalui feses atau ginjal.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa berdasarkan
waktu obat mengalami eliminasi maka antikoagulan yang memiliki efek kerja
yang lama secara berturut-turut adalah warfarin, klopidogrel, dan terakhir
aspirin.
Adanya ketidaksesuaian ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
pertama disebabkan oleh kesalahan memotong bagian ekor mencit yaitu
memotong pada bagian jaringan ekor yang telah mati. Kedua disebabkan oleh
kesalahan menentukan waktu saat pendarahan pada ekor mencit berakhir.
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Koagulasi (penggumpalan) adalah proses dimana perubahan darah dari
cairan menjadi gel. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan
darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi
beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu heparin, antikoagulan oral, dan antikoagulan yang bekerja
dengan mengikat ion kalsium.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui antikoagulan yang
memiliki efek paling lama secara berturut-turut adalah klopidogrel, aspirin, dan
warfarin. Berdasarkan waktu obat mengalami eliminasi maka antikoagulan
yang memiliki efek kerja yang lama secara berturut-turut adalah warfarin,
klopidogrel, dan terakhir aspirin.
Adanya ketidaksesuaian ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
pertama disebabkan oleh kesalahan memotong bagian ekor mencit yaitu
memotong pada bagian jaringan ekor yang telah mati. Kedua disebabkan oleh
kesalahan menentukan waktu saat pendarahan pada ekor mencit berakhir.
DAFTAR PUSTAKA

Anief. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Cetakan ke sembilan, 169, 210-
211. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Battista, Elisabetta. 2012. Crash Course Pharmacology, 4th edition. Indonesia:


Elsevier. (Diterjemahkan oleh Dr. Med. Abraham Simatupang, dr., Mkes)

Beckman Coulter. 2003. Salicylate (SALY), Bulletin 9282 tdm 9. Beckman Cuolter,
Inc. www.beckmancoulter.com, diakses pada 7 April 2019

Chyka P.A., Erdman A.R., Christianson G., Wax P.M., Booze L.L., Manoguerra
A.S., et al. 2007. Salicylate poisoning: An evidence‐based consensus
guideline for out‐of‐ hospital management. Clin Toxicol 45:95‐131.DOI:
10.1080/15563650600907140

Erland, Wiza dan Yerizal Karani. 2018. Penggunaan Antikoagulan pada Penyakit
Ginjal Kronik. FK UNAND PRESS

Frandson, R.D. 1992. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono Dan
Praseno)

Goodman & Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Editor Joel. G.
Hardman & Lee E. Limbird, Konsultan Editor Alfred Goodman Gilman.
Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Ijaz,A., Bhatti,H.N., Rasheed, S., Sadaf, B., dan Nawaz, R. 2003. Pharmacokinetic
Study of Aspirin in Healthy Female Volunteers. Pakistan J of Biol Sci 6:1404‐
1407

Laksmindra Fitria et al. 2016. Pengaruh Antikoagulan dan Waktu Penyimpanan


terhadap Hematologis Tikus (Rattus novergicus Berkenhout,1769) Galur
Wistar. Biosfera vol 33(1):22-30

Yardi,dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi. Jakarta: Fakultas Ilmu


Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN

1. Lampiran Perhitungan
Diketahui:
Dosis warfarin = 5 mg/60 kg
Dosis aspirin = 325 mg/60 kg
Dosis klopidogrel = 300 mg/60 kg
Konsentrasi warfarin = 2 mg/5 ml
Konsentrasi aspirin = 100 mg/5 ml
Konsentrasi klopidogrel = 75 mg/5 ml
a. Dosis warfarin
Berat mencit = 22 g
 HED = dosis mencit x (hewan (km):manusia (km)
5 mg/60 kg = dosis mencit x (3:37)
0,0833 mg/kg = dosis mencit x 0,08
Dosis mencit = 0,0833 mg/kg : 0,08
Dosis mencit = 1,028 mg/kg
 VAO = (dosis x bobot mencit) : konsentrasi
= (1,028 mg/kg x 0,022 kg) : 2 mg/5 ml
= 0,056 ml
b. Dosis aspirin
Berat mencit = 28 g
 HED = dosis mencit x (hewan (km):manusia (km)
325 mg/60 kg = dosis mencit x (3:37)
5,42 mg/kg = dosis mencit x 0,08
Dosis mencit = 5,42 mg/kg : 0,08
Dosis mencit = 66,8 mg/kg
 VAO = (dosis x bobot mencit) : konsentrasi
= (66,8 mg/kg x 0,028 kg) : 100 mg/5 ml
= 0,093 ml
c. Dosis klopidogrel
Berat mencit = 26 g
 HED = dosis mencit x (hewan (km):manusia (km)
300 mg/60 kg = dosis mencit x (3:37)
5 mg/kg = dosis mencit x 0,08
Dosis mencit = 5 mg/kg : 0,08
Dosis mencit = 64,39 mg/kg
 VAO = (dosis x bobot mencit) : konsentrasi
= (64,39 mg/kg x 0,026 kg) : 75 mg/5 ml
= 0,1116 ml

2. Lampiran Dokumentasi
a. Kelompok 2

b. Kelompok 3
c. Kelompok 4

Anda mungkin juga menyukai