Anda di halaman 1dari 2

B.

Faktor Penyebab Terjadinya Konflik


Konflik dapat disebabkan oleh :

1. Masalah fundamental dalam sebuah organisasi (kekuatan, saran, uang dan penghargaan).
2. Keharusan berbagai sumber daya
3. Alasan fakta atau bukti tidak sesuai dengan sumber daya yang di dapatkan
4. Tujuan utama organisasi tidak tercapai atau ada indikasi gagal
5. Perbedaan nilai – nilai tujuan dan persepsi

Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya konflik di antaranya:

1) Komunikasi

Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalahpahaman


antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik. Suatu hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan
gangguan dalam saluran komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan
menjadi kondisi anteseden untuk terciptanya konflik.

2) Struktur

Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran
(kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok,
gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok.
Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan
variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok, dan makin
terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.

3) Variabel Pribadi

Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya individu yang sangat
otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang
potensial. Jika salah satu dari kondisi tersebut terjadi dalam kelompok, dan para
karyawan menyadari akan hal tersebut, maka muncullah persepsi bahwa di dalam
kelompok terjadi konflik. Keadaan ini disebut dengan konflik yang dipersepsikan
(perceived conflict). Kemudian jika individu terlibat secara emosional, dan mereka
merasa cemas, tegang, frustasi, atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah
menjadi konflik yang dirasakan (felt conflict). Selanjutnya, konflik yang telah disadari
dan dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang nyata, jika pihak-
pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku. Misalnya serangan secara
verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik, huru-hara, pemogokan, dan
sebagainya.

4) Perilaku menentang

Perilaku menentang dapat menimbulkan konflik, yang menghasilkan perasaan bersalah


pada seseorang di mana perilaku ini ditunjukkan. Murfhy menggambarkan tiga versi
penentang, yaitu:

• Penentang pertama adalah Competitive Bomber yang mudah menolak untuk bekerja.

• Penentang kedua adalah Martyred Accomodator yang menggunakan kepatuhan palsu.

• Penentang ketiga adalah Avolder, penentang ini menghindarkan kesepakatan dan


partisipasi.

5) Stress

Konflik menimbulkan stress, ketakutan, kecemasan, dan perubahan dalam hubungan


profesional. Kondisi-kondisi ini dapat berpotensial menimbulkan konflik. Stressor
termasuk “mendapatkan tanggung jawab sedikit, kurangnya partisipasi dalam membuat
keputusan, kurangnya dukungan manajerial, keharusan untuk meningkatkan standar
penampilan, dan penyesuaian dengan perubahan teknologi yang cepat”. Kepenatan adalah
hasil dari stress.

Anda mungkin juga menyukai