Pengembangan Resep Prebiotik
Pengembangan Resep Prebiotik
Disusun oleh :
Rosalina P07131215119
DIPLOMA IV
JURUSAN GIZI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk menghasilkan produk baru yang tinggi prebiotik berdasarkan
resep yang telah ada.
1.3.2 Untuk mengetahui daya terima produk baru yang tinggi prebiotik
berdasarkan resep yang telah ada.
BAB II
TINJAUAN PUASTAKA
2.2 Prebiotik
Prebiotik dapat didefinisikan sebagai subtrat yang tidak dapat dicerna
oleh makhluk hidup seperti manusia dan hewan, tetapi dapat difermentasi
selektif oleh beberapa mikroflora kolon, dimana ia menstimulasi
pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang bermanfaat untuk kesehatan
makhluk hidup tersebut. Prebiotik dapat menjadi sumber energi atau nutrien
terbatas lainnya bagi mukosa usus dan substrat untuk fermentasi bakteri
cecal dalam menghasilkan vitamin dan antioksidan yang dapat
menguntungkan tubuh. Prebiotik secara alami terdapat pada tanaman,
misalnya pada umbi dahlia, bawang merah, bawang putih, asparagus,
kedelai, ubi jalar, dan juga pada susu.
Prebiotik merupakan komposisi pangan yang tidak dapat dicerna. Ini
meliputi inulin, fruktooligosakarida (FOS), galaktooligosakarida, dan
laktosa. FOS secara alami terjadi pada karbohidrat yang tidak dapat dicerna
oleh manusia. FOS ini juga mendukung pertumbuhan bakteri Bifidobacteria.
Secara umum proses pencernaan prebiotik memiliki karakteristik dengan
adanya perubahan dari kepadatan populasi mikrobia (Caglar dkk, 2005).
Suatu substrat dapat diklasifikasikan sebagai prebiotik bila memenuhi
persyaratan bahwa substrat tersebut tidak terhidrolisis atau terserap pada
saluran pencernaan bagian atas, secara selektif dapat menstimulir
pertumbuhan bakteri yang menguntungkan pada kolon, dan dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen, sehingga secara sistemik dapat meningkatkan
kesehatan.
Ada beberapa senyawa yang termasuk prebiotik, pada golongan
prebiotik non-digestible karbohidrat termasuk laktulosa, inulin, resistant
strarch dan sejumlah oligosakarida yang dapat menjadi sumber karbohidrat
bagi bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan (Crittenden,
1999 dalam Wartazoa 2011). Adapula prebiotik yang telah tersedia secara
komersial umumnya yaitu fructo-oligosaccharides (FOS), isomalto-
oligosaccharides, Lactosuccrose, lactulose, Pyro-dextrins, Soy
Oligosaccharides, transgalactooligosaccharides, xylo-oligosaccharides
(Amarowicz, 1999 dalam Azhar, 2009). Tetapi pada tahun 2007 hanya 2
senyawa yang dapat memenuhi kriteria prebiotik yaitu inulin dan tran-
galactosaccharides (TOS) (Roberfroid, 2007). Inulin dan oligosakarida
dapat diisolasi dari sumber alami, seperti umbi-umbian. Umumnya umbi-
umbian mengandung oligosakarida dalam bentuk rafinosa dalam jumlah
tinggi.
Berdasarkan penggunaan prebiotik sebagai pangan, terutama pangan
fungsional terdapat beberapa golongan antara lain :
a. Berdasarkan golongan dari pangan tersebut (produk susu dan turunannya,
minuman, produk sereal, produk kembang gula, minyak, dan lemak)
b. Berdasarkan penyakit yang akan dihindari atau dicegah (diabetes,
osteoporosis, kanker kolon).
c. Berdasarkan efek fisiologis (imunologi, ketercernaan, aktivitas anti-tumor)
d. Berdasarkan kategori komponen bioaktif (mineral, antioksidan, lipid,
probiotik)
e. Berdasarkan sifat organoleptik dan fisikokimia (warna, kelarutan, tekstur)
f. Berdasarkan proses produksi yang digunakan (kromatografi, enkapsulasi,
pembekuan) Juvan, et al. (2005).
2.3 Divertikulitis
Divertikula dalam bahasa latinnya (diverticulum) adalah Penonjolan
keluar abnormal berbentuk kantong yang terbentuk dari lapisan usus yang
meluas sepanjang defek di lapisan otot,merupakan penonjolan dari mukosa
serta submukosa. Divertikula biasanya merupakan manifestasi motalitas
yang abnormal.Divertikulum dapat terjadi di mana saja sepanjang saluran
gastrointestinal.
Divertikulum adalah lekukan luar seperti kantong yang terbentuk dari
lapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan otot. Divertikula dapat
terjadi di mana saja sepanjang saluran gastrointestinal. Divertikulosis
merupakan divertikula multipel yang terjadi tanpa inflamasi atau gejala.
Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan di suatu divertikulim
yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase
dan akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan abses (Keperawatan
Medikal-Bedah Volume 2, 2001:hal.1100).
Divertikulitis paling umum terjadi pada kolon sigmoid (95%).Hal ini
telah diperkirakan bahwa kira-kira 20% pasien dengan divertikulosis
mengalami divertikulitis pada titik yang sama. Divertikulitis paling umum
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Insidensnya kira-kira 60% pada
individu dengan usia lebih dari 80 tahun.Predisposisi congenital dicurigai
bila terdapat gangguan pada individu yang berusia di bawah 40 tahun.
Asupan diet rendah serat diperkirakan sebagai penyebab utama penyakit.
Divertikulitis dapat terjadi pada serangan akut atau mungkin menetap
sebagai infeksi yang kontinu dan lama.
Diverticulitis dapat dibawa dari lahir (factor congenital) yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik) dimana seluruh lapisan usus merupakan
dinding divertikel. Tetapi hal ini jarang terjadi, umumnya ditemukan setelah
lahir dan kebanyakan pada usus besar khususnya pada kolon sigmoid dan
kolon desendens.
2.4 Pisang
Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan
besi. Bila dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang,
khususnya besi, hampir seluruhnya dapat diserap oleh tubuh. Pisang
mengandung tiga jenis gula alami yaitu sukrosa, fruktosa dan glukosa
(Wikipedia, 2009).
Pada umumnya pisang mengandung senyawa fruktooligosakarida
(FOS) sebesar 0,3 % (Kusharjo, 2006), inulin sebesar 3%. FOS ataupun
inulin yang terdapat dalam buah pisang berperan sebagai salah satu
komponen prebiotik. Pengaruh utama konsumsi produk pangan berprebiotik
terjadi pada usus besar. Prebiotik akan difermentasi oleh mikroflora di
dalam usus besar menghasilkan senyawa asam lemak rantai pendek (SCFA)
yang dapat memberikan efek menguntungkan terhadap kesehatan.
Keuntungan tersebut antara lain memperbaiki metabolisme lipid dan
mengurangi kadar kolesterol darah, memperbaiki pencernaan, meningkatkan
ketahanan alami terhadap infeksi di usus oleh kuman patogen serta
memperbaiki keluhan malabsorsi laktosa (Grizard and Barthomeuf, 1999).
Pisang memiliki kandungan vitamin yang tinggi, terutama provitamin
A, yaitu betakaroten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan
pada apel hanya 15 mg. Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin,
riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoxin) (Suyanti dan Ahmad, 1992).
Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per
100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam
metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintetis dan metabolisme protein,
khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif sebagai
neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Vitamin B6 juga berperan
dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6
ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-
hari (Suyanti dan Ahmad, 1992).
2.5 Oat
Oat (Avena sativa L.) merupakan spesies sereal yang banyak
dimanfaatkan sebagai makanan manusia dan pakan ternak. Oat merupakan
salah satu tanaman dan komponen utama dalam rotasi tanaman sistem
pertanian Mediterania. Dalam beberapa tahun terakhir, nilai-nilai agronomi
dan nutrisi, serta peningkatan popularitas pertanian organik karena
kemampuannya sebagai tanaman penutup musim dingin, telah
menyebabkan minat baru dalam tanaman ini. Selain itu, permintaan oat
untuk konsumsi manusia telah meningkat, mengingat banyak manfaat bagi
kesehatan manusia. Hal ini dikarenakan oat memiliki senyawa primer
(misalnya, protein, karbohidrat, dan serat) serta senyawa sekunder
(misalnya, frukto-oligosakarida dan antioksidan).
Secara khusus, biji-bijian sejenis gandum memiliki konsentrasi tinggi
frukto-oligosakarida (FOS), karbohidrat nonstruktural larut terbuat dari
rantai pendek molekul fruktosa. FOS juga disebut prebiotik, karena mereka
dapat selektif merangsang pertumbuhan dan/atau aktivitas sejumlah bakteri
yang berpotensi merangsang kesehatan usus, dan mereka memiliki peran
(Iannucci et al., 2011).
Oat adalah gandum yang mengandung prebiotik yang bermanfaat.
Gandum ini mengandung jumlah fiber beta-glucan yang tinggi dan juga
beberapa pati resisten.
Beta-glucan yang terdapat pada oat dapat meningkatkan pertumbuhan
bakteri pada hati, menurunkan kolestero LDL, mengatur gula darah dan
mengurangi risiko terkena kanker.
Oat dapat memperlambat pencernaan dan mengatur nafsu makan. Oat
juga kaya akan antioxidant dan anti-inflammatory karena mengandung asam
phenolic.
2.6 Margarin
Margarin terbuat dari lemak nabati dan digunakan sebagai pengganti
mentega (butter) karena memiliki komposisi hampir sama. Margarin dapat
digunakan dalam jumlah yang sama dengan mentega sepanjang kadar airnya
diperhatikan (Anni Faridah,dkk, 2008).
Fungsi margarine dalam pembuatan kue cubit adalah menambah nilai
gizi, melembutkan tekstur, memperkaya rasa, menjaga kelembaban kue
cubit agar tidak cepat kering dan meningkatkan volume kue cubit.
2.7 Telur
Telur merupakan bahan yang sangat penting dalam pembuatan roti,
kue kering maupun cake, muffin dan sebagainya. Dalam pembuatan
pancake telur merupakan salah satu bahan yang penting karena mempunyai
fungsi mengembangkan adonan, memberikan nilai tambah gizi, warna, dan
penambah rasa. Telur dibedakan menjadi berbagai jenis antara lain telur
ayam, telur itik, telur angsa dan jenis telur unggas lainnya.
2.8 Gula
Gula merupakan bahan pemanis dalam pembutan suatu produk
makanan, seperti : kue, cookies, muffin dan lain-lain. Menurut Rusiana
(2010), gula adalah salah satu istilah yang sering diartikan sebagai
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan
biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa.
2.9 Garam
Garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium chlorida
(>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium
Sulfat, Calsium Chorida, dan lain-lain. Garam yang digunakan dalam
pembuatan churros adalah garam dapur. Fungsi garam dalam pembuatan
churros yaitu :
1) Pembangkit rasa bahan- bahan yang lain
2) Mengkontrol waktu fermentasi dari adonan churros
3) Membantu menghindari pertumbuhan bakteri-bakteri dalam adonan.
3.2 Kasus
An.V, laki-laki, usia 2 tahun 9 bln, BB 12 kg, TB 88 cm, MRS di
ruang melati kelas III. An.V masuk RS sudah 12 hari, saat ini berat badan
turun, nafsu makan berkurang dan mual. Tidak ada riwayat penyakit
terdahulu.
Kebiasaan makan pasien sebelum MRS, ia makan utama sebanyak 2-3
kali sehari. Pasien tidak memiliki alergi dan pantangan makanan tertentu.
Konsumsi makan pasien ketika di RS : nafsu makan kurang baik,
jarang menghabiskan makanan yang diberikan oleh RS, hasil recall
konsumsi makan 24 jam pasien adalah : energi 809,37 kalori, protein 30,9 g,
lemak 34,31 g, dan KH 144 g, dan saat ini pasien diberikan diet TETP.
HbHb = 9,6 mg/dl
(N = 9,5—14,1 g/dl)
Trombosit = 436 103/µL (↑)
(N = 142—424 103/µL)
Hematokrit = 30,9%
(N = 38—42%)
Rencanakan diagnosis gizi dan terapi gizi pada kasus tersebut
berdasarkan NCP !
I. Identitas Pasien/Klien
Nama : An. V
Umur : 2 tahun 9 bln
Tinggi Badan : 88 cm
Berat Badan : 12 kg
Jenis Kelamin : perempuan
Keluhan : nafsu makan berkurang dan.
Kebiasaan/perilaku : Makan utama sebanyak 2-3 kali sehari, tanpa
sarapan pagi.
Medis : Divertikulitis
IMT−nilai median
Z skor = nilai simp baku rujukan
12−13,3
Z skor = 13,3−11,7 = -0,81 SD (normal)
1. Hb = 9,6 mg/dl
(N = 9,5—14,1 g/dl)
2. Trombosit = 436 103/µL (↑)
(N = 142—424 103/µL)
3. Hematokrit = 30,9%
(N = 38—42%)
PD. 1.1 Nutrition-Focused Physical Findings
Fisik&Klinis PD. 1.1.1 Penampilan Keseluruhan
Keadaan lemah, mual, pusing, perut kembung, gatal pada luka post
operasi
PD. 1.1.9 Tanda-tanda Vital
3.3 Nadi : 100x/menit
3.4 RR : 22x/menit
3.5 Suhu : 36,5°C
Dietary
History
Client Riwayat penyakit :
History a. Riwayat Penyakit Dahulu :
b. Riwayat Penyakit Keluarga :-
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Divertikulitis
d. Kebiasaan hidup : Pasien makan utama sebanyak 2-3 kali
sehari, tanpa sarapan pagi
NC. 2.2 Perubahan Nilai Laboraturium terkait Zat Gizi berkaitn dengan
Albumin rendah ditandai dengan nilai Albumin 3,13 g/dl
NC. 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi protein (albumin) terkait kerusakan
jaringan tubuh ditndai dengan luka post operasi
V. Nutrition Intervention
Intervensi Gizi
Tujuan
a. Memberikan makanan tinggi energi yaitu 1146,6 kkal sesuai dengan
kebutuhan, sehingga mencukupi kebutuhan zat gizi dalam sehari
b. Memberikan makanan tinggi protein untuk membantu pemulihan pasien
post operasi dalam menormalkan kadar trombosit dan albumin
c. Memberikan edukasi gizi tentang gizi seimbang dan bahan makanan
tinggi serat yang dianjurkan untuk penderita Divertikulitis
Prinsip
a. Energi tinggi
b. Protein tinggi
c. Lemak cukup
d. Karbohidrat cukup
e. Kalsium rendah
f. Serat tinggi
Syarat
a. Energi tinggi yaitu 1146,6 kkal untuk memenuhi kebutuhan energi
b. Protein tinggi yaitu 2,5 g/kg BB untuk membantu pemulihan pasien post
operasi dalam memperbaiki kerusakan jaringan
c. Lemak cukup yaitu 25 untuk cadangan energi
d. Karbohidrat cukup yaitu 64,5% dari kebutuhan energi total untuk
cadangan energi dan pemberi rasa kenyang
e. Vitamin dan mineral cukup
f. Cairan tinggiyaitu 2—2,5 liter/hari
g. Kalsiumm rendah yaitu <650 mg/hari
h. Serat tinggi yaitu 30—50 g/hari terutama serat tidak larut air untuk
melancarkan defekekasi
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
= 100 kal x 12
= 1200 kkal
Kebutuhan energi :
= 630 kal
= 705,6 kal
= 882 kal
= 2,5 x 12 gram
= 30 gram (10,5%)
3.3 Identifikasi Resep Lama dan Resep Baru
Resep Lama
Kue Cubit
Bahan :
2 btr telur
100 gr gula pasir
150 gr tepung terigu
1/2 sdt baking powder
1/2 sdt baking soda
1/2 sdt ekstrak vanilla
75 ml air
25 gr mentega meleleh
Topping :
Coklat keping
Coklat batangan, potong
Biskuit hitam, hancurkan
Cara membuat :
1. Kocok telur dan gula selama 5 menit
3. Panaskan panci cetakan kue cubit, masak dengan api kecil dan
tutup agar matang semua (kematangan bisa sesuai dengan
selera)
Bahan :
2 btr telur
100 gr gula pasir
160 gr oatmeal, blender halus
1/2 sdt baking powder
1/2 sdt baking soda
1/2 sdt ekstrak vanilla
75 ml air
25 gr mentega meleleh
Pewarna makanan
Topping :
Pisang
Cara membuat :
1. Kocok telur dan gula selama 5 menit
3. Panaskan panci cetakan kue cubit, masak dengan api kecil dan
tutup agar matang semua (kematangan bisa sesuai dengan
selera)
Diagram Alir :
Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat
Data dianalisis
3.7 Uji Fisik
a. Bahan : Kue Cubit Oatmeal Pisang
b. Alat :
Neraca analitik 1 buah
c. Cara Kerja :
1. Mengamati bentuk Kue Cubit Oatmeal Pisang
2. Menimbang berat Kue Cubit Oatmeal Pisang
c. Cara Kerja
Sebelum melakukan langkah – langkah di bawah ini, siapkan sampel
padat dengan melarutkannya di dalam aquadest steril dengan
perbandingan 1 : 10
1. Hitungan Cawan
Metode : Cawan Sebar
Siapkan empat buah cawan petri steril berisi agar beku
Siapkan sampel yang sudah dalam bentuk larutan
Ambil 1 ml larutan sampel dan pindahkan ke tabung pengenceran
pertama, homogenkan
Ambil 1 ml larutan dari tabung pengenceran pertama, lalu
pindahkan ke tabung pengenceran ketiga, homogenkan
Lanjutkan proses pengenceran sampai mencapai faktor
pengenceran yang diinginkan(104)
Teteskan 1 ml larutan hasil pengenceran dari tiga tabung terakhir
ke dalam cawan petri yang sudah diisi media agar PCA. Ratakan
dengan batang L
2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah biakan dalam cawan petri
diinkubasikan dalam keadaan cawan petri yang terbalik selama 24
jam, 370C. Langkah- langkah pengamatan adalah sbb.
Keluarkan biakan dalam cawan dari incubator
Amati pertumbuhan biakan secara mikroskopis, lalu ambil hasil
gambar
Letakkan biakan cawan di dalam colony counter, lalu tutup dengan
kaca penutupnya
Nyalakan colony counter
Perkirakan jumlah koloni yang ada, bila sekiranya lebih dari 300
koloni, jumlah koloni dinyatakan TBUD (Terlalu Banyak Untuk
Dihitung) dan tidak dipakai dalam perhitungan.
Hitung koloni yang tumbuh mulai dari baris kiri paling atas ke
kanan, begitu selanjutnya sampai baris berikutnya hingga ke baris
paling bawah
Untuk menghitung koloni bakteri digunakan rumus sebagai berikut
:
3. Pengolahan data
Pengolahan data dengan cara melakukan perhitungan koloni bakteri
pada cawan.
DAFTAR PUSTAKA
Amarowicz, R., Pegg, R.B., -Moghaddam, P., Barl, B. andRahimi Weil, J.A.,
2004, Free-radical Scavenging Capacity and Antioxidant Activity of
Selected Plant
Aritonang, Irianton., 2009. Manajemen Penyelenggaraan Makanan&Asuhan Gizi.
Yogyakarta : CEBios.
Caglar, E., Kargul. B & Tanboga. I. (2005). Bacteriotherapy and Probiotics Role
on Oral Health. Review Article Blackwell Munksgaard, 11. Pp. 131-136.
Fardiaz,1993. Analisis Mikrobiologi Pangan.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Faridah, Anni. 2008. Patiseri Jilid 3 Untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Gibson, G. R. and Roberfroid, M. B. 1995. Dietary Modulation of Human.
Colonik Microbiota: Introducing The Concept of Prebiotic.
Grizard D, Barthomeuf C, 1999 : Non-digestible oligosaccharides used as
prebiotic agents : mode of production and benefecial effects on animal and
human health.
Kartika B., P. Hastuti dan W. Supartomo. 1998. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Pusat Antar Universitas. Pangan dan Gizi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Santoso, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatf dan Kualitatif, jakarta: Prestasi
Pustaka.
Lampiran 1
Nama :
Instruksi : Nyatakan penilaian anda dan berilah tanda (√ ) pada kolom di bawah
ini sesuai dengan pilihan anda.
Tingkat Kesukaan Warna Aroma Tekstur Rasa
Sangat suka
Suka
Agak suka
Agak tidak suka
Tidak suka
Komentar
...................................................................................................................................
..................................................................................................................................
...................................................................................................................................