Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


tentang
PERANAN GURU SEBAGAI INSAN MULTIDIMENSI

Dosen Pengampu: Dr. Nofriyandi, M.Pd

Oleh:
Kelas: 2B
Kelompok 9

1. Erika Amalia Putri (196410453)


2. Nur Faddillah Riyanti (196410375)
3. Syahriati Anita Putri Ramadhani (196410902)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Peranan Guru Sebagai Insan Multidimensi” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari bapak Dr. Nofriyandi, M.Pd pada mata kuliah Belajar dan
pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Peranan Guru Sebagai Insan Multidimensi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Nofriyandi, M.Pd
selaku dosen pengampu Belajar dan pembelajaran yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
terima demi kesempurnaan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Pekanbaru, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Peranan Guru Sebagai Insan Multidimensi 2
2.2 Karakteristik Guru yang Unggul 4
1.) Guru Sebagai Guru 5
2.) Guru sebagai Teladan 6
3.) Guru sebagai Penasehat 8
4.) Guru sebagai Pemegang Otoritas 8
5.) Guru sebagai Pembaharu 9
6.) Guru sebagai Pemandu 10
7.) Guru sebagai Pelaksana Tuas Rutin 11
8.) Guru sebagai Insan Visioner 12
9.) Guru sebagai pencipta 13
10.) Guru sebagai Orang yang Realistis 14
11.) Guru sebagai Penutur Cerita dan Seorang Aktor 15
12.) Guru sebagai Pembongkar Kemah 16
13.) Guru sebagai Peneliti 17
14.) Guru sebagai Penilai 18

BAB III PENUTUP 20


3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam pembelajaran, apakah pembelajaran itu pembelajaran konvensional
yang berorientasi teacher-centered maupun dalam pembelajaran yang berorientasi
student-centered, sesungguhnya peran guru yaitu unik dan boleh dikatakan tidak
tergantikan. Jika diingat teori ZPD dari Vygotsky, walaupun model pembelajaran
kontruktivis lebih berorientasi student-centered, guru yang bersandang fasilitator
dalam membantu siswa, toh tetap dituntut perannya sebagai guru, sebagai orang
dewasa yang karena kompetensinya siap membantu siswa beranjak menuju struktur
kognitif yang lebih kompleks dalam zona perkembangan terdekatnya.
Terkait dengan sejumlah sandangan yang mau tidak mau harus diterima guru,
sebagai guru professional yang efektif dan guru yang unggul (the excellent teacher)
banyak teori yang telah dipaparkan oleh para pakar pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah
yang akan dibahas pada bab selanjutnya, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana peranan guru sebagai insane multidimensi?
2. Apa saja karakteristik yang harus dimiliki untuk menjadi guru yang unggul?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan masalah peran guru sebagai multidimensi adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui peran guru sebagai insan multidimensi.
2. Menegetahui apa saja karakteristik dan peran guru yang unggul.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peranan Guru Sebagai Insan Multidimensi


Di dalam pembelajaran, baik itu yang berorientasi pada teacher-centered
ataupun student-centered, sesungguhnya peran guru sangatlah unik dan bisa
dikatakan tidak tergantikan.Peran guru sebagai insan multidimensi di mana peranan
teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru sangat minim. Guru memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan.
Sebuah karya yang cukup monumental telah dilahirkan oleh Earl V. Pullias
dan James D. Young (1968) dalam bukunya A Teacher Is a Many Things. Yang
menjelaskan bahwa guru pada hakikatnya merupakan seorang manusia
multidimensional.
Terkait dengan sejumlah snadangan yang mau tidak mau harus diterima guru,
sebagai guru professional yang efektif dan guru yang unggul (the excellent teacher)
banyak teori yang telah dipaparkan oleh pakar pendidikan. Dalam proses belajar-
mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi
fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab
untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan siswa. Demikian dalam proses belajar-mengajar guru tidak terbatas
sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab
akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus menciptakan proses
belajar sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif
dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.
Dalam proses belajar dan pembelajaran yang setiap tahun berkembang terus-
menerus, guru dituntut untuk memiliki pemahaman atas kompetensi dan peran-peran
yang harus dilakukannya. Kompetensi professional seorang guru berhubungan
dengan kompetensi-kompetensi guru yang akan menunjang, dan memperlancar
proses pembelajaran dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Peran seorang guru adalah bagaimana seorang guru mampu untuk menentukan

2
batasan-batasan yang harus dilakukan.Perkembangan hidup yang semakin lama
semakin penuh dengan tantangan menuntut guru untuk bekerja lebih maksimal dalam
mempersiapkan anak didiknya untuk menghadapi perubahan zaman yang terus
berubah dan berkembang.
Oleh sebab itu, guru harus dapat bekerja secara profesional dengan
mengembangkan beberapa potensi yang harus dimiliki oleh guru.Komponen
profesional guru merupakan kemampuan dan kewenangan tugas yang hars dilakukan
oleh guru dalam menjalankan profesi sebagai guru.Di samping kompetensi-
kompetensi tersebut, terdapat juga kompetensi yang tidak kalah pentingnya, yaitu
psikomotorik seorang guru berkaitan dengan keterampilan jasmaniah seorang guru
dalam bentuk keterampilan berperilaku tertentu secara uum dan khusus.Oleh sebab
itu, guru sering disebut dengan insan multidimensi.Artinya, banyak sisi dan sudut
pandang dalam melihat dan menerjemahkan peran-peran seorang guru.Terdapat
beberapa peran atau tugas seorang guru dalam pembelajaran.
 Guru sebagai korektor; berperan dalam menilai dan mengoreksi hasil kerja
peserta didik, seperti sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak, baik di dalam
maupun di luar sekolah. Guru juga diharapkan untuk bisa menilai produk dan
proses pembelajaran sehingga diperoleh umpan balik untuk diperbaiki.
 Guru sebagai inspirator; memberikan inspirasi atau gambaran kepada peserta
didik, memberikan ide-ide yang baru untuk memecahkan persoalan.
 Guru sebagai informatory; mampu untuk menginformasikan tentang ilmu
pengetahuan yang sedang berkembang saat ini.
 Guru sebagai organisator; diharapkan mampu untuk mengelola berbagai kegiatan
akademik peserta didik agar tercipta dan tercapai efektivitas efisien proses belajar
dan pembelajaran.
 Guru sebagai motivator; memberikan energi kepada peserta didik agar mereka
semangat dalam proses pembelajaran.
 Guru sebagai pembimbing; mampu memberikan bimbingan atau bantuan pada
anak yang mendapatkan kesulitan ketika dalam proses pembelajaran.

3
 Guru sebagai demonstrator; mampu memperagakan apa yang disampaikan secara
didaktis sehingga peserta didik akan mudah untuk memahaminya.
 Guru sebagai pengelola kelas; hal ini guru dituntut untuk mengelola kelas dengan
baik dan benar agar lancar dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dari peran-peran tersebut dapat diambil intinya bahwa guru harus siap dalam
segi dan sudut pandang apapun. Guru pun juga harus bisa menempatkan diri di mana
peserta didik akan membutuhkan seorang guru dalam proses pembelajaran
(Nurcahyo, kompasiana.com).
Dalam gambaran kelas masa depan, Gary Flewelling dan William Hingginson
(2003) (dalam Suyono dan Hariyanto,2011:188-189) menggambarkan peran guru
sebagai berikut.
1. Memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan menyediakan tugas-tugas
pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) dan terancang baik untuk
meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial.
2. Berinteraksi dengan peserta didik untuk mendorong keberanian, mengilhami,
menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai,
dan merayakan perkembangan, pertumbuhan, dan keberhasilan.
3. Menunjukkan manfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu pokok bahasan.
4. Berperan sebagai seseorang yang membantu, seseorang yang mengerahkan dan
member penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami peserta didik
dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah dari seorang
pembelajar yang berani mengambil resiko (risk tasking learning), dengan
demikian guru berperan sebagai pemberi informasi (informer), fasilitator, dan
seorang artis.

2.2 Karakteristik Guru yang Unggul


Sebuah karya yang cukup monumental telah dilahirkan oleh Earl V. Pullias
dan James D. Young (1968) dalam bukunya A Teacher Is a Many Things. Dalam
buku yang banyak menjadi rujukan ini, mereka secara gamblang mengutarakan apa
saja peran guru sesungguhnya. Menyimak buku ini terlihat jelas bahwa guru pada

4
hakikatnya merupakan menusia multidimensional.Pullias dan Young mengutarakan
ada empat belas karakteristik yang melekat pada seorang guru yang unggul. Keempat
belas karakteristik guru yang unggul itu adalah sebagai berikut (Suyono dan
Hariyanto,2011:187-206).
1.) Guru sebagai guru
Tugas pokok seorang guru ialah mendidik dan mengajar. Mendidik bukanlah
hal yang sederhana, pendidik yang sesungguhnya harus mampu membawa orang lain
beranjak dari kegelapan menuju suatu pencerahan yang terang benderang. Istilah guru
dengan demikian memiliki konotasi yang agung.Dalam agama, salah satu fungsi
Rabb, Tuhan adalah guru. Sehingga guru sebagai guru merupakan insan- kamil,
manusia unggul yang mampu beradaptasi dan melakukan transformasi diri dan
senantiasa bergelut dari suatu perbaikan ke perbaikan yang lain.
Sebagai pengajar sebenarnya rumusnya sangat sederhana, ia membantu dan
membimbing peserta didik yang sedang berkembang untuk belajar, belajar tentang
sesuatu yang belum diketahuinya. Pengajar yang unggul sesungguhnya akan selalu
dikenang oleh peserta didiknya, karena terampil menyederhanakan suatu masalah
yang pelik dan rumit, kemudian menjelaskan prinsip-prinsip yang terkait dengan
penyelesaian masalah tersebut.
Guru sebagai pengajar yang unggul membantu para peserta didik untuk
mengembangkan cara-cara belajarnya sendiri. Pada kenyataannya dengan pilihan
model pembelajaran apa pun, selalu ada ruang bagi guru untuk menyelesaikan tugas
konvensionalnya, menerangkan, member informasi, bertanya, menunjukkan, memberi
tugas-tugas dan menilai hasilnya. Hal yang penting di sini, guru sebagai seseorang
yang menerangkan harus selalu berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan
kompetensinya sehingga sesuatu yang tampaknya sukar dan kompleks menjadi lebih
bermakna bagi peserta didik karena telah memperoleh pemahaman.
Ada beberapa tips yang perlu dilakukan seorang guru sebagai guru, antara lain
sebagai berikut.
a. Berilah contoh, kontektualkan pembelajaran.
b. Nyatakan sesuatu yang dipelajari dalam istilah-istilah yang sederhana.

5
c. Uraikan masalah menjadi bagian-bagian yang sederhana.
d. Letakkanlah bagian-bagian persoalan bersama-sama sehingga seluruh masalah
dapat dipahami dengan mudah.
e. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna.
f. Bereaksilah, tunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap pertanyaan yang
diajukan siswa.
g. Dengarkan dan simak, biarkan peserta didik menjelaskan kesulitan-kesulitan
belajarnya, ciptakan suatu kondisi sehingga terjadi diskusi yang hidup.
h. Beri inspirasi untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Rasa percaya
diri merupakan sejenis keterampilan hidup yang penting bagi peserta didik,
sehingga muncul kesadaran diri sebagai seseorang yang bermakna.
i. Sediakan fasilitas bagi kemungkinan munculnya berbagai cara pandang, lihat dan
simak bahan ajar dari berbagai aspek.
j. Beri peluang bagi munculnya berbagai pengalaman belajar dari sesuatu yang
sedang dipelajari, artinya gunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
k. Ubah cara peserta didik dalam menjelaskan sesuatu agar sesuai dengan
kemampuan dan derajat perkembangan kognitifnya, kemudian biarkan dia
mengaitkan situasi belajar baru dengan sesuatu yang pernah dipelajarinya agar
pengetahuan terkonstruk dalam pikirannya.
l. Sajikan pembelajaran yang menyenangkan dan dinamis.

2.) Guru sebagai Teladan


Guru adalah model mental yang hidup bagi siswa. Kita ingat pomeo guru,
sebagai digugu lan ditiru (ditaati dan ditiru), guru adalah uswatun hasanah (teladan
yang baik). Sandangan ini memang cukup berat bagi guru, tetapitak terelakkan,
apalagi pada tingkat pendidikan dasar.Bagi anak TK dan SD guru merupakan segala-
segalanya. Alhasil, seringkali siswa-siswa pemula (novice learner) tersebut
memandang apa saja yang dikatakan gurunya sebagai yang benar, peran guru yaitu
netral, sehingga sekali guru membuat kesalahan, kesalahan semacam itu akan lama
dikenang peserta didik.

6
Kualitas dan kekuatan dari seorang guru berkaitan erat dengan karakter dan
efektivitas guru.Makin efektif seorang guru maka makin tinggi pula potensi dan
kekuatannya sebagai teladan. Kualitas semacam ini akan membuatnya terampil di
dalam pembelajaran, sehingga mampu memberi imajinasi, kegairahan, makna bagi
pembelajaran dan pada gilirannya memberikan satu energi kepada guru sebagai
teladan. Teladan yang efektif akan mampu memberi semangat dan keberanian kepada
para peserta didik untuk belajar.
Agar efektif sebagai teladan, ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan oleh
guru.
a. Sikap dasar, yaitu sikap psikologis guru dalam menyelesaikan masalah yang
penting dan berdampak kepada kesuksesan, kegagalan, pembelajaran, kecakapan
manusiawi, cinta, kebenaran, hubungan antarinsan dan sebagainya.
b. Kecakapan berbicara, termasuk penggunaan intonasi dan pemilihan kata yang
tepat.
c. Kebiasaan kerja (work habbit), termasuk konsistensinya, kerapian, dan
kedisiplinannya.
d. Sikap terhadap pengalaman dan kesalahan, baik yang dilakukan diri sendiri
maupun oleh orang lain.
e. Pakaian, menampilkan ciri kepribadian.
f. Hubungan antarmanusia, terutama terkait cara menangani emosi.
g. Model berpikir (paradigma), terkait dengan cara pikiran bekerja bila menghadapi
masalah.
h. Kebiasaan emosional.
i. Sistem penilaian suka dan tidak suka, terkait dengan pembuatan keputusan dan
penilaian yang adil.
j. Pertimbangan, keterampilan yang digunakan di dalam menilai berbagai jenis
situasi.
k. Kesehatan, guru yang kompeten, tetapi sering terganggu kesehatannya akan
membuat penilaian siswa terhadapnya menjadi surut.

7
l. Gaya hidup, guru yang baik bukan guru yang suka pamer kekayaan, pamer
kesuksesan, dan terkesan konsumeristik.

3.) Guru sebagai Penasehat


Setiap guru merupakan penasehat.Karena tingkat kedewasaannya serta
pengalamannya yang lebih, maka setiap guru berfungsi sebagai penasehat. Tempaan
pengalaman dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, membuat guru
sebagai orang dewasa mampu mengebangkan berbagai metode, kiat dan cara untuk
menghadapi dan menyelesaikan tantangan masalah kehidupan. Peserta didik yang
belum memiliki kemampuan tersebut, memerlukan seorang pembimbing, penasehat,
penyuluh, dan, itulah gunanya guru.That’s a teacher for?
Untuk itu guru harus mau terbuka dan mau berbagi, tidak merasa risih dan
terganggu karena dijadikan tempat “curhat” oleh para peserta didiknya. Oleh karena
itu, guru yang unggul harus berupaya dekat dengan seluruh anak didiknya, ia wajib
hafal nama seluruh siswa yang diajarnya. Guru yang baik harus mengenal dan
memahami karakter dan latar belakang setiap siswa di kelasnya.Guru yang demikian
tidak hanya puas dengan memanggil mereka anak-anak, tetapi harus beranggapan
bahwa mereka benar-benar anaknya sendiri. Dengan demikian rasa enggan, rasa takut
anak-anak akan terkikis dan mereka akan merasakan kedekatan itu sebagai modal
untuk saling berbagi tentang problema kehidupan yang mereka hadapi.

4.) Guru sebagai Pemegang Otoritas


Pemegang otoritas adalah jabatan ex officio guru saat ia ditugasi mengampu
mata pelajaran tertentu atau menjadi guru kelas di kelas tertentu. Memang ia yang
menentukan hitam putihnya kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi bukan
berarti bahwa kewenangan itu digunakan semena-mena sehingga ia bersikap otoriter.
Murid, dalam situasi pembelajaran yang demikian itu sudah tentu akan pasif dan
reseptif, tidak berkembang kreativitasnya dan kemandiriannya. Pemegang otoritas
dapat bersikap adil, toleran, terbuka, dan demokratis.
Guru sebagai pemegang otoritas tahun tentang sesuatu, yaitu pengetahuan
tentang mata pelajaran yang diampunya, dan menyadari sepenuhnya bahwa ia tahu

8
tentang sesuatu itu. Dengan otoritas kelimuan ini maka tidak mustahil akan mncul
berbagai pertanyaan dari para peserta didiknya. Oleh sebab itu sebagai pengajar ia
harus selalu dengan rendah hati melakukan pencarian kebenaran secara terus
menerus, sehingga ia siap menggunakan otoritas keilmuannya dengan penuh rasa
percaya diri jika ada pertanyaan atau keluhan dari siswanya. Guru sebagai pemegang
otoritas menuasai sepenuhnya materi bahasan yang menjadi tanggung jawabnya dan
tidak segan-segan untuk selalu belajar menambah dan meningkatkan pengetahuannya.
Guru yang memiliki otoritas keilmuan semacam ini memberikan tiga manfaat
kepada siswa, yaitu :
 Akan timbul rasa yakin dan aman dari pembelajaran karena ia dipandu oleh orang
yang kompeten,
 Member motivasi yang kuat kepada pembelajar untuk tahu lebih banyak, dan
 Guru menjadi teladan tentang apa manfaat yang diraih dari belajar.

5.) Guru sebagai Pembaharu


Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengalami perkembangan dari zaman
ke zaman dan itu merupakan warisan karya agung manusia di masa lalu.Acap kali
karya agung semacam itu diungkapkan dalam bahasa yang khas, yang sesuai dengan
perkembangan zamannya.Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa siswa sebagai
generasi baru dengan kesenjangan waktu yang cukup, mengalami kesulitan dalam
membaca, menerjemahkan, dan mencerna bergbagai karya agung yang lahir dari
berbagai khasanah pengetahuan itu. Dengan demikian menjadi tugas guru untuk
menerjemahkan sekaligus membahasakan berbagai karya ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut kepada siswa dengan gaya bahasa yang baru yang mudah dipahami
oleh siswanya. Inilah makna guru sebagai pembaharu, dia harus memperbaharui
seluruh “bahasa’ dari karya agung manusia itu sehingga dapat dipahami lebih mudah
oleh peserta didiknya.
Tugas guru adalah menyampaikan kekayaan agung, warisan budaya, dan
hikmah kebijakan manusia di masa lalu dengan suatu bahasa, dan istilah yang
modern, istilah yang mudah dipahami oleh para siswa pada saat ini. Hal ini terkait

9
dengan pilihan metode dan strategi pembelajaran oleh guru. Dengan demikian, guru
agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan, serta tidak jauh dari realitas
kehidupan siswa, harus selalu modernisasi, memperbaharui gaya serta cara
berpikirnya, memperbaharui gaya mengajarnya. Tugas guru yang berat adalah
mencoba memahami cara dan semangat belajar masa lalu, cara pandang dan berpikir
saat ini, maupun gambaran kehidupan di masa yang akan datang. Guru wajib
merangkumnya, menerapkannya, dan mengomunikasikan hal tersebut kepada peserta
didiknya, sehingga baik guru maupun siswa tidak terkukung dalam pola pikir yang
sempit dan picik.

6.) Guru sebagai Pemandu


Sebagai pemandu, guru menetapkan tujuan, arah, dan aturan atau ketentuan
perjalanan sesuai dengan keinginan dan kemampuan para siswa.Ia yang menentukan
jalan yang harus dilewati (metode pembelajaran) memuat setiap aspek wisata lebih
bermakna. Belajar adalah wisata, maka haruslah menarik, menyenangkan,
menantang, membangkitkan gairah dan mempesona. Dengan demikian, pembelajaran
yang ceroboh dan kurang perencanaan akan menjadi tidak menarik, dan punya
potensi untuk menyesatkan siswa. Ada beberapa tips yang harus dilakukan guru
dalam memandu siswa dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Selalu merencanakan tujuan program pembelajaran dengan baik. Guru wajib
menyiapkan silabus dan rancangan pembelajaran di mana standar kompetensi
dasar, indikator dan tujuan pembelajaran jelas tergambarkan. Guru harus mampu
secara bijak memutuskan bagian mana dari pendidikan yang harus dimasukkan
dan terliput dalam materi pembelajaran.
b. Harus berupaya agar siswa dapat melaksanakan wisata ebelajaran dengan baik.
Seluruh siswa harus dibimbing untuk memperoleh pengalaman belajar agar
mencapai target pembelajaran.
c. Buatlah wisata pembelajaran menjadi penuh makna. Pembelajaran haruslah
kontekstual, terkait dengan kehidupan menyeluruh siswa, terkait dengan masalah
keseharian yang dihadapi siswa. Guru harus mampu mencari berbagai metode

10
untuk secara langsung mengaitkan proses pembelajaran kepada pengalaman
dinamis kehidupan.
d. Penilaian harus bersifat autentik. Guru yang efektif akan mencoba memasukkan
penilaian sebagai bantuan dari proses belajar, tidak hanya ada akhir pembelajaran.
Penilaian autentik akan menjelaskan capaian pada setiap tahap penguasaan
pengetahuan serta gambaran akhir tentang tercapainya tujuan pembelajaran.

7.) Guru sebagai Pelaksana Tugas Rutin


Berikut ini adalah tugas-tugas rutin yang harus dilaksanakan oleh guru TK,
SD, SMP, sampai guru menengah pada umumnya.
a. Merencanakan pembelajaran, menyiapkan silabus, dan menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran).
b. Tidak terlambat masuk kelas dan tidak terlambat menghadiri rapat guru.
c. Menulis catatan dan laporan dengan seksama dan hati-rati.
d. Menyusun kisi-kisi dan soal-soal tes, melaksanakan ulangan, tes atau ujian,
memberikan tugas pekerjaan rumah, tugas proyek, maupun tugas portofolio dan
yang lain.
e. Membaca, memberikan komentar, menilai, dan mengembalikan tugas-tugas
siswa.
f. Masuk kelas secara teratur.
g. Menetapkan batas waktu bagi tugas-tugas siswa.
h. Bersama-sama siswa menetapkan kontrak belajar, menetapkan peraturan bagi
kegiatan kelompok, termasuk aturan dalam diskusi kelompok.
i. Merencakan pertemuan dengan orang tua atau dengan siswa di luar jam
pembelajaran.
j. Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran berikutnya, maupun berbagai tugas rutin
yang lain.
Tugas-tugas rutin semacam itu sering menimbulkan kejemuan kepada guru
sehingga acap kali para guru tergoda untuk memperoleh kebebasan dari tugas rutin

11
itu.Jadi, agar pembelajaran berlangsung dan berhasil maka berbagai tugas rutin
melekat itu memang tidak boleh dielakkan, harus dilaksanakan dengan seksama.
Satu hal yang penting dicamkan, iklim belajar yang sangat diperlukan bagi
tercapainya situasi pembelajaran produktif dan efektif sangat ditentukan oleh
hadirnya rasa tentram dan ketenangan, konsistensi untuk mengerjakan tugas-tugas
rutin semacam itu. Tugas rutin yang dikerjakan dan diselesaikan dengan baik akan
menghasilkan suatu tatanan dan keyakinan yang pentung bagi timbulnya karya
kreatif. Tugas rutin justru menantang timbulnya kreativitas.Bila tugas rutin dikerjakan
dengan serampangan dan asal-asalan tidak mustahil dapat menyurutkan minat siswa
untuk belajar serta menghalangi munculnya suatu gagasan kreatif.

8.) Guru sebagai Insan Visioner


Guru adalah seorang visioner, insan yang memiliki visi pribadi dan dituntut
untuk mampu memberikan ilham kepada siswanya agar memiliki visi tentang
kemuliaan dan kebesaran. Pendidikan memang memiliki misi hominisasi
(memanusiakan manusia) dan humanisasi (memperkuat sisi kemanusiaan manusia).
Hominisasi meningkatkan derajat manusia menjadi insan, yaitu manusia yang
bercirikan kebaikan dan kemaslahatan bagi alam sekitarnya, yang selanjutnya dapat
ditingkatkan lagi menjadi insan kamil, manusia seutuhnya yang adaptif dan
transformatif dengan sisi kemanusiaan yang berkembang secara horizontal dan
transcendental, seimbang antara hubungannya dengan manusia dan alam sekitarnya
serta hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Humanisasi menjadikan manusia
siap untuk to live together, hidup bersama masyarakat dunia dalam saling
pengertian, saling mendukung untuk meraih kedamamaian dan kesejahteraan
bersama, berkembang subur empati antarbersama.
Guru yang visioner harus mampu menyemaikan benih, menumbuhkan dan
mengembangkan visi mulia kemanusiaan semacam itu kepada
siswanya.Pembelajaran yang baik harus mendukung visi pendidikan di dalam
memperdayakan (empowering), mengembangkan kapabilitas dan potensi
(ennabling) dan memuliakan (ennobling) kehidupan siswa pada nantinya. Sehingga

12
mengajar atau membelajarkan dapat diyakini sebagai suatu cara untuk memandu
siswa agar memperoleh sejumlah pengalaman dengan kualitas tertentu yang unggul,
yang dapat membantu mereka mengembangkan potensi terbaiknya sebagai makhluk
manusia. Dalam kaitan ini Philip H. Phenix dalam bukunya Realms of Meaning
(1964) dalam mempersiapkan anak-anak agar mampu menjalani kehidupan, maka
ada tiga tahap pendidikan yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan, yaitu:
a. Kemampuan mencari nafkah, “to make a living”
b. Kemampuan mengembangkan kehidupan yang bermakna, “to lead a meaningful
life”
c. Kemampuan untuk memuliakan kehidupan, “to ennoble life”
Guru yang visioner seharusnya mampu mempersiapkan anak didiknya untuk
meraih tahap yang terakhir ini, memuliakan kehidupan para siswa di masa
mendatang.

9.) Guru sebagai Pencipta


Guru adalah seseorang yang tumbuh berkembang menjadi dewasa dan
dibentuk oleh pengalamannya. Karena pengalaman selalu berubah, maka
sebagaimana halnya orang dewasa yang lain, guru selalu diciptakan dan dibentuk
oleh kedewasaannya sendiri. Di dalam proses “penciptaannya”, guru juga sedang
mebentuk, mempengaruhi, dan “menciptakan” seorang anak yang sedang tumbuh dan
berkembang, dan biasanya proses penciptaan itu secara otomatis sering dilandasi
cetakan pengalamannya sendiri. Dengan demikian guru merupakan seorang pencipta,
seorang creator yang sekaligus mampu membangkitkan daya krativitas ornag lain,
peserta didiknya.
Dalam hal ini, ada ebrapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebagai
pencipta dan pembangun kreativitas murid, yaitu:
a. Kreativitas adalah fitrah yang melekat pada manusia yang diperolehnya dari
berguru dari alam sekelilingnya dan bersumber dari energi kreatif yang tidak akan
pernah habis sebagai anugerah dari Sang Maha Pencipta.

13
b. Bahasa adalah karya agung hasil kreativitas manusia yang memungkinkan
bergulirnya berbagai jenis kreativitas yang lain.
c. Agar tumbuh kreativitas, maka manusia harus saling berbagi dalam hal cinta,
kepercayaan, keyakinan, kebenaran, keindahan, kecantikan, kebaikan, imajinasi,
dan tujuan hidup.
d. Seluruh aktivitas guru hendaknya dipandu oleh motivasi yang kuat untuk
mewujudkan potensi kreatif dari seluruh pembelajar.
e. Guru harus selalu membongkar dan menata ulang paradigma pembelajaran
kreatif, sehingga kreativitas tidak pernah padam.
f. Situasi belajar harus diupayakan sebagai wahana pencarian kreatif.
g. Walaupun kreatifitas merupakan fitrah manusia, ia selalu tetap harus selalu
dilatih, dipertajam, dan dikembangkan dalam situasi pembelajaran yang
terkontrol.

10.) Guru sebagai Orang yang Realistis


Dalam kehidupan sehari-hari, guru adalah seseorang yang berani menghadapi
kenyataan, a facer of reality.Ia adalah seseorang yang menyadari bahwa ada
kekuasaan yang jauh lebih besar daripada dirinya yang mengatur seluruh aspek hidup
dan kehidupannya. Namun sebagai seseorang yang realistis ia bukan fatalis (sebuah
sikap dalam menghadapi permasalahan atau hidup dan dianggap sangat putus asa
dalam segala hal). Ia percaya adanya kekuatan Maha Besar di luar dirinya, tetapi ia
sadar bahwa nasib dirinya ditentukan oleh seluruh upaya dan perjuangannya di dalam
memaknai dan mengisi seluruh kehidupan. Keberanian dan kemampuan menghadapi
realita ini harus pula ditanamkan guru kepada pribadi siswanya.
Guru belajar untuk memahami realita dirinya sendiri maupu realita yang
terkait dengan relasinya dengan individu siswanya. Ia harus berani menghadapi
realita itu seraya membantu para siswanya untuk memaknai hubungan antar realitas,
mengaitkan apa-apa yang dipelajari secara tektual menjadi kontekstual.realistis
memang tidak selamanya membahagiakan, guru yang realistis berarti menerima

14
keadaan pembelajaran apa adanya sambil selalu mencari jalan kea rah perbaikan-
perbaikan. Sebagai seorang yang realistis guru harus menyadari kenyataan bahwa:
a. Sebagian siswa tidak menaruh minat terhadap pembelajaran.
b. Kecakapan siswa dalam belajar sangat bervariasi.
c. Hanya sedikit siswa yang mampu memandan secara objektif kemampuannya
sendiri.
d. Sering pandangan siswa terhadap gurunya tidak objektif, cenderung hitam-putih,
suka dan tidak suka.
e. Banyak siswa yang tidak memiliki tujuan serta tidak memiliki gagasan mengapa
mereka harus berada dalam situasi belajar tertentu, sehingga mereka kurang
perhatian.
Dalam hal semacam itu, guru harus objektif terhadap seluruh siswanya,
jangan kemudian memojokkan dan menganaktirikan mereka yang tidak
berpandangan positif terhadap dirinya. Atau jika ia memilih bersikap subjektif dan
memihak, maka suasana pembelajaran yang kondusif tidak akan pernah terbentuk.
Untuk menimbulkan sikap objektif itu, bisa dicoba dengan menghadapi setiap
suasana pembelajaran dengan penuh keceriaan dan semangat kegembiraan.Guru yang
bijak harus mampu mengingat-ingat berbagai pengalaman pembelajaran yang terkait
dengan kegagalannya dalam upaya untuk menghadirkan pembelajaran PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dalam situasi kelas.
Mengingat-ingat, kapan ia gagal, bagaimana ia dapat gagal, dan menganalisis
mengapa ia gagal, dan selanjutnya merencanakan situasi pembelajaran baru untuk
mengatasi kegagalan tersebut.

11.) Guru sebagai Penutur Cerita dan Seorang Aktor


Guru dalam predikatnya sebagai pembawa suara hati manusia, member nafas
kehidupan baru kepada kehidupan masa lalu dengan berperan sebagai penutur crita
(story teller). Dengan cara ini peradaban luhur masa lalu akan dapat bernafas kembali
dan seolah hidup kembali sepanjang sejarah peradaban manusia..pembelajaran
sejarah, kewarganegaraan, bahasa, sastra, seni, dan seluruh karya agung manusia

15
yang terkait humaniora akan serasa hidup kembali jika guru sebagai penutur cerita
terampil membawakannya sehingga akan berbekas dalam benak para siswanya.
Sebagai seorang penutur cerita bukan berarti bahwa guru harus bersikap
sebagai orang dewasa yang otoriter dan suasana pembelajaran menjadi kaku dan
mencekam. Guru tetap saja dapat mengembangkan suasana pembelajaran yang
demokratis dengan merancang sejumlah pertanyaan yang bermakna kepada sejumlah
siswa, atau mendiskusikan bersama nilai-nilai luhur apa yang diperoleh sebagai
hikmah pembelajaran dari sebuah epos ataupun cerita kepahlawanan. Dalam situasi
pembelajaran apapun model pembelajaran kolaboratif dan kooperatif tetap dapat
dipraktekkan.
Guru sebagai penutur kisah pada kenyataannya juga seorang aktor. Sebagai
manusia ia memang Homo ludens, baik seorang pemain maupun seorang aktor dalam
panggung sandiwara kehidupan. Guru yang baik harus mampu meyakinkan siswanya
bahwa tidak ada atau jarang ada pembelajaran tentang subjek tertent sebaik yang
diajarkannya.Sebagai seorang aktor, guru harus mampu menyembunyikan perasaan
dirinya yang sesungguhnya, walau di dalam kehidupan pribadinya sedang dirundung
masalah, dirundung kesedihan dan sebagainya.
Guru dituntut untuk total menghayati perannya, sehingga tidak selayaknya
membawa persoalan dirinya ke dalam situasi pembelajaran. Guru harus menguasai
scenario, strategi, metode, dan teknik pembelajaran sebaik-baiknya. Memahami
skenario di sini bermaksud menguasai pokok bahasannya dengan baik, beraktik
prima, artinya dapat menerapkan berbagai variasi metode mengajar dalam berbagai
situasi pembelajaran.

12.) Guru sebagai Pembongkar Kemah


Membongkar kemah adalah suatu idiom, yang bermakna suatu pola pikir atau
sikap mental yang nonsistematis, berani mengambil resiko untuk meninggalkan cara
berpikir dan sikap pandang lama yang sudah mapan. Kemudian menggantinya dengan
cara berpikir dan sikap pandang yang baru, yang belum mapan dan penuh tantangan,
menuju suatu pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

16
Dalam hal ini tugas berat guru adalah harus selalu memahami berbagai sikap
pandang siswa yang ternyata menghambatnya untuk mencapai kemajuan, di sisi lain
juga harus mengetahui berbagai kekuatan siswa yang harus dikembangkan, sesuai
dengan derajat perkembangan mental, sosial, dan moral siswa. Pendidikan dan
pembelajaran yang baik harus mampu membantu pembelajar menyelesaikan berbagai
masalahnya saat ini, dengan membongkar berbagai cara pandang yang lama yang
menjadi hambatan, kemudian menggunakan pengalaman belajar yang diperolehnya
untuk mengantisipasi berbagai masalah yang akan dijumpainya di masa depan. Hal
terbaik yang patut dilakukan di dalam pembelajaran adalah memenuhi peran nilai-
nilai lama yang sudah mapan dan terbukti efektif bagi penyelesaian masalah yang lalu
itu, kemudian mencari cara terbaik bagi diterimanya pola pikir yang baru.

13.) Guru sebagai Peneliti


Guru adalah seorang peneliti, pencari tahu segala sesuatu. Karena ia dituntut
untukmemberitahukan, menginformasikan pengetahuannya kepada para siswanya,
maka usaha pencarian tahu, sebagai peneliti akan merupakan upaya pencarian tahu
terhadap kebenaran yang tidak terbatas, tidak pernah berkahir sepanjang hidupnya
(the never ending pursuit of the truth).
Guru sebagai peneliti yaitu mencoba atau mengobservasi ilmu ilmu yang
diajarkan kepada muridnya, apakah ilmu yang diberikan kepada muridnya dapat
dipahami atau tidak sehingga membuat guru mempunyai cara sendiri dalam
penyampaian ilmunya.
Pembelajar sejati senantiasa mencintai pengetahuan pada pembelajaran,
kaidah ini pun berlaku baik bagi guru maupun peserta didik. Sikap guru untuk selalu
merasa tidak tahu dan selalu meneliti dan menyelidiki segala sesuatu, akan mudah
dirasakan dan dicontoh siswa-siswanya. Pencarian yang terus menerus sepanjang
hidup guru dapat memberikan keyakinan kepada muridnya bahwa tidak tahu tentang
sesuatu itu jamak dan lumrah dalam kehidupan. Bahkan harusnya dipandang sebagai
suatu cara untuk tumbuh dan berkembang sebagai keterbatasan dan kelemahan.

17
Dalam hal ini, hal yang patut dicamkan ialah jangan sampai guru menganggap
bahwa yang diketahuinya sudah cukup, atau bahkan lebih fatal lagi jika guru
berpandangan bahwa sudah tahu segala-galanya. Ia akan berhenti walau ternyata
tujuan masih jauh, hal itu akan membawanya kepada sikap kepura-puraan, seolah ia
sudah tahu walau sebenarnya belum tahu, atau sikap sinis yang menganggap
pencarian tahu semacam itu tidak diperlukannya dan tidak ada gunanya.

14.) Guru sebagai Penilai


Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah proses belajar guna
untuk memberikan hasil belajar siswa tugas guru sebagai penilai yaitu menyusun tes
dan instrumen penilaian, melaksanakan penilaian terhadap siswa secara objektif,
mengadakan pembelajaran remedial dan mengadakan pengayaan dalam
pembelajaran.
Sebagai pengajar, seorang guru lebih berfokus kepada penilaian dalam situasi
formal, tetapi sebagai pendidik guru mau tidak mau harus menilai dalam situasi
formal, nonformal, maupun informal, kapan saja dan di mana saja sepanjang terdapat
interaksi langsung atau tidak langsung dengan anak didiknya, karena guru yang
unggul seharusnya menilai semua aspek kepribadian siswanya, potensi kognitif,
afektif, dan psikomotornya.
Di dalam pelaksanaan penilaian, guru diwajibkan memahami siswa
seutuhnya, selengkap-lengkapnya, seharusnya bahkan seluruh potensi kecerdasannya,
karena dipahami saat ini, setiap anak memiliki potensi kecerdasannya, karena
dipahami saat ini, setiap anak memiliki potensi kecerdasan ganda (multiple
intelligence), tinggal potensi mana yang dominan dan sesuai dengan bakat dan minat
anak. Guru harus memahami posisi anak didiknya, di dalam kelas, di sekolah, di
dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Guru yang kompeten selalu ingin tahu
tentang segala hal yang berpengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan siswanya.
Tidak hanya guru yang melakukan penilaian terhadap siswanya, acap kali
siswa pun diam-diam melakukan penilaian terhadap setiap gurunya. Siswa juga
berkeinginan kuat untuk mengetahui bagaimana penilaian gurunya terhadap dirinya

18
masing-masing, mereka ingin tahu seberapa jauh mereka mampu menyelesaikan
tugas dengan baik. Jadi, pada hakikatnya proses penilaian adalah proses yang
berlangsung timbale balik yang berlangsung dari guru ke murid, dan sebaliknya. Oleh
sebab itu, dinamika penilaian merupakan dinamika proses. Bahkan jika penilaian itu
menyangkut suatu produk, karena hal itupun menyangkut penyiapan atau untuk
membangun landasan bagi proses berikutnya. Guru dan murid memakai hasil
penilaian sebagai landasan perkembangannya dalam proses pembelajaran.
Banyak para guru dan praktisi pendidikan yang lupa bahwa penilaian
sesungguhnya, yang adil, yang komprehensif adalah penilaian yang dilakukan
terhadap proses sekaligus produk hasil belajar. Suatu hal yang patut dicamkan,
kegiatan pembelajaran

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada banyak sisi dan sudut pandang dalam melihat dan menerjemahkan peran-
peran seorang guru. Terdapat beberapa peran atau tugas seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu: Guru sebagai korektor, guru sebagai inspiratori, guru sebagai
informatori, guru sebagai organisator, guru sebagai motivator, guru sebagai
pembimbing, guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas.
Guru yang memiliki otoritas keilmuan semacam ini memberikan tiga manfaat
kepada siswa, yaitu :
 Akan timbul rasa yakin dan aman dari pembelajar karena ia dipandu oleh orang
yang kompeten,
 Member motivasi yang kuat kepada pembelajar untuk tahu lebih banyak, dan
 Guru menjadi teladan tentang apa manfaat yang diraih dari belajar.
Untuk menjadi guru yang unggul, ada empat belas kriteria yang harus
dipenuhi, antara lain: sebagai guru, sebagai teladan, sebagai penasehat, sebagai
pemegang otoritas, sebagai pembaharu, sebagai pemandu, sebagai pelaksana tugas
rutin, sebagai insan visioner, sebagai pencipta, sebagai orang yang realistis, sebagai
penutur cerita dan seorang aktor, sebagai pembongkar kemah, sebagai peneliti, dan
sebagai penilai.

3.2 Saran

Dalam proses belajar dan pembelajaran yang setiap tahun berkembang terus-
menerus, guru dituntut untuk memiliki pemahaman atas kompetensi dan peran-peran
yang harus dilakukannya. Kompetensi professional seorang guru berhubungan
dengan kompetensi-kompetensi guru yang akan menunjang, dan memperlancar
proses pembelajaran dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Peran seorang guru adalah bagaimana seorang guru mampu untuk menentukan
batasan-batasan yang harus dilakukan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Nurcahyo, Habib. 2017. Guru dalam Proses Pembelajaran. [Online]. Tersedia di:
https://www.kompasiana.com/habibnurcahyo/58dc4b4743afbd175a57625a/guru
-dalam-proses-pembelajaran (Diakses pada 25 April 2020).

21

Anda mungkin juga menyukai