Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
1. Hardilani Pritasari
2. Irwan Bahari R
3. Nurul Fitriani
4. Raditya Ajeng Kurnia
5. Rofina Lusia Jawa Ito
PENDAHULUAN
dunia yang berdampak besar pada masalah medik, ekonomi dan sosial yang
sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di negara-negara maju maupun Commented [p62]: spasi 1,5 tidak perlu 2. Table 1 spasi
berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, dan pada suatu
sebanyak 8.034, pada tahun 2013 terdapat 15.353 pasien yang baru menjalani
terjadi, perubahan peran di dalam keluarga, perubahan gaya hidup yang harus
Keadaan ini tidak hanya dihadapi oleh klien saja, tetapi juga oleh anggota
(Carpenito, 2000).
dengan chronic kidney disease (CKD) beserta asuhan keperawatannya. Commented [p66]:
1.Secara Teoritis
Dengan pemberian asuhan keperawatan secara cepat, tepat, dan
efisien akan menghasilkan keluaran klinis yang baik, menurunkan
angka kejadian disability dan mortalitas pada pasien dengan tumor
otak dan trakeostomi dengan ventilator.
2.Secara praktis
a.Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah Sakit agar
dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor
otak dan trakeostomi dengan ventilator.
b.Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
pada pasien dengan tumor otak dan trakeostomi dengan
ventilator serta meningkatkan pengembangan profesi
keperawatan.
c.Bagi keluarga dan klien
Sebagai bahan penyuluhan kepada keluarga tentang deteksi dini
penyakit tumor otak sehingga keluarga mampu menggunakan
pelayanan medis gawat darurat. Selain itu agar keluarga mampu
melakukan perawatan pasien dengan post tumor otak dan
trakeostomi dengan ventilator di rumah agar disability tidak
berkepanjangan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Hal ini terjadi karena terjadi
bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Smeltzer & Bare, 2000; Price,
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik
sebagai berikut:
1) Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan
- Kelainan patologik
pemeriksaan pencitraan
2) Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m² selama > 3 bulan dengan atau
Penyebab GGK menurut Price& Wilson (2006), penyebab GGK dibagi Commented [p67]: Pakai satu persepsi CKD untuk GGK dihapus
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa yang berasal dari
aktivitas otot yang seharusnya disaring dari dalam darah oleh ginjal yang sehat.
sebagai berikut :
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate)/ CCT (Clearance Creatinin Test)
72 x creatini serum
disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam
kondisi tidak lagi 100%, sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui
Pada stadium 2 juga tidak dapat merasakan gejala yang aneh karena
dirasakan seperti :
Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akibat teralu banyak cairan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami
malam.
d. Rasa sakit pada ginjal, rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada
Apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam
darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Gejala yang mungkin
urin, sakit pada ginjal, sulit tidur, nausea (muntah atau rasa ingin muntah),
perubahan cita rasa makanan (dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi
tidak terasa seperti biasanya), dan bau mulut uremic (ureum yang menumpuk
dalam darah dapat dideteksi melalui bau pernafasan yang tidak enak).
bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal
(dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup. Gejala yang
dapat timbul pada stadium 5 antara lain kehilangan nafsu makan, nausea,
sakit kepala, merasa lelah, tidak mampu berkonsentrasi, gatal-gatal, urin tidak
keluar atau hanya sedikit sekali, bengkak (terutama di seputar wajah, mata
produksi urine dan eksresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dan
terjadi karena hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan
peningkatan output ginjal. Hipostenuria dan poliuria adalah tanda awal CKD dan
(isotenuria), jika fungsi ginjal mencapai tingkat ini serum BUN meningkat secara
otomatis, dan pasien akan beresiko kelebihan beban cairan seiring dengan output
urin yang makin tidak adekuat. Pasien dengan CKD mungkin menjadi
eksresi BUN dan kreatinin. Kreatini sebagian dieksresikan oleh tubulus ginjal dan
penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum kreatinin dalam
darah disebut azotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal.
eritopetin, penurunan masa hidup sel darah merah akibat dari uremia, defisiensi
dan sodium dan kesalahan fungsi sistem renin. Angiostin aldosteron CRF
sedang apabila 15-40% fungsi nomal dan berat bila fungsi ginjal normal
berakumulasi dalam darah karena jaringan ginjal yang lebih sehat tidak
3. Tahap III : End Stage Renal Desease (Penyakit Ginjal Tahap Lanjut) Commented [p68]: Tulisan bahasa inggris dimiringkan
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
B. RIWAYAT KESEHATAN
: Laki-laki
: Perempuan
56
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
1. B1 : Breath/Pernapasan
Inspeksi : Bentuk dada normo chest, tidak ada nafas cuping hidung, tidak tampak
penggunaan otot bantu napas, tidak ada sesak, tidak ada clubbing finger,
gerakan dinding dada simetris , ada batuk berdahak ± sebulan.
Palpasi : Fokal fremitus teraba
Auskultasi : Suara napas (Vesikuler), Irama pola napas (Reguler), Suara napas
tambahan (tidak ada)
Perkusi : Tidak dilakuakan.
Masalah keperawatan: -
2. B2 : Blood/Sirkulasi
Inspeksi : tidak ada nyeri dada, konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis.
Palpasi : CRT <2 detik, akral panas kering, ictus cordis tidak teraba, Denyut nadi
di arteri radialis 90 x/menit dengan irama reguler pulsasi kuat, tidak ada
distensi vena jugularis,tampak pucat,Hb 9 gr/dl
Perkusi : Batas bawah kanan Jantung ICS IV line para sternalis kanan, Batas kanan
atas ICS II line para sternalis kanan, Batas kiri atas ICS II line para
sternalis kiri, batas kiri bawah ICS V kiri agak ke medial dari linea
midklavikula sinistra.
Auskultasi : Irama Jantung (reguler), Bunyi jantung (S1 S2 tunggal)
Masalah keperawatan: -
3. B3 : Brain/Persarafan
Inspeksi : GCS 4-5-6, tidak ada nyeri kepala, mata (emetropi), reflek cahaya
aktif, Pupil (Isokor), konjungtiva/sklera merah mudah, lapang pandang
jelas, bentuk hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada gangguan
telinga, tidak ada kesulitan telan, tidak ada gangguan berbicara,
Palpasi & perkusi: Tidak dilakukan
Nervus kranial I : Fungsi penciuman berfungsi baik antara kiri dan kanan
Nervus kranial II : Lapang pandang baik
Nervus kranial III : Pergerakan bola mata baik
Nervus kranial IV : Pergerakan mengangkat alis mata
Nervus kranial V : Gerakan rahang baik, reflek kornea baik, pasien dapat
mengunyah
Nervus kranial VI : Pergerakan bola mata baik
Nervus kranial VII : Senyum pasien simetris, gerakan dahi simetris, pasien dapat
mengembungkan pipi dengan baik
Nervus kranial VIII : Pendengaran pasien baik
Nervus kranial IX : Tidak ada kesulitan menelan/disfagia, tidak terdapat deviasi
uvula
Nervus kranial X : Tidak disfagia
Nervus kranial XI : Pasien dapat menoleh kiri kanan, dapat mengangkat bahu
Nervus kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah, posisi lidah simetris
Masalah keperawatan: -
4. B4 : Bladder/Perkemihan
Wawancara : Pasien mengatakan BAK jarang ± 50 cc/ 24 jam dan berwarna
kining,baunya khas.BAB 1 x/hari warna kuning,lembek dan berbau khas.
Inspeksi : Kadar BUN 81 ml/dL, kreatinin 14,8 mg/dL, WBC 11,06. Therapi yang
diberikan Lasix 40 mg, pasien sudah melakukan cuci darah selama 77 kali
dilakukan secara rutin 2 kali dalam seminggu. Pada saat pengkajian tanggal 17
september 2019 di ruang hemodialisa saat dilakukan cuci darah pasien mengalami
demam dengan suhu 38°C. Keluarga meminta untuk dihentikan tindakan cuci
darah.
Palpasi : Keadaan kandung kemih normal, tidak ada nyeri tekan badan panas.
Masalah keperawatan: Kelebihan volume cairan
5. B5 : Bowel/Pencernaan
Wawancara : Pasiem mengatakan makan 3 x sehari dengan diet TKTP 2100 Kcal
+ Protein 1 gr/Kg/BB/hari (Bebas sayur dan kaldu).Makan 3 x sehari,
porsi sedang atau ½ porsi sajian rumah sakit.Minum dibatasi kurang dari
600 ml/hari.
Inspeksi : mukosa bibir kering, nafsu makan cukup baik, porsi makan habis 1/2
piring, tidak ada mual dan muntah, tidak terpasang alat bantu NGT
Palpasi & perkusi :Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, Tidak ada pembesaran
hepar.
Auskultasi : peristaltik usus normal, Bising usus 17 /menit
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. B6 : Bone/Muskuloskeletal
Wawancara : Pasien mengatakan badan terasa lemas,kaki dan tangan susah
diangkat,Mandi,makan,mobilisasi, merapikan tempat tidur dibantu oleh
keluarga.
Inspeksi : ada edema pada ekstremitas atas dan bawah, kemampuan pergerakan
terbatas
Kekuatan Otot :
3333 3333
3333 3333
Pasien mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu
Masalah keperawatan:
-
7. Sistem Integumen
Wawancara : Pasien mengatakan kulit kering,badan terasa gatal.
Inspeksi : Tampak kulit kering,ada pruritus di bagian kaki dan tangan,edema pada
tungkai dan tangan.
Palpasi : Kulit kasar,pitting edema derajat 3,perabaan akral panas.
Masalah keperawatan:
Resiko Tinggi kerusakan integritas Kulit.
Masalah keperawatan: -
9. Sistem Penginderaan
Masalah keperawatan: -
10. Endokrin
Tidak ada pembesaran pada tyroid,pasien tidak memiliki penyakit DM.
Masalah keperawatan: -
Masalah keperawatan: -
12 Personal Hygiene
Pasien mengatakan mandi dengan diseka dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore,
Pakaian diganti sehari sekali, kuku tangan dan kaki sudah dipotong dan bersih.
Masalah keperawatan: -
13 Psikososialkultural
Pasien mengetahui kondisi keadaannya sekarang sedang sakit dan dirawat di rumah
sakit. Pasien mampu beradaptasi dengan dengan masalah dan penyakitnya.
Kegiatan ibdah tidak pernah dilakukan selama sakit.Hubungan dengan keluarga
baik.
Masalah keperawatan: -
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap 05-09-2019
Terapi Medis
Tgl Terapi Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Obat
17/ Furosemid 40 mg Membuang cairan Gagal ginjal akut Pusing,vertigo,mual dan
atau garam yang yang anuria,koma muntah,penglihatan
9/
berlebih di dalam hepatic,hipokalemia buram,diare,konstipasi.
19
tubuh melalui urin ,hiponatremia,gang
dan meredakan guan fungsi ginjal
pembengkakan dan hati.
Menurunkan Hipersensitivitas
Menurunkan
sekresi asam
Ranitidin 50 mg Diare,muntah,sakit
lambung
kepala,insomnia,vertigo
ANALISA DATA
No DATA (Symptom) PENYEBAB MASALAH
(Etiologi) (Problem)
1 Ds: Pasien mengatakan kulit kering Peningkatan kadar Resiko tinggi
dan kadang terasa gatal di kreatinin dan BUN kerusakan integritas
sekitar tubuh. kulit
Do : Kulit tampak kering,pruritus +, Azotemia
edema tungkai dan
tangan,kreatinin 14,8 mg/dl, Syndrom uremia
BUN 81 mg/dl,Pasien tampak
bedrest. Efek pada kulit
Pruritus
Resiko Tinggi
Kerusakan Integritas
Kulit
2 Ds : Pasien mengatakan bengkak Disfungsi Ginjal Kelebihan volume
pada tangan dan kakinya.BAK cairan
sedikit ± 50 cc/hari Mekanisme regulasi
Do : TD 130/90 N:90 S:38 RR:20x/i cairan dan elektrolit
Tampak oedema pada terganggu
ekstremitas atas dan
bawah,piting edema, BAK ± 50 Peningkatan volime
cc/hari, Minum < 600 ml/hari interstitial
BUN 81 mg/dL, kreatinin 14,8
mg/dL,GFR : 5,28 mengalami Retensi cairan
gagal ginjal kronis dan perlu
didialysis. Edema,Asites
Kelebihan Volume
Cairan
3 Ds: Px mengatakan lemas terutama Penurunan Fungsi Intoleransi Aktivitas
pada ekstremitas bawah dan Ginjal
atas,demam,mudah leleah bila
beraktivitas. Penurunan Fungsi
Do : Pasien tampak lemah,aktivitas Eritropoietin
sepenuhnya dibantu
keluarga,Hb 9 gr/dl,Tampak Penurunan
pucat.demam.Sb 38 °C pembentukan
eritrosit
Anemia
Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat
hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien
gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dan
oleh flora usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan
saluran cerna ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet
2) Kelainan hemopoeisis
sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia yang terjadi sangat
bervariasi bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin
3) Sistem respirasi
yang sering menyertai gagal jantung akibat retensi cairan yang berlebihan.
4) Kelainan kulit
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan
dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan
5) Sistem reproduksi
teraturnya atau berhentinya menstruasi. Pada kaum pria bisa terjadi impotensi
6) Sistem muskuloskeletal
serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.
8) Kelainan neuropsikiatri
dan depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental
berat seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga
sering dijumpai pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini
sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung
9) Kelainan kardiovaskuler
kalsifikasi sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik
jantung.
pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari
maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik.
mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronik akibat
angiotensin-aldosteron.
merah.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Laju endap darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan
hipoalbuminemia
menurunnya diuresis
2,5 mEq/L)
2) Pemeriksaan Urin
a. Volume : biasanya < 400-500ml/24 jam atau bahkan tidak ada urin
(anuria)
zat yang tidak terreabsorbsi maksimal atau terdiri dari pus, bakteri,
natrium.
c. Foto Polos Abdomen : untuk menilai bentuk dan besar ginjal dan
apakah ada batu atau obstruksi lain. Foto polos yang disertai dengan
puasa.
d. Renogram: untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
Biopsy ginjal : Dilakukan bila ada keraguan diagnostic gagal ginjal kronik
1) Terapi konservatif
- Pembatasan protein
hidrogen yang berasal dari protein. Pembatasan asupan protein telah terbukti
menyebabkan hiperkalemia.
cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.
- Pengaturan cairan
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi
dengan seksama. Parameter yang tepat untuk diikuti selain data asupan dan
pengelurana cairan yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat badan
dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal. Aturan yang dipakai untuk
regulasi yang hati-hati dalam gagal ginjal kronik, karena rasa haus pasien
Berat badan di bawah berat badan ideal akan muncul gejala dehidrasi
dan atau deplesi volume, misalnya hipotensi, kram, hipotensi postural dan
pusing. Berat badan di atas berat badan idela akan muncul tanda dan gejala
kelebihan cairan misalnya edema dan sesak nafas. Tanda seperti ini akan
muncul bila kenaikan berat badan pasien lebih dari 2 kg. Akumulasi cairan
Selain itu, kepatuhan dalam menjalani program terapi dapat juga dipengaruhi
terlaluberat, selama asupan garam dan cairan tidak berlebihan, sampai fungsi
ginjal turun 30% dari normal atau lebih rendah lagi. Alasan untuk hal ini,
mengekskresikan garam dan air dalam jumlah lebih besar. Bahkan bila retensi
cairan yang terjadi hanya sedikit, bersama dengan peningkatan renin dan
menyebabkan hipertensi berat pada gagal ginjal kronik (Price & Wilson,
2006).
Jika supan air segera dibatasi setelah timbul gagal ginjal akut,
kandungan cairan tubuh total mungkin hanya sedikit meningkat, jika asupan
cairan tidak dibatasi dan pasien tetap minum sebagai responnya terhadap rasa
haus, cairan tubuh akan segera meningkat. Pada pasien dengan fungsi ginjal
ini, penurunan asupan garam yang berlangsung berat atau pengeluaran cairan
melalui dialisis.
2) Simptomatik
a. Hipertensi
cairan, diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis.
Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu
b. Anemia
rekombinan). Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala
c. Asidosis Metabolic
alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila
d. Keluhan Gastrointestinal
utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah
ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus
e. Kelainan kulit
kulit.
f. Kelainan neuromuskular
paratiroidektomi.
penyakit gagal ginjal kronik atau ginjal tahap akhir, yang bertujuan untuk
ginjal dibagi menjadi dua, antara lain dialisis (hemodialisis dan peritoneal
a. Dialisis
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
hipertensi dan uremia. Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang
tinggi dan meningkat, kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner yang
mengancam, asidosis yang meningkat, perikarditis dan konfusi yang berat.
Dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis dalam
keadaan berikut : (1) terjadi tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh
sistem tubuh (mual muntah, anoreksia berat, letargi, dan konfusi mental) ; (2)
kadar kalium serum yang meningkat ; (3) muatan cairan berlebih yang tidak
responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan cairan ; dan (4) penurunan
merupakan indikasi yang mendesak untuk dilakukan dialisis untuk pasien gagal
- Hemodialisa
pada pasien gagal ginjal (Black, 2005; Ignatavicius, 2006 dalam Septiwi,
2011).
nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan
manifestasi kegagalan ginjal yang irreversibel (Smeltzer & Bare, 2008; Black
tubuh melalui sebuah kateter arteri, kemudian masuk ke dalam sebuah mesin
besar, di dalam mesin tersebut terdapat dua ruang yang dipisahkan oleh sebuah
ruang yang lain diisi oleh cairan perdialisis dan diantara keduanya akan terjadi
2009).
laju GFR yang hanya tersisa sebesar 15% dari normal atau kurang dari 15
peningkatan kadar ureum hingga lebih dari 200 mg/dL, kreatinin serum > 6
mEq/L, pH < 7,1 dan ditambah dengan timbulnya gejala-gejala klinis yang
kali prosesnya (3-4 jam) dapat menyebabkan jumlah cairan dan penggantian
dengan hipotensi dan aritmia jantung. Komplikasi jenis ini dialami sekitar 20-
- Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal dilakukan dengan cara menanamkan sampai 2 L
Setelah beberapa jam cairan yang mengandung sisa buangan toksik ditarik
keluar. Prosedur ini diulangi tiga atau empat kali sehari. Kelebihan cairan
b. Transplantasi ginjal
suatu terapi definitif yang paling tepat dan ideal untuk penatalaksanaan suatu
keadaan gagal ginjal yang sangat berat. Prinsip dari pelaksanaan terapi
cangkok ginjal ini adalah pencangkokan ginjal sehat ke dalam tunuh pasien.
ginjal sehat tersebut bisa didapatkan dari donor manusia yang sehat dan masih
hidup atau bisa juga dari donor yang baru saja meninggal. Permasalahan yang
paling sering dihadapi dalam cangkok ginjal adalah adanya reaksi penolakan
dari tubuh pasien sebagai resepien terhadap ginjal baru yang dicangkokkan ke
dalam tubuhnya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya harus dipilih ginjal
darah dari zat-zat sisa atau racun yang dilaksanakan dengan mengalirkan darah
melalui membran semipermiabel dimana zat sisa atau racun ini dialihkan dari
dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo yang berarti darah dan dialisis yang
dari darah dan mengelurkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah
yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke
tubuh pasien.
2.2.3 Indikasi dan Kotraindikasi Dilakukan Hemodialisa
1) Indikasi
terapi pengganti ginjal (TPG) pada pasien dengan perkiraan laju filtrasi
glomerulus (LFG) kurang dari 15 mL/menit/1,73 m2 (PGK tahap 5). Akan tetapi
terdapat bukti-bukti penelitian baru bahwa tidak terdapat perbedaan hasil antara
yang memulai dialisis dini dengan yang terlambat memulai dialisis (early versus
late dialysis).Olehkarena itu pada PGK tahap 5, inisiasi HD dilakukan apabila ada
pleuritis atau perikarditis yang tidak disebabkan oleh penyebab lain, serta
g. Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama disertai gejala mual dan
muntah.
2) Kontraindikasi
2) Dialyzer. Dialyzer terdiri atas suatu alat plastik dengan fasilitas untuk
dialyzer.
frekuensi hipotensi, kram, mual, muntah, lesu, dan pusing. Pada pasien yang
dari mesin dialisis kedalam tubuh (Callaghan CO, 2007). Akses vaskular
dialisis diperlukan untuk memperoleh aliran darah yang cukup besar. Akses ini
dibuat anastomosis end ti side dari vena sefalika dan arteri radialis) sehingga
mengalirkan darah sampai lebih dari 300 ml/menit fistula memiliki patensi
jangka panjang paling lama diantara semua pilihan akses dialisis. Di Amerika
aliran darah dapat berkisar dari 250-500 mL/menit, terutama bergantung pada
dengan air dan memantau suhu sifat hantaran, dan aliran dialisat.
keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal (Black, 2005;
Sistem HD terdiri dari sistem vaskuler eksternal yang akan dilewati saat
darah pasien di transfer ke dalam sistem pipa polietilena steril menuju ke filter
dengan cara anastomosis vena dan arteri (idealnya arteri radialis dan vena sefalika
sebelum dapat secara rutin digunakan untuk dialisis. Sedangkan AV graft sintetik,
merupakan akses vaskuler yang sering digunakan pada pada pasien HD kronik.
Venous catheters dapat ditempatkan di vena femoralis, vena subklavia, atau vena
dialiser. Dialiser adalah tempat dimana darah dan cairan dialisis (dialisat), yang
terdiri dari air murni dan elektrolit, bertemu dan terjadi pergerakan molekul antara
1) Difusi
terdapat dalam darah. Akibat perbedaan konsentrasi antara darah dan dialisat akan
rendah. Jika darah dan dialisat dibiarkan dalam kedaan statis satu sama lain
melalui membran, konsentrasi produk limbah dalam dialisat akan menjadi sama
dengan yang di dalam darah, dan pembuangan lebih lanjut dari produk limbah
tidak akan terjadi. Oleh karena itu, selama proses HD, untuk mencegah
segar dan mengganti darah dialisis dengan darah yang belum terdialisis. Biasanya
arah aliran dialisat dipompa ke dialiser berlawanan dengan arah aliran darah, hal
ini berguna untuk memaksimalkan perbedaan konsentrasi antara produk limbah
disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan
dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang
a. Perbedaan konsentrasi
b. Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar).
c. OB (blood pump)
e. Temperature cairan
f. Proses konvektik
g. Tahanan/resistensi membrane
banyaknya darah yang dapat dibersihkan dari suatu zat secara komplit oleh suatu
2) Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya
perbedaan tekanan osmotic (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses osmosis ini
3) Ultrafiltrasi
baik yang berasal dari konsumsi cairan maupun metabolisme makanan selama
hidrostatik ataupun tekanan osmotik melalui membran. Air akan terbawa bersama
dengan zat terlarut yang melalui pori-pori membran (Daugirdas et al, 2007).
dikembalikan ke tubuh pasien. Sedangkan dialisat yang telah berisi produk limbah
yang tertarik dari darah pasien akan dibuang oleh mesin dialisis dengan cairan
pembuang yang disebut ultrafiltrat. Semakin banyak zat toksik atau cairan tubuh
yang dikeluarkan maka bersihan ureum yang dicapai selama HD akan semakin
optimal (Depkes, 1999; Brunner & Suddarth, 2001; Black, 2005 dalam Septiwi,
2011).
air keluar dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini
ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen darah (positif pressure) dan
a. TMP
d. Qd dan QB
menentukan dosis hemodialisa atas dasar pertimbangan klinis saja, bahkan lebih
metabolisme. Efisiensi dialisis ditentukan oleh laju aliran darah dan dialisat
semakin sering lebih efektif dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas (Setiati
dkk, 2014).
Efek samping dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat
dilakukan terapi adalah (Sudoyo dkk, 2009; Widyastuti dkk, 2014; Jamenson dkk,
2013)
2) Kram otot. Kram otot disebakan oleh gangguan perfusi otot karena
Beberapa strategi yang dipakai untuk mencegah kram otot adalah mengurangi
3) Mual dan Muntah. Mual dan muntah pada pasien penyakit ginjal kronik yang
proses sintesa IgA. Hal ini akan mempengaruhi kualitas saliva sebagai alat
yang mengandung selulosa. Reaksi terhadap dialyzer dapat dibagi menjadi dua
intermediate yang diperantarai ole IgE terhadap etilen oksida yag dipakai untuk
sterilisasi dialyzer yang baru. Reaksi tipe B terdiri atas kumpulan gejala dari
nyeri dada dan punggung yang tidak spesifik yang mungkin disebabkan oleh
diperlukan dosis 10-12 jam perminggu yang dapat dicapai dengan frekuensi HD 2
kali/minggu dengan lama waktu 5 jam atau 3 kali/minggu dengan lama waktu 4
jam. Dalam penelitian ini, dikatakan pasien HD reguler adalah sesuai dengan
Panjang
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginajal yang rusak tidak mampu
akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin
2) Pertimbangan medikasi.
5) Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme
meninggalkan kulit.
7) Kram otot yang nyeri terjadi ketikacairan dan elektrolit dengan cepat
2.3.1 Pengkajian
a. Keluhan
tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah BAB, penglihatan
tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, susah berkonsentrasi,
kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada penusukkan jarum,
e. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas istirahat/tidur
o Insomnia
o ROM berkurang
Sirkulasi
o Disritmia
o Pallor
o Edema periorbital-pretibial
o Anemia
o Hiperlipidemia
o Hiperparatiroid
o Trombositopeni
o Pericarditis
o Aterosklerosis
o CHF
o LVH
Eliminasi
o Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut
Nutrisi/cairan
o Edema, peningkatan BB
o Dehidrasi, penurunan BB
o Turgor kulit
o Distensi abdomen
o Rasa haus
o Gastritis ulserasi
Neurosensor
o Sakit kepala, penglihatan kabur
o Letih, insomnia
o Iritasi kulit
o Kesemutan, baal-baal
Nyeri/kenyamanan
o Gatal, pruritus,
Oksigenasi
o Pernapasan kusmaul
o Napas pendek-cepat
o Ronchi
Keamanan
o Reaksi transfuse
o Demam (sepsis-dehidrasi)
o Infeksi berulang
o Uremia
o Asidosis metabolic
o Kejang-kejang
o Fraktur tulang
Seksual
o Penurunan libido
o Infertile
f. Pengkajian Psikososial
o Integritaqs ego
o Interaksi social
o Stress emosional
o Konsep diri
g. Laboratorium
o Urine lengkap
o Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post,
klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D,
kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti
DM menurun
h. Radiologi
o Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran
ginjal.
i. EKG
hipoksia miokard.
j. Biopsi
a. Hipervolemia
b. Intoleransi aktivitas
d. Hipertermi
a. Hipervolemia
2. BAK normal
4. TTV normal
Intervensi :
Observasi
Terapeutik
nyaman
Edukasi
komplikasi
Kolaborasi
dengan baik.
b. Intoleransi aktivitas
3. Mudah beraktifitas
4. TTV normal
Intervensi :
Observasi
Edukasi
mengatasi penyakitnya
Kolaborasi
energi tubuh
3. TTV normal
Intervensi :
Observasi :
Terapeutik
kulit
Edukasi :
PENUTUP
A. Kesimpulan
GGK atau CKD (Chronic Kidney Disease) dapat ditandai dengan hasil lab
yaitu ureum kreatinin yang meningkat lebih tinggi dari normal dan adanya
penurunan GFR, terdapa odem pada ekstrimitas sampai anasarka dan biasanya
klien mengalami kelelahan.
B. Saran
Pada klien perawatan pada gagal ginjal kronik untuk mengatasi masalah
yang muncul pada pengkajian seperti adanya keluhan sesak nafas, demam, bak
yang sedikit, odema, sampai penurunan kesadaran. Perlu juga melakukan
perawatan dalam menjaga asupan cairan pada klien agar tidak memperberat
fungsi ginjal. Diperlukan juga adanya dukungan keluarga untuk memotivasi
klien agar melakukan cuci darah transplantasi ginjal ataupun menjaga asupan
cairan yang masuk kedalam tubuh klien penderita ggk. Jaga juga pola makan
sesuai diet yang di anjurkan oleh dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Alih bahasa : Setyono, J. 2001. Medical –
surgical nursing. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2005. Brunner & Suddarth Textbook of
Medical Surgical Nursing 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Tim Pokja SDKI. 2017. Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI. 2018. Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI. 2019. Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI