Anda di halaman 1dari 28

KAJIAN GRAMATIKAL PADA KARYA

SASTRA
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stilistika
Dosen Pengampu: Ilmi Solihat, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 2 kelas 6B
Ifah Rodifah (2222160052)
Fitri Adharianti (2222160065)
Ferdianti Fitri Asih (2222160070)
Siti Naulita Nuragustin S (2222160071)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia.
Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini
setiap penulis memiliki cara dalam mengemukakan gagasan dan
gambarannya serta gaya bahasa untuk menghasilkan efek-efek tertentu
bagi pembacanya. Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk
membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap
bagaimana nilai sebuah karya sastra. Stilistika sering dikaitkan dengan
bahasa sastra meskipun Chapman menyatakan bahwadapat ditujukan
terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa (Nurgiyantoro, 1995:
279).
Adapun, Pradopo (2000: 264) mengartikan stilistika sebagai ilmu
yang mempelajari gaya bahasa. Dengan demikian, pengertian stilistika
dalam penelitian ini dapat dibatasi sebagai kajian terhadap gaya
bahasa, khususnya yang terdapat di dalam karya sastra.. Pandangan
Pradopo ini tidak berbeda dengan pandangan Hartoko dan Rahmanto
(1986: 138) yang menyatakan stilistika sebagai cabang ilmu sastra yang
memiliki style atau gaya bahasa. Sastra adalah sebuah karya seni yang
memiliki ciri sebuah ciptaan manusia, kreasi dan bukan imitasi. Luapan
emosi seseorang, bersifat otonom, otonomi sastra bersifat koheren yaitu
ada keselarasan bentuk dan isi, menghadirkan sintesis terhadap hal-hal
yang bertentangan, dan mengungkapkan sesuatu yang tidak
terungkapkan dengan bahasa sehari-hari (Wellek & Warren). Puisi
merupakan cabang sastra yang menggunakan kata-kata yang
menyampaikan ilusi/ imaji. (Mc.Caulay). Puisi mempunyai struktur fisik
dan struktur batin yang dapat kita kaji oleh berbagai macam
pendekatan.
Dalam pengkajian puisi ini, penulis memilih puisi ….
yang berjudul ….., Karena puisi ini sangat menarik bagi penulis, menarik
karena mengisahkan antara manusia dengan sang penciptanya, pada
kata-kata yang digunakannya maupun makna yang terdapat dalam puisi
tersebut. Dan puisi yang berjudul Insyaf ini, akan dikaji melalui
pendekatan stilistika. Mengapa penulis memilih pendekatan ini? Karena
penulis ingin mengetahui bagaimana unsur leksikal dan gramatikal pada
puisi ini, juga karena penulis tertarik pada pendekatan stilistika ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk unsur gramatikal pada puisi?

C. Tujuan Masalah
2. Mengetahui bentuk unsur gramtikal pada puisi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aspek Gramatikal
Aspek gramatikal yang dimaksud adalah unsur sintaksis yang di
dalamnya terdapat frase, klausa, dan kalimat. Aspek gramatikal juga
menjadi penentu kelancaran suatu komunikasi bahasa. Jika kosakata yang
dipakai sederhana dan didukung oleh struktur sintaksis yang juga
sederhana, itu merupakan jaminan bahwa komunikasi bahasa akan lancar
(Nurgiyantoro, 2014: 186-187). Menurut Nurgiyantoro (2014: 191) unsur
struktur yang dapat dijadikan fokus kajian adalah kompleksitas kalimat,
jenis kalimat, dan jenis frasa dan klausa. Unsur-unsur tersebut dapat
diambil sebagian maupun seluruhnya.
B. Unsur Gramatikal
Aspek gramatikal tidak terlepas dari aspek sintaksis yang terdiri dari
frase, klausa, dan kalimat. Struktur sintaksis tidak lain adalah susunan kata
menurut aturan tertentu. Sebuah kata boleh saja memiliki makna
referensial, namun makna yang secara pasti dikandungnya sebenarnya
baru dapat ditentukan setelah berada dalam struktur kalimat atau bahkan
wacana yang memuatmu. Unsur gramatikal yang dimaksud menyaran
pada pengertian struktur kalimat. Dalam kegiatan komunikasi Bahasa, juga
jika dilihat dari kepentingan stile, kalimat lebih penting dan bermakna
daripada sekedar kata walau kegayaan kalimat dalam banyak hal juga
dipengaruhi oleh pilihan katanya (Nurgiyantoro, 1990: 293). Dalam sastra,
pengarang mempunyai kebebasan penuh dalam mengkreasikan Bahasa
sehingga adanya berbagai bentuk penyimpangan kebahasaan, termasuk
penyimpangan struktur kalimat, merupakan hal yang wajar dan sering
terjadi. Penyimpangan struktur kalimat itu sendiri dapat bermacam-macam
wujudnya, bias jadi berupa pembalikan, pemendekan, pengulangan,
penghilangan unsur tertentu, dan lain-lain, yang kesemuanya tentu
dimaksudkan untuk mendapatkan efek estetis tertentu disamping untuk
menekankan pesan tertentu (Nurgiyantoro, 1998: 293). Kegiatan analisis
kalimat, juga dapat dilakukan dengan cara berikut, baik hanya diambil
sebagian maupun seluruhnya, bahka jika dipandang perlu dapat
ditambahkan dengan unsur lain (Nurgiyantoro, 1998: 294-295).
1. Kompleksitas kalimat : sederhana ataukah kompleks struktur kalimat
yang digunakan, bagaimana keadaanya secara keseluruhan?
Berapakah rata-rata jumlah kata perkalimat? Bagaimanakah variasi
penampilan struktur kalimat sederhana dan kompleks, sifat hubungan
apakah yang menonjol, koordinatif, subordinatif ataukah parataksis?
2. Jenis kalimat : jenis kalimat apa sajakah yang dipergunakan; kalimat
deklratif (kalimat yang menyatakan sesuatu), kalimat imperative
(kalimat yang mengandung makna perintah atau larangan), kalimat
interogatif (kalimat yang mengandung makna pertanyaan), kalimat
minor (kalimat yang tak lengkap fungtor-fungtornya, mungkin berupa
minor berita, perintah, tanya atau seru)? Jenis kalimat manakah yang
menonjol apa fungsinya? Pembedaan jenis kalimat ini dapat juga
ditinjau secara lain, misalnya aktif pasif, nomina verbal, langsung tak
langsung, dan sebagainya.
3. Jenis kalusa dan frasa: klausa dan frasa apa sajakah yang menonjol,
sederhana ataukah kompleks? Jenis klausa yang ada pastilah banyak
sekali, kita dapat membatasi diri dengan mengambil sejumlah di
antaranya yang memang terlihat dominan.
C. Pentingnya Aspek Gramatikal
Tujuan komunikasi bahasa adalah untuk menyampaikan informasi
kepada pihak lain. Tujuan ini berlaku juga pada semua ragam bahasa
termasuk ragam bahasa sastra. Aspek ide, gagasan, informasi, atau
muatan makna dikemas dalam bahasa yang secara konkret berupa
deretan kata yang disusun sesuai dengan sistem struktur gramatikal
bahasa.
Sehingga jika dilihat dari kepentingan stile, kalimat lebih penting dan
bermakna daripada sekedar kata walau pendayaan kata dalam kalimat
dalam banyak hal juga dipengaruhi oleh susunan katanya. Untuk menjadi
sebuah kalimat yang bermakna, hubungan sintagmatik kata-kata tersebut
harus gramatikal sesuai dengan sistem tata bahasa yang bersangkutan.
Dalam berbagai penuturan, dalam berbagai ragam bahasa, aspek stile
yang berbentuk unsur sintaksis sering dikreasikan sedemikian rupa agar
penuturan menjadi menarik, tidak monoton, dan tidak membosankan
sehingga muatan makna yang disampaikan mudah dipahami. Intinya,
kebebasan mengreasikan aspek bahasa, aspek sintaksis, tetap saja terikat
oleh karakteristik ragam bahasa. Ketika menulis puisi, fiksi, karya ilmiah
atau laporan jurnalistik, meskipun penulisnya sama, ia tetap saja terikat
oleh karakteristik tiap ragam bahasa tersebut.
Untuk mencapai efek keindahan struktur dalam penulisan teks-teks
kesastraan, pengarang memiliki kebebasan penuh, bahkan sampai pada
adanya penyimpangan kebahasaan termasuk penyimpangan struktur
kalimat. Dalam stile bahasa sastra, penyimpangan dianggap hal yang wajar
dan sering terjadi. Misalnya pembalikan, permutasi, pemendekan,
pengulangan, penghilangan unsur tertentu, dll. Kesemua ini di sebut
dengan pengedepanan (foregrounding).

D. Langkah Kajian Stilistika Unsur Gramatikal


1. Tujuan kajian adalah untuk mengapresiasi keindahan teks-teks yang
dikaji baik berupa teks puisi, teks fiksi, atau yang lainnya. Fokus
kajian yaitu pada unsur sintaksis dengan diambil karakteristik jenis
tertentu yang terlihat dominan dalam teks.
2. Identifikasi unsur struktur yang telah ditetapkan.
3. Deskripsikah hasil telaah unsur sintaksis tersebut.
4. Jelaskan dan tafsirkan peran dan fungsi tiap bentuk struktur yang
dijadikan fokus kajian sebagaimana terlihat pada penyajian data
dalammewarnai dan membangkitkan efek keindahan.

E. Analisis Aspek Gramatikal pada Puisi

INSYAF
Karya Amir Hamzah
Segala kupinta tiada kauberi
Segala kutanya tiada kausahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari

Maju mundur tiada terdaya


Sempit bumi dunia raya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembira di lapangan dada

Buta tuli bisu kelu


Tertahan aku di muka dewala
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana

Besar benar salah arahku


Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu

Gapura rahasia jalam bertemu


Insyaf diriku dera durhaka
Gugur tersungkur merenang mata
Samar terdengar suwara suwarni
Sapur melipur merindu temu.

 Kutipan Struktur Kalimat (Inversi)

Kutipan Temuan

Butalah aku terdiri sendiri Kalimat Inversi

Sempit bumi dunia raya Kalimat Inversi

Runtuh ripuk astana cuaca Kalimat Inversi

Tertahan aku di muka dewala Kalimat Inversi

Tertegun aku di jalan buntu Kalimat Inversi

Hampir tertahan tumpah berkahmu Kalimat Inversi

Hampir tertutup pintu restu Kalimat Inversi

Insyaf diriku dera durhaka Kalimat Inversi

 Kutipan Kompleksitas Kalimat

Kutipan Temuan

Sempit bumi dunia raya Kompleks struktur kalimat

Segala kupinta tiada kuberi Jumlah kata 4

Segala kutanya tiada kausahuti Jumlah kata 4

Butalah aku terdiri sendiri Jumlah kata 4

Penuntun tiada memimpin jari Jumlah kata 4

Maju mundur tiada terdaya Jumlah kata 4


Sempit bumi dunia raya Jumlah kata 4

Runtuh ripuk astana cuaca Jumlah kata 4

Kureka gembira di lapangan dada Jumlah kata 4

Buta tuli bisu kelu Jumlah kata 4

Tertahan aku di muka dewala Jumlah kata 4

Tertegun aku di jalan buntu Jumlah kata 4

Tertebas putus sutera sempana Jumlah kata 4

Besar benar salah arahku Jumlah kata 4

Hampir tertahan tumpah berkahmu Jumlah kata 4

Hampir tertutup pintu restu Jumlah kata 4

Gapura rahasia jalam bertemu Jumlah kata 4

Insyaf diriku dera durhaka Jumlah kata 4

Gugur tersungkur merenang mata Jumlah kata 4

Samar terdengar suwara suwarni Jumlah kata 4

Sapur melipur merindu temu. Jumlah kata 4

Buta tuli bisu kelu Sifat hubungan parataksis

 Kutipan Jenis Kalimat


Kutipan Temuan

Insyaf diriku dera durhaka


Gugur tersungkur merenang mata Kalimat Deklaratif
Samar terdengar suwara suwarni (Pada Bait ke-5)
Sapur melipur merindu temu.

Pembahasan :

a. Struktur Kalimat
Pada puisi ini terdapat struktur kalimat inversi. Kalimat inversi adalah
kalimat yang susunan predikatnya mendahului subjek (P-S-K).
Butalah aku terdiri sendiri (aku buta)
P S

Sempit bumi dunia raya (bumi sempit)


P S
Runtuh ripuk astana cuaca (astana cuaca runtuh ripuk)
P S
Tertahan aku di muka dewala (Aku Tertahan)
P S
Tertegun aku di jalan buntu (Aku tertegun)
P S
Hampir tertahan tumpah berkahmu (Tumpah berkahmu
P S
Hampir tertahan)

Hampir tertutup pintu restu (pintu restu hampir tertutup)


P S
Insyaf diriku dera durhaka (diriku Insyaf dera durhaka)
P S
b. Kompleksitas Kalimat
Kalimat dalam puisi Subuh ini secara keseluruhan merupakan
kompleks struktur kalimatnya. Terlihat dari beberapa kutipan di atas
puisi ini memiliki kalimatnya yang ruwet atau sulit dihapahmi. Jumlah
kata dalam puisi ini keseluruhan berjumlah 4 kata tiap baitnya. Sifat
hubungan yang paling menonjol adalah Parataksis. Parataksis adalah
hubungan konstruksi kalimat, klausa atau frasa koordinatif yang tidak
menggunakan kata penghubung (seperti dan). Dapat dilihat dalam
kutipan bahwa puisi ini tidak memiliki kata penghubung dalam
kalimatnya.
c. Jenis kalimat
Jenis kalimat yang digunakan dominan dan semuanya kalimat deklaratif
atau kalimat yang menginformasikan kepada pembaca. Contohnya pada
bait ke-5 :
Insyaf diriku dera durhaka
Gugur tersungkur merenang mata
Samar terdengar suwara suwarni
Sapur melipur merindu temu.

Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif karena hanya terdapat titik


diakhir, dan tidak ditemukan tanda tanya maupun tanda seru.

Puisi ke 2 :
Subuh
Kalau subuh kedengaran tabuh
semua sepi sunyi sekali
bulan seorang tertawa terang
bintang mutiara bermain cahaya

Terjaga aku tersentak duduk


terdengar irama panggilan jaya
naik gembira meremang roma
terlihat panji terkibar di muka

Seketika teralpa;
masuk bisik hembusan setan
meredakan darah debur gemuruh
menjatuhkan kelopak mata terbuka

Terbaring badanku tiada berkuasa


tertutup mataku berat semata
terbuka layar gelanggang angan
terulik hatiku di dalam kelam

Tetapi hatiku, hatiku kecil


tiada terlayang di awang dendang
menanggis ia bersuara seni
ibakan panji tiada terdiri.

 Kutipan Struktur Kalimat (Inversi)

Kutipan Temuan

Bulan seorang tertawa terang Kalimat Inversi

Terjaga aku tersentak duduk Kalimat Inversi

Terlihat panji terkibar di muka Kalimat Inversi

Terbaring badanku tiada berduka Kalimat Inversi

Tertutup mataku berat semata Kalimat Inversi


Terulik hatiku di dalam kelam Kalimat Inversi

Menangis ia bersuara seni Kalimat Inversi

Ibakan panji tiada terdiri Kalimat Inversi

 Kutipan Kompleksitas Kalimat

Kutipan Temuan

Bulan seorang tertawa terang Kompleks struktur kalimat

Kalau subuh kedengaran tabuh Jumlah kata 4

semua sepi sunyi sekali Jumlah kata 4

bulan seorang tertawa terang Jumlah kata 4

bintang mutiara bermain cahaya Jumlah kata 4

Terjaga aku tersentak duduk Jumlah kata 4

terdengar irama panggilan jaya Jumlah kata 4

naik gembira meremang roma Jumlah kata 4

terlihat panji terkibar di muka Jumlah kata 4

Seketika teralpa; Jumlah kata 2

masuk bisik hembusan setan Jumlah kata 4

meredakan darah debur gemuruh Jumlah kata 4

menjatuhkan kelopak mata terbuka Jumlah kata 4

Terbaring badanku tiada berkuasa Jumlah kata 4

tertutup mataku berat semata Jumlah kata 4

terbuka layar gelanggang angan Jumlah kata 4


terulik hatiku di dalam kelam Jumlah kata 4

Tetapi hatiku, hatiku kecil Jumlah kata 4

tiada terlayang di awang dendang Jumlah kata 4

menanggis ia bersuara seni Jumlah kata 4

ibakan panji tiada terdiri. Jumlah kata 4

Semua sepi sunyi sekali Sifat hubungan parataksis

bintang mutiara bermain cahaya Sifat hubungan parataksis

Terjaga aku tersentak duduk Sifat hubungan parataksis

meredakan darah debur gemuruh Sifat hubungan parataksis

menanggis ia bersuara seni Sifat hubungan parataksis

 Kutipan Jenis Kalimat

Kutipan Temuan

Tetapi hatiku, hatiku kecil


Tiada terlayang di awang dendang Kalimat Deklratif
Menangis ia bersuara seni
Ibakan panji tiada terdiri

Pembahasan :
1. Struktur Kalimat
Pada puisi ini terdapat struktur kalimat inversi. Kalimat inversi adalah
kalimat yang susunan predikatnya mendahului subjek (P-S-K).
Bulan seorang tertawa terang
P S
Terjaga aku tersentak duduk
P S
Terlihat panji terkibar di muka
P S
Terbaring badanku tiada berkuasa
P S
Tertutup mataku berat semata
P S
Terulik hatiku di dalam kelam
P S
Menangis ia bersuara seni
P S
Ibakan panji tiada terdiri
P S
Dapat kita lihat dari kutipan di atas, kalimat dalam puisi ini beberapa
merupakan kalimat inversi. Ini memang sebuah penyimpangan. Namun
dalam sastra, pengarang mempunyai kebebasan penuh dalam
mengkreasikan bahasa sehingga adanya berbagai bentuk penyimpangan
kebahasaan, termasuk penyimpangan struktur kalimat, merupakan hal yang
wajar dan sering terjadi. dimaksudkan untuk mendapatkan efek estetis
tertentu disamping untuk menekankan pesan tertentu.
2. Komplekstias Kalimat
Kalimat dalam puisi Subuh ini secara keseluruhan merupakan kompleks
struktur kalimatnya. Terlihat dari beberapa kutipan di atas puisi ini memiliki
kalimatnya yang ruwet atau sulit dihapahmi. Jumlah kata dalam puisi ini
hampir keseluruhan berjumlah 4 kata, ada satu bait yang memiliki jumlah
kata hanya 2 saja. Sifat hubungan yang paling menonjol adalah Parataksis.
Parataksis adalah hubungan konstruksi kalimat, klausa atau frasa
koordinatif yang tidak menggunakan kata penghubung (seperti dan). Dapat
dilihat dalam kutipan bahwa puisi ini tidak memiliki kata penghubung dalam
kalimatnya.
3. Jenis Kalimat

Jenis kalimat yang digunakan dominan dan semuanya kalimat deklaratif


atau kalimat yang menginformasikan kepada pembaca. Dapat kita lihat
pada kutipan puisi di atas. Kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif
karena hanya terdapat titik diakhir, dan tidak ditemukan tanda tanya maupun
tanda seru.

Puisi ke-3

Rayap

Karya Emha Ainun Nadjib

Lho gimana sih kok jadinya kayak begini

Berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd

Susah dirumuskan, apalagi dibereskan

Aduh rek-rek, ini salah awalnya atau gimana

Atau karena badan kita ini terlalu besar

Sementara jiwa kita agak kerdil

Suka amat kita ini, omong kosong

Besar kepala, ilmu kita tidak seberapa

Tapi hati kita takabur, takabur, takabur


Kita rajin sekali bersumpah di bawah kitab suci

Tapi diam-diam hati kita tahu

bahwa itu semua akan kita langgar sendiri

Jadi sekarang bangunan rumah kita megah

Tapi keropos

Tiang-tiang dan kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap

Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri

Temboknya bocor-bocor

Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain

Ndak yang tahu bagaimana mengatasi

Soal-soal yang bikin sendiri ini?

Kayaknya kita harus menunggu

Irama pembusukan ini selesai

 Kutipan Struktur Kalimat

Kutipan Temuan
Aduh rek-rek, ini salah awalnya atau Pemendekan
gimana
Atau karena badan kita ini terlalu
besar

Tapi hati kita takabur, takabur, Pengulangan


takabur

Kayaknya kita harus menunggu Pemendekan


Irama pembusukan ini selesai

Jadi sekarang bangunan rumah kita Pemendekan


megah
Tapi keropos

Tapi diam-diam hati kita tahu Pemendekan


bahwa itu semua akan kita langgar
sendiri

Tiang-tiang dan kayu-kayunya Pemendekan


digerogoti rayap-rayap
Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah
diri kita sendiri

Temboknya bocor-bocor Pemendekan


Kita tambal, sambil membuat
bocoran di tempat lain

 Kutipan Kompleksitas Kalimat


Kutipan Temuan
Lho gimana sih kok jadinya kayak Struktur Kalimatnya Sederhan
begini

Tapi keropos Jumlah kata 2-9

Berantakan, serabutan, ruwet, Sifat hubungan Koordinatif


buntu, absurd
Tiang-tiang dan kayu-kayunya Koordinatif
digerogoti rayap-rayap
Atau karena badan kita ini terlalu Koordinatif
besar

Tapi diam-diam hati kita tahu Koordinatif

Tapi hati kita takabur, takabur, Koordinatif


takabur

 Kutipan Jenis Kalimat

Kutipan Temuan
 Suka amat kita ini omong Kalimat Deklaratif
kosong, besar kepala.
 Ilmu kita tidak seberapa tapi
hati kita takabur, takabur,
takabur.
 Kita rajin sekali bersumpah di
bawah kitab suci tapi diam-
diam kita tahu bahwa itu semua
akan kita langgar sendiri.
 Jadi sekarang bangunan rumah
kita megah tapi kropos.
 Tiang dan kayu-kayunya
digerogoti rayap-rayap.
 Rayap-rayap itu tidak lain
adalah diri kita sendiri.
 Temboknya bocor-bocor
 Kita tambal, sambil membuat
bocoran di tempat lain.
 Kayaknya kita harus menunggu
irama pembusukan ini selesai.
 Semua jadi susah.
 Tegang,nabrak-nabrak,
membentur-benturkan kepala.
 Sampeyan berlaku sebagai
besi jadi gampang dipatahkan.
 Air tak bisa dilukai.
 Air tak bisa ditusuk.
 Air menghibur api, ia menguap
tetapi kemudian cair kembali.
 Ruh ke sana kemari menjadi
cahaya.
 Cahaya menelusuri ke mana
saja untuk mengubah
kegalapan.
 Kadang-kadang sampeyan
sudah benar tapi belum baik.
 Di saat lain, sampeyan
sebenarnya sudah baik tapi
belum benar.

 Lho gimana sih kok jadinya Kalimat Intoregatif


kayak begini, berantakan,
serabutan, ruwet, buntu,
absurd, susah dirumuskan,
apalagi dibereskan.
 Duh aduh, ini salah awalnya
atau gimana.
 Atau karena badan kita ini
terlalu besar sementara jiwa
kita agak kerdil.
 Ada yang tahu bagaimana
mengatasi soal-soal yang kita
bikin sendiri ini?

Pembahasan:

1. Struktur Kalimat
Pada puisi di atas terdapat penyimpangan struktur kalimat yaitu
pemendekan dan pengurangan. Dapat kita lihat dari kutipan pada tabel di
atas, kalimat dalam puisi ini beberapa merupakan kalimat pengulangan dan
pengurangan. Ini memang sebuah penyimpangan. Namun, dalam sastra
pengarang mempunyai kebebasan penuh dalam mengkreasikan bahasa
sehingga adanya berbagai bentuk penyimpangan kebahasaan, termasuk
penyimpangan struktur kalimat, merupakan hal yang wajar dan sering
terjadi. dimaksudkan untuk mendapatkan efek estetis tertentu disamping
untuk menekankan pesan tertentu.
2. Kompleksitas Kalimat

Kalimat yang terdapat dalam puisi Puisi Rayap ini sacara keseluruhan
merupakan kalimat sederhana dengan rata-rata tujuh hingga sembilan kata
pada tiap kalimatnya. Namun, di dalamnya ada kekompleksan struktur.
Struktur yang digunakan penyair sangat beragam. Pada beberapa bagian,
ditemukan kalimat majemuk setara dan bertingkat. Di bagian lain juga
ditemukan kalimat sederhana. Pada bagian yang lain bahkan ditemukan
kalimat yang memiliki fungsi tidak lengkap.

Dilihat dari pemilihan kata (diksi), penyair menggunakan kata-kata yang


sudak akrab di telinga pembaca, bahkan beberapa di antaranya merupakan
kata-kata yang sering digunakan dalam dialog sehari-hari, misalnya
kata berantakan, rayap, dan suka amat. Walaupun demikian, beberapa di
antaranya juga terdapat kata-kata yang merupakan bagian dialek dari suatu
daerah, misalnya kata sampeyan (merupakan dialek masyarakat Jawa
Timur), dan kenceng (sering digunakan oleh masyarakat Jawa pada
ummnya). Beberapa istilah yang digunakan dalam puisi ini, misalnya
kata takabur, absurd, dan ruh. Sifat yang sering menonjol adalah
koordinatif, dapat terlihat pada kutipan table di atas, banyak bait yang
menggunakan kata penghubung (konjungsi) koordinatif.

3. Jenis Kalimat
Jenis kalimat yang banyak digunakan oleh penyair adalah kalimat
deklaratif (kalimat yang menyatakan sesuatu). Selain kalimat berjenis
deklaratif, penyair juga menggunakan kalimat berjenis lain yang mendukung
efek estetis dan puitisnya. Dapat kita lihat pada kutipan puisi di atas. Kalimat
tersebut merupakan kalimat deklaratif karena hanya terdapat titik diakhir,
dan tidak ditemukan tanda tanya maupun tanda seru.

Puisi ke-4

Karya Soemarno
Taubat
Astagfirullah
Ampuni aku ya Allah
Ampuni Aku
Atas salah dan khilafku
Aku manusia bejat
Manusia serakah
Manusia yang banyak dosa
Manusia yang rendah di hadapan-Mu
Tapi
Sebelum ajal menjemput
Kuingin luput
Kuingin taubat
Kuingin bebas
Bebas...
Bebas dari dosa-dosaku

 Struktur Kalimat
(pemendekan dan pengulangan)
Kutipan Temuan

Ampuni Aku Pemendekan

Atas salah dan khilafku Pemendekan

Tapi Pemendekan

Sebelum ajal menjemput Pemendekan

Ampuni aku ya Allah Pengulangan

Ampuni aku Pengulangan

Aku manusia bejat Pengulangan

Manusia serakah Pengulangan

Manusia yang banyak dosa Pengulangan

Manusia yang rendah di hadapan-Mu Pengulangan

Kuingin luput Pengulangan

Kuingin taubat Pengulangan

Kuingin bebas Pengulangan

Bebas ...... Pengulangan

Bebas dari dosa-dosaku Pengulangan

 Kompleksitas Kalimat

Kutipan Temuan

Ampuni aku ya Allah Kalimat sederhana

Astagfirullah Jumlah kata 1

Ampuni aku ya Allah Jumlah kata 4


Ampuni Aku Jumlah kata 2

Atas salah dan khilafku Jumlah kata 4

Aku manusia bejat Jumlah kata 3

Manusia serakah Jumlah kata 2

Manusia yang banyak dosa Jumlah kata 4

Manusia yang rendah di hadapan-Mu Jumlah kata 5

Tapi Jumlah kata 1

Sebelum ajal menjemput Jumlah kata 3

Kuingin luput Jumlah kata 2

Kuingin taubat Jumlah kata 2

Kuingin bebas Jumlah kata 2

Bebas ...... Jumlah kata 1

Bebas dari dosa-dosaku Jumlah kata 3

Atas salah dan khilafku Koordinatif

 Jenis Kalimat

Kutipan Temuan

Ampuni aku ya Allah


Ampuni aku Kalimat Deklratif
Atas salah dan khilafku
Pembahasan

1. Struktur Kalimat
Pada puisi Taubat struktur kalimat yang terlihat adalah adanya
pemendekan kalimat, yaitu pada kutipan
Tapi
Sebelum ajal menjemput
Kalimat ini dapat di satukan, namun pengarang membagi menjadi dua
bait dan terlihat lebih pendek.
Pada puisi ini juga terdapat pengulangan, yaitu pada frasa ampuni aku,
manusia, ku ingin, dan bebas.
2. Kompleksitas Kalimat
Kalimat dalam puisi Subuh ini secara keseluruhan memiliki struktur
kalimat yang sederhana. Terlihat dari beberapa kutipan di atas puisi ini
memiliki kalimatnya yang mudah dihapahmi. Jumlah kata dalam puisi ini
hampir keseluruhan berjumlah 1-5 kata. Sifat hubungan yang paling
menonjol adalah Koordinatif sebab dalam kalimat menggunakan kata
penghubung.
3. Jenis Kalimat
Jenis kalimat yang banyak digunakan oleh penyair adalah kalimat
deklaratif (kalimat yang menyatakan sesuatu). Pengerang ingin
menyampaikan bahwa pada puisi itu “aku” meminta ampun kepada Allah.
BAB III
PENUTUP

Aspek gramatikal yang dimaksud adalah unsur sintaksis yang di


dalamnya terdapat frase, klausa, dan kalimat. Unsur gramatikal yang dimaksud
menyaran pada pengertian struktur kalimat. Dalam kegiatan komunikasi
Bahasa, juga jika dilihat dari kepentingan stile, kalimat lebih penting dan
bermakna daripada sekedar kata walau kegayaan kalimat dalam banyak hal
juga dipengaruhi oleh pilihan katanya. Selain itu unsur struktur yang dapat
dijadikan fokus kajian adalah (1) kompleksitas kalimat; (2) jenis kalimat dan (3) jenis
frasa dan klausa. Unsur-unsur tersebut dapat diambil sebagian maupun seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2014. Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Jakarta.

Zaenal, Arifin, Junaiyah. 2008. Sintaksis. PT Grasindo: Jakarta.

https://www.academia.edu/30591668/kajian_puisi_stilistika.docx (diunduh
pada hari Sabtu, 6 Apri 2019 pukul 20:32 WIB)

http://andriew.blogspot.com/2011/04/kajian-stile-cerpen-dalang-semedi-
karya.html (diakses pada hari Sabtu, 7 April 2019 pukul 8:32 WIB)

Anda mungkin juga menyukai