Anda di halaman 1dari 3

NAMA : M.

FARHAN ADIYATMA
NIM : 1701103010038
MATA KULIAH : EKONOMI ISLAM
PRODI : S1 AKUNTANSI

ADANYA SISI PERBEDAAN EKONOMI ISLAM DENGAN EKONOMI


KONVENSIONAL

Kata “Ekonomi” tentu tidak asing bagi masyarakat umumnya . Karena


salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan oleh masyarakat adalah kegiatan
ekonomi. Salah seorang pakar ekonomi Prof. Paul A. Samuelson mendefinisikan
ekonomi sebagai studi mengenal individu dan/atau masyarakat dalam mengambil
keputusan dengan atau tanpa penggunaan uang yang digunakan untuk
memproduksi barang dan/atau jasa dengan sumber daya yang terbatas untuk
dikonsumsi baik masa sekarang maupun yang akan datang.
Setelah mengetahui definisi dari ekonomi maka timbul pertanyaan, apakah
ada pembagian dari ekonomi? Tentu saja ada. Secara umum ekonomi dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu ekonomi konvensional dan ekonomi islam.

Apa itu ekonomi konvensional? Ekonomi konnvensional adalah sistem


perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang
untuk melaksanakan kegiatan perekonomian. Dalam ekonomi konvensional
pemerintah turut ambil bagian didalamnya untuk memastikan keberlangsungan
dan kelancaran perekonomian, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur
didalamnya. Sistem ekonomi konvensional yang berkembang saat ini ternyata
belum mampu untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Mengapa?
Karena pada sistem ekonomi ini menitikberatkan pada sisi materi. Pandangan
tersebut menyatakan kesejahteraan dapat dicapai melalui pencapaian tujuan
material tertentu, seperti penghapusan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan dasar
semua individu, ketersediaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan, serta pertumbuhan yang stabil. Namun, belum ada negara yang
mampu untuk mewujudkan kesejahteraan materi tersebut.
Selanjutnya, apa pula itu ekonomi islam? Ekonomi Islam didefinisikan
sebagai studi yang mempelajari ikhtiar manusia dalam mengalokasian dan
mengelola sumber-sumber daya untuk mencapai falah (kebahagiaan) berdasarkan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Al-qur’an dan As-
sunnah. 

Setelah mengetahui definisi dari pembagian ekonomi. Apakah ada


perbedaan antara ekonomi konvensional dengan ekonomi islam? Tentu ada.
Ekonomi konvensional berfokus mempelajari perilaku manusia dalam
menghadapi kelangkaan serta “memberikan kebebasan kepada manusia untuk apa
sumber daya yang terbatas tersebut digunakan”. Untuk itu ekonomi hanya
mempelajari bagaimana cara mengalokasikan sumber daya yang terbatas tersebut
secara optimum.

Jika dilihat dari lingkup pembahasannya Ekonomi


konvensional membatasi cakupan disiplin ekonomi menjadi sebuah disiplin
yang mempelajari bagaimana aktifitas ekonomi manusia dalam
menghadapi keterbatasan serta memberikan kebebasan bagi individu untuk
menentukan tujuan (ends) dari digunakannya sumber daya yang terbatas. Oleh
karena itu ekonomi berfungsi untuk “mengeksplorasi dan menjelaskan” dan
bukan untuk memberikan “advocate” atau “condemn” (melarang).

Sedangkan tujuan dari ekonomi Islam itu sendiri merupakan


“goal oriented disciplin” yang berarti ekonomi Islam tidak hanya
mempelajari bagiama cara (means) pengalokasian sumber daya terbatas secara
efisien tetapi juga mempelajari tujuan (ends) dari penggunaan sumber daya
tersebut.

Serta lingkup pembahasannya dari ekonomi islam yang berbeda dari


ekonomi konvensional yakni mempelajari perilaku manusia di tengah
keterbatasan dalam perspektif Islam dan juga mempelajari perilaku manusia
dalam berkegiatan ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Seperti yang telah diketahui, ekonomi konvensional berlandaskan pada
teori yang dikemukakan Adam Smith bahwa manusia bersifat rasional yang
artinya mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing atau self interest.
Konsep bahwa manusia bersifat rasional bukanlah konsep yang sepenuhnya benar.
Adam Smith mengeliminasi beberapa faktor seperti agama, keyakinan, dan
lingkungan dalam mengemukakan konsep ini. Tidak selamanya dan tidak semua
manusia bersifat rasional atau self interest ini. Karena hanya segelintir orang saja
yang berkeinginan untuk bersifat tidak cepat puas dan hanya segelintir orang saja
yang beranggapan bahwa more is always better than less. Banyak profil pebisnis
dan pengusaha sukses saat ini yang justru menerapkan prinsip memberi sebanyak-
banyaknya pada orang lain, alih-alih menyimpan harta kekayaan mereka sendiri.

Dalam Islam, konsep self interest dan more is better than less ini dibantah
melalui Q.S Al-Baqarah ayat 261. Allah Ta’ala berfirman: “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” 

Anda mungkin juga menyukai