Disusun oleh :
A. Latar Belakang
B. Tujuan
A. Jurnal Utama
Judul Hubungan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan dan
Jenis Transportasi dengan Waktu Keterlambatan
Penanganan Sebelum Masuk ke Rumah Sakit Pada Pasien
Sindrom Koroner Akut Di Igd Rsud Dr. Tc. Hillers
Maumere.
Nama jurnal Nurse Line Journal
Volume Vol. 2 No. 2
Penulis Ode Irman, Sri Poeranto, Tony Suharsono.
Tahun 2017
DOI https://media.neliti.com/media/publications/197107-ID-the-
correlation-of-health-seeking-behavi.pdf
No akreditasi p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X
Reviewer Kelompok 3
Diakses Pada hari jumat, 18 Oktober 2019
Abstrak Kondisi kegawatdaruratan sindrom koroner akut (SKA)
memerlukan penatalaksanaan yang cepat dan tepat.
Keterlambatan respon waktu yang panjang sebelum ke
rumah sakit dapat berakibat kematian yang dikaitkan
dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan dan jenis
transportasi.
Tujuan Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan perilaku
penelitian pencarian pelayanan kesehatan dan jenis transportasi
dengan waktu keterlambatan penanganan sebelum masuk
ke rumah sakit pasien SKA di IGD RSUD dr. TC. Hillers
Maumere.
Desain Observasional analitik dengan rancangan penelitian cross
penelitian sectional.
Teknik Consecutive sampling.
sampling
Jumlah Dihitung dengan rumus slovin, sehingga diperoleh besar
sampel sampel sebanyak 42 orang.
Kriteria 1) pasien yang telah didiagnosis oleh dokter menderita
inklusi SKA; 2) penderita SKA dengan sifat onset gejala cepat
(nyeri berlangsung >15 menit); 3) penderita SKA yang
tinggal di wilayah kota Maumere; 4) kondisi penderita SKA
sudah stabil dengan kriteria tidak ada keluhan nyeri dada,
hemodinamik stabil (tekanan darah sistolik 90-140 mmHg,
tekanan darah diastolik dalam rentang 60-90 mmHg, nadi
60-100x/mnt, akral hangat, pernapasan 16-24x/menit, suhu
tubuh normal 36,5O- 37,5OC, urine output normal (0,5-1
ml/KgBB) dan bersedia menjadi responden.
Instrumen Instrumen yang digunakan penelitian ini adalah lembar
penelitian wawancara. Hasil uji keterbacaan instrumen dari 6
partisipan diperoleh nilai 3,2 artinya intrumen layak
digunakan dalam penelitian. Menurut Danim (2002) lembar
wawancara tidak perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas. Penelitian ini mendapat persetujuan etik dari
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana Propinsi Nusa Tenggara Timur
dengan No 14a/UN15.16/KEPK/2017.
Prosedur Pengukuran perilaku pencarian pelayan kesehatan dan
penelitian waktu keterlambatan penanganan sebelum masuk ke rumah
sakit dimulai dengan menanyakan waktu onset gejala nyeri
dada berat dirasakan. Selanjutnya menanyakan apa yang
dilakukan terhadap nyeri dada tersebut. Apakah langsung
ke rumah sakit atau tidak. Bila tidak, apa yang dilakukan
(berbaring atau beristirat, mengobati diri sendiri, membeli
obat di apotik, ke pengobatan tradisional, ke dokter praktek,
memanggil perawat atau bidan atau ke puskesmas atau
klinik terdekat). Lembar wawancara untuk jenis transportasi
yaitu menanyakan sarana transportasi apa yang digunakan
oleh pasien ketika ke IGD atau sebelumnya ke dokter
praktek, klinik atau puskesmas. Sarana transportasi yang
dimaksud yaitu ambulan (ambulan rumah sakit atau
ambulan rujukan) dan non ambulan (kendaraan pribadi dan
kendaraan umum).
Hasil Hasil penelitian menunjukkan mayoritas perilaku pencarian
penelitian pelayanan kesehatan pasien SKA adalah menunda ke rumah
sakit (76,2%) dan jenis transportasi yang digunakan adalah
kendaraan umum (31%). Waktu keterlambatan penanganan
sebelum masuk ke rumah sakit terbanyak yaitu tiba
terlambat (>120 menit) (61,9%). Hasil uji Fisher
menunjukkan ada hubungan perilaku pencarian pelayanan
kesehatan dan jenis transportasi dengan waktu
keterlambatan penanganan sebelum masuk ke rumah sakit
pasien SKA di IGD RSUD dr. TC. Hillers Maumere. Hasil
penelitian mengindikasikan pentingnya memperbaiki sistem
rujukan pasien, pemberian pendidikan kesehatan untuk
memperbaiki perilaku pencarian pelayanan kesehatan,
menyediakan ambulan desa, mendukung dan membentuk
layanan gawat darurat medis.
B. Jurnal Pendukung
Judul Assessment of pre-hospital emergency medical services in
low-income settings using a health systems approach.
Nama jurnal International Journal of Emergency Medicine
Volume Vol. 11 No. 53
Penulis Amber Mehmood , Armaan Ahmed Rowther, Olive
Kobusingye and Adnan A. Hyder
Tahun 2018
DOI https://doi.org/10.1186/s12245-018-0207-6
Reviewer Kelompok 3
Diakses Pada hari jumat, 18 Oktober 2019
Abstrak Layanan medis darurat atau Emergency Medical Services
(EMS) didefinisikan sebagai sistem yang mengatur semua
aspek perawatan yang diberikan kepada pasien di
lingkungan pra-rumah sakit atau di luar rumah sakit. Oleh
karena itu, EMS adalah komponen penting dari sistem
kesehatan diperlukan untuk meningkatkan hasil dari cedera
dan penyakit sensitif waktu lainnya. Masih ada kebutuhan
substansial untuk bukti untuk meningkatkan pemahaman
kita tentang kapasitas sistem tersebut serta kekuatan,
kelemahan, dan bidang prioritas untuk perbaikan di
lingkungan sumber daya rendah. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan alat untuk penilaian sistem EMS pra-
rumah sakit menggunakan kerangka kerja sistem kesehatan
dari WHO. Literatur yang relevan konsultasi pencarian dan
ahli membantu mengidentifikasi variabel yang
menggambarkan kapasitas sistem, output, dan tujuan pra-
rumah sakit EMS. Mereka diorganisasikan sesuai dengan
kerangka kerja sistem kesehatan, dan pendekatan multiguna
adalah diusulkan untuk pengumpulan data termasuk
penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif dengan
triangulasi informasi dari pemangku kepentingan penting,
pengamatan langsung, dan tinjauan dokumen kebijakan.
Informasi yang dihasilkan diharapkan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang layanan medis darurat pra-
rumah sakit dan mengembangkan rekomendasi utama untuk
penguatan sistem Pre-hospital Emergency Medical Services
(PEMS).
Tujuan Menjelaskan unsur-unsur inti pra-rumah sakit EMS (PEMS)
penelitian sistem dalam kerangka sistem kesehatan dan mengusulkan
alat yang berfokus pada penilaian sistem-macam PEMS di
LMICs. Tujuan khusus dari makalah ini adalah sebagai
berikut: (1) untuk memberikan gambaran singkat dari
instrumen yang dipilih dan pendekatan untuk penilaian
PEMS, (2) untuk mengidentifikasi PEMS terkait variabel
dan indikator inti yang memberikan informasi sesuai
dengan kerangka sistem kesehatan, dan (3) untuk
mengusulkan suatu pendekatan untuk implementasi dari
alat penilaian dan mengidentifikasi sumber-sumber
informasi untuk ditempatkan di LMICs. Alat ini tidak
secara khusus membahas out-of-rumah sakit dan perawatan
darurat berbasis masyarakat, meskipun kerangka yang
diusulkan meliputi komponen luas dari perawatan medis
darurat keseluruhan di LMICs.
Desain Kualitatif dan kuantitatif dengan triangulasi informasi dari
penelitian pemangku kepentingan penting, pengamatan langsung, dan
tinjauan dokumen kebijakan.
Teknik Purposive sampling
sampling
Jumlah -
sampel
Kriteria -
inklusi
Instrumen ACS resources for optimal trauma care, WHO guidelines
penelitian for essential trauma care, WHO guidelines for pre-hospital
trauma system, WHO emergency care system assessment
tool.
Prosedur -
penelitian
Kesimpulan Penelitian ini menjelaskan alat penilaian EMS
komprehensif dengan dasar sistem kesehatan yang kuat.
Alat ini dapat memungkinkan peneliti, pembuat kebijakan,
dan administrator sama untuk menerapkan metode yang
ketat penilaian PEMS dan menggunakan informasi tersebut
untuk mengatur dan memonitor.
BAB III ANALISIS JURNAL
Pada penelitian ini terdapat 21,9% pasien berasal dari puskesmas. Sebelum
pasien dirujuk pada kasus gawat darurat seperti SKA, petugas kesehatan diwajibkan
harus segera memeriksa pasien sesuai prosedur, menetapkan diagnosa penyakit,
melakukan penanganan awal, menstabilkan kondisi pasien dan berkomunikasi dengan
fasilitias rujukan yang lebih tinggi. Sistem rujukan di Indonesia dari puskesmas ke
rumah sakit saat ini belum tertata dengan baik termaksud pada kasus
kegawatdaruratan sistem kardiovaskular. Proses persiapan rujukan hingga pasien
dirujuk biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut penelitian Solikhin
(2012), pasien yang berobat ke puskesmas berisiko 3,39 kali akan tiba terlambat di
IGD dibandingkan dengan pasien yang langsung ke rumah sakit.
Pada penelitian ini diperoleh 4 orang (12,5%) ke dukun dan 1 orang (3,2%) ke
pengobatan alternatif. Pasien SKA yang berobat ke dukun dan pengobatan alternatif
juga mengalami terlambat tiba di IGD. Pencarian pengobatan menuju ke dokter
praktik dan memanggil perawat juga menjadi penyebab lain dari pasien tiba terlambat
di IGD. Hasil penelitian menunjukan terdapat 6,3% pasien SKA yang berobat ke
dokter praktek dan 9,4% memanggil perawat. pasien tiba terlambat di IGD
dikarenakan setelah berobat ke dokter praktik, pasien pulang ke rumah dan
selanjutnya ke rumah sakit, selain itu proses konsultasi dengan dokter juga memakan
waktu yang lama. Pergi berobat terlebih dahulu ke pusat pelayanan kesehatan selain
IGD, maka akan semakin memperlama waktu tiba di IGD, oleh karena itu diperlukan
sebuah intervensi pendidikan individual yang berfokus pada identifikasi gejala dan
tindakan yang tepat untuk dilakukan pada saat serangan penyakit.
A. Implikasi Keperawatan
2. Dapat meningkatkan pemberian asuhan keperawatan yang lebih cepat dan efektif
kepada pasien.
B. Applicability
A. Kesimpulan
B. Saran
O'Donnell, S., & Moser, DK. 2012.Slow-onset myocardial infarction and its influence
on helpseeking behaviors. J Cardiovasc Nurs 2012;27: 334-44 .