Anda di halaman 1dari 14

Review Buku Metodologi Studi Islam

Oleh : Munari, S.PdI


Pascasarjana IAIN Salatiga
abuya12@gmail.com

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Metodologi Studi Islam


Pengarang : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.
Penerbit : Rajawali Press Citra Niaga Buku Perguruan Tinggi
Tahun Cetak I : 1998
Cetakan : ke-18 Februari 2011
Kota : Jakarta
ISBN : 979-421-706-9
Harga : Rp. 70.000,00
DAFTAR ISI

I. Identitas buku ..................................................................................................................... 1


II Daftar Isi ..................................................................................................................... 2
III Pendahuluan ..................................................................................................................... 3
IV Isi Ringkasan ..................................................................................................................... 5
a. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama ........................................................................... 5
b. Latar belakang perlunya manusia terhadap Agama ........................................................ 6
c. Berbagai Pendekatan Didalam Memahami Agama ........................................................ 6
d. Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial................................................................. 7
e. Pengertian dan Sumber Ajaran Islam .............................................................................. 8
f. Sumber Ajaran Islam ....................................................................................................... 8
g. Karakteristik Agama Islam ............................................................................................... 9
h. Misi Ajaran Islam ............................................................................................................. 10
i. Metodologi Pemahaman Islam ........................................................................................ 10
j. Kegunaan Metodologi ...................................................................................................... 10
k. Studi Islam ..................................................................................................................... 11
l. Metode Memahami Islam ................................................................................................ 11
m. Islamisasi Ilmu Pengetahuan ........................................................................................... 13
n. Daftar Pustaka .................................................................................................................. 15
RINGKASAN ISI BUKU

BAB I
PENDAHULUAN

Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya terdapat berbagai
petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih
bermakna dalam arti yang seluas luasnya.
Petunjuk petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat
didalam sumber ajarannya, Al Qur’an dan hadits, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan
kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,
berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan
persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap sikap positif lainnya.
Sebenarnya dalam ajaran agama islam itu mayoritas ajarannya mengacu kepada masalah sosial.
Bahkan dalam suatu penelitian disimpulkan bahwasnya alqur’an memiliki empat hal yang
bertemakan tentang kepedulian sosial. Pertama dalam al qur’an dan hadis proposial terbesar
ditujukan kepada masalah sosial, kedua dalam kenyataan bila urusan ibadah bersamaan waktunya
dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tapi
tidak ditinggalkan). Ketiga, bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran
lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan. Keempat, bila urusan ibadah dilakukan tidak
sempurna atau batal karena melanggar pantangan tertentu, maka kafaratnya ialah melakukan susuatu
yang berhubungan dengan masalah sosial.
Namun yang sangat mengecewakan, kenyataan islam sekarang ini menampilkan keadaan yang
jauh dari cita ideal tersebut. Ibadah yang dilakukan umat islam seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan
sebagainya hanyalah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan dengan tanpa ada nilai dimensi lain
yang merupakan buah dari ibadah tersebut terutama dalam masalah sosial. Sehingga seolah olah
agama hanyalah urusan individu, penyelamatan individu tanpa ada keberkahan sosial. Dan seakan
akan agama bahkan tuhan sekalipun tidak hadir dalam problematika sosial kita walaupun nama-Nya
sering kita dengarkan berkumandang dimana mana.
Syafi’i ma’arif dalam suatu kesempatan mengatakan bahwasanya penyebab dari kesenjangan
antara citra islam dengan kenyataannya adalah yang pertama karena kualitas keagamaan umat yang
masih rendah. Menurutnya proses islamisasi sesungguhnya secara kualitatif belum pernah mencapai
tingkatnya yang sempurna, yang kedua cara umat islam sendiri yang keliru dalam memahami islam,
Islam yang muatan ajaran banyak berkaitan dengan masalah masalah sosial ternyata belum dapat
diangkat kepermukaan disebabkan metodee dan pendekatan yang kurang komprehensif atau
menyeluruh.
Mukti Ali juga mengatakan bahwasanya jika kita mempelajari cara orang dalam mendekati
agama islam maka kita akan melihat tiga cara yang jelas tampak. Yang pertama adalah secara naqli
(tradisional), yang kedua adalah pendekatan secara aqli (rasional), dan yang ketiga adalah pendekatan
secara kasyf (mistis). Padahal dalam memahami agama itu harusnya ketiga cara pendekatan tersebut
harus digunakan secara serempak, bukan terpisah pisah.
Dan ternyata menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa ternyata mayoritas studi islam
hanya berorientasi untuk terciptanya lulusan yang dapat menghafal ajaran agama, tetapi tidak mampu
mengembangkannya.
Maka dari itu melalui buku ini penulis mencoba membawa pembaca untuk memiliki wawasan
yang utuh dan integral tentang islam, juga dapat mengembangkannya. Untuk itu masalah metode
dan pendekatan dalam seluruh aspek ajaran islam dikemukakan dalam buku ini.
Selanjutnya buku ini juga mengemukakan telaan konstruksi teori penelitian agama berikut
berbagai pendekatan dan teori teori yang digunakan dengan merujuk kepada pakar yang ahli dalam
bidangnya., juga mengemukakan deskripsi tentang model penelitian tafsir, hadis, kalam, filsafat,
tasawuf, fikih, politik, pendidikan islam, sejarah, pemikiran modern, dalam islam, antropologi, dan
sosial agama.
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Pengertian Agama
a. Secara etimologi (kebahasaan).
Mengartikan agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah daripada mengartikan
agama dari sudut istilah karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan
subjektivitas dari oang yang mengartikannya. Lain halnya dengan dari segi bahasa, pengertian agama
dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya,
dalam masyarakat indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata “din” dari bahasa arab dan kata
religi dalam bahasa eropa. Ia mengatakan bahwa agama dari bahasa sanskerta tersusun dari 2 kata
yaitu a=tidak dan gam =pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun
temurun. Hal menunjukkan pada salah satu sifat agama yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi lainnya. Kemudian ada yang mengatakan artinya adalah teks dan kitab suci,
tuntunan yang berarti tuntunan bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya din dalam bahasa semit berarti undang undang atau hukum. Dalam bahasa arab
kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan.
Sedangkan kata religi berasal dari kata relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan
membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara
cara mengabdi kepada tuhan yan gterkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca, tetapi ada juga yang
mengatakan arti dari relegere adalah mengikat.
Dan dari beberapa definisi berikut, akhirnya Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari
yang terkandung dalam istilah istilah diatas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan
yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap
kehidupan manusia sehari hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.
Satu kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera.
b. Secara terminologi
Adapun pengertian agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai berikut. Elizabet
nottingham dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah gejala yang
begitu sering terdapat dimana mana sehingga sedikit membantu usaha usaha kita untuk membuat
abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha usaha
manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaaan alam
semesta. Agama telah menimbulkan Khayalnya yang paling luas dan juga digunakan untuk
membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan
kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Dan Durkheim
mangatakan bahwa agama adalah pantulan dari solidaritas sosial. Bahkan kalau dikaji, katanya, tuhan
itu sebenarnya adalah ciptaan masyarakat.

LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA

Ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut
adalah:
a. Latar belakang fitrah manusia
b. Kelemahan dan kekurangan manusia
c. Tantangan manusia
BAB II
BERBAGAI PENDEKATAN DIDALAM MEMAHAMI AGAMA

a. Pendekatan teologis normatif


Yaitu upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak
dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu agama diaggap sebagai yang paling benar
dibandingkan dengan yang lainnya.
b. Pendekatan antropologi
Yaitu salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
c. Pendekatan sosiologis
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami masalah agama dapat dipahami karena
banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap
masalah sosial ini selanjutnya mendorong kaum agamawan memahami ilmu ilmu sosial sebagai alat
untuk memahami agama.
d. Pendekatan filosofis
Arti dari filsafat adalah sebuah upaya untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai
sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti
yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah. Maka dari itu filsafat dapat digunakan dalam memahami
ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan
dipahami secara seksama.
e. Pendekatan historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan
f. Pendekatan kebudayaan
g. Pendekatan psikologi
PANDANGAN AJARAN ISLAM TENTANG ILMU SOSIAL

Sejak kelahirannya belasan abad lalu, islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian
pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan Tuhan, antara
hubungan manusia dengan manusia, dan antara urusan ibadah dengan urusan muamalah.
Selanjutnya jika kita adakan perbandingan antara perhatian islam terhadap urusan ibadah
dengan urusan muamalah, ternyata islam menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan
ibadah dalam arti yang khusus. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada
aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi sebagai masjid tempat
mengabdi kepada allah dalam arti luas. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah dalam arti yang
khusus.
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan sebagaimana tersebut menjadi penting jika
dikaitkan dengan situasi kemanusiaan dizaman modern ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini
manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang benar benar membutuhkan pemecahan segera.
Kadang kadang kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern justru
disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan
martabat manusia. Umat manusia telah berhasil mengorganisasikan ekonomi, menata struktur
politik, serta membangun perdaban yang maju untuk dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama, kita
juga melihat bahwa umat manusia talah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri. Sejak manusia
memasuki zaman modern mereka mampu mengembangkan potensi potensi rasionalnya, mereka
memang telah membebaskan diri dari belenggu pemikiran mistis yang irrasional dan belenggu
pemikiran hukum alam yang sangat mengikat kebebasan manusia. Tetapi ternyata di dunia modern
ini manusia tak dapat melepaskan diri dari jenis belenggu lain, yaitu penyembahan kepada hasil
ciptaannya sendiri.
Dalam keadaan demikian, kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk memiliki ilmu
pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari bebagai problema tersebut. Ilmu
pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang digali dari nilai nilai agama.
Kuntowijoyo menyebutnya sebagai ilmu sosial profetik.
PENGERTIAN DAN SUMBER AJARAN ISLAM

Dari segi bahasa islam berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti
berserah diri masuk dalam kedamaian.
Adapun pengertian islam dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda beda. Dan
dari berbagai pendapat yang bermacam macam itu dapat diambil kesimpulan bahwasanya pengertian
islam secara istilah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT.
Bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari nabi Muhammad SAW. Posisi nabi dalam
agama islam diakui sebagai yang ditugasi oleh allah untuk menyebarkan ajaran islam tersebut kepada
umat manusia. Dalam proses penyebaran agama islam, nabi terlibat dalam memberi keterangan,
penjelasan, uraian, dan contoh praktiknya. Namun keterlibatan ini masih dalam batas batas yang
dibolehkan Tuhan.

SUMBER AJARAN ISLAM

Diantara sumber agama islam adalah:


a. Al Qur’an
b. As Sunnah

KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM

a. Dalam bidang agama


Karakteristik agama islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak
memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan
yaitu pengabdian kepada tuhan.
b. Dalam bidang ibadah
Visi islam tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran islam itu sendiri yang
sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk yang hanya diperintahkan agar beribadah
kepadanya.
c. Dalam bidang akidah
Akidah dalam agama islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap
selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya
menimbulkan amal saleh.
d. Bidang ilmu dan kebudayaan
Karakteristik islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat pula dilihat
dari lima ayat pertama dari surat al alaq. Iqro dalam ayat ini bukan hanya berarti membaca tetapi juga
berarti menelaah mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendiskripsikan, menganalisis, dan
penyimpulan secara induktif. Islam dengan demikian kuatnya mendorong manusia agar memiliki
ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan sebagainya.
Demikian pentingnya ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama
nilainya dengan jihad dijalan allah.
e. Bidang pendidikan
f. Bidang kehidupan ekonomi
g. Bidang kesehatan
h. Bidang politik
i. Bidang pekerjaan
j. Islam sebagai disiplin ilmu
Dan dari semua itu agama islam memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh
agama agama selain agama islam.

MISI AJARAN ISLAM

Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran
islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut diantaranya:
a. Untuk menunjukkan bahwa islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian islam
itu sendiri. Kata islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan orang muslim ialah orang
yang damai dengan allah dan damai dengan manusia.
b. Misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat juga dilihat dari peran
peran yang dimainkan islam dalam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi,
politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.
c. Misi islam dapat juga dilihat dari misi ajaran yang dibawa dan dipraktikan oleh Nabi
Muhammad SAW.
d. Misi islam selanjutnya dapat pula dilihat pada kedudukannya sebagai sumber nilai dan
pandangan hidup manusia.
e. Misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat dapat pula dilihat dari peran yang dimainkannya
dalam sejarah.
f. Juga dapat dilihat dari praktik hubungan islam dengan penganut agama lain.

METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM


KEGUNAAN METODOLOGI

Untuk mencapai suatu kemajuan, kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi
dengan ketepatan memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang pengetahuan.
Metode dan berpikir yang benar tak ubahnya seperti orang yang berjalan. Seorang yang lumpuh
sebelah kakinya dan tidak dapat berjalan dengan cepat, tetapi memilih jalan yang benar akan
mencapai tujuannya lebih cepat daripada jago lari yang mengambil jalan yang terjal lagi berkelok
kelok. Betapapun cepat jago lari tersebut, ia akan datang pada terpat yang dituju, sedangkan orang
yang lumpuh sebelah kakinya yang memilih jalan yang benar akan sampai kepada tujuan dengan
segera. Selain itu penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu
yang dimilikinya. Sebaliknya mereka yang tidak menguasai metode hanya akan menjadi konsumen
ilmu, dan bukan menjadi produsen.

STUDI ISLAM

Banyak orang berselisih pendapat apakah islam itu termasuk kedalam sains atau ilmu
pengetahuan. Mengingat sifat dan karakteristik antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Ilmu
pengetahuan dapat dikritisi, sedangkan agama dengan alasan apapun tidak dapat dikritik karena
merupakan ajaran dari tuhan yang memiliki kebenaran yang mutlak tidak relatif.
Sehingga muncullah pendapat yang memisahkan atau membedakan antara sains islam dengan
studi islam. Sains islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran, astronomi,
matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun atas arahan nilai nilai islami. Sementara studi islam
adalah pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran islam yang dipraktikkan dalam sejarah dan
kehidupan manusia, sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari
ajaran ajaran allah dan Rasulnya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang
akidah, ibadah, membaca al Qur’an dan akhlak.
METODE MEMAHAMI ISLAM

Berbagai pendapat diajukan untuk metode memahami islam diantaranya metode yang
digunakan oleh ali syari’ati. Ia mengatakan bahwasanay cara memahami islam salah satunya ialah
dengan mengenal allah dan membandingkannya dengan sesembahan agama lain. Cara lainnya ialah
dengan mempelajari kitab alqur’an dan membandingkannya dengan kitab-kitab samawi lainnya.
Tetapi ada lagi cara lain yaitu dengan mempelajari kepribadian rasul islam dan membandingkannya
dengan tokoh tokoh besar pembaruan yang pernah hidup dalam sejarah. Akhirnya ada satu cara lagi
ialah dengan mempelajari tokoh tokoh islam terkemuka dan membandingkannya dengan tokoh
tokoh utama agama maupun aliran aliran pemikiran lain.
Selain menggunakan pendekatan komparasi, ali syari’ati juga menawarkan cara memahami
islam melalui pendekatan aliran. Dalam hubungan ini, ia mengatakan bahwa tugas intelektual hari
ini adalah mempelajari dan memahami islam sebagai aliran pemikiran yang membangkitkan
kehidupan manusia, perseorangan maupun masyarakat. Dan bahwa sebagai intelektual dia memikul
amanah demi masa depan umat manusia yang lebih baik. Dia harus menyadari tugas ini sebagai tugas
pribadi dan apapun bidang studinya dia harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar
tentang islam dan tentang tokoh tokoh besarnya sesuai dengan bidangnya masing masing.
Sedangkan Nasruddin Razak mengemukakan pendapatnya. Ia menawarkan metode
pemahaman islam secara menyeluruh. Menurutnya bahwa memahami islam secara menyeluruh
adalah penting walaupun tidak secara detail. Begitulah cara paling minimal untuk memahami agama
paling besar sekarang ini agar menjadi pemeluk agama yang mantap dan untuk menumbuhkan sikap
hormat bagi pemeluk agama lainnya. Dan untuk memahami islam secara benar Nasruddin Razak
mengajukan 4 cara:
a. Islam harus dipelajari dari sumber yang asli, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah Rasulullah.
b. Islam harus dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara sebagian
saja.
c. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar, kaum zuama dan
sarjana-sarjana islam, karena pada umumnya mereka memiliki pemahaman islam yang baik.
d. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam al qur’an, baru
kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di
masyarakat.

Selain itu Mukti Ali juga mengajukan pendapat tentang metode memahami islam sebagaimana
yang dikemukakan ali Syari’ati yang menekankan pentingnya melihat islam secara menyeluruh. Ia
juga mengatakan apabila kita melihat islam hanya dari satu segi saja, maka kita hanya akan melihat
satu dimensi dari fenomena fenomena yang multifaset, sekalipun kita melihatnya itu betul. Islam
menurutnya harus dipahami secara bulat, yaitu pemahaman islam yang dilakukan secara
komprehensif. Metode lain untuk memahami islam yang diajukan Mukti Ali adalah metode tipologi.
Metode ini oleh banyak sekali ahli sosiologi dianggap objektif berisi klasifikasi topik dan tema sesuai
dengan tipenya, lalu dibandingkan dengan topik dan tema yang mempunyai tipe yang sama. Dari
uraian yang ada diatas dapat kita simpulkan bahwasanya metode yang dapat digunakan dalam
memahami islam secara garis besar ada dua macam. Pertama, metode komparasi yaitu suatu cara
memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama islam tersebut
dengan agama lainnya, dengan cara demikian akan dihasilkan pemahaman islam yang objektif dan
utuh. Kedua, metode sintesis, yaitu suatu cara memahami islam yang memadukan antara metode
ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis
normatif.

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

Memasuki abad kedua puluh masehi, keadaan dunia ditandai oleh kemajuan yang dicapai oleh
barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala implikasinya, yaitu berupa
penjajahan mereka atas dunia islam. Negara negara yang dahulu masuk ke dalam hegemoni islam
seperti spanyol, india, sisilia, dan sebagainya sudah mulai melepaskan diri dari islam dan berdiri
sendiri sebagai negara yang sepenuhnya berada diluar ideologi islam. Demikian pula negara negara
yang sepenuhnya dikuasai islam juga sudah banyak yang menjadi jajahan bangsa bangsa lain. Negara
negara tersebut antara lain mesir, turki, malaysia, dan Indonesia.
Menghadapi keadaan yang demikian itu, umat islam mencari sebab sebabnya. Sebab sebab
tersebut yang utama diantaranya karena umat islam tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi serta adanya perpecahan.
Dikalangan umat islam paling kurang timbul tiga sikap menghadapi keterbelakangan dalam
bidang ilmu pengetahuan tersebut sebagai berikut.
a. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai
ilmu pengetahuan yang sekular dan harus ditolak.
b. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai
ilmu yang bersifat netral. Karenanya ilmu tersebut harus diterima apa adanya tanpa disertai rasa
curiga dan sebagainya.
c. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai
ilmu yang bersikap sekular dan materialisme. Namun dapat diterima oleh umat islam dengan
terlebih dahulu dilakukan proses islamisasi.

Ketiga sikap tersebut satu dan lainnya memiliki pengaruh sendiri sendiri dimasyarakta dengna
segala implikasinya. Sutdi dalam bab ini adalah penjabaran lebih lanjut dari sikap yan gketiga
sebagaimana tersebut diatas, yaitu sikap mengislamkan ilmu pengetahuan.
Islamisasi ilmu pengetahuan pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk mentransformasikan
nilai nilai keislaman ke dalam berbagai bidang kehidupan manusia, khususnya ilmu pengetahuan.
Dengan Islamisasi ilmu pengetahuan dapat diketahui dengan jelas, bahwa islam bukan hanya
mengatur segi segi ritualitas dalam arti shalat, puasa, zakat, dan haji melainkan sebuah ajaran yang
mengintegdrasikan segi segi kehidupan duniawi termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Ditengah
tengah masyarakat yang masih dilanda krisis dalam berbagai bidang kehidupan seperti sekarang ini,
islamisasi ilmu pengetahuan semakin dipandang relevan daya antisipatifnya.
Ditengah tengah perdebatan disekitar setuju atau tidak setuju dengan islamisasi ilmu
pengetahuan tersebut, tampaknya islamisasi ilmu pengetahuan tersebut pada akhirnya merupakan
suatu keharusan. Lahirnya industri perbankan yang berbasiskan syariat seperti yang dipraktikkan pada
bank muamalat Indonesia (BMI), bank Syariah Mandiri, dan sebagainya menunjukkan pentingnya
nilai nilai islam terintergrasi dalam sistem perekonomian yang dikembangkan masyarakat. Demikian
pula praktik kehidupan kenegaraan yang semakin menuntut perlunya ditegakkan asas keadilan,
kejujuran, demokrasi, transparasi, dan sebagainya menunjukkan bahwa nilai nilai islam perlu
diintegrasikan ke dalam praktik kenegaraan. Demikian pula munculnya universitas Islam Negeri
(UIN) syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan pada upaya mengintergrasikan ilmu agama dan
umum, juga merupakan bukti perlunya program islamisasi ilmu pengetahuan itu dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam/oleh Abuddin Nata-Ed. Revisi,-18-Jakarta: Rajawali Press,
2011. Xii, 482 hlm.,21 cm. ISBN 979-421-706-9

Anda mungkin juga menyukai